1. Gangguan Afektif
a) Definisi
Afek adalah ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu. Sedangkan Mood
adalah keadaan emosi internal alam perasaan atau suasana perasaan
yang meresap dari seseorang.
b) Etiologi
- Faktor Biologik
Diduga kuat bahwa norepinephrine dan serotonin adalah dua jenis
neurotransmitter yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi
ganguan alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan. Pemberian
antidepressant dalam waktu sekurang kurangnya dua sampai tiga minggu,
berkaitan dengan melambatnya penurunan sensitifitas pada receptor post
synaptic beta adrenergic dan 5HT2. Temuan terakhir penelitian aminbiogenik
menunjukkan dukungan terhadap hipotesa bahwa pada gangguan alam
perasaan (mood) pada umumnya, khususnya episode depresif terjadi
kekacauan regulasi norepinephrine dan serotonin dijaringan otak yang dapat
dikoreksi oleh zat antidepressant dalam jangka waktu dua sampai tiga
minggu.
Data imaging jaringan otak yang didapat dari CT scanning, pada penderitra
gangguan depresi terdapat pembesaran ventrikel otak. Pada positron emisi
tomografi (PET) didapatkan bukti penurunan metabolisme diotak. Studi lain
menyebutkan terjadi penurunan aliran darah pada gangguan depresi
terutama di basal ganglia. Dengan mengkombinasikan data dan gejala
gangguan klinis depresi dan hasil riset biologik telah mendukung hipotesa
bahwa gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di limbic sistem, basal
ganglia, dan hipothalamus.
Perlu dicatat bahwa terjadinya gangguan neurologik pada basal ganglia dan
limbic sistem (terutama cacat exitasi pada belahan yang tak dominan) selalu
disertai adanya gejala gangguan depresi. Limbic sistem dan basal ganglia
berhubungan sangat erat, hipotesa sekarang menyebutkan produksi alam
perasaan berupa emosi depresi dan mania merupakan peranan utama limbic
sistem.
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
Gangguan Bipolar I
Pada semua episode harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau.
Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi :
ii.
- Siklotimia :
Distimia :
iii.
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas,menetap selama
sekurang kurangnya beberapa hari berturut turut, pada suatu
derajat intensitas dan yangbertahan melebihi apa yang digambarkan
bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi atau waham.
Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial
memang sesuai dengan diagnosis hipomania, akan tetapi bila
kakacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania harus
ditegakkan
Episode Depresif :
o Deskripsi umum : Retradasi psikomotor menyeluruh merupakan
gejala yang paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga
sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara klasik,
seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk tidak
terdapat pergerakan spontan, pandangan mata yang putus asa
dan memalingkan pandangan.
o Mood, afek dan perasaan : Pasien tersebut sering kali dibawa
oleh anggota keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan
sosial dan penurunan aktifitas secara menyeluruh.
o Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan
dan volume bicara yang menurun, berespon terhadap
pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan yang lambat
terhadap suatu pertanyaan.
o Gangguan Persepsi : Pasien terdepresi dengan waham atau
halusinasi dikatakan menderita episode depresi berat dengan ciri
psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah
waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan,
kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal.
o Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif
tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali
melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri,
Episode Manik :
o Deskriksi Umum : Pasien manik adalah tereksitasi, banyak
bicara, kadang kadang mengelikan dan sering hiperaktif. Suatu
waktu mereka jelas psikotik dan terdisorganisasi, memerlukan
pengikatan fisik dan penyuntikan intra muskular obat sedatif.
o Mood, afek dan perasaan : Pasien manik biasanya euforik dan
lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah,
yang dapat menyebabkan perasaan kemarahan dan
permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih dari tertawa
menjadi lekas marah menjadi depresi dalam beberapa menit
atau jam.
o Bicara : Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan
sering kali rewel dan penganggu bagi orang orang disekitarnya.
Saat keadaan teraktifitas meningkat pembicaraan penuh
gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata kata dan hal hal
yang tidak relefan. Saat tingkat aktifitas meningkat lagi, asosiasi
menjadi longgar, kemampuan konsentrasi menghilang,
menyebabkan gagasan yang meloncat loncat (flight of idea),
gado gado kata dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut
pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat
membedakan dari pembicaraan skizofrenik.
o Gangguan Persepsi : Waham ditemukan pada 75% dari semua
pasien manik. Waham sesuai mood seringkali melibatkan
kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat
2. GABA
GABA adalah nama singkatan salah satu jenis asam amino yang bernama
Gamma-Amino Butyric Acid atau ditulis sebagai g-asam amino. Zat ini
terdapat di dalam otak dan spinal (tulang belakang) berperan sebagai zat
neurotransmitter dan merupakan zat neurotransmitter yang bersifat
menekan/menahan. Orang-orang masa kini yang banyak hidup dalam stress,
pelepasan asam glutamate dalam otaknya semakin bertambah dan apabila
menjadi terlalu banyak maka syaraf akan selalu dalam kondisi tegang serta
dipandang membahayakan fisik. Salah satu perwujudannya adalah kenaikan
tekanan darah. GABA berperan penting dalam proses tidur. Itulah sebabnya
sebagian besar obat sedatif-hipnotik bekerja mempengaruhi reseptor GABA,
dalam hal ini reseptor subtipe A (GABAA). Barbiturat juga memfasilitasi kerja
GABA. Barbiturat meningkatkan lama pembukaan kanal ion klorida.
