Laptut Kelompok 1
Laptut Kelompok 1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan
lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami
mengucapkan
terima
kasih
secara
khusus
Syamsun, Sp. KF, Msi. Med sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami
dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses
tutorial ini.
Kami
juga
ingin
meminta
maaf
yang
sebesar-besarnya
atas
kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah sematamata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami
lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian
hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
Skenario.3
Mind Map. 4
Learning Objective (LO)... 5
BAB I : Pendahuluan 6
BAB II : Pembahasan LO.... 23
1. Mekonium dan fisiologinya dalam tubuh .. 23
2. APGAR ... 24
3. Ikterik fisiologis dan patologis 25
4. Keadaan yang menyertai BBLR dan bayi belum cukup bulan 28
5. Suhu pada bayi dan bayi tampak lemah dalam scenario menunjukan pada
kondisi apa ?.................................................................................
30
SKENARIO 2
BAYI YANG MALANG
Seorang bayi perempuan berusia 3 hari di rawat di NICU sebuah RS, bayi
tersebut lahir dengan berat badan 2450 gram, umur kehamilan belum cukup bulan
dan lahir melalui operasi ceasar karena mengalami lilitan tali pusar pada lehernya.
Pada saat dikeluarkan dari uterus bayi tersebut tidak langsung menangis dan
seluruh tubuh tambak kebiruan. Kondisi terakhir bayi saat diperiksa dokter di
NICU : suhu tubuh 38,8 0c, denyut jantung 167 kali/menit, frekuensi pernafasan
46 kali/menit, sclera tampak ikterik, bayi tampak lemah, tangisan lemah,
meconium belum keluar dan belum mau minum ASI.
MIND MAP
NEONATUS
PENATALAKSAN
AAN
KELAHIRA
NORMAL
N
TIDAK
NORMAL
EMERGENCY
NORMAL
TIDAK
NORMAL
PENANGANA
N
CAESA
R
APGAR
TANDA
VITAL
NORMA
L
TIDAK
NORMA
L
IKTERI
ASFIKSI
K
A
ADAPTA
SI
NORMA
L
PREMATU
R
PATOLOGI
S
FISIOLOG
IS
LEARNING OBJECTIVES
BAB I
PENDAHULUAN
ASFIKSIA
Asfiksia pada Bayi baru lahir
Asfiksia pada Bayi Baru Lahir adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak
bernapas secara spontan danteratur. Bayi yang mengalami gawat janin
sebelumnya sering akan mengalami asfiksia sesudahpersalinan.
Sebagai penyebab terjadinya asfiksia adalah :
Beberapa keadaan ibu seperti : Preeklampsia dan eklampsia; Pendarahan
abnormal ( placenta previa,solution placenta ); Partus lama / partus macet;
Demam selama persalinan; Infeksi berat (malaria, sfilis,TBC, HIV ); Kehamilan
post matur ( sesudah 42 minggu kehamilan ) dan beberapa keadaan Tali
pusatseperti : Lilitan tali pusat; Tali pusat pendek; Simpul tali pusat; dan prolap
tali pusat, yangmengakibatkan aliran darah ke janin berkurang sehingga aliran
oksigen ke janin juga berkurang yangmengakibatkan terjadi gawat janin,
menyebabkan asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa keadaan bayi walaupun tanpa didahului tanda gawat janin, seperti :
Bayi premature (sebelum37 minggu kehamilan ); Persalinan sulit ( letak lintang,
bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,forcep ); Kelainan congenital; Air
ketuban campur mekonium ( warna kehijauan ).
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik.Bayi yang mengalami
episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari
berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan
dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada
pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa
6
sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu
akan menyebabkan asfiksia.
risiko Faktor
antepartum
intrapartum
Primipara
Malpresentasi
Partus lama
Hipertensi
dalam
kehamilan
Prematuritas
BBLR
Pertumbuhan
janin
terhambat
Kelainan
dan traumatik
Mekoneum
dalam
ketuban
Anemia
Diabetes mellitus
Penyakit hati dan ginjal
Penyakit kolagen dan
Induksi Oksitosin
Prolaps tali pusat
pembuluh darah
Perdarahan antepartum
Riwayat
kematian
neonatus sebelumnya
Penggunaan
sedasi,
atau
kulit
abdomen
lebih
disarankan.
Pengukuran
dapat
menit penuh karena banyak fluktuasinya. Pada bayi cukup bulan dalam
keadaan tenang, bila didapatkan frekuensi pernafasan lebih dari
60kali/menit, harus dicurigai kemungkinan terdapat insufisiensi jantung
atau paru. Bayi prematur sering menunjukkan pernafasan jenis cheynesStokes. Suara pernafasan bayi baru lahir ialah bronkoesikuler.
c. Frekuensi nadi
Frekuensi nadi pada bayi berkisar 70-180 kali/menit. Rata-rata
untuk kisaran normalnya adalah 120-130 kali/menit.
d. Tekanan darah bayi
Tekanan darah pada bayi normalnya ialah 85/60 mmHg. Metode
flush hanya dapat diukur tekanan sistolenya saja.
