Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan
lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami

mengucapkan

terima

kasih

secara

khusus

kepada dr. Arfi

Syamsun, Sp. KF, Msi. Med sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami
dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses
tutorial ini.
Kami

juga

ingin

meminta

maaf

yang

sebesar-besarnya

atas

kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah sematamata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami
lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian
hari.

Mataram, 13 Desember 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
Skenario.3
Mind Map. 4
Learning Objective (LO)... 5
BAB I : Pendahuluan 6
BAB II : Pembahasan LO.... 23
1. Mekonium dan fisiologinya dalam tubuh .. 23
2. APGAR ... 24
3. Ikterik fisiologis dan patologis 25
4. Keadaan yang menyertai BBLR dan bayi belum cukup bulan 28
5. Suhu pada bayi dan bayi tampak lemah dalam scenario menunjukan pada
kondisi apa ?.................................................................................

30

6. Penatalaksanaan neonatus kondisi emergency . 31


BAB II : PENUTUP 35
Kesimpulan.35
Daftar Pustaka..36

SKENARIO 2
BAYI YANG MALANG
Seorang bayi perempuan berusia 3 hari di rawat di NICU sebuah RS, bayi
tersebut lahir dengan berat badan 2450 gram, umur kehamilan belum cukup bulan
dan lahir melalui operasi ceasar karena mengalami lilitan tali pusar pada lehernya.
Pada saat dikeluarkan dari uterus bayi tersebut tidak langsung menangis dan
seluruh tubuh tambak kebiruan. Kondisi terakhir bayi saat diperiksa dokter di
NICU : suhu tubuh 38,8 0c, denyut jantung 167 kali/menit, frekuensi pernafasan
46 kali/menit, sclera tampak ikterik, bayi tampak lemah, tangisan lemah,
meconium belum keluar dan belum mau minum ASI.

MIND MAP

NEONATUS
PENATALAKSAN
AAN
KELAHIRA
NORMAL
N
TIDAK
NORMAL
EMERGENCY

NORMAL
TIDAK
NORMAL
PENANGANA
N
CAESA
R

APGAR
TANDA
VITAL
NORMA
L
TIDAK
NORMA
L
IKTERI
ASFIKSI
K
A

ADAPTA
SI
NORMA
L
PREMATU
R

PATOLOGI
S

FISIOLOG
IS

LEARNING OBJECTIVES

1. Mekonium dan fisiologinya dalam tubuh


2. APGAR
3. Ikterik fisiologis dan patologis
4. Keadaan yang menyertai BBLR dan bayi belum cukup bulan
5. Suhu pada bayi dan bayi tampak lemah dalam scenario menunjukan pada
kondisi apa ?
6. Penatalaksanaan neonatus kondisi emergency

BAB I
PENDAHULUAN
ASFIKSIA
Asfiksia pada Bayi baru lahir
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
bernapas secara spontan danteratur. Bayi yang mengalami gawat janin
sebelumnya sering akan mengalami asfiksia sesudahpersalinan.
Sebagai penyebab terjadinya asfiksia adalah :
Beberapa keadaan ibu seperti : Preeklampsia dan eklampsia; Pendarahan
abnormal ( placenta previa,solution placenta ); Partus lama / partus macet;
Demam selama persalinan; Infeksi berat (malaria, sfilis,TBC, HIV ); Kehamilan
post matur ( sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa keadaan Tali
pusatseperti : Lilitan tali pusat; Tali pusat pendek; Simpul tali pusat; dan prolap
tali pusat, yangmengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran
oksigen ke janin juga berkurang yangmengakibatkan terjadi gawat janin,
menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa didahului tanda gawat janin, seperti :
Bayi premature (sebelum37 minggu kehamilan ); Persalinan sulit ( letak lintang,
bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,forcep ); Kelainan congenital; Air
ketuban campur mekonium ( warna kehijauan ).
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami
episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari
berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan
dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada
pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa
6

sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu
akan menyebabkan asfiksia.

Faktor risiko asfiksia neonatorum


Faktor

risiko Faktor

risiko Faktor risiko janin

antepartum

intrapartum

Primipara

Malpresentasi

Penyakit pada ibu

Partus lama

Demam saat kehamilan

Persalinan yang sulit kongenital

Hipertensi

dalam

kehamilan

Prematuritas

BBLR

Pertumbuhan

janin

terhambat

Kelainan

dan traumatik
Mekoneum

dalam

ketuban

Anemia

Ketuban pecah dini

Diabetes mellitus
Penyakit hati dan ginjal
Penyakit kolagen dan

Induksi Oksitosin
Prolaps tali pusat

pembuluh darah

Perdarahan antepartum
Riwayat

kematian

neonatus sebelumnya
Penggunaan

sedasi,

anelgesi atau anestesi


TANDA-TANDA VITAL BAYI DAN KEABNORMALANNYA

a. Suhu tubuh bayi


Pada bayi baru lahir pengukuran suhu tubuh dilakukan melalui
kulit dibandingkan dengan melalui oral atau rectal. Pengukuran suhu di
aksila

atau

kulit

abdomen

lebih

disarankan.

Pengukuran

dapat

menggunakan termometer air raksa, atau termometer digital.


Kisaran normal suhu tubuh bayi baru lahir adalah 36,5-37,5 C
pada suhu aksila atau 36-36,5 C pada dinding abdomen.
Hipotermia pada bayi baru lahir adalah penurunan suhu tubuh bayi
sampai dibawah 36,5 C. Hipotermia terjadi bila tubuh tidak dapat
mengkompensasi kehilangan panas. Bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) terutama yang prematur memiliki risiko terjadi hipotermia lebih
besar karena jaringan lemak subkutan rendah, cadangan glikogen dan
jaringan lemak coklat rasio luas permukaan tubuh lebih besar
b.

dibandingkan bayi baru lahir cukup bulan (BBLC).


Frekuensi pernapasan bayi
Pernafasan bayi baru lahir biasanya diafragmatik. Frekuensi
pernapasan berkisar
antara 30-100/menit bergantung pada aktivitas. Sebaiknya dihitung

menit penuh karena banyak fluktuasinya. Pada bayi cukup bulan dalam
keadaan tenang, bila didapatkan frekuensi pernafasan lebih dari
60kali/menit, harus dicurigai kemungkinan terdapat insufisiensi jantung
atau paru. Bayi prematur sering menunjukkan pernafasan jenis cheynesStokes. Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkoesikuler.
c. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi pada bayi berkisar 70-180 kali/menit. Rata-rata
untuk kisaran normalnya adalah 120-130 kali/menit.
d. Tekanan darah bayi
Tekanan darah pada bayi normalnya ialah 85/60 mmHg. Metode
flush hanya dapat diukur tekanan sistolenya saja.
FISIOLOGI PERSALINAN
Persalinan merupakan proses dimana bayi dilahirkan. Dokter biasanya
menghitung masa gestasi atau masa kehamilan, selama 280 hari atau 40 minggu
dari periode menstruasi yang terahir sampai tanggal kelahiran bayi. Pada bulan8

bulan terahir masa kehamilan, uterus menjadi lebih mudah teriritasi dan biasanya
sesekali menunjukkan kontraksi dan kontraksi ini akan menjadi semakin kuat dan
lebih sering terjadi sampai persalinan terinisiasi. Serviks secara berangsur-angsur
mulai berdilatasi dan kontraksi uterus yang kuat akan membantu pengeluaran bayi
dari uterus melalui vagina. Sebelum pengeluaran bayi dari uterus, kantong amnion
akan rupture dan amnion fluid akan mengalir keluar melalui vagina.
Labor merupakan periode dimana terjadi kontraksi dan menyebabkan
pengeluaran janin dari uterus. Terjadi melalui tiga tahapan:
1. First stage. Tahap pertama dimulai dengan dimulainya kontraksi uterus secara
bertahap dan memanjang sampai serviks berdilatasi sampai diameternya
sesuai dengan kepala fetus. Tahap ini biasanya berlangsung selama 8-24 jam,
tetapi tahap ini bisa lebih pendek pada beberapa wanita yang sudah pernah
melahirkan lebih dari satu kali. Normalnya, kepala fetus berada diposisi
inferior di dalam pelvis wanita selama proses labor. Kepalanya bertindak
sebagai pendorong yang akan membuka serviks dan vagina untuk terbuka
selama kontraksi uterus menekan fetus.

2. Second stage. Tahap kedua berlangsung selama dilatasi maksimal serviks


sampai bayinya melewati vagina. Tahap ini bisa berlangsung dalam hitungan
menit atau jam. Selama dalam tahap ini, kontraksi dari otot-otot abdomen
akan membantu dari kontraksi uterus. Kontraksi ini menyebabkan tekanan
yang cukup untuk menekan pembuluh darah yang terdapat di plasenta dan

akan menyebabkan aliran darah menuju fetus terhenti. Selama periode


relaksasi, aliran darah yang menuju ke plasenta dimulai lagi.

3. Third stage. Pada tahap ini terjadi pengeluaran plasenta dari uterus. Kontraksi
yang berasal dari uterus menyebabkan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Pada tahap ini biasanya terjadi perdarahan, hal ini terjadi karena plasenta
tertempel erat di uterus; bagaimanapun, perdarahan ini normalnya akan
dihambat karena kontraksi otot polos uterus akan menekan pembuluh darah
yang menuju ke plasenta.

Faktor Hormonal yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus


1. Rasio estrogen terhadap progesterone.
Pada bulan-bulan ahir masa kehamilan, sekresi estrogen meningkat,
sedangkan sekresi dari progesterone cenderung stabil atau bahkan menurun.
Penyebab dari hal ini adalah fetus tersebut mengeluarkan hormon ACTH
(adrenocorticotropic hormone) yang akan merangsang kelenjar adrenal dari
fetus itu sendiri untuk mensekresikan steroid adreno kortikal dalam jumlah
yang lebih banyak, dan akan dikirim menuju plasenta melalui tali pusar, dan di
plasenta lah tempat kerjanya yang akan menghentikan sekresi progesterone
10

