Anda di halaman 1dari 53

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial ini
sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan
tutorial pada Blok 9, Blok Tahap-Tahap Kehidupan
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan
dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan
dengan skenario 2 ini serta Learning Objective yang kami cari. Karena ini semua
disebabkan oleh keterbatasan kami.
Tak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dr. Ni Kadek Wilmayani
selaku tutor kami atas masukan-masukan beliau selama proses diskusi. Kami
berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para
pembaca.

Mataram, 13 Desember 2012

( Kelompok Tutorial II )

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................1
Daftar Isi..........................................................................................................2
I. Pendahuluan
1.1 Skenario 2 Blok 9.................................................................................3
1.2 Mind Map.............................................................................................4
1.3 Learning Objective...............................................................................4
II. Pembahasan
2.1 Perbedaan Bayi Normal dan Bayi Prematur..................................... ...5
2.2 Ballard Score dan APGAR Score................................................. ...12
2.3 Penyebab dan Jenis-Jenis Ikteris.............25
2.4 Resusitasi Neonatus...............................................................
...31
2.5 Pemeriksaan Fisik Head To Toe....................................................... ...35
2.6 Faktor Penyebab Infeksi Neonatus................................. .............37
2.7 Patofisiologi Asfiksia Neonatus45
III. Penutup
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... ...51

Daftar Pustaka.................................................................................................52

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario II Blok 9

BAYI YANG MALANG


Seorang bayi perempuan berusia 3 hari dirawat di NICU sebuah RS, bayi tersebut
lahir dengan berat badan 2450 gram, umur kehamilan belum cukup bulan dan
lahir melalui operasi Caesar karena mengalami lilitan tali pusar pada lehernya.
Pada saat dikeluarkan dari uterus bayi tersebut tidak langsung menangis dan
seluruh tubuh tampak kebiruan. Kondisi terakhir bayi saat diperiksa dokter di
NICU : suhu tubuh 38,8 0C, denyut jantung 167 kali/menit, frekuensi pernafasan
46 kali/menit, sclera tampak ikterik, bayi tampak lemah, tangisan lemah,
mekonium belum keluar dan belum mau minum ASI.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

1.2 Mind Map

1.3 Learning Objective


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perbedaan Bayi Normal dan Prematur


APGAR dan BALLARD SCORE
Jenis-jenis dan Penyebab Ikteris
Resusitasi Neonatus
Pemeriksaan Fisik Head to toe
Faktor Penyebab Infeksi Neonatus
Patofisiologi Afiksia Neonatus

BAB II
PEMBAHASAN
S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

2.1 Perbedaan Bayi Normal dan Prematur

Seorang bayi dikatakan prematur bila bayi tersebut lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dan dengan menghitung massa kehamilannya apakah bayi
tersbut cukup umur ataupun tidak.
Definisi:
Bayi berat lahir rendah ( BBLR) adalah: bayi yang baru lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram.

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby menjadi low
birth weight baby ( Bayi Dengan Berat Lahir Rendah = BBLR).

Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (Sesuai Masa
Kehamilan = SMK ), matur normal, KMK ( Kecil Untuk Masa Kehamilan )
atau besar untuk masa kehamilan ( BMK) dapat dipakai tabel growth charts of
weight against gestation.

Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi prematur ( SMK) terletak di
antara 10th percentile dan 90 th percentile.

Pada bayi KMK beratnya di bawah 10th percentile . bila berat bayi di atas
90th percentile ia disebut heavy for date atau BMK.

Ciri-ciri dan masalah kedua bentuk BBLR ( SMK dan KMK) ini berbedabeda.

Oleh karena itu perlu diketahui:


o umur kehamilan dengan mengetahui hari pertama haid terakhir,
o

bunyi jantung pertama yang dapat didengar ( kehamilan 18-22 minggu ),

fetal quikening ( kehamilan 16-18 minggu),

o tinggi fundus, dan


o fetal untrasound: diameter biparietal atau bila diduga KMK ratio lingkaran
kepala terhadap lingkaran perut harus dinilai. Secara klinik umur

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

kehamilan dapat diketahui dengan mengukur berat lahir, panjang badan,


lingkaran kepala ( ocipito-frontal circumference ) atau dengan cara Ballard
dkk yang menggunakan kriteria neurologik dan kriteria fisik ek

Bayi prematur ( SMK)


Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, makin
tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan atas timbulnya bermacammacam problematik pada derajat prematuritas maka Usher menggolongkan bayi
tersebut dalam tiga kelompok:
1.

Bayi yang sangat prematur (extremely prematur): 24-30 minggu


Bayi dengan masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di
negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30
minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan yang sangat intensif
( perawat yang sangat terlatih dan menggunakan alat-alat yang canggih ) agar
dicapai hasil yang optimum.

2.

Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately prematur): 31-36


minggu
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dari golongan
pertama dan gejala sisa yang dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan,
asal saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.

3.

Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu


Bayi ini mempunyai sifat-sifat prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti
bayi matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi seiring timbul
problematik seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindroma gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia, daya isap yag lemah dan sebagainya, sehingga
bayi ini harus diawasi dengan seksama.

Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran pertama

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

1. faktor ibu:
Penyakit: penyakit yan berhubungan langsung dengan kehamilan
misalnya; perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, nefritis akut
Usia ibu; angka kejadian prematuritas ialah pada usia kurang dari 20
tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun
Keadaan sosial ekonomi: keadaan ini sangat berperanan terhdap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan ANC yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada
bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah. Ternyata lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
Sebab lain: ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik
2. faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidraamnion, ketuban pecah dini
3. keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan dan merokok
5. tidak diketahui

Problematika Bayi Prematur


Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik
anatomik mapun fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut:
1. suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu
tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari
kurangnya:

jaringan lemak di bawah kulit;


permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat
badan, otot yang tidak aktif

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang
belum cukup serta

pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya

2. gangguan pernafasan yang sering meninbulkan penyakit berat pada BBLR.


