SISTE
M
Permasalahan Moda
Transportasi
NAMA
: PURI AWANDA .C
NIM
: 1207121324
KELAS
:B
TEKNIK SIPIL S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015
Moda transportasi darat adalah segala bentuk transportasi ataupun perpindahan yang
menggunakan jalan sebagai media untuk mengangkut penumpang atau barang.
1.2 Pembahasan
Dari kutipan artikel mengenai berita kerusakan jalur pantura, terlihat bahwa yang
menjadi penyebab utama timbulnya masalah pada kerusakan badan jalan ini dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu pengguna jalan dan instansi pemerintah yang terkait. Dilihat dari sisi pengguna
jalan, masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang awam mengenai muatan sumbu
terberat yang diizinkan pada suatu badan jalan.
Masyarakat masih berfikir bahwa kelebihan muatan sumbu tidak akan menyebabkan
kerusakan jalan, Padahal, overloading mengurangi kemampuan untuk mengendalikan
kendaraan, sehingga akan mempengaruhi kecepatan kendaraan dan hal ini berdampak besar
pada kondisi perkerasan jalan. Sementara itu dipandang dari instansi pemerintah terkait,
kinerja Dinas Pekerjaan Umum terhadap penanganan jalur pantura masih sering
dipertanyakan, karena jalur pantura merupakan jalan yang sering dilewati oleh kendaraan
dengan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
Masalah
Rendahnya
kemampulayanan
jalan akibat
kondisi
perkerasan jalan
yang rusak
Harapan
Badan jalan yang
dijadikan media
transportasi darat
dapat digunakan
dengan tingkat
pelayanan jalan
maksimum
Solusi
Pengawasan yang
lebih intensif lagi
dari pemerintah
terhadap masalah
overloading dan
penanganan
segera pada
badan jalan yang
rusak
2.2 Pembahasan
Masalah
Kelalaian
terhadap
perawatan dan
pengecekan
kondisi
kelayakan kapal
yang
menimbulkan
kerusakan
parah
Harapan
Menekan angka
kecelakaan
kapal laut
akibat
kerusakan pada
badan kapal
Solusi
Pemberian
subsidi,
perbaikan sistem
manajemen
pelayaran, dan
koordinasi pihak
terkait agar dapat
melakukan
monitoring
Lion Air Penerbangan 904 (JT 904, LNI 904) adalah sebuah penerbangan Lion Air yang
berangkat dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung, Jawa Barat menuju Bandara
Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Pesawat tersebut jatuh di perairan saat akan mendarat di Bandara
Ngurah Rai pada pukul 15.10 WITA tanggal 13 April 2013 di sebelah barat Runway 09.
Kecelakaan ini tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi sebanyak 45 orang mengalami lukaluka dan langsung dibawa ke beberapa rumah sakit di sekitar Bandara Ngurah Rai.
Pilot Lion Air sempat menceritakan bahwa ia merasa pesawat seakan tertarik ke bawah oleh
angin ketika ia sedang berusaha mengendalikan pesawat. Keterangan ini menimbulkan
dugaan bahwa kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat adalah fenomena ''winshear'', suatu
perubahan kecepatan arah angin secara mendadak yang membuat pesawat anjlok dari
ketinggian. Hal ini biasanya disebabkan oleh badai angin yang kencang. Pesawat sangat
bergantung pada kecepatan dan arah angin agar dapat dikendalikan. Perubahan yang
mendadak dalam kecepatan dan arah angin dapat menyebabkan pesawat kehilangan kontrol,
terutama selama lepas landas dan mendarat - saat ketinggian pesawat sangat dekat dengan
tanah, kekuatan mesin rendah dan sedikit ruang untuk bermanuver.
Kecelakaan ini diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Pada 15
Mei 2013, KNKT mengeluarkan hasil investigasi awal yang menunjukkan bahwa pilot tetap
melakukan percobaan pendaratan saat pesawat telah melewati batas ketinggian minimum
untuk melakukan percobaan pendaratan (MDA/ Minimum Descent Altitude), tanpa adanya
visual contact dengan landasan.
Saat hendak mendarat, pesawat dikendalikan oleh Kopilot Chirag Kalra. Dari data CVR
(Cocpit Voice Recorder), Kopilot menyatakan bahwa ia tidak dapat melihat landasan pada
ketinggian 900 ft. Enhance Ground Proximity Warning System (EGPWS) memberi
peringatan MINIMUM saat pesawat pada ketinggian 550 ft AGL, pilot kemudian
mematikan autopilot dan auto throttle dan terus menurunkan ketinggian pesawat. Ketinggian
minimum yang dipublikasikan di Ngurah Rai adalah 465 ft. Ketika ketinggian pesawat
mencapai 150 ft, Pilot mengambil alih kendali pesawat dari Kopilot. Kopilot memberikan
kendali sambil menyatakan bahwa ia tidak bisa melihat landasan. Saat EGPWS memberi
peringatan TWENTY (ketinggian 20 ft), Pilot memberi perintah untuk Go Around (terbang
kembali dan membatalkan pendaratan). Satu detik kemudian pesawat menyentuh air. Pesawat
berhenti sambil menghadap ke Utara sekitar 20 m dari daratan atau sekitar 300 m Barat Daya
dari ujung Landasan 09.
Bagan Kronologi kecelakaan Lion Air JT904 yang disampaikan Menteri Perhubungan
EE. Mangindaan
15.08 Wita:Petugas lalu lintas penerbangan Bandara Ngurah Rai
memperkenankan pesawat Lion Air Boeing 737-800 untuk
mendarat (clear to land).
3.2 Pembahasan
Dari kutipan artikel dan bagan kronologi kecelakaan Lion Air JT904 dapat
disimpulkan bahwa kecelakaan terjadi akibat adanya perubahan cuaca yang diduga fenomena
winshear. Selain itu, Pilot serta Kopilot juga mengabaikan warning dari EGWPS dan
mencoba melakukan pendaratan saat pesawat telah melewati batas ketinggian minimum
untuk melakukan percobaan pendaratan (MDA/ Minimum Descent Altitude), tanpa adanya
visual contact dengan landasan.
Pertama, menekankan kepada pilot bahwa penting untuk mematuhi batas minimal
penurunan ketinggian pesawat seperti yang dipublikasikan dalam prosedur instrument
penerbangan ketika referensi visual tidak diperoleh pada ketinggian minimal.
Kedua, meninjau prosedur dan kebijakan yang terkait dengan risiko saat pergantian
kendali pada ketinggian kritis atau saat genting.
Ketiga, memastikan pilot terlatih selama program pelatihan awal dan pelatihan
berkelanjutan terus menerus berkaitan dengan pergantian kendali penerbangan pada
ketinggian kritis dan atau saat genting.
M asalah
Kecelakaan
pesaw at yang
terjadi akibat
kelalaian pilot dan
koordinasi yang
tidak baik antara
pilot dengan pihak
ATC
H arapan
D apat m enekan
angka kecelakaan
udara akibat
kurang baiknya
pengalam an dan
pelatihan yang
diberikan
m engenai kondisi
alam
Solusi
Penegasan
tentang
pentingnya
m em atuhi
peraturan bagi
pilot, peninjauan
prosedur dan
kebijakan terkait
serta pelatihan
intesif terhadap
pilot.