dan meningkatkan sekresi estrogen dan prostaglandin. Ini menyebabkan


kontraktilitas dari uterus meningkat, hal ini dikarenakan estrogen memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan jumlah dari taut celah atau gap junction
antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan, dan juga karena beberapa
alasan yang masih belum bisa dimengerti. Selain itu juga karena jumlah
estrogen yang cenderung meningkatkan kontraktilitas otot menjadi meningkat
dibandingkan dengan jumlah progesterone yang memiliki sifat kontraksi
uterus selama masa kehamilan yang disekresikan konstan bahkan menurun.
2. Pengaruh Oksitosin pada Uterus
Oksitosin adalah hormone yang berfungsi secara khusus untuk meningkatkan
kontraktilitas uterus yang disekresikan oleh hipofisis posterior atau
neurohipofisis. Terdapat beberapa bukti bahwa oksitosin diperlukan dalam
meningkatkan kontraktilitas uterus, seperti; (1) otot-otot yang ada di uterus
meningkatkan jumlah reseptornya terhadap oksitosin dan mengakibatkan
peningkatan respon terhadap dosis oksitosin yang diberikan/dihasilkan dalam
bulan-bulan terahir masa kehamilan, (2) neurohipofisis menigkatkan sekresi
oksitosin secara ceapt pada saat proses persalinan, (3) apda hewan percobaan
yang telah mengalami hipofisektomi, masih bisa melakukan proses persalinan
secara normal pada kehamilan aterm, tetapi sedikit lebih lama, (4) adanya
reflex neurogenic melalui nucleus paraventrikuler hipotalamus dan nucleus
suprakiasmatik hipotalamus yang bisa menyebabkan peningkatan sekresi
oksitosisn, reflex tersebut dikarenakan adanya regangan atau iritasi pada
serviks uteri pada saat proses persalinan.

11

Faktor-Faktor Mekanis yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus


1. Regangan Otot-Otot Uterus
Regangan sederhana organ-organ berotot
polos

biasanya

kontraktilitas

akan
otot-otot

meningkatkan
tersebut.

Selanjutnya, regangan intermiten, seperti


yang terjadi pada uterus secara berulangulang yang disebabkan oleh pergerakan
fetus bisa juga menyebabkan peningkatan
kontraktilitas otot polos. Pada bayi
kembar, biasanya waktu persalinan akan
lebih cepat 19 hari daripada anak tunggal, hal ini dikarenakan regangan
mekanik dari bayi yang kembar lebih besar dibandingkan anak tunggal pada
otot uterus sehingga mengakibatkan kontraktilitas uterus.
2. Regangan atau Iritasi Serviks
Terdapat alasan untuk memercayai bahwa meregangkan atau mengiritasi
serviks uteri khususnya penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Sebagai
contoh, ahli obstetric sering menginduksi persalinan dengan meemcahkan
ketuban sehingga kepala bayi lebih meregang serviks daripada biasanya atau
mengiritasi serviks dengan cara lain. Mekanisme bagaimana iritasi serviks
dapar merangsang korpus uteri tidak diketahui. Diduga bahwa regangan atau
iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya reflex pada korpus uteri, tetapi
efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi miogenik sinyalsinyal ke korpus uteri.
12

ADAPTASI
1. PERUBAHAN PERNAPASAN

Putus hubungan plasenta antara ibu dan bayi anak biasanya mulai
bernapas dalam waktu beberapa menit dan irama pernapasan < 1 menit
setelah lahir.

Ketepatan waktu bernapas karena rangsangan sensoris (taktil), udara


dingin, asfiksi ringan pada bayi

Bayi yang tidak bernapas dengan segera tubuhnya menjadi hipoksia


dan hiperkapnea memberikan stimulus tambahan terhadap pusat
pernapasan dan menyebabkan pernapasan dalam beberapa menit
selanjutnya setelah lahir

Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
hormon stres dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi yang
menyebabkan tekanan onkotik meningkat disertai dengan meningkatnya aliran
paru ke dalam ruang interstisial paru untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfatik.
Pada saat lahir, hingga 35% cairan paru janin hilang.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil nafas pertama kali
meliputi peristiwa-peristiwa biokimia, seperti hipoksia relatif di akhir persalinan
dan stimulus fisik terhadap neonatus, seperti udara dingin, gaya gravitasi, nyeri,
cahaya, dan suara, yang menyebabkan perangsangan pusat pernapasan.

13

Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang
ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan trakea keluar sebagian dan udara
mulai mengisi saluran trakea. Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama
jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaaat dari pengurangan
cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang
lebih persisten.
Setelah beberapa kali napas
pertama, udara dari luar mulai
mengisi jalan napas besar pada
trakea

dan

bronkus

neonatus.

Cairan dalam paru didorong ke


perifer

paru,

tersebut

tempat

diabsorpsi.

semua

alveolus

karena

terisi

cairan

Akhirnya,

mengembang
udara.

Fungsi

alveolus maksimum dapat dicapai


jika

terdapat

surfaktan

yang

adekuat dan aliran darah yang


melalui

mikrosirkulasi

adekuat.

Surfaktan

menstabilkan

dinding

paru

membantu
alveolus

sehingga tidak kolaps pada akhir napas. Ini mengurang tekanan yang dibutuhkan
untuk pernapasan sehingga mengurangi beban kerja pernapasan.

2. PERUBAHAN SIRKULASI

Hati dan paru-paru fetus belum berkembang sepenuhnya sehingga


aliran darah tidak terlalu banyak disini sebagian besar ke plasenta

Darah yang kembali dari plasenta melalui vena umbilikalis melewati


duktus venosus terutama melalui hati
14

Darah yang masuk ke atrium kanan diarahkan dalam jalur yang


melewati bagian posterior atrium kanan dan melalui foramen ovale -
masuk ke atrium kiri.

Perubahan primer paru-paru saat lahir :


1. Aliran darah palsenta hilang resistensi pembuluh darah sistemik
berlipat ganda saat lahir >> tekanan aorta dan tekanan ventrikel kiri dan
atrium kiri
2. Resistensi vascular pulmoner menurun (pengembangan paru-paru)
a. Hipoksia paru-paru neonatus vasokonstriksi tonik pembuluh
darah paru-paru
b. Aerasi paru-paru vasodilatasi penurunan resistensi aliran
darah paru-paru 5x lipat penurunan tekana arteri pulmonalis,
tekanan ventrikel kanan, dan tekanan atrium kana

15

PENUTUPAN FORAMEN OVALE

Perubahan resistensi pulmoner


Perubahan resistensi pulmoner
dan sistemik
dan sistemik

Katup kecil yang ada di atas foramen


Katup kecil yang ada di atas foramen
ovale menutup ostium
ovale menutup ostium

Tekanan atrium dextra rendah, tekanan


Tekanan atrium dextra rendah, tekanan
atrium sinistra tinggi
atrium sinistra tinggi

Darah mencoba mengalir balik


Darah mencoba mengalir balik
melalui foramen ovale (Atrium
melalui foramen ovale (Atrium
sinistra Atrium dextra)
sinistra Atrium dextra)

Mencegah aliran lebih lanjut dari


Mencegah aliran lebih lanjut dari
foramen ovale
foramen ovale

PENUTUPAN DUCTUS ARTERIOSUS

>> resistensi sistemik


>> resistensi sistemik

1-8 hari konstriksi ini


1-8 hari konstriksi ini
menghentikan aliran darah
menghentikan aliran darah

>> tekanan aorta; << resistensi paru <<


>> tekanan aorta; << resistensi paru <<
tekanan arteri pulmonalis
tekanan arteri pulmonalis

Darah akan mengalir balik dari aorta ke


Darah akan mengalir balik dari aorta ke
dalam arteri pulmonalis melalui duktus
dalam arteri pulmonalis melalui duktus
arteriosus
arteriosus

Otot duktus arteriosus


Otot duktus arteriosus
berkonstriksi
berkonstriksi

Penutupan fungsional duktus


Penutupan fungsional duktus
arteriosus
arteriosus

1-4 bulan kemudian duktus arteriosus


1-4 bulan kemudian duktus arteriosus
tertutup secara anatomis oleh pertumbuhan
tertutup secara anatomis oleh pertumbuhan
jaringan fibrosa lumen
jaringan fibrosa lumen

16

PENUTUPAN DUCTUS VENOSUS

Darah porta dari abdomen bergabung


Darah porta dari abdomen bergabung
dengan darah dari vena umbilicalis melalui
dengan darah dari vena umbilicalis melalui
duktus venosus ke vena melewati hati
duktus venosus ke vena melewati hati

Setelah lahir :
Setelah lahir :
Aliran darah melalu vena umbilikalis
Aliran darah melalu vena umbilikalis
berhenti tetapi masih banyak darah porta
berhenti tetapi masih banyak darah porta
mengalir melalui duktus venosus
mengalir melalui duktus venosus

Hanya sedikit melalui saluranHanya sedikit melalui saluransaluran di hati


saluran di hati

Dalam waktu 1-3 jam


Dalam waktu 1-3 jam
Dinding otot duktus venosus akan
Dinding otot duktus venosus akan
berkontraksi dengan kuat dan
berkontraksi dengan kuat dan
menutup aliran yang besar ini
menutup aliran yang besar ini

Tekanan porta meningkat dari


Tekanan porta meningkat dari
mendekati 0 menjadi 6 lalu 10
mendekati 0 menjadi 6 lalu 10
mHg
mHg
Mendorong aliran darah
melalui sinus-sinus hati

Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah.


Keran paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran
darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru
dan malah mengalir melalui lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut
foramen ovale. Darah yang kaya oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir
ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janinplasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sisr\tem
sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi
adalah peningkatan tahana pembuluh darah sistemik (Sistemic Vascular
Resistance - SVR). Hal penting dari SVR ini adalah terjadinya bersamaan dengan
tarikan nafas pertama bayi baru lahir sehingga oksigen yang dihirup menyebabkan
pembuluh darah berelaksasi dan terbuka (paru menjadi sistem bertekanan rendah).
17

3.

TERMOREGULASI
Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi
baru lahir meliputi area permukaan tubuh neonatus yang luas, berbagai tingkat
insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Kemampuan neonatus tidak
stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir,
bahkan jika bayi cukup bulan dan sehat. Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas melalui empat mekanisme : (1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, (4)
evaporasi.
Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara : menggigil,
aktivitas otot volunteer, dan termogenesis tanpa menggigil. Menggigil dan
aktivitas otot tidak efisien dan menfaatnya terbatas. Termogenesis tanpa
menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini : peningkatan
kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat untuk memproduksi
panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan
meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepibefrin
mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas dalam
sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat
jelas dan membuat lelah.
Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas.
Lapisan lemak coklat berada pada dan di sekitar tulang belakang bagian atas,
klavikula, sternum, ginjal, dan pembuluh darah besar. Penghasilan panas
melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi akhir
akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan
adenosisn yang dihasilkan plesenta. Stimulus dingina ketika kehilangan
kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas dalam hipotalamus. Pesan-pesan
ini dikirimkan ke lemak coklat. Melalui radiasi glukosa dan glikogen, sel-sel
lemak coklat menghasilkan energi yang mengubah banyak vakuola lemak
intraseluler kecil menjadi energi panas. Pada bayi baru lahir yang mengalami
hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan lemak cokelat tidak
berlangsung dengan efisien.
18