Hal ini disebabkan oleh

kekurangan surfaktan (rasio lesitin/ sfingomielin kurang dari 2)

pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna

otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung
(pliable thorax)

3. gangguan alat pencernaan dan problematika nutrisi

distensi abdomen akibat dari motilitas usus brkurang

volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung


bertambah

daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa dan vitamin


yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang

kerja dari sfingter kardio-oesofagus yang belum sempurna memudahkan


terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi

4. immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi


vitamin K
5. ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin
yang tinggi, kemampuan clearance yan rendah, tidak sanggup menguragi
kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi
edema dan asidosis metabolik
6. perdarahan mudah terjadi karena:

pembuluh darah yang rapuh (fragile)

kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, faktor VII dan faktor


Christmas

7. gangguan imunologik

daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG
gamma glubolin

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya


fagositosis serta reksi terhadap peradangan masih belum baik

perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan karena bayi sering


menderita apnea, asfiksia berat dan sindrom gangguan pernafasn.
Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah. Penambahan lairan darah ke
otak akan semakin bertambah karena tidak adanya otoregulasi serebral
pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
darah kapiler yang rapuh dan isekemia di lapisan germinal yang terletak di
dasar ventrikel lateral.

retrolental fibroplasia

Gambaran Klinik
tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur
kehamilan. makin muda umur kehamilan makin jelas randa imaturitas.
karakteristik untuk bayi prematur adalah berat lahir sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan kurang atau samadari dengan 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan
kurang dari 37 minggu.
lemak subkutan kurang
sering tampak peristatltik usus
otot-otot masih hpotonik
reflek tonik-leher lemah dan refleks Moro positif
daya isap lemah terutama hari-hari pertama
bila tanda-tanda lapar ( menangis, gelisah dan mengerek-gerakkan tangannya)
tidak ada dalam waktu 96 jam, maka harus dicurigai akan adanya perdarahan
intraventrikuler atau infeksi
edema biasanya sudah terlihat segera setelah lahir dan main bertambah dan
makib nertambah jelas dalam 24-48 jam berikutnya.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

frekuensi nadi berkisar antara 100-140 X/menit, pada hari pertama frekuensi
pernafasan 40-50 x/menit. dan pada hari-hari berikutnya 35-45 x/menit

Penatalaksanaan
pengaturan suhu
untuk mencegah hipotermi, perlu diusaahakan lingkungan yang cukup hangat
untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg yaitu 34C, agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar
37C. kelembapan inkubator sekitar 50-60%.
suhu inkubator dapat diturunkan 1C pada bayi dengan berat 2 kg dan secar
berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu
lingkungan 27C-29C
bila inkubator tidak ada, naka dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat di dekatnnya atau dengan lampu petromaks di
dekat tempat tidur bayi.
Makanan bayi prematur
Alat pencernaan bayi prematur belum sempurna:

lambung kecil

enzim pencernaan belum matang

sedangkan kebutuhan protein 3-5 gram/ KgBB dan kalori 110 kal/KgBB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit tetapi ferkuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Jika faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju


lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/KgBB/ hari dan teru
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/KgBB/ hari.
Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.
Dengan demikian perawatan dan pengawasa nbayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
Penatalaksanaan dismaturitas (KMK)
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterina serta
menemukan

gangguan

pertumbuhan

misalnya

dengan

pemeriksaan

ultrasonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium
6. Sebaiknya tiap jam dihitung ferkuensi pernafasan dan bila frekuensi lebih dari
60 X/ menit dibuat fotothorax

Pemeriksaan diagnostik
Jumlah sel darah putih: 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 2300024000/ mm3, hari pertama setelah lahir (menurun jika ada sepsis)

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Hematokrit: 43%-61% ( peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan


polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragik prenatal
atau perinatal)
Hemoglobin: 15-20 gram/ dL ( kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan )
Bilirubin total: 6 mg/ dL pada hari pertma kehidupan, 8 mg/dL 1-2 hari, 12
mg/dL pda 3-5 hari
Destrosix: tetes gluksoa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/ dL meningkat sampai 60-70 mg/ dL pada hari ke-3.
Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl): biasanya dalam batasnormal awalnya.
Pemeriksaan analisa gas darah

2.2 BALLARD SCORE dan APGAR SCORE


Ballard SCORE
Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang
dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama
kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil
penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan
maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan
maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas
fisik digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari
masa gestasinya.
a. Maturitas Fisik

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Penjelasan
1. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya
bersamaan dengan hilangnya bertahap lapisan pelindung, yang kaseosa vernix.
Oleh karena itu, mengental, mengering dan menjadi kusut dan / atau kulit, dan
mungkin mengembangkan ruam sebagai pematangan janin berlangsung.
Fenomena ini dapat terjadi di berbagai langkah pada janin individu tergantung
di bagian atas kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum pengembangan
epidermis dengan perusahaan stratum korneum, kulit transparan dan
mematuhi agak ke jari pemeriksa. Kemudian menghaluskan, mengental dan
menghasilkan pelumas, dengan vernix, yang menghilang menjelang akhir
kehamilan.
Pada jangka panjang dan pasca-panjang, janin dapat mengalihkan mekonium
ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek untuk
mempercepat proses pengeringan, menyebabkan mengelupas, retak, dehidrasi,
dan menanamkan sebuah perkamen, kemudian kasar, penampilan untuk kulit.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Untuk tujuan penilaian, alun-alun yang menggambarkan kulit bayi yang paling
dekat harus dipilih.
2. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Dalam ketidakdewasaan
ekstrim, kulit tidak memiliki apapun lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar
minggu 24 sampai 25 dan biasanya berlimpah, terutama di bahu dan punggung
atas, pada minggu 28 kehamilan. Penipisan terjadi pertama di atas punggung
bawah, mengenakan pergi sebagai kurva tubuh janin maju ke posisinya
matang, tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar dari
daerah lumbo-sakral. Pada sebagian besar janin kembali tanpa lanugo, yaitu,
bagian belakang adalah sebagian besar botak. Variabilitas dalam jumlah dan
lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian ciriciri keluarga atau nasional dan untuk pengaruh hormonal, metabolisme, dan
gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo
berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau
melampaui penuh panjang kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa
memilih alun-alun yang paling dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo
pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
3. Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan kaki besar lipatan di telapak kaki. Penampilan
pertama dari lipatan muncul di telapak anterior di bola kaki. ini mungkin
berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi dikontribusikan oleh dehidrasi
kulit. Bayi non-kulit putih asal telah dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit
pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi lain,
percepatan dilaporkan jatuh tempo neuromuskuler pada bayi hitam biasanya
mengkompensasi ini, mengakibatkan pembatalan efek lipatan kaki tertunda.
Oleh karena itu, biasanya tidak ada over-atau di bawah-perkiraan usia
kehamilan karena ras ketika total skor dilakukan. Bayi sangat prematur dan
sangat tidak dewasa tidak memiliki lipatan kaki terdeteksi. Untuk lebih

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

membantu menentukan usia kehamilan ini bayi, mengukur panjang kaki atau
tumit-jari jarak sangat membantu. Hal ini dilakukan dengan menempatkan
kaki bayi pada pita pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke
ujung jari kaki yang besar. Untuk tumit-jari jarak kurang dari 40 mm,
mencetak dua dikurangi (-2) diberikan; bagi mereka antara 40 dan 50 mm,
skor minus satu (-1).
4. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh
dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi
janin. pemeriksa catatan ukuran areola dan kehadiran atau tidak adanya
stippling (diciptakan oleh papila berkembang dari Montgomery). Pemeriksa
kemudian palpates jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya
dengan ibu jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan
memilih alun-alun yang sesuai pada lembar skor. Di bawah-dan over-gizi janin
dapat mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu.
Efek estrogen ibu dapat menghasilkan ginekomastia neonatus pada kedua hari
keempat kehidupan ekstrauterin.
5. Mata / Telinga
Pinna dari telinga janin perubahan itu konfigurasi dan peningkatan konten
tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk
ketebalan tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan
melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan yang pinna dilipat terkunci
kembali menjauh dari wajah ketika dirilis, kemudian memilih alun-alun yang
paling dekat menggambarkan tingkat perkembangan cartilagenous.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dirilis.
Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembangunan kelopak mata
sebagai indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa tempat ibu jari dan
telunjuk pada kelopak atas dan bawah, dengan lembut memindahkan mereka
terpisah untuk memisahkan mereka. Bayi yang sangat belum dewasa akan
S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat
memisahkan fisura palpebra baik dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih
dewasa akan memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau
keduanya akan sebagian dipisahkan oleh traksi cahaya ujung jari pemeriksa.
temuan ini akan memungkinkan pemeriksa untuk memilih pada lembar skor
dua dikurangi (-2) untuk sedikit menyatu, atau minus satu (-1) untuk longgar
atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran menemukan
variasi yang luas dalam status kelopak mata fusi pada bayi individu pada usia
kehamilan tertentu, karena nilai kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terkait dengan stres intrauterin dan humoral tertentu.
6. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun mereka dari rongga peritoneum ke dalam kantong
skrotum pada sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri kanan mendahului dan
biasanya memasuki skrotum pada minggu ke-32. Kedua testis biasanya teraba
di atas untuk menurunkan kanal inguinalis pada akhir minggu ke-33 untuk ke34 kehamilan. Bersamaan, kulit skrotum mengental dan mengembangkan
rugae lebih dalam dan lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated
dianggap turun. Dalam prematuritas ekstrim skrotum ini datar, halus dan
muncul dibedakan seksual. Pada jangka panjang untuk pasca-panjang,
skrotum dapat menjadi terjumbai dan benar-benar dapat menyentuh kasur
ketika bayi terletak terlentang. Catatan: Dalam kriptorkismus benar, skrotum
pada sisi yang terkena tampak tidak berpenghuni, hipoplasia dan dengan rugae
terbelakang dibandingkan dengan sisi yang normal, atau, untuk kehamilan
tertentu, ketika bilateral. Dalam kasus seperti itu, sisi normal harus mencetak
gol, atau jika bilateral, skor yang serupa dengan yang diperoleh untuk kriteria
kematangan lain harus diberikan.
7. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus hanya sebagian diculik,
yaitu, sekitar 45 dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. Penculikan

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

berlebihan dapat menyebabkan klitoris dan labia minora untuk tampil lebih
menonjol, sedangkan adduksi dapat menyebabkan labia majora untuk
menutupi atas mereka. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang
datar sangat menonjol dan mungkin menyerupai lingga laki-laki. Sebagai
pematangan berlangsung, klitoris menjadi kurang menonjol dan labia minora
menjadi lebih menonjol. Menjelang panjang, baik klitoris dan labia minora
surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora memperbesar. Labia mayora
mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin.
Lebih-gizi dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan di bawah-gizi, seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau
pasca-jatuh tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris
relatif menonjol dan labia minora larut kehamilan. Temuan ini harus
dilaporkan seperti yang diamati, karena skor yang lebih rendah pada item ini
dalam kronis stres atau pertumbuhan janin terhambat dapat diimbangi dengan
skor lebih tinggi pada neuro-otot item tertentu.

b. Maturitas Neuromuskular

Penjelasan :
1. Postur

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan
ketahanan untuk meregangkan kelompok otot individu. Sebagai pematangan
berlangsung, janin meningkat secara bertahap mengasumsikan nada fleksor
pasif yang berlangsung dalam arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah
sedikit di depan ekstremitas atas. Bayi prematur terutama pameran dilawan
nada ekstensor pasif, sedangkan istilah bayi mendekati menunjukkan nada
fleksor semakin kurang menentang pasif. Untuk mendapatkan item postur,
bayi ditempatkan terlentang (jika ditemukan rawan) dan pemeriksa menunggu
sampai bayi mengendap dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan
telentang manipulasi, lembut (fleksi jika diperpanjang, memperpanjang jika
tertekuk) dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari posisi
dasar kenyamanan. Fleksi pinggul tanpa hasil penculikan di posisi katak-kaki
seperti yang digambarkan dalam postur persegi # 3. Fleksi hip diiringi
penculikan digambarkan oleh sudut lancip di pinggul di alun-alun postur # 4.
Sosok yang paling dekat menggambarkan postur disukai bayi dipilih.
2. Jendela pergelangan tangan
Pergelangan fleksibilitas dan / atau resistensi terhadap ekstensor peregangan
bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada pergelangan
tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berlaku tekanan lembut pada dorsum
tangan, dekat jari-jari. Dari pra-sangat panjang untuk pasca-panjang, sudut
yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan bawah bayi diperkirakan; >
90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0 . Alun-alun yang tepat pada lembar skor
dipilih.
3. Gerakan lengan membalik
Manuver ini berfokus pada nada fleksor pasif otot bisep dengan mengukur
sudut mundur berikut perpanjangan sangat singkat dari ekstremitas atas.
Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa tempat satu tangan di bawah siku
bayi untuk dukungan. Mengambil tangan bayi, pemeriksa sebentar set siku

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

dalam fleksi, maka sesaat meluas lengan sebelum melepaskan tangan. Sudut
mundur yang lengan mata air kembali ke fleksi dicatat, dan alun-alun yang
sesuai dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan
menunjukkan apapun mundur lengan. # 4 persegi dipilih hanya jika ada
kontak antara kepalan bayi dan wajah. Ini terlihat dalam jangka panjang dan
bayi pasca. Perawatan harus diambil untuk tidak memegang lengan dalam
posisi diperpanjang untuk jangka waktu lama, karena hal ini menyebabkan
kelelahan fleksor dan menghasilkan skor yang palsu rendah karena untuk
mundur fleksor miskin.
4. Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan nada fleksor pasif sendi lutut dengan
pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan
berbaring telentang bayi, dan dengan popok kembali bergerak, paha
ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi
telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa lembut menggenggam kaki di sisi
dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan lainnya.
Perawatan diambil tidak untuk mengerahkan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu fungsi mereka. Kaki diperpanjang sampai
resistensi pasti untuk ekstensi dihargai. Pada beberapa bayi, kontraksi
hamstring dapat digambarkan selama manuver ini. Pada titik ini terbentuk
pada

sudut

lutut

oleh

atas

dan

kaki

bagian

bawah

diukur.

Catatan: a) Hal ini penting bahwa pemeriksa menunggu sampai bayi berhenti
menendang aktif sebelum memperpanjang kaki. b) Posisi terang akan
mengganggu kehamilan sungsang dengan ini manuver untuk 24 sampai 48
jam pertama usia karena kelelahan berkepanjangan fleksor intrauterin. Tes
harus diulang setelah pemulihan telah terjadi; bergantian, skor yang sama
dengan yang diperoleh untuk item lain dalam ujian dapat diberikan.
5. Scarf Sign (Tanda selendang)

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Manuver ini tes nada pasif fleksor tentang korset bahu. Dengan bayi terlentang
berbaring, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan
mendukung tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. ibu jari
tangan lain pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.
Pemeriksa dorongan siku di dada, penebangan untuk fleksi pasif atau
resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor bahu korset posterior. Titik pada
dada yang siku bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan
dicatat. Tengara mencatat dalam rangka meningkatkan kematangan adalah:
jilbab penuh di tingkat leher (-1); aksila kontralateral baris (0); baris puting
kontralateral (1); proses xyphoid (2); baris puting ipsilateral (3), dan aksila
ipsilateral baris (4).
6. Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur nada fleksor pasif tentang korset panggul dengan tes
fleksi pasif atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul
posterior. Bayi ditempatkan terlentang dan tertekuk ekstremitas bawah dibawa
untuk beristirahat di kasur bersama bagasi bayi.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu telapak
tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi di sisi dan tarik ke
arah telinga ipsilateral.
Para menebang pemeriksa untuk ketahanan terhadap perpanjangan fleksor
panggul korset posterior dan catatan lokasi dari tumit mana resistensi yang
signifikan adalah dihargai. Tengara mencatat dalam rangka meningkatkan
kematangan termasuk resistensi terasa ketika tumit pada atau dekat: telinga (1); hidung (0); dagu tingkat (1); baris puting (2); daerah pusar (3), dan
femoralis lipatan (4).

c. Hasil Pemeriksaan

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik


digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari
masa gestasinya.

APGAR SCORE
Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan penggunaan
nilai APGAR. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bayi asfiksia atau
tidak. Yang dinilai ialah:
A = appearance (warna kulit)
P = pulse rate (frekuensi nadi)
G = grimace (reaksi terhadap rangsangan)
A = activity (tonus otot)
R = respiration (pernapasan)
Table Nilai APGAR (NA)

Pucat

Badan

2
merah, Seluruh

NA
tubuh

ekstremitas biru kemerah-

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

merahan
P

Tidak ada

Tidak ada

<100

>100

Sedikit gerakan
mimik

Batuk/bersin

Ekstremitas
A

Tidak ada

dalam

sedikit Gerakan aktif

fleksi
R

Tidak ada

Lemah/tidak
teratur

Baik/menangis

Jumlah
Dari table di atas, dapat diketahui:

bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10 )


asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6, bag and mask ventilation)
asfiksia berat (nilai apgar 0-3, lakukan intubasi).

Bila dalam dua menit tidak mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi
karena apabila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi
gejala-gejala neurologic lanjutan di kemudian hari lebih besar. Sehingga penilaian
apgar dilakukan pada 1 dan 5 menit pertama.

Pembatasan Dalam Penilaian Apgar:


1. Resusitasi SEGERA dimulai bila diperlukan, dan tidak menunggu sampai
ada penilaian pada menit pertama.
2. Keputusan perlu-tidaknya resusitasi maupun penilaian respons resusitasi
dapat cukup dengan menggunakan evaluasi frekuensi jantung, aktifitas
respirasi dan tonus neuromuskular, daripada dengan nilai Apgar total. Hal
ini untuk menghemat waktu.
3. Perencanaan Berdasarkan Perhitungan Nilai Apgar
1. Nilai Apgar menit pertama: 7 - 10

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Biasanya

bayi

hanya

memerlukan

tindakan

pertolongan

berupa

penghisapan lendir / cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb


syringe atau suction unit tekanan rendah. Pengisapan yang terlalu kuat /
traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai
henti jantung.
2. Nilai Apgar menit pertama: 4 - 6
Hendaknya orofaring cepat diisap
dan diberikan O2 100%. Dilakukan
stimulasi sensorik dengan tepokan
atau sentilan pada telapak kaki dan
gosokan

selimut

kering

pada

punggung. Frekuensi jantung dan respirasi terus dipantau ketat. Bila


frekuensi jantung menurun atau ventilasi tidak adekuat, harus diberikan
ventilasi tekanan positif dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika
tidak ada alat bantu ventilasi, gunakan teknik pernapasan buatan dari
mulut ke hidung-mulut.
3. Nilai Apgar menit pertama 3 atau kurang
Bayi mengalami depresi pernapasan yang berat dan orofaring harus cepat
diisap. Ventilasi dengan tekanan positif dengan O2 100% sebanyak 40-50
kali per menit harus segera dilakukan. Kecukupan ventilasi dinilai dengan
memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas.

Gambaran klinis
Menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan yang
lemah

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

1. Fisik

Bayi kecil

Pergerakan kurang dan masih lemah

Kepala lebih besar daripada badan

BB < 2500 gram

2. Kulit dan kelamin

Kulit tipis dan trasnparan

Lanugo banyak

Rambur halus dan tipis

Genitalia belum sempurna

3. Sistem saraf

Refleks morow

Reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna

4. Sistem muskuloskeletal

Axifikasi tengkorak sedikit

Ubun-ubun dan sutura lebar

Tulang rawan elastis kurang

Otot-otot masih hipotonik

Tungkai abduksi

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Sendi lutut dan kaki fleksi

Kepala menghadap satu jurusan

5. Sistem pernafasan

Pernasan belum teratur, sering apnea

Frekuensi nafas bervariasi

Komplikasi

Kerusakan bernafas: fungsi organ belum sempurna

Pnemunonia, aspirasi: reflek menelan dan batuk belum sempurna

Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral


disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik

2.3 Penyebab Ikteris dan Jenis-Jenis Ikteris


Kuning pada bayi disebabkan karena meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah. Pada keadaan normal, kadar bilirubin darah adalah 1 mg% baik pada bayi
maupun dewasa. Orang dewasa sudah tampak kuning bila kadar bilirubin
darahnya mencapai 2 mg%, sedangkan bayi baru tampak kuning bila kadar
bilirubinnya mencapai 7 mg%. Lebih kurang 50% bayi cukup bulan dan 80% bayi
prematur mengalami kunlng.
Peningkatan bilirubin dalam darah dapat meningkat akibat proses alamiah
(fisiologis) yang akan hilang dengan sendirinya, dan akibat proses tidak alamiah
(non fisiologis). Pada sedikit kasus dapat terjadi keracunan bilirubin yang disebut
Kern Icterus, oleh karena itu bayi harus terus dimonitor. Kuning akibat proses
ticiak alamiah tidak mudah dibedakan dengan proses alamiah, namun proses yang

