Anda di halaman 1dari 6

Gui, Robin

1206240070
Teknik Industri Universitas Indonesia

Judul

Balance Scorecard: Translating Corporate Plan into Action. A Case


Study on University of Kelaniya, Sri Lanka.

Penulis

S.A.C.L. Senaratha, S.S.J. Patabendige

Jurnal

Procedia - Social and Behavioral Sciences 172

Tahun terbit

2015

Halaman

278 285 (8 halaman)

Perubahan yang terus terjadi mendorong segala bidang untuk melakukan transisi ke
arah yang lebih baik, termasuk setiap universitas di Sri Lanka, dalam rangka memperluas
cakrawala pemikiran sebagai dasar pembangunan. Transisi ini mengharuskan setiap institusi
untuk kembali mengevaluasi visi, misi, dan capaian mereka untuk mengakomodir perubahan.
Dalam rangka ini, penulis bertujuan untuk mengusulkan penggunaan Balanced Scorecard
(selanjutnya disebut sebagai BSC) sebagai perangkat dalam menata rencana strategis pada
setiap universitas di Sri Lanka, dan sebagai studi kasus penulis mengaplikasikannya pada
Universitas Kelaniya, Sri Lanka.
Makalah ini disampaikan dalam bentuk eksplanatoris yang melibatkan pengalasisaan
bagian secara partikular dan melakukan sintesa dalam ranah BSC, serta menguji pendekatan
ini dalam rangka implementasi pada universitas di Sri Lanka. Penulis melakukan pembacaan
SBC yang berbeda dalam melihat universitas sebagai sebuah organisasi non profit, dalam hal
ini penulis tidah hanya bergantung penuh pada perspektif fidusial saja, melainkan dari
perspektif pengguna (mahasiswa, staf akademis dan non-akademis, masyarakat, dsb.) juga.
Pembacaan ini sangat membantu dalam membawa pengejawantahan bagi misi universitas.
Dari pembacaan di atas, penulis menggeser empat perspektif dasar BSC sebagai
berikut: customer perspective bergeser menjadi stakeholder perspective, learning and
growth perspective menjadi innovation and learning perspective, dan yang paling
mencolok, financial perspective berubah menjadi resource management. Pembacaan ini
dibantu dengan metode triangular yang dignakan penulis dalam pempertahankan kualitas
studi kualitatif.
Dengan metode dan kerangka pembacaan tersebut, penulis melakukan pengembangan
kerangka dari rencana universitas dengan bantuan BSC dengan dasar SWOT milik
universitas. Pada tahap awal, penulis melakukan analisa yang menghasilkan keluaran berupa
analisa keluaran situasional dalam bentuk tujuan, capaian, dan startegi yang telah
dikembangkan. Kemudian, penulis mengelompokkan hasil analisa pada 4 tema yang sudah
ada ditambah sebuah tema usulan berdasarkan kerangka BSC yang diajukan pada bagian
2

awal, serta dilakukan penambahan-penambahan objectives dalam rangka mendukung renstra


dan terkelompok dalam setiap kerangka BSC. Kerangka renstra yang diolah tadi dibawa
penulis kepada sebuah peta strategi dalam rangka mengimplementasikan renstra tersebut.
Dalam hal ini penulis menekankan adanya value proposition yang tepat. Dengan demikian
penulis meyakini adanya perkembangan yang cukup pesat ketika hasil analisa tersebut
diimplementasikan.
Pada akhirnya, penulis berhasil membawa kerangka BSC dalam menetapkan renstra
bagi bidang non-profit. Pembacaan yang dibawa oleh penulis ini juga memiliki arti yang
sangat besar dalam mengembangkan BSC, terutama bagi pihak universitas. Akan tetapi
pengulas masih melihat banyak hal yang kurang berimbang seperti: pendefinisian standar dan
metrik yang teapat dalam meyusun kerangka renstra sehingga pertanggungjawaban akan
sangat subjektif; pengumpulan, pengolahan, serta kerangka yang belum kukuh dan tidak
bersifat formal sehingga penggunaannya yang rentan; serta fokus penulis yang sangat
mengandalkan fungsi internal dari proyek yang ada sehingga seakan-akan fokus pada pihak
eksternal dihilangkan.