FISIOLOGI PERSALINAN
Persalinan merupakan proses dimana bayi dilahirkan. Dokter biasanya
menghitung masa gestasi atau masa kehamilan, selama 280 hari atau 40 minggu
dari periode menstruasi yang terahir sampai tanggal kelahiran bayi. Pada bulan8
bulan terahir masa kehamilan, uterus menjadi lebih mudah teriritasi dan biasanya
sesekali menunjukkan kontraksi dan kontraksi ini akan menjadi semakin kuat dan
lebih sering terjadi sampai persalinan terinisiasi. Serviks secara berangsur-angsur
mulai berdilatasi dan kontraksi uterus yang kuat akan membantu pengeluaran bayi
dari uterus melalui vagina. Sebelum pengeluaran bayi dari uterus, kantong amnion
akan rupture dan amnion fluid akan mengalir keluar melalui vagina.
Labor merupakan periode dimana terjadi kontraksi dan menyebabkan
pengeluaran janin dari uterus. Terjadi melalui tiga tahapan:
1. First stage. Tahap pertama dimulai dengan dimulainya kontraksi uterus secara
bertahap dan memanjang sampai serviks berdilatasi sampai diameternya
sesuai dengan kepala fetus. Tahap ini biasanya berlangsung selama 8-24 jam,
tetapi tahap ini bisa lebih pendek pada beberapa wanita yang sudah pernah
melahirkan lebih dari satu kali. Normalnya, kepala fetus berada diposisi
inferior di dalam pelvis wanita selama proses labor. Kepalanya bertindak
sebagai pendorong yang akan membuka serviks dan vagina untuk terbuka
selama kontraksi uterus menekan fetus.
3. Third stage. Pada tahap ini terjadi pengeluaran plasenta dari uterus. Kontraksi
yang berasal dari uterus menyebabkan plasenta terlepas dari dinding uterus.
Pada tahap ini biasanya terjadi perdarahan, hal ini terjadi karena plasenta
tertempel erat di uterus; bagaimanapun, perdarahan ini normalnya akan
dihambat karena kontraksi otot polos uterus akan menekan pembuluh darah
yang menuju ke plasenta.
11
biasanya
kontraktilitas
akan
otot-otot
meningkatkan
tersebut.
ADAPTASI
1. PERUBAHAN PERNAPASAN
Putus hubungan plasenta antara ibu dan bayi anak biasanya mulai
bernapas dalam waktu beberapa menit dan irama pernapasan < 1 menit
setelah lahir.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
hormon stres dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersirkulasi yang
menyebabkan tekanan onkotik meningkat disertai dengan meningkatnya aliran
paru ke dalam ruang interstisial paru untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfatik.
Pada saat lahir, hingga 35% cairan paru janin hilang.
Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk mengambil nafas pertama kali
meliputi peristiwa-peristiwa biokimia, seperti hipoksia relatif di akhir persalinan
dan stimulus fisik terhadap neonatus, seperti udara dingin, gaya gravitasi, nyeri,
cahaya, dan suara, yang menyebabkan perangsangan pusat pernapasan.
13
Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang
ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan trakea keluar sebagian dan udara
mulai mengisi saluran trakea. Neonatus yang lahir melalui seksio sesaria, terutama
jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaaat dari pengurangan
cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami paru-paru basah yang
lebih persisten.
Setelah beberapa kali napas
pertama, udara dari luar mulai
mengisi jalan napas besar pada
trakea
dan
bronkus
neonatus.
paru,
tersebut
tempat
diabsorpsi.
semua
alveolus
karena
terisi
cairan
Akhirnya,
mengembang
udara.
Fungsi
terdapat
surfaktan
yang
mikrosirkulasi
adekuat.
Surfaktan
menstabilkan
dinding
paru
membantu
alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir napas. Ini mengurang tekanan yang dibutuhkan
untuk pernapasan sehingga mengurangi beban kerja pernapasan.
2. PERUBAHAN SIRKULASI
15
16
Setelah lahir :
Setelah lahir :
Aliran darah melalu vena umbilikalis
Aliran darah melalu vena umbilikalis
berhenti tetapi masih banyak darah porta
berhenti tetapi masih banyak darah porta
mengalir melalui duktus venosus
mengalir melalui duktus venosus
3.