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

tidak alamiah dapat digambarkan sebagai salah satu dan keadaan-keadaan


dibawah ini:
1. Kuning sudah tampak pada hari partama.
2. Peningkatan kadar bilirubin darah di atas 5 mc/dalam seharinya.
3. Bayi yang mendapat ASI, tetapi kadar bilirubin total darah di atas 17
mg/dl.
4. Kuning menetap setelah 8 hari pada bayi cukup bulan dan setelah 14 hari
pada bayi kurang bulan.
5. Pemeriksaan Laboratorium Bilirubin direk lebih dari 2 mg/dl.
Proses non fisiologis juga dapat terjadi pada bayi dengan riwayat keluarga (ibu
hamil) yang kurang darah (anemia), riwayat keluarga dengan kekurangan enzym
G6PD, riwayat penyakit hati tertentu, bayi kembar yang kembarannya mengalami
kurang atau kurang darah (anemia), penyakit ibu selama kehamilan seperti infeksi
virus atau toksoplasmosis. Obat-obat yang diminum ibu ada yang dapat
mengganggu ikatan bilirubin dengan albumin misalnya: sulfonamid,
nitrofurantoin, obat malaria), juga trauma persalinan dengan perdarahan, dan bayi
yang jarang atau terlambat buang air besar. Pada sedikit kasus ASI (Air Susu Ibu)
dapat juga dapat menyebabkan kuning pada bayi.
Pada umumnya untuk bayi cukup bulan, warna kuning dapat menghilang dengan
sendirinya hingga pada hari ke-8, dan pada bayi prematur pada hari ke-14. Tetapi
pada kadar tertentu, Dokter akan menganjurkan foto terapi pada bayi. Bayi diberi
sinar ultraviolet dan lampu yang mempunyai panjang gelombang 425 sarnpai 475
mm yang diyakini paling efektif menyerap bilirubin. Pada sedikit kasus dapat saja
terladi keracunan bilirubin (Kern Icterus) sehingga perlu dilakukan transfusi tukar.
Jenis-Jenis Ikteris

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

a. Ikterus Hemolitik yang berat pada umumnya merupakan suatu golongan


penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis atau haemolytic disease of the
newborn. Penyakit hemolitik ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas
golongan darah ibu dan bayi.
b. Ikterus obstruktiva. Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di
dalam hepar dan di luar hepar. Akibat obstruksi ini terjadi penumpukan
bilirubin .
c. Kern-Ikterus. Ensefalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat
ditakuti sebagai komplikasi hiperbilirubinemia. Telah ditemukan suatu
gumpalan bilirubin pada bayi-mayi yang telah meninggal pada ganglia basalis,
keadaan inilah yang disebut kern-ikterus.

Dalam penanganan ikterus, cara-cara yang dipakai adalah menangani dan


mengobati hiperbilirubinemia. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, antara
lain:
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat
dikeluarkan melalui ginjal dan usus
3. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan transfusi darah
Jadi penanganan ikterus neonatorum sangat tergantung pada saat
terjadinya ikterus, intensitas ikterus ( kadar bilirubin serum ) jenis bilirubin, dan
sebab terjadinya ikterus. Untuk mendapatkan pegangan yang baik, pengobatan
dan pemeriksaan perlu dilakukan berdasarkan pada hari timbulnya ikterus dan
naiknya kadar bilirubin serum.

Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama


Pemeriksaan perlu dilakukan, baik pada bayi maupun pada ibu.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Bayi

Kadar bilirubin serum dan kadar albumin

Pemeriksaan darah tepi lengkap

Golongan darah

Coombs test

Kadar G6PD

Biakan darah dan biopsi hepar jika diperlukan

Ibu

Golongan darah

Coombs test

Tindakan
1. Transfusi tukar darah bila telah dipenuhi syarat-syaratnya
2. Bila belum dipenuhi syaratnya, diberikan terapi sinar. Bilirubin diperiksa
setiap 8 jam.
Ikterus yang timbul sesudah 24 jam pertama
Ikterus yang timbul sesudah hari pertama, tetapi masih pada hari kedua dan
ketiga, biasanya merupakan ikterus fisiologik. Pemeriksaan bilirubin dilakukan
hanya sekali, selanjutnya dilakukan pengawasan klinik. Dalam hal ini anamnesis
kehamilan dan kelahiran yang lalu sangat menentukan tindakan selanjutnya.
Ikterus yang timbul sesudah hari keempat
Pada umumnya ikterus yang timbul pada hari ke-4 atau lebih bukan disebabkan
oleh penyakit hemolitik neonatus. Kemungkinan besar disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, atau protozoa yang terjadi antenatal. Jadi pemeriksaan harus
ditujukan ke arah sepsis neonatorum, pielonefritis, hepatitis neonatorum,

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

toksoplasmosis, dll. Kemungkinan lainnya adalah pengaruh obat dan defisiensi


enzim eritrosit ( G6PD ). Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah
pemeriksaan kadar bilirubin serum, jenis bilirubin dalam serum, biakan darah,
biakan urin.

IKTERUS PATOLOGIS

Hiperbilirubinnemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin


(akumulasi bilirubin) dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin
serum (yang dapat juga disebabkan oleh kelainan bawaan) dan dapat
menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera
mata, kulit, membrane mukosa.

Dikatakan meningkat bila kadarnya lebih dari 2 mg/dl. Tetapi pada kadar
tersebut gejalanya belumlah kasat mata. Gejala baru tampak bila kadar
bilirubin di dalam darah > 5 mg/dl.

Pada sebagian besar neonatus, Ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60%
bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan.

KLASIFIKASI
1. IKTERUS PREHEPATIK
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel
darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas
terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan bilirubin yang
tidak terkonjugasi.
2. IKTERUS HEPATIC
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan
hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna


dikeluarkan ke dalam ductus hepatikus karena terjadi retensi dan
regurgitasi.
3. IKTERUS KOLESTATIK
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya
adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin
dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.

PERBEDAAN IKTERUS FISIOLOGIS DAN IKTERUS PATOLOGIS


Ikterus Fisiologis Neonatus
-

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan biasanya akan sembuh
dengan sendirinya pada hari ke-7.

Penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses


bilirubin

Ikterus Patologis Neonatus


-

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi.

Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tidak
bertambah.

2.4 Resusitasi Neonatus


Langkah Awal Resusitasi
Pada pemeriksaan atau penilaian awal dilakukan dengan menjawab 4
pertanyaan:

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

1. apakah bayi cukup bulan?


2. apakah air ketuban jernih?
3. apakah bayi bernapas atau menangis?
4. apakah tonus otot bayi baik atau kuat?
Bila semua jawaban ya maka bayi dapat langsung dimasukkan dalam prosedur
perawatan rutin dan tidak dipisahkan dari ibunya. Bayi dikeringkan, diletakkan di
dada ibunya dan diselimuti dengan kain linen kering untuk menjaga suhu. Bila
terdapat
jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu
atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan:
(1) langkah awal dalam stabilisasi
(a) memberikan kehangatan Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas
(radiant warmer) dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi
dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. Bayi dengan BBLR memiliki
kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat perlakuan khusus.
Beberapa kepustakaan merekomendasikan pemberian teknik penghangatan
tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus dan meletakkan bayi dibawah
pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR.
(b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya

Bayi

diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar
posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah
masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi
dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal.
(c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan Aspirasi mekoneum saat proses
persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan
obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan
melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya bahu (intrapartum
suctioning), namun bukti penelitian dari beberapa senter menunjukkan bahwa cara
ini tidak menunjukkan efek yang bermakna dalam mencegah aspirasi

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

mekonium.Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung


pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium.Bila terdapat mekoneum dalam
cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus
otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan
penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium.