Judul

The Way to a High-performance Culture with the Total Performance


Scorecard

Penulis

Hubert K. Rampersad

Jurnal

Wiley Journal of Strategic Change 17

Tahun terbit

2008

Halaman

43 - 55 (13 halaman)

Saat ini berbagai macam perusahaan maupun organisasi berbagi masalah yang sama,
yaitu: kurangnya ikatan yang jelas antara pekerja dan perusahaan yang menaunginya. Pada
akhirnya, karyawan sering kali merasa terbeban ketika ia harus bekerja pada kondisi yang
mana ia tidak ingin diikat. Berbagai macam penelitian juga membuktikan bahwa performa
negatif dari karyawan seperti ini dapat menjangkit teman sejawat atau rekan kerjanya, serta
menurunkan moral kerja sebuah perusahaan. Penulis berhadapan dengan latar belakang
seperti ini beranggapan bahwa terdapat sebuah wilayah yang tak tersentuh, yang disebut
potensi performa pekerja, yang dapat menghasilkan efek positifbaik dalam performa
maupun finansialjika titik itu tersentuh.
Dalam rangka menyentuh titik ini, penulis mengusulkan sebuah konsep yang
merupakan kumpulan dari berbagai macam metode, yaitu Total Performance Scorecard
(selanjutnya disebut TPS). TPS merupakan sebuah proses sistematik yang berkelanjutan,
bertingkat, dan memerlukan perbaikan berkelanjutan, serta berfokus pada peningkatan
performa pribadi, organisasi, dan proyek. Metode yang diusung adalah gabungan dari
Organizational Balanced Scorecard, Personal Blanced Scorecard, Project Balanced
Scorecard, Lean Six Sigma, dan Talent Management.
Pada makalah ini, penulis menjelaskan secara detail mengenai setiap bagian dari
pendekatan yang ia suguhkan. Pembacaan ini, mengharuskan kita melihat kepada
Organizational Balanced Scorecard terlebih dahulu karena kerangka besar yang dibawa
menentukan yang ada di bawahnya. OBSC ini pun harus dilihat sebagai sebuah instrumen
manajemen top-down dalam menghasilkan visi strategis dari sebuah organisasi. Pembacaan
ini dilanjutkan dilanjutan dengan pendekatan terhadap Project BSC yang juga merupakan
sebuah instrumen top-down, akan tetapi fungsinya adalah untuk menghasilkan capaian
proyek pada setiap level. Dan pembacaan ini terus dilanjutkan pada BSC setiap individu.
Hasil pembacaan tersebut kemudaian dibawa kedalam siklus PDAC (Plan-Do-ActChallenge). Yang dimulai dengan menghasilkan intergritas pribadipenyatuan ambisi dengan
tingkah langkah pribadi. Kemudian, setiap ambisi tersebut diselaraskan dengan ambisi
4

komunal. Dengan penyamaan ambisi ini, setiap pekerja, penulis yakin bahwa setiap pekerja
akan melakukan pekerjaannya dengan penuh gairah, semangat, dan sebuah pengalaman
pembelajaran. Suma ini amengakibatkan setiap pekerja terdorong karena titik potensial
tersebut pasti tersentuh. Pengalaman mengajarkan bahwa identifikasi dengan organisasi
ataupun proyek merupakan motif yang terpenting dari setiap karyawan untuk mendedikasikan
diri mereka dan memaksimalkan potensi kemanusiaannya. Penulis menyatakan bahwa dalam
mencapai semua ini setiap bagian diwajibkan untuk melakukan pembacaan yang benar
terhadap penyelarasan BCS, dan manajemen talenta yang efektif.
Pengulas melihat bahwa pada tahun artikel ini dikeluarkan (2008) terjadi sebuah
kepopuleran yang signifikan dalam penggunaan metode ini. Metode ini diunggulkan dalam
banyak hal dan menggeser metode pendahulunya, yaitu BSC. Kritik BSC secara pribadi oleh
pengulas telah diberikan pada ulasan journal sebelumnya. Dan TPS, dianggap dapat menutupi
banyak kekurangan dari BSC. Sumbangsih besar yang digunakan adalah adanya penggunaan
konsep waktu yang terus meng-improve setiap bagian dari sistem, serta adanya penyelarasan
kebutuhan pribadi dengan komunal. Dalam hal ini setiap titik partikular dipertahankan dalam
gambaran besar yang menaunginya tanpa perlu saling mendiadakan, melainkan menjadi akor
yang berjalan harmonis. Pengulas belum mempelajari metode ini secara advance sehingga
kritik yang diberikan belum dapat membangun. Akan tetapi, untuk tahun 2008, karya ini
menjadi terobosan (meskipun sudah dimulai sejak tahun 2003). Dan penulis berhasil
meyakinkan pengulas dan pembaca dalam menerapkan metode TPS tersebut.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai