ToR Jurnal MAARIF-Mei 2013-Oke PDF
ToR Jurnal MAARIF-Mei 2013-Oke PDF
memiliki kebenaran tunggal, seraya memaksa kelompok yang lain mengikuti paham
kelompoknya. Tindakan kelompok radikalisme keagamaan yang kadang menggunakan
cara kekerasan, baik verbal maupun nonverbal, tentu saja sangat bertentangan dengan
konstitusi kita yang menjamin kemerdekaan beragama, berekspresi, dan berkeyakinan.
Radikalisme memang tidak persis sama dan tidak bisa disamakan dengan
terorisme. Ahmad Syafi'i Ma'arif pernah menyatakan bahwa radikalisme lebih terkait
dengan model sikap dan cara pengungkapan keberagamaan seseorang, sedangkan
terorisme secara jelas mencakup tindakan kriminal untuk tujuan-tujuan politik.
Radikalisme lebih terkait dengan problem intern keagamaan, sedangkan terorisme adalah
fenomena global yang memerlukan tindakan global juga. Namun radikalisme kadang kala
bisa berubah menjadi terorisme, meskipun tidak semuanya dan selamanya begitu (Islam
and the Challenge of Managing Globalisation, 2002).
Namun, sejatinya radikalisme adalah satu tahapan atau satu langkah sebelum
terorisme. Pada umumnya, para teroris yang banyak melakukan tindakan destruktif dan
bom bunuh diri mempunyai pemahaman yang radikal terhadap berbagai hal, terutama
soal keagamaan. Hal itu karena perbedaan di antara keduanya sangat tipis, dalam istilah
Rizal Sukma (2004), "Radicalism is only one step short of terrorism." Dan itu tampak ketika
banyak para teroris melegitimasi tindakannya dengan paham keagamaan radikal yang
mereka anut. Tidak heran jika para teroris yang juga kadang disebut sebagai orang neokhawarij itu menganggap orang lain yang bukan kelompoknya sebagai ancaman. Dan
ancaman ini dalam batas-batas tertentu, menurut mereka harus dimusnahkan.
Radikalisme juga banyak beririsan dengan problem terorisme juga menjadikan keamanan
dan kenyamanan menjadi terganggu. Oleh karenanya, diskusi yang serius tentang
radikalisme dan penyadaran masyarakat akan bahaya radikalisme mesti harus dijadikan
agenda yang serius dan terus menerus.
Term of Reference
Jurnal MAARIF Vol. 8, No. 1, Mei 2013
Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda
memperluas jangkauan jaringannya melalui kampus dan sekolah. Para mahasiswa dan
siswa yang masih berada dalam proses pencarian identitas diri dan tahap belajar
mengenal banyak hal, menjadi sasaran yang paling strategis untuk memperkuat gerakan
radikalisme keagamaan ini. Terlebih lagi, posisi strategis mahasiswa dan siswa yang
mempunyai jangkauan pergaulan luas dan relatif otonom, dianggap oleh gerakan radikal
sebagai sarana yang paling pas dan mudah untuk memproliferasi paham-paham radikal
yang mereka perjuangkan.
Riset MAARIF Institute pada tahun 2011 tentang Pemetaan Problem Radikalisme
di SMU Negeri di 4 daerah (Pandeglang, Cianjur, Yogyakarta, dan Solo) yang mengambil
data dari 50 sekolah mengkonfirmasi fenomena di atas. Menurut riset ini, sekolah
menjadi ruang yang terbuka bagi diseminasi paham apa saja. Karena pihak sekolah terlalu
terbuka, maka kelompok radikalisme keagamaan memanfaatkan ruang terbuka ini untuk
masuk secara aktif mengkampanyekan pahamnya dan memperluas jaringannya.
Kelompok-kelompok keagamaan yang masuk mulai dari yang ekstrem hingga menghujat
terhadap negara dan ajakan untuk mendirikan negara Islam, hingga kelompok Islamis
yang ingin memperjuangkan penegakan syariat Islam.
