Anda di halaman 1dari 2

Modal Asing dalam Pembangunan Nasional, Perlukah ?

Modal asing telah menjadi pembahasan yang cukup serius sejak negeri ini
menyatakan kemerdekannya. Banyaknya modal asing yang menyokong sektor-sektor
strategis di negeri ini menghadirkan kekhawatiran para pendiri bangsa akan kedaulatan
bangsa secara ekonomi, sosial maupun politik. Namun benarkah modal asing menjadi
ancaman bagi kedaulatan bangsa ini ?
Selepas

Indonesia

menyatakan

kemerdekaanya,

maka

muncullah

berbagai

pemahaman dan teori tentang pembangunan nasional. Pemahaman dan teori tersebut banyak
disampaikan oleh kalangan cendekia yang menginginkan pembangunan nasional berjalan
untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial. Tidak sedikit berbagai pandangan
tersebut saling bertentangan, beradu, antara yang satu dan lainnya, seolah berkompetisi untuk
mendapatkan posisinya dalam kancah pembangunan nasional. Pandangan-pandangan tersebut
bak tumbuhan yang tumbuh subur selepas hujan turun secara lebat setelah masa kemarau
yang panjang.
Ekonomi mengajarkan ilmu dan kerangka berpikir tentang pilihan. Bagaimana setiap
langkah diambil setelah mempertimbangkan berbagai aspek, agar pada akhirnya pandangan
yang terbaik bagi bangsa dan negara lah yang dipilih untuk diterapkan dalam konteks
pembangunan nasional. Karena tidak seluruh pemahaman dan pandangan yang muncul
seluruhnya dapat diterapkan, apalagi bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara.

Modal Asing
Berbicara tentang modal asing maka tidak dapat terlepas berbicara tentang kedaulatan
sebagai bangsa sekaligus berbicara dengan sektor ekonomi yang digerakan olehnya. Banyak
yang berspekulasi bahwa penanaman modal asing pada sektor-sektor ekonomi produktif
dapat mengurangi kedaulatan sebuah bangsa untuk menentukan kebijakannya. Apakah benar
penanaman modal asing tidak akan mampu mendorong dan mengangkat derajat kesejahteraan
masyarakat.
Melihat rentang sejarah perjalanan bangsa ini, semenjak masa pra kemerdekaan telah
banyak perusahaan-perusahaan asing dibangun dan menanamkan modalnya untuk
menggerakan sektor perekonomian di negara ini. Pasca kemerdekaan, tidak sedikit
perusahaan yang juga masih menanamkan modalnya di negara ini. Modal negara Belanda
misalnya, ditanam tidak terbatas pada sektor perindustrian, namun ada juga yang ditanam
pada sektor pertanian maupun perdagangan.

Mengutip pandangangan Sjafruddin Prawiranegara, salah seorang mantan Mentri


Ekonomi RI, bahwa pada dasarnya persoalan tidak sebatas modal asing atau modal berasal
dari dalam negeri. Dalam buku Ekonomi dan Keuangan: Makna Ekonomi Islam, Sjafruddin
Prawiranegara mengatakan bahwa orang kapitalis tetap tinggal dan berbuat sebagai kapitalis,
baik kapitalis itu tergolong warga negara sendiri maupun termasuk orang asing. Sajruddin
Prawiranegara juga berpandangan bahwa dalam menghadapi masalah modal, yang terpenting
bukanlah apakah modal itu dimiliki oleh bangsa kita sendiri atau oleh bangsa asing. Tetapi
yang terpenting ialah bagaimana hasil produksi yang diperoleh dengan modal itu harus
didistribusikan secara adil agar tidak ada kelompok yang mengambil keuntungan lebih dari
haknya terhdap kelompok yang lain.

Menjadi Bangsa Mandiri


Selama ini penanaman modal asing tidak selalu diiringi dengan pengalihan keahlian,
teknologi, dan kemampuan-kemampuan lainnya. Kondisi seperti ini akan terus menciptakan
ketergantungan dalam negeri terhadap kehadiran modal asing. Modal atau capital tidak hanya
terbatas pada uang tapi juga human capital, technolgy capital yang seharusnya diiringi adanya
pengalihan atau transfer dari luar negeri ke dalam negeri, dari asing kepada dalam negeri.
Dengan adanya alih teknologi, alih keterampilan, maka negara ini tidak hanya sebatas
menjadi pasar namun juga dapat bergerak menjadi produsen yang mandiri di kemudian hari.
Sektor privat tidak boleh benar-benar tanpa intervensi pemerintah. UUD 1945 telah
mengamanatkan bahwa seluruh hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. Sehingga disini negara harus hadir dalam setiap sektor yang terkait dengan hajat
hidup orang banyak.
Pada akhirnya tanggungjawab menjadi bangsa yang mandiri adalah tanggungjawab
bersama. Negara dengan peran regulasinya harus menjamin adanya pengelolaan dan
distribusi hasil produksi, sekalipun modal diperoleh dari pihak asing, dengan baik.
Masyarakat harus mengambil peran dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Sanggupkah kita ?

Dony Septriana Rosady. Pengamat bidang sosial, ekonomi dan politik. Peneliti muda pada
Indonesian Council for Justice, Development, and Competitiveness (IDEAS)

Anda mungkin juga menyukai