METABOLISME NUTRISI DAN CAIRAN


Jumlah glukosa yang disimpan dalam tubuh bayi dalam bentuk glikogen hati
dan otot hanya cukup menyuplai kebutuhan beberapa jam saja sedang fungsi
hati belum maksimal untuk melakukan glukoneogenesis penggunaan simpanan
lemak sampai ASI dapat disediakan 2-3 hari kemudian berat badan bayi bisa
hilang 5-10% atau 20% dalam 2-3 hari banyak kehilangan cairan daripada
massa tubuh kecepatan pertukaran (asupan dan ekskresi) cairan neonatus 7x
lebih besar dari orang dewas
Kecepatan metabolisme pada bayi 2x lebih besar dari orang dewasa,
berkaitan dengan massa tubuh dimana luas permukaan tubuh sangat besar
dibanding dengan massa tubuh panas mudah hilang dari tubuh & pembentukan
asam lebih besar suhu tubuh lebih cepat turun dan asidosis
Fungsi Ginjal :
1.

Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus mudah menyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air

2.

Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan kehilangan


natrium dalam jumlah besar dan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
lain

3. Neonatus tidak mampu mengkonsentrasikan urin dengan baik berat jenis


urine 1,004 dan osmolalitas urine yang rendah
Fungsi Hati :
1. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat oloeh hati neonatus berlangsung
buruk sedikit menyekresikan bilirubin saat pertama kehidupan
2. Pembentukan protein plasma oleh hati defisiensi konsentrasi plasma
menurun samapi 10-15% dari anak yang lebih tua (edema hipoproteinemia)
3. Fungsi glukoneogenesis belum adekuat kadar glukosa bisa menurun
penurunan berat badan bergantung pada simpanan energi lemaknya
19

4. Hati hanya mampu membentuk sedikit faktor untuk koagulasi darah normal
5. SISTEM GASTROINTESTINAL
Sebelum lahir, janin aterm mempraktikkan perilaku mengisap dan
menelan. Reflek muntah dan batuk yang metur telah lengkap pada saat bayi
lahir. Mekonium, walaupun steril, mengandung debris Dario cairan amnion,
yangmenguatkan bahwa janin meminum cairan amnion dan bahwa cairan
tersebut melalui saluran cerna.
Neonatus mengalami kesulitan dalam mencerna makanan. Hal ini terkait
dengan kebutuhan akan berbagai enzim dan hormon, misalnya amylase
pancreas yang kurang adekuat sehingga penggunaan zat tepung sifatnya
terbatas. Neonatus kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan
orang dewasa. Absorpsi karbohidrat relative efisien, terutama dalam
mengabsorpsi monosakarida (glukosa) dengan catatan zat ini tidak terlalu
banyak.
Sfingter gastroesofageal belum sempurna sehingga hal ini sering
membuat bayi regurgitasi isis lambung pada BBL dan bayi yang muda.
Usus bayi relatif tidak matur dikarenakan sistem otot yang tipis dan
kuyrang efisien sehingga gerak peristaltik tidak dapat diprediksikan. Lipatan,
vili, dan sel epitel belum berkembang dan tidak berganti dengan cepat
sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan
oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian
sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus seperti amylase, tripsin, dan
lipase pancreas.
Epitel usus yang tidak matur mempengaruhi kemampuan usus untuk
melindungi diri dari zat-zat yang sangat berbahaya. Selama awal masa bayi,
neonatus menghadapi tugas penting penutupan usus proses yang membuat
permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen. Sebelum
penutupan usus, bayi sangat rentan dengan infeksi bakteri/virus dan juga
terhadap stimulasi allergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus.
20

Pemberian ASI, terutama mepercepat penutupan usus karena mengandung IgA


sekrestori dan menstimulasi proliferasi enzimusus.
Kolon neonatus kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon
orang dewasa sehinggga neonatus seringkali mengalami komplikasi
kehilangan cairan. Kondisi ini membuat penyakit diare kemungkinan besar
mejadi serius pada bayi muda.
6. SISTEM IMUNITAS

Pada akhir bulan I Gamma globulin bayi yang mengandung


antibody mengalami penurunan sampai < kadar aslinya
penurunan imunitas sistem imun bayi mulai membentuk antibody
dengan konsentrasi gamma globulin kembali pada usia 12-20 bulan

Imun anak yang diwariskan dari ibu bertahan sampai 6 bulan


untuk melindungi dari campak, difteri, dan polio

Alergi bisa terjadi ketika antibody neonatus mulai dibentuk untuk


pertama kalinya bisa terjadi eksim yang berat, kelainan saluran
pencernaan, anafilaktik bisa menghilang saat anak tumbuh lebih besar
dan tingkat imunitas terus berkembang

Imunitas alami
Contohnya :
1. Perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membrane mukosa
2. Kerja seperti saringan oleh saluran napas
3. Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelidung
4. Perlidungan yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung
5. Penutupan usus pada lapisan usus yang matur
6. Sel fagisotosis : Neutrofi PMN (tetapi diragukan kemampuannya dalam
mobilisasi dan menempel pada tempat peradangan), monosit dan makrofag
sedikit mengalami defisiensi ketidakadekuatan kemotaksis dan
opsonisasi.