Penghisapan

trakea

meliputi

langkah-langkah

pemasangan

laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter


penghisap dilakukan pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai
glotis.Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar,
pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum.
(d) mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi
yang benar Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan
mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai
pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan,
bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan
menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh
atau ekstremitas bayi. Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada
hampir semua rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder,
rangsangan apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup
satu atau dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan pada punggung. Jangan
membuang waktu yang berharga dengan terus menerus memberikan rangsangan
taktil.
(2) ventilasi tekanan positif
(3) kompresi dada

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

(4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander).


Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya
ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan,
frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah
sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan tindakan selanjutnya.

Penilaian

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya


resusitasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
(1) Pernapasan Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat,
frekuensi dan dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan
yang megap-megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan
intervensi lanjutan.
(2) Frekuensi jantung Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan
bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10
sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung permenit.
(3) Warna kulit Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh
tubuh. Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada
sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari
biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling cepat akan adanya
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum
tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi
oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi.
Pemberian oksigen
Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan
oksigen. Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan
sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece
resuscitator dan selang/pipa oksigen. Pada bayi cukup bulan dianjurkan untuk
menggunakan oksigen 100%. Namun beberapa penelitian terakhir menunjukkan
bahwa penggunaan oksigen ruangan dengan konsentrasi 21% menurunkan risiko
mortalitas dan kejadian ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) dibanding dengan
oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan
karena dapat merusak jaringan

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak


terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap
baik walaupun konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan.
Bila bayi kembali sianosis, maka pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai
sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah
arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar oksigen mencapai normal.
Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi
lanjutan bila semua tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau
frekuensi jantungnya tetap kurang dari 100x/menit. Sebelum melakukan VTP
harus dipastikan tidak ada kelainan congenital seperti hernia diafragmatika,
karena bayi dengan hernia diafragmatika harus diintubasi terlebih dahulu sebelum
mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat VTP dalam waktu yang
cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau pemasangan selang
orogastrik untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi penggunaan
ventilasi tekanan positif adalah hernia diafragma. Terdapat beberapa jenis alat
yang dapat digunakan untuk melakukan ventilasi pada bayi baru lahir, masingmasing memiliki cara kerja yang berbeda dengan keuntungan dan kerugian yang
berbeda.

2.5 Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Pemeriksaan fisik dilakukan sesudah bayi berumur 24 jam setelah bayi
dipindahkan dari transitional care ke tempat perawatan khusus atau rawat
gabung, oleh karena ada beberapa keadaan pada bayi mungkin tidak ditemukan
pada

waktu

diperiksa

di

kamar

bersalin.

Keadaan

tersebut

misalnya

hematomasefal, perdarahan subaponeurosis, perdarahan lainnya, periodic apnea,


kejang, nekrosis lemak, dan lain-lain.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Keadaan umum : melihat cacat bawaan yang jelas tampak seperti hidrosefal,
mikrosefali, anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktifitas, tangis, warna kulit
( pucat, biru, merah, meconium staining, perubahan vasomotor, harlequin, kutis
marmorata, kulit kering dan mengelupas, vernix caseosa, Mongolian spot,
hemangioma, limfangioma, kelainan kulit akibat trauma lahir (abrasion, ekimosis,
hematoma, petekia), milia, eritema toksium, tanda-tanda meconium staining pada
kuku, dan sikap tidur bayi.
Kepala : besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput suksedanium,
hematoma-sefal, kraniotabes dan sebagainya.
Mata : perdarahan sobkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain.
Telinga : preauricular tag, kelainan daun/bentuk telinga.
Mulut : labioskisis, labiognatopalatoskisis, tooth buds.
Leher : hematoma, sternokleidomastoideus, duktus tiroglossus, higroma koli.
Dada : bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan, retraksi interkostal, subkostal,
sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi paru (sonor, vesicular,
bronchial).
Jantung : pulsasi, frekuensi bunyi, kelainan bunyi jantung.
Abdomen : membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor, asites), skafoid, tali pusat
berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali
pusat, hernia di pusat atau selangkang.
Alat kelamin : hematoma, testis belum turun, fimosis, adanya perdarahan/lender
dari vagina, besar dan benyuk klitoris dan labia minora, atresia
ani.
Tulang punggung : spina bifida, pilonidal sinus atau dimple.
Anggota gerak : fokomelia, sindaktili, polidaktili, fraktur, paralisis, talipes, dan
lain-lain.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Neuromuscular : reflex moro, reflex genggam, reflex rooting, tonus otot, tremor,
jitteriness

2.6 Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Neonatos


Sepsis adalah infeksi berat yang umumnya disebabkan oleh bakteri, yang bisa
berasal dari organ-organ dalam tubuh seperti paru-paru, usus, saluran kemih atau
kulit yang menghasilkan toksin/racun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh
menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri.
Sepsis dapat mengakibatkan komplikasi yang serius mengenai ginjal, paru-paru,
otak dan pendengaran bahkan kematian. Sepsis dapat mengenai orang dari usia
berapapun, tetapi paling sering pada :

Bayi di bawah 3 bulan, sistem kekebalan tubuhnya belum cukup matang


untuk melawan infeksi yang berat

orang lanjut usia

orang dengan penyakit kronik

orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti dengan infeksi


HIV

jika bayi Anda (<3 bulan) mengalami demam (>38 oC pengukuran melalui anus),
terlihat tidak respon, tidak mau makan, kesulitan bernapas atau tampak sakit berat
segera hubungi dokter Anda.
Pada anak gejala dapat demam, tidak responsif, rewel, kebingungan, kesulitan
bernapas, ruam di kulit, tampak sakit atau mengatakan jantungnya berdebar-debar
maka Anda dapat menghubungi dokter Anda.
Sepsis timbul saat infeksi berat menyebabkan respon tubuh normal terhadap
infeksi menjadi berlebihan. Bakteri dan racun yang dihasilkan dapat