TERMOREGULASI
Pada saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi
baru lahir meliputi area permukaan tubuh neonatus yang luas, berbagai tingkat
insulasi lemak subkutan, dan derajat fleksi otot. Kemampuan neonatus tidak
stabil dalam mengendalikan suhu secara adekuat sampai dua hari setelah lahir,
bahkan jika bayi cukup bulan dan sehat. Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas melalui empat mekanisme : (1) konveksi, (2) konduksi, (3) radiasi, (4)
evaporasi.
Neonatus dapat menghasilkan panas dengan tiga cara : menggigil,
aktivitas otot volunteer, dan termogenesis tanpa menggigil. Menggigil dan
aktivitas otot tidak efisien dan menfaatnya terbatas. Termogenesis tanpa
menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini : peningkatan
kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak coklat untuk memproduksi
panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan
meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepibefrin
mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas dalam
sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat
jelas dan membuat lelah.
Pada cara kedua, lemak coklat dimobilisasi untuk menghasilkan panas.
Lapisan lemak coklat berada pada dan di sekitar tulang belakang bagian atas,
klavikula, sternum, ginjal, dan pembuluh darah besar. Penghasilan panas
melalui penggunaan cadangan lemak coklat dimulai pada saat bayi akhir
akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan
adenosisn yang dihasilkan plesenta. Stimulus dingina ketika kehilangan
kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas dalam hipotalamus. Pesan-pesan
ini dikirimkan ke lemak coklat. Melalui radiasi glukosa dan glikogen, sel-sel
lemak coklat menghasilkan energi yang mengubah banyak vakuola lemak
intraseluler kecil menjadi energi panas. Pada bayi baru lahir yang mengalami
hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan lemak cokelat tidak
berlangsung dengan efisien.
18
Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus mudah menyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air
2.
4. Hati hanya mampu membentuk sedikit faktor untuk koagulasi darah normal
5. SISTEM GASTROINTESTINAL
Sebelum lahir, janin aterm mempraktikkan perilaku mengisap dan
menelan. Reflek muntah dan batuk yang metur telah lengkap pada saat bayi
lahir. Mekonium, walaupun steril, mengandung debris Dario cairan amnion,
yangmenguatkan bahwa janin meminum cairan amnion dan bahwa cairan
tersebut melalui saluran cerna.
Neonatus mengalami kesulitan dalam mencerna makanan. Hal ini terkait
dengan kebutuhan akan berbagai enzim dan hormon, misalnya amylase
pancreas yang kurang adekuat sehingga penggunaan zat tepung sifatnya
terbatas. Neonatus kurang mampu mencerna protein dan lemak dibandingkan
orang dewasa. Absorpsi karbohidrat relative efisien, terutama dalam
mengabsorpsi monosakarida (glukosa) dengan catatan zat ini tidak terlalu
banyak.
Sfingter gastroesofageal belum sempurna sehingga hal ini sering
membuat bayi regurgitasi isis lambung pada BBL dan bayi yang muda.
Usus bayi relatif tidak matur dikarenakan sistem otot yang tipis dan
kuyrang efisien sehingga gerak peristaltik tidak dapat diprediksikan. Lipatan,
vili, dan sel epitel belum berkembang dan tidak berganti dengan cepat
sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian makan
oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian
sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus seperti amylase, tripsin, dan
lipase pancreas.
Epitel usus yang tidak matur mempengaruhi kemampuan usus untuk
melindungi diri dari zat-zat yang sangat berbahaya. Selama awal masa bayi,
neonatus menghadapi tugas penting penutupan usus proses yang membuat
permukaan epitel usus menjadi tidak permeable terhadap antigen. Sebelum
penutupan usus, bayi sangat rentan dengan infeksi bakteri/virus dan juga
terhadap stimulasi allergen melalui absorpsi molekul-molekul besar oleh usus.
20
Imunitas alami
Contohnya :
1. Perlindungan barier yang diberikan oleh kulit dan membrane mukosa
2. Kerja seperti saringan oleh saluran napas
3. Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelidung
4. Perlidungan yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung
5. Penutupan usus pada lapisan usus yang matur
6. Sel fagisotosis : Neutrofi PMN (tetapi diragukan kemampuannya dalam
mobilisasi dan menempel pada tempat peradangan), monosit dan makrofag
sedikit mengalami defisiensi ketidakadekuatan kemotaksis dan
opsonisasi.
21
Imunitas adaptif
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus dan bakteri
yang pernah dihadapi ibu didapatkan melalui perjalanan transplasenta dari
varietas IgG. Menemukan IgM dan IgA dalam darah tali pusat merupakan
indikasi bahwa janin secara aktif berespon terhadap infeksi intrauteri.
Neonatus tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba
kecuali jika ibu berespon terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.