21

Imunitas adaptif
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus dan bakteri
yang pernah dihadapi ibu didapatkan melalui perjalanan transplasenta dari
varietas IgG. Menemukan IgM dan IgA dalam darah tali pusat merupakan
indikasi bahwa janin secara aktif berespon terhadap infeksi intrauteri.
Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba
kecuali jika ibu berespon terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.
Secara bertahap, bayi muda mulai menghasilkan sirkulasi kelas IgG
yang adekuat. Ini memakan waktu dan respon antibody penuh terhadap
antigen asing yang tidak mungkin terbentuk sampai masa kanak-kanak awal.
Hal ini menimbulkan sejumlah penyakit yang dialami anak-anak kecil. Respon
antibodi yang penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang didapat
pada masa pranatal dari ibu. Salah satu tugas biologis utama selama masa bayi
dan kanak-kanak awal ialah pembentukan imunitas.

22

BAB II
PEMBAHASAN

MEKONIUM DAN FISIOLOGINYA DALAM TUBUH


Mekonium adalah feces pertama dari Bayi Baru lahir ( BBL ). Mekonium
bersifat kental, pekat dan berwarna hijau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan
mekonium pertama kali sesudah persalinan ( 12 24 jam pertama ). Sekitar 15%
kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air
ketuban. Hal ini menyebabkan cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium
jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat
sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala, monitor bayi dengan seksama
karena merupakan tanda bahaya. Tidak selalu jelas kenapa mekonium bisa
dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang janin tidak memperoleh oksigen
yang cukup ( gawat janin ). Kekurangan oksigen dapat meningkatkan gerakan
usus dan membuat relaksasi otot anus. Dengan demikian janin mengeluarkan
mekonium.
Bayi dengan resiko lebih tinggi untuk gawat janin memiliki pewarnaan air
ketuban bercampur mekonium ( warna kehijauan ) lebih sering, misalnya bayi
kecil untuk masa kehamilan ( KMK ) atau bayi post matur. Bila air ketuban
bercampur mekonium berwarna kehijauan, maka bayi dapat kemasukan
mekonium dalam paru-parunya selama di dalam rahim, atau mekonium masuk ke
paru-paru sewaktu bayi memulai bernapas begitu lahir. Tersedak mekonium dapat
menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian. Untuk itu diperlukan
pertolongan segera dengan melakukan tindakan resusitasi Bayi Baru Lahir dengan
Air Ketuban Bercampur mekonium.

23

APGAR
Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan
penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai
dinamakan Skor APGAR.
Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya
diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada
menit ke 10, 15 dan 20.

Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

biru/pucat

warna kulit tubuh

warna kulit tubuh,

normal kemerahan,

seluruh ekstremitas

ekstremitas biru

normal kemerahan,

(akrosianosis)

tidak ada sianosis

tidak ada

<100 kali/menit

>100 kali/menit

GRIMACE

tidak ada

meringis/menangis

meringis/bersin/batuk

(Respons refleks)

respons

lemah ketika

saat stimulasi saluran

terhadap

distimulasi

napas, menangis

bergerak aktif

APPEARANCE
(Warna kulit)

PULSE (Denyut
jantung)

stimulasi
ACTIVITY

lemah/tidak

sedikit gerakan,

(Tonus otot)

ada

ekstremitas fleksi
sedikit

RESPIRATION
(Pernapasan)

tidak ada

lemah atau tidak

menangis kuat,

teratur

pernapasan baik dan


teratur

24

Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan. Jika jumlah skor berkisar di
7 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 6
pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk
membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan
membaik dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar
antara 0 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi.

IKTERIK FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS


IKTERUS
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata, atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan bilirubin yang
meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Sekitar sepertiga dari semua
bayi, antara hari ketiga dan kelima kehidupan mengalami ikterus neonatorum
fisiologis. Terjadi hiperbilirubinemia pada saat lahir, dengan kadar bilirubin lebih
tinggi dari 10 mg/ dl dan akan menurun nantinya dengan cepat. Kebanyakan
bilirubin tersebut adalah bilirubin bebas atau tidak terkonjugasi. Ikterus pada
neonatus tidak selamanya merupakan ikterus patologik. Ikterus fisiologik adalah
ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar
patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai
potensi menjadi kern-ikterus (suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus,
hipokampus, nucleus merah, dan nucleus pada dasar ventrikulus ke IV) dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada
akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus patologik ialah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar
patologik ini misalnya ada pada jenis bilirubinnya, saat timbulnya dan

25

menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Etiologi ikterus pada bayi baru lahir
dapat berdiri sendiri atau pun disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1.

Produksi yang berlebihan, lebih daripada kemampuan bayi untuk


mengeluarkannya misalnya pada: hemolisis yang meningkat pada
inkompabilitas darah Rh, defisiensi enzim G6PD, perdarahan tertutup dan
sepsis.

2.

Gangguan proses uptake dan konjugasi oleh hepar. Gangguan ini


dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan
ada tidaknya enzim glukoronil transferase

3.

Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin


kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat-obatan. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.

4.

Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi


dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

Beberapa Jenis Ikterus Neonatal


a. Ikterus Hemolitik yang berat pada umumnya merupakan suatu golongan
penyakit yang disebut eritroblastosis fetalis. Penyakit hemolitik ini biasanya
disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ibu dan bayi.
b. Ikterus obstruktiva. Obstruksi dalam penyaluran empedu dapat terjadi di
dalam hepar dan di luar hepar mengakibatkan penumpukan bilirubin .
c. Kern-Ikterus. Ensefalopatia oleh bilirubin merupakan satu hal yang sangat
ditakuti sebagai komplikasi hiperbilirubinemia. Telah ditemukan suatu
gumpalan bilirubin pada bayi-bayi yang telah meninggal pada ganglia basalis,
keadaan inilah yang disebut kern-ikterus.
26

Klasifikasi ikterus patologis

Ikterus Prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel
darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas
terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan peningkatan bilirubin

yang tidak terkonjugasi.


Ikterus Hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan
hati maka akan terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke
dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna
dikeluarkan ke dalam ductus hepatikus karena terjadi retensi dan

regurgitasi.
Ikterus Kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya
adalah

peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin

dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
Perbedaan antara ikterus Fisiologis dan Patoogis

Ikterus Fisiologis Neonatus


Terjadi pada 24 - 72 Jam sesudah Lahir dan biasanya akan sembuh dengan
sendirinya pada hari ke-7. Penyebabnya organ hati yang belum matang
dalam memproses bilirubin, Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah
ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin
cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.

Ikterus Patologis Neonatus


Terjadi karena inkomptabilitas darah Rh, ABO atau Infeksi Intra Uterin (Virus,
Toksoplasma, Siphilis dangolongan Bakteri lain). Terkadang oleh defisiensi
Enzim G6PD.. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan

tidak bertambah.

27

Dalam penanganan ikterus, cara-cara yang dipakai adalah menangani dan


mengobati hiperbilirubinemia antara lain:
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
2. Mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat
dikeluarkan melalui ginjal dan usus
3. Mengeluarkan bilirubin dari peredaran darah, yaitu dengan transfusi darah
KEADAAN YANG MENYERTAI BBLR
Bayi baru lahir cenderung kehilangan panas tubuh. Kehilangan panas tubuh
bayi baru lahir dapat mencapai 200 kalori/kgbb/menit, dapat melalui konduksi,
konveksi, radiasi dan evaporasi dari permukaan tubuhnya. Bayi cukup bulan
memerlukan suhu lingkungan 32C-34C pada umur 24 jam pertama dan secara
berangsur angsur diturunkan sampai 29C-32C pada hari ketujuh dan 29C-30C
pada hari ke 14. Pada bayi BBLR, suhu lingkungan 33C-35C sesudah lahir dan
hanya boleh diturunkan 1C selama minggu pertama.
Gangguan yang terjadi pada bayi dengan BBLR
1. Hipotermia
Suhu tubuh kurang atau sama dengan 35C.
a. Hipotermia sepintas. Penurunan suhu tubuh rektum sebanyak 1C-2C
sesudah lahir.
b. Hipotermis akut. Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin
selama 6-12 jam. Terdapat pada bayi dengan BBLR diruang tempat
bersalin yang dingin, inkubator yang tidak cukup panas.
c. Hipotermia sekunder. Disebabkan oleh sepsis, bayi dengan BBLR,
hipoglikemia dan sindrom gangguan pernapasan.
2. Hipoglikemis
Kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan kurang
dari 20 mg% pada BBLR. Gejala hipoglikemia ialah tremor, sianosis,
apatis, kejang, tidak mau minum, tangis yang lemah dengan nada tinggi.
Masalah- masalah khusus prematuritas, ada dua kategori:

28

1. Imaturitas beberapa organ tertentu


2. Instabilitas sistem pengaturan hemostatik yang berbeda.
Karena efek-efek ini, bayi prematur jarang dapat hidup bila bayi tersebut
lahir lebih dari 3 bulan sebelum aterm.
Perkembangan imatur bayi prematur
a. Pernapasan
- Cenderung kurang berkembang
- Kapasitas vital dan kapasitas residual kecil, mengingat ukuran tubuh
bayi yang kecil juga
- Sekresi surfaktan ditekan/tidak ada, memicu sindrom gawat napas
b. Fungsi gastrointestinal
- Bila prematuritas bayi lebih dari 2 bulan maka sistem pencernaa dan
-

absorbsi hampir selalu tidak adekuat


Absorbsi lemak sangat buruk sehingga bayi prematur harus menjalani

diet rendah lemak


- Kesulitan absorbsi kalsium
c. Instabilitas suhu tubuh
- Bayi prematur harus ditempatkan pada inkubator agar tetap hangat,
dengan suhu 35,5C
d. Fungsi organ-organ lain
- Imaturitas hati : metabolisme intermedia
-

yang buruk dan juga

cenderung mengalami pendarahan karena faktor koagulan yang buruk


Imaturitas ginjal: ginjal kurang mampu menghasilkan asam dari tubuh,

yang memicu terjadinya asidosis


e. Imaturitas mekanisme pembentukan

darah

pada

sumsum

tulang

menyebabkan perkembangan anemia dengan cepat


f. Imaturitas pembentukan gamma globulin oleh sistem limfoid yang sering
berhubungan dengan infeksi berat
SUHU PADA BAYI DAN BAYI TAMPAK LEMAH DALAM SCENARIO
MENUNJUKAN PADA KONDISI APA ?