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

mengakibatkan perubahan suhu, frekuensi jantung dan tekanan darah dan dapat
mengakibatkan gangguan organ tubuh.
Tanda dan Gejala
Sepsis pada bayi baru lahir memiliki gejala yang bervariasi. Umumnya bayi
terlihat tidak seperti biasanya. Gejala sepsis pada bayi baru lahir :

tidak mau minum ASI atau muntah

suhu tubuh >38oC diukur melalui anus atau lebih rendah dari normal, suhu
tubuh tidak stabil

rewel

lemas dan tidak responsif

tidak aktif bergerak

perubahan frekuensi jantung (cepat pada awal sepsis kemudian pelan pada
sepsis lanjutan)

bernapas sangat cepat atau kesulitan bernapas

ada saat bayi henti napas lebih dari 10 detik

perubahan warna kulit (pucat atau biru)

kuning pada kulit dan mata

ruam kemerahan

kurang produksi urin

Penyebab Sepsis
Sepsis pada bayi baru lahir hampir selalu disebabkan oleh bakteri, seperti E.coli,
Listeria monocytogenes, Neisseria meningitidis, Streptokokus pneumonia,
Haemophilus influenza tipe b, Salmonella dan Streptokokus grup B adalah
penyebab sepsis pada beyi baru lahir dan bayi < 3 bulan.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Bayi prematur dalam perawatan intensif lebih rentan untuk mengalami sepsis
karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum terbentuk sempurna dan mereka
mendapat perawatan invasif, seperti infus, kateter, selang pernapasan (ventilator).
Tempat masuk infus atau kateter dapat menjadi jalan masuk bakteri yang
normalnya hidup di permukaan kulit untuk masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan infeksi.
Pada bayi baru lahir, sepsis terjadi bila bakteri masuk ke dalam tubuh bayi dari ibu
selama masa kehamilan, persalinan. Beberapa komplikasi selama kehamilan yang
meningkatkan risiko sepsis pada bayi baru lahir :

demam pada ibu selama persalinan

infeksi pada uterus atau plasenta

ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu atau 18 jam


sebelum dimulainya persalinan)

bakteri seperti streptokokus grup B dapat menginfeksi bayi baru lahir dalam
proses persalinan. Sekitar 15-30% perempuan hamil membawa bakteri
streptokokus grup B di vagina atau rektum yang dapat ditransmisikan dari ibu ke
bayi selama persalinan.
Diagnosis dan Tata Laksana Sepsis
Gejala sepsis seringkali tidak khas pada bayi, maka diperlukan bantuan
pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
sepsis :

tes darah (termasuk hitung sel darah putih) dan kultur darah untuk
menentukan apakah ada bakteri di dalam darah. Tes darah lainnya dapat
memeriksa fungsi organ tubuh seperti hati, ginjal

urin diambil dengan kateter steril untuk memeriksa urin di bawah


mikroskop dan kultur urin untuk mengetahui ada tidaknya bakteri

pungsi lumbal (pengambilan cairan otak dari tulang belakang) untuk


mengetahui apakah bayi terkenan meningitis

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

rontgen, terutama paru-paru, untuk memastikan ada tidaknya pneumonia

jika bayi menggunakan perlengkapan medis di tubuhnya, seperti infuse,


kateter , maka cairan dalam perlengkapan medis tersebut akan diperiksa
ada tidaknya tanda-tanda infeksi

Bayi yang sepsis atau dicurigai mengalami sepsis akan ditatalaksana di rumah
sakit, tempat dokter dapat memantau keadaannya dan memberikan pengobatan
untuk melawan infeksi.
Bila bayi didiagnosis sepsis maka dokter dapat memberikan cairan infus,
mengarut tekanan darah dan pernapasan dan memberikan antibiotik.
Mencegah Sepsis
Pencegahan sepsis karena streptokokus grup B dari ibu ke bayi selama persalinan
dapat dicegah dengan memeriksa ibu pada usia kehamilan antara 35 dan 37
minggu apakah terdapat bakteri tersebut pada jalan lahir.
Imunisasi dan cuci tangan adalah upaya pencegahan infeksi yang dapat mencegah
terjadinya sepsis. Orang yang dekat dengan bayi Anda sebaiknya tidak sakit dan
telah mendapat vaksinasi sebelumnya. Anak yang memakai perlengkapan medis
yang menetap dalam tubuh seperti kateter atau infus harus dipastikan untuk
memperhatikan petunjuk dokter untuk membersihkan dan merawat tempat alat
medis tersebut masuk ke tubuhnya.
Sepsis neonatorum

Infeksi umum bakteri dalam darah

Sindrom klinis dengan ciri penyakit sistemik simptomatik dan bakterimia

Lebih sering ditemukan pada BBLR

Lebih sering terjadi pada bayi yang lahir di RS dibandingkan dengan


diluar RS

BBL mendapatkan kekebaln/imunitas transplasenta terhadap kuman yang


berasal dari ibu

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Sesudah lahir, bayi terpapar kuman, bayi tidak mempunyai imunitas

Bayi berisiko mempunyai kesempatan 4x untuk mendapat septicemia


dibanding BBL normal

Bayi berisiko
Riwayat kehamilan

Infeksi pada ibu selama kehamilan antara lain TORCH

Ibu menderita eklampsia

Ibu dengan DM

Ibu mempunyai penyakit bawaan

Riwayat kelahiran

Persalinan lama

Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, SC)

Riwayat bayi baru lahir

Trauma lahir

Lahir kurang bulan

Bayi kurang mendapat cairan dan kalori

Hipotermi pada bayi

Kejadian yang meningkatkan resiko infeksi

Prematuritas

Prosedur infeksi

Endotrakheal tube

Nosokomial

Faktor Resiko

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Faktor resiko mayor

Ketuban pecah > 24 jam

Ibu demam saat intrapartum (suhu >38C)

Chorioamnionitis

DJJ menetap >160x/menit

Faktor resiko minor

Ketuban pecah >12jam

Ibu demam saat intrapartum (suhu >37C)

Leukosit ibu >15.000/ul

Nilai apgar sedang (menit ke 1 <5, menit ke 2 <7)

BB lahir sangat rendah (<1500 gram)

Usia gestasi <37 minggu

Kehamilan ganda

Lokhea berbau busuk

Riwayat infeksi streptokokus grup B

Infeksi melalui cara :


Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta

Kuman yang menyerang janin :


o

Virus : rubella, poliomyelitis, variola

Spirochaeta : syphilis

Bakteri : E. Coli, listeria, monocytogenesis

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Infeksi intranatal

Lebih sering terjadi

Mikroorganisme dapat masuk kedalam rongga amnion

Contoh :pada kehamilan dengan KPD, partus lama sering dilakukan manipulasi
vagina, kontak langsung dengan jaringan ibu saat janin melewati jalan lahir
Infeksi postnatal

Terjadi setelah bayi lahir

Merupakan infeksi yang didapat

Akibat pemakaian alat yang terkontaminasi atau sebagai infeksi silang

Infeksi terjadi dengan cara ;

Pemberian susu formula (pengolahan tidak hygienis, kontaminasi dari


lingkungan)

Masuknya mikroorganisme melalui umbilicus, pharynx, telinga, sistem


pernafasan, saluran kemih, gastro intestinal

Kontaminasi dengan bayi, individu atau lingkungan seperti pemakaian alat


suction, pemasangan infus

Bakteri disebut water bugs (karena mampu tumbuh dalam air) ditemukan
pada :
o

Sumber air

Alat pengatur kelembaban

Saluran cuci tangan

Mesin penghisap lendir

Alat bantu pernafasan

Daur kateter vena ddan arteri

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Sampel darah

Alat monitor TTV

Sumber Infeksi
Periode perinatal
Sepsis dini (< 3 hari)