Selanjutnya ion-ion klorida akan masuk melewati membran sel sehingga
membuat sel dalam keadaan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitabilitas
Learning Issue
1. Apa penyebab percobaan bunuh diri?
Faktor sosial
Bunuh diri egoistic diterapkan pada mereka yang tidak terintegrasi secara
kuat ke dalam kelompok social. Tidak adanya integrasi keluarga dapat
digunakan untuk menjelaskan mengapa orang yang tidak menikah adalah
lebih rentan terhadap bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah dan
mengapa pasangan dengan anak-anak adalah kelompok yang paling
terlindung dari semua kelompok. Masyarakat perkotaan memiliki lebih
banyak integrasi social dibandingkan daerah pedesaan, jadi lebih sedikit
bunuh diri. Bunuh diri alturistik dimaksudkan pada orang yang integrasi ke
dalam masyarakatnya terganggu dengan demikian menghalangi norma
perilaku yang biasanya. Anomik dapat menjelaskan mengapa mereka
dengan situasi ekonomi yang berubah secara drastis adalah lebih rentan
dibandingkan sebelum perubahan keberuntungan mereka. Anomik juga
dimaksudkan pada ketidakstabilan social dengan kehancuran standard dan
nilai-nilai masyarakat.
Faktor psikologis
Orang yang depresi mungkin berusaha bunuh diri tepat sebelum mereka
tampaknya pulih dari depresinya. Dan suatu usahabunuh diri dapat
menyebabkan hilangnya depresi yang berlangsug lama. Menurut penelitian
Aaron Beck, keputusasaan ditemukan sebagai indicator yang paling akurat
untuk resiko bunuh diri.
Neurokimia
Neurokimiawi. Defisiensi serotonin, diukursebagai penurunan metabolism 5hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) telah ditemukan dalam kelompok pasien
depesi yang mencoba bunuh diri. Beberapa penelitian terhadap binatang dan
manusia telah menyatakan suatu hubungan antara defisiensi serotonin
sentral dan pengendalian impuls yang buruk. Beberapa peneliti telah
memandang bunuh diri sebagai salah satu tipe prilaku impulsive. Selain itu,
suatu korelasi negate yang bermakna antara kadar 5-HiAA cairan
serebrospinal dan skor agresi seumur hidup telah dilaporkan di antara pasien
dengan gangguan kepribadian.
2. Mengapa terjadi depresi
Depresi disebabkan oleh aktivitas neurologis yang rendah pada daerah
daerah otak yang berfungsi untuk mengatur kesenangan. Hal ini disebabkan
karena persediaan neurotransmiter pada sinapsis sinapsis tidak mencukupi.
Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika, dan
faktor psikososial.
Faktor biologis. Data yang dilaporkan paling konsisten dengan gangguan
mood adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen amin biogenik.
Amin biogenik adalah neurotransmiter yang paling dikenal dan dimengerti
karena pertama kali ditemukan, tetapi merupakan zat neurotransmiter hanya
dalam sedikit neuron. Enam neurotransmitter amin biogenik adalah
dopamin, norepinefrin, epinefrin, serotonin, asetilkolin, dan histamin. Dari
amin biogenik, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmiter
yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Terdapat dua
kelompok besar reseptor epinefrin dan norepinefrin yaitu reseptor
adrenergik- dan reseptor adrenergik-. Dalam bidang biologi molekular
dibagi menjadi tiga tipe reseptor 1 (1a, 1b, 1c), tiga tipe reseptor 2
(2a, 2b, 2c), dan tiga tipe reseptor (1, 2, 3 ). Aktivasi reseptor
adrenergik 2 menyebabkan penurunan jumlah norepinefrin yang
dilepaskan. Reseptor adrenergik 2 juga berlokasi pada neuron serotonergik
dan mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi, dan beberapa pasien yang bunuh diri memiliki
konsentrasi metabolit serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah.
Aktivitas dopamin mungkin menurun pada depresi. Dua teori reakhir tentang
dopamin dan depresi adalah bahwa jalur dopamin mesolimbik mungkin
mengalami disfungsi pada depresi dan bahwa reseptor dopamin tipe 1
mungkin hipoaktif pada depresi.