Sebagai konsekuensi dari menguatnya dan tertanamnya paham-paham
keagamaan radikal, banyak siswa yang pemahaman keislamannya menjadi monolitik dan
gemar menyalahkan pihak lain. Karena paham keagamaan yang tidak terbuka ini, maka
paham kebangsaan mereka menjadi tereduksi dan menipis. Yang ironis, pihak sekolah
banyak yang tidak peduli dengan paham-paham keagamaan yang diajarkan melalui
kegiatan-kegiatan Rohis di sekolah. Hal ini mungkin karena mereka terlalu percaya akan
independensi siswanya atau bisa jadi karena kelompok Rohis ini masuk ke kegiatan siswa
ketika jam belajar sekolah sudah selesai. Yang juga menarik dari temuan riset MAARIF
Institute, berbagai organisasi keagamaan yang bercorak keras banyak mengisi ruang
terbuka di sekolah dengan agendanya masing-masing. Kelompok ini juga membawa
paham keislaman yang mereka pahami masuk ke ruang sekolah mengisi ruang kosong
ideologi negara yang dulu sering diajarkan secara massif. Ideologi negara ini adalah
Pancasila yang dulu secara terus menerus diajarkan dan diindoktrinasi melalui Penataran
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila). Oleh karenanya, kesadaran
keislaman para siswa di 50 SMU Negeri di 4 daerah yang diteliti MAARIF Institute lebih
Term of Reference
Jurnal MAARIF Vol. 8, No. 1, Mei 2013
Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda
MAARIF hanya memuat artikel atau esai hasil refleksi, riset, atau kajian kritis yang
belum pernah dipublikasikan mengenai tema-tema yang ditetapkan oleh redaksi
berdasarkan Term of Refference yang dibuat.
2.
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan batas minimal panjang tulisan 2.000
kata (5 halaman) dengan batas maksimal 5000 kata (13 halaman), 1 spasi, A4;
dilengkapi dengan abstrak maksimal 100 kata, dan kata-kata kunci maksimal 7 kata.
3.
Artikel memuat: Judul, Nama Penulis (beserta deskripsi biodata singkat dan alamat email pribadi), Abstrak (dalam bahasa Indonesia), Kata-kata Kunci (dalam bahasa
Indonesia), Pendahuluan (tanpa anakjudul), Subjudul-subjudul (sesuai kebutuhan),
Penutup, dan Daftar Pustaka (bahan rujukan).
4.
Catatan-catatan berupa referensi ditulis secara lengkap dalam Catatan Kaki dengan
urutan: Nama Lengkap Pengarang, Judul Lengkap Sumber, Tempat Terbit, Penerbit,
Tahun Terbit, dan nomor halaman. Rujukan dari internet harap mencantumkan
halaman http secara lengkap serta tanggal pengaksesannya.
5.
Kutipan lebih dari empat baris diketik dengan spasi tunggal dan diberi baris baru.
Kutipan empat baris atau kurang dituliskan sebagai sambungan kalimat dan
dimasukkan dalam teks memakai tanda petik.
Term of Reference
Jurnal MAARIF Vol. 8, No. 1, Mei 2013
Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda
6.
Daftar Pustaka diurutkan secara alfabetis, dan hanya memuat literatur yang dirujuk
dalam artikel. Contoh:
Lijphart, Arend. Democracy in Plural Societies. New Haven: Yale University Press,
1977.
Skolimowski, Henryk, David Skrbina, and Juanita Skolimowski. World As Sanctuary:
The Cosmic Philosophy of Henryk Skolimowski. Detroit: Creative Fire Press,
2010.
Glazer, Sidney, and A L. Tibawi. "Review of American Interests in Syria, 1800-1901: a
Study of Educational, Literary and Religious Work." The American Historical
Review. 73.1 (1967): 187-188.
7.
Pengiriman artikel (dalam bentuk file atau file-attachment) paling lambat pada
Senin, 13 Mei 2013. Tulisan dikirimkan ke alamat redaksi: Kantor MAARIF Institute, Jl.
Tebet Barat Dalam II, no. 6, Tebet, Jakarta Selatan 12810. dan atau dikirim ke alamat
e-mail:
foead79@yahoo.com,
cc.
darrazophy@yahoo.com,
fajarrizaulhaq@yahoo.com, maarif@maarifinstitute.org
8.
Atas tulisan yang telah dimuat, penulis berhak memperoleh ucapan terimakasih
berupa bukti terbit 2 eksemplar dan honorarium tulisan sebesar Rp. 700.000,-
Term of Reference
Jurnal MAARIF Vol. 8, No. 1, Mei 2013
Fenomena Radikalisme di Kalangan Kaum Muda