Infeksi pada neonatus


Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang
29

lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar
rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas transplasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada
kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.
Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanch (1961) membaginya
dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
menyerang janin melalui jakan ini ialah :
a) Virus : rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion
b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum (lues)
c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
Listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
30

sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.

PENATALAKSANAAN NEONATUS KONDISI EMERGENCY


Langkah awal resusitasi:
Tempatkan bayi di bawah pemanas radian/infant warmer
Letakkan bayi terlentang pada posisi ekstensi utnuk membuka jalan
nafas. Sebuah gulungan handuk diletakkan di bawah bahu bayi untuk
membantu mencegah fleksi leher dan penyumbatan jalan nafas.
Bersihkan jalan nafas atas dengan menghisap mulut terlebih dahulu
kemudian hidung, menggunakan bulb syringe, alat pengisap lendir, kateter
pengisap. Perhatikan untuk menjaga bayi dari kehilangan panas setiap
saat.
NB : pengisapan dan pengeringan tubuh dapat dilakukan bersamaan bila
air ketuban jernih
Pengisapan yang kontinyu dibatasi 3-5 detik pada satu pengisapan. Mulut
diisap terlebih dahulu untuk mencegah aspirasi
Pengisapan lebih agresif boleh dilakukan jika ada mekonium pada jalan
nafas. Bila terdapat mekonium dan bayi tidak bugar lakukan pengisapan
lewat trakea
Keringkan, stimulasi, ganti kain yang basah dengan yang kering, dan
reposisi kepala
Tindakan yang dilakukan sejak bayi lahir hingga reposisi selama 30 detik
Menilai pernafasan

31

Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai, periksa denyut
jantung. Jika denyut jantung > 100 x/menit dan bayi tidak mengalami
sianosis, hentikan resusitasi. Bila ada sianosis berikan O2 aliran bebas
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap, VTP diawali
dengan menggunakan balon resusitasi dan sungkup, dengan frekuensi
40-60 x/menit
Jika denyut jantung <100 x/menit, bahkan dengan pernafasan
memadai, VTP dimulai pada kecepatan 40-60 x/menit
Intubasi ET diperlukan jika bayi tidak berespons terhadap VTP dengan
menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiaplah
untuk memindahkan bayi ke Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Kompresi Dada
jika denyut jantung <60 x/menit setelah 30 detik VTP yang memadai,
kompresi dada dimulai
kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesus sifoideus,
jangan menekan/di atas sifoid. Kedua ibu jari petugas yang meresusitasi
digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi
dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk
kompresi sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum
dikomprsi sedalam 1/3 tebal anterior-posterios dada
kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terkoordinasi dengan rasio
3:1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120/menit (90 komprsi
dan 30 ventilasi). Stelah 30 detik evaluasi respons. Jika denyut jantung
>60 denyut/menit, kompresi dada dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga
denyut jantung mencapai 100 x/menit dan bayi bernafas efektif

32

Pemberian Obat
epinefrin diberika jika denyut jantung tetap <60 x/menit setelah 30 detik
VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi dada. Dosis epinefrin adalah 0,10,3 ml/kg BB larutan 1 : 10.000 secara IV, melalui vena umbilikal. Bila
deberikan melalui pipa ET dosis 0,3-1,0 ml/kg BB
Perawatan Lanjutan
catat nilai Apgar untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekam medic
jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang
memiliki kemampuan memberikan dukungan ventilator, untuk memantau
dan memeberi perawatan pada neonatus
jika bayi stabil, pindahkan ke ruang neonatal untuk dipantau dan
ditindaklanjuti
di ruang neonatal, ikuti panduan asuhan neonatus normal untuk
pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis. Selain itu, monitor secara ketat
tanda vital, sirkulasi, perfusi, status neurologic, dan jumlah urin serta
pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi. Sebagai gantinya, berikan
glukosa 10% IV. Uji laboratorium seperti analisis gas darah, glukosa dan
hematokrit harus dilakukan
jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonatus dapat keluar
dari unit neonatal. Informasikan kepada petugas dan orang tua/keluarga
tentang tanda bahayanya.
Skema Resusitasi Neonatus

33

BAB II
PENUTUP

34

KESIMPULAN
Bayi yang baru lahir (neonatus) butuh adaptasi untuk menghadapi dunia luar
uterus, sehingga terjadi perubahan-perubahan fisiologis baik pada sistem sirkulasi,
respirasi dan nutrisi. Tapi, tidak semua neonatus terlahir secara normal, ada pula
yang

harus mengalami keadaan-keadaan seperti asfiksia dan ikterus. Hal-hal

sepeti ini terutama beresiko terjadi pada bayi berat lahir rendah(BBLR) dan bayi
prematur. Untuk persiapan menghadapi kelahiran neonatus, digunakan panduan
algoritma penatalaksanaan pada bayi baru lahir yang menggunakan pedoman
tanda-tanda vital bayi, misalnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tonus
otot dan warna kulit neonatus. Pada bayi baru lahir juga dapat dilakukan penilaian
dengan menggunakan skor APGAR.

DAFTAR PUSTAKA

35

Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Nelsons Textbook of Pediatric 17th edition.


New York: Saunders
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
Saladin. 2007. Anatomy and Physiology: Unity of Form and Function 4 th edition.
New York: McGraw Hill Co
Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6.
Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan ed 2, Jakarta: BP-SP
Winknjosastro, H. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
National

36

Anda mungkin juga menyukai