Melalui plasenta 2%, persalinan 10%

Didapat selama masa perinatal karena kontak langsung dengan organisme


saluran kemih dan saluran cerna ibu

Organisme streptokokus grup B dan E. Coli

Organisme lain : gonococcus, herpes simplex, candida albicans, listeria,


chlamidia

Sepsis lambat (1-3 minggu setelah lahir)

Resiko tinggi pada bayi prematur, kelahiran sulit

Merupakan infeksi nosokomial

Organisme : Staphylococcus, Klebsiela, Enterococcus, Pseudomonas

Infeksi terjadi melalui : ujung stump umbilical, kulit, selaput mukosa, hidung,
faring, telinga, sistem respirasi, sistem syaraf, sistem perkemihan, sistem slauran
pencernaan
Sepsis neonatal terjadi pada

Bayi prematur

Bayi lahir setelah persalinan sukar/traumatik

Infeksi sistemik

Ciri fisik tidak jelas

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Tidak spesifik

Adanya infeksi terdeteksi melalui :

Observasi

Analisa perawatan yang cermat terhadap perubahan

Gejala awal tidak spesifik

Hipotermi

Perubahan warna

Tonus otot

Kegiatan dan perilaku minum

Tanda klinik yang menyebabkan sepsis neonatal


Tanda umum

Bayi secara umum nampak tidak sehat

Buruknya kontrol suhu : hipotermia (umum), hipertermia (jarang)

Sistem sirkulasi
Pucat, sianosis, kulit dingin, hipotensi, edema, denyut jantung abnormal
(bradikardi, takikardi, aritmia)
Sistem pernafasan
Pernafasan tidak teratur, apneu/takipneu, sianosis, dipneu, retraksi
Sistem syaraf
Kurangnya aktivitas (letargi, hiporefleksi, koma), tonus meningkat/menurun,
meningkatnya aktivitas, fontanella cembung, gerakan mata tidak normal
Sistem saluran cerna

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Tidak mau minum, muntah, meningkatnya residu lambung stelah makan,


diare/berkurangnya feses, adanya darah dalam feses, distensi abdomen,
hepatomegali
Sistem hemopoietik
Jaundice, pucat, petekie (bintik merah), ekimosis (memar), splenomegali
(pembengkakan limfa secara abnormal)

2.7 Patofisiologi Asfiksia Neonatus


Asfiksia pada Bayi Baru Lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir
tidak bernapas secara spontan danteratur. Bayi yang mengalami gawat janin
sebelumnya sering akan mengalami asfiksia sesudahpersalinan.
Sebagai penyebab terjadinya asfiksia adalah :
Beberapa keadaan ibu seperti : Preeklampsia dan eklampsia; Pendarahan
abnormal ( placenta previa,solution placenta ); Partus lama / partus macet;
Demam selama persalinan; Infeksi berat (malaria, sfilis,TBC, HIV ); Kehamilan
post matur ( sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa keadaan Tali
pusatseperti : Lilitan tali pusat; Tali pusat pendek; Simpul tali pusat; dan prolap
tali pusat, yangmengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran
oksigen ke janin juga berkurang yangmengakibatkan terjadi gawat janin,
menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa didahului tanda gawat janin,
seperti : Bayi premature (sebelum37 minggu kehamilan ); Persalinan sulit ( letak
lintang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,forcep ); Kelainan
congenital; Air ketuban campur mekonium ( warna kehijauan ).
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami
episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari
berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses


persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun
plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.

Faktor risiko asfiksia neonatorum


Faktor

risiko Faktor

risiko Faktor risiko janin

antepartum

intrapartum

Primipara

Malpresentasi

Penyakit pada ibu

Partus lama

Demam saat kehamilan

Persalinan yang sulit kongenital

Hipertensi

dalam

kehamilan

Prematuritas

BBLR

Pertumbuhan

janin

terhambat

Kelainan

dan traumatik
Mekoneum

dalam

ketuban

Anemia
Diabetes mellitus
Penyakit hati dan ginjal
Penyakit kolagen dan

Ketuban pecah dini


Induksi Oksitosin
Prolaps tali pusat

pembuluh darah

Perdarahan antepartum
Riwayat

kematian

neonatus sebelumnya

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Penggunaan

sedasi,

anelgesi atau anestesi

Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir


Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
jalan untuk mengeluarkan karbondioksida.Pembuluh arteriol yang ada di dalam
paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial
rendah.Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena
konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang
bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru,
dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan
oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan
pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan
udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan
mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun.Oksigen yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di
vena pulmonalis dan darah yang banyak mengandung oksigen kembali ke bagian
jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Pada
kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk menginisiasi

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh
paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang
sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan
mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas
yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan
pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan
berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi
Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau
setelah lahir. Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama
persalinan, biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta
atau tali pusat. Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin.
Masalah yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan
nafas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing
seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke
dalam paru mengakibatkan hipoksia. Bradikardia akibat hipoksia dan iskemia
akan menghambat peningkatan tekanan darah (hipotensi sistemik).
Selain itu kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara
di paru-paru akan mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap konstriksi sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke jaringan.
Pada beberapa kasus, arteriol di paru-paru gagal untuk berelaksasi walaupun paruparu sudah terisi dengan udara atau oksigen (Persisten Pulmonary Hypertension
Newborn, disingkat menjadi PPHN).
Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam
paru-parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan
insterstitial di paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol
pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri
sistemik tidak mendapat oksigen.
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung
dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
Penyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organorgan vital. Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka
terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi
jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan
organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang membahayakan akan
memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena
kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena
otak kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena
kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena
kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran
darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan; takipnu
(pernapasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru; dan sianosis
karena kekurangan oksigen di dalam darah.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

BAB III

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Pada bayi baru lahir, terdapat berbagai macam adaptasi dari
perubahan fisiologis terhadap berbagaisistem dalam tubuh neonatus.
Banyak masalah yang ditemukan pada bayi baru lahir, pada umumnya
adalah asfiksia dan icterus fisiologis atau patologis karena adaptasi
tersebut. Sehingga diperlukan penanganan yang baik untuk ibu hamil dan
bayinya.

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi edisi 11. Jakarta: EGC.
Satria, 2011, Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh, diakses pada 19
November

2012

<http://id.shvoong.com/medicine-and-health/diet-and-

exercise/2183446-faktor-faktor-yang-mempengaruhi

body/#ixzz2ClNQeN1T>
John P.J. Pinel, 1993 Biopsikologi ed. 2 Allyn & Bacon
Departemen Kesehatan RI 1994. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Jakarta,

Departemen Kesehatan RI
Azwar, A. 2004, Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan, Jakarta : FK UI
Maramis, W.F, 2009, Catatn Ilmu Kedokteran Jiwa Ed.2, Surabaya :

Airlangga University Press


Sherwood L. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 6.EGC.
Jakarta

S k e n a r i o 2 B a y i Ya n g M a l a n g "

Page 1

Anda mungkin juga menyukai