Secara bertahap, bayi muda mulai menghasilkan sirkulasi kelas IgG
yang adekuat. Ini memakan waktu dan respon antibody penuh terhadap
antigen asing yang tidak mungkin terbentuk sampai masa kanak-kanak awal.
Hal ini menimbulkan sejumlah penyakit yang dialami anak-anak kecil. Respon
antibodi yang penuh terjadi bersamaan dengan pengurangan IgG yang didapat
pada masa pranatal dari ibu. Salah satu tugas biologis utama selama masa bayi
dan kanak-kanak awal ialah pembentukan imunitas.
22
BAB II
PEMBAHASAN
23
APGAR
Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan
penilaian terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai
dinamakan Skor APGAR.
Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya
diulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada
menit ke 10, 15 dan 20.
Nilai 0
Nilai 1
Nilai 2
biru/pucat
normal kemerahan,
seluruh ekstremitas
ekstremitas biru
normal kemerahan,
(akrosianosis)
tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
GRIMACE
tidak ada
meringis/menangis
meringis/bersin/batuk
(Respons refleks)
respons
lemah ketika
terhadap
distimulasi
napas, menangis
bergerak aktif
APPEARANCE
(Warna kulit)
PULSE (Denyut
jantung)
stimulasi
ACTIVITY
lemah/tidak
sedikit gerakan,
(Tonus otot)
ada
ekstremitas fleksi
sedikit
RESPIRATION
(Pernapasan)
tidak ada
menangis kuat,
teratur
24
Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan. Jika jumlah skor berkisar di
7 10 pada menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 6
pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk
membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan
membaik dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar
antara 0 3, diperlukan tindakan medis yang lebih intensif lagi.
25
menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Etiologi ikterus pada bayi baru lahir
dapat berdiri sendiri atau pun disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1.
2.
3.
4.
Ikterus Prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel
darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas
terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan peningkatan bilirubin
regurgitasi.
Ikterus Kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya
adalah
dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
Perbedaan antara ikterus Fisiologis dan Patoogis
tidak bertambah.
27
28
darah
pada
sumsum
tulang
lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar
rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas transplasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada
kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.
Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanch (1961) membaginya
dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu
melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat
menyerang janin melalui jakan ini ialah :
a) Virus : rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion
b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum (lues)
c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
Listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
30
sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
31
Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai, periksa denyut
jantung. Jika denyut jantung > 100 x/menit dan bayi tidak mengalami
sianosis, hentikan resusitasi. Bila ada sianosis berikan O2 aliran bebas
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap, VTP diawali
dengan menggunakan balon resusitasi dan sungkup, dengan frekuensi
40-60 x/menit
Jika denyut jantung <100 x/menit, bahkan dengan pernafasan
memadai, VTP dimulai pada kecepatan 40-60 x/menit
Intubasi ET diperlukan jika bayi tidak berespons terhadap VTP dengan
menggunakan balon dan sungkup. Lanjutkan VTP dan bersiaplah
untuk memindahkan bayi ke Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Kompresi Dada
jika denyut jantung <60 x/menit setelah 30 detik VTP yang memadai,
kompresi dada dimulai
kompresi dilakukan pada sternum di proksimal dari prosesus sifoideus,
jangan menekan/di atas sifoid. Kedua ibu jari petugas yang meresusitasi
digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari lain mengelilingi
dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat digunakan untuk
kompresi sementara tangan lain menahan punggung bayi. Sternum
dikomprsi sedalam 1/3 tebal anterior-posterios dada
kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron terkoordinasi dengan rasio
3:1. Kecepatan kombinasi kegiatan tersebut harus 120/menit (90 komprsi
dan 30 ventilasi). Stelah 30 detik evaluasi respons. Jika denyut jantung
>60 denyut/menit, kompresi dada dihentikan dan VTP dilanjutkan hingga
denyut jantung mencapai 100 x/menit dan bayi bernafas efektif
32
Pemberian Obat
epinefrin diberika jika denyut jantung tetap <60 x/menit setelah 30 detik
VTP dan 30 detik lagi VTP dan kompresi dada. Dosis epinefrin adalah 0,10,3 ml/kg BB larutan 1 : 10.000 secara IV, melalui vena umbilikal. Bila
deberikan melalui pipa ET dosis 0,3-1,0 ml/kg BB
Perawatan Lanjutan
catat nilai Apgar untuk menit ke-1 dan ke-5 dalam rekam medic
jika bayi memerlukan asuhan intensif, rujuk ke rumah sakit terdekat yang
memiliki kemampuan memberikan dukungan ventilator, untuk memantau
dan memeberi perawatan pada neonatus
jika bayi stabil, pindahkan ke ruang neonatal untuk dipantau dan
ditindaklanjuti
di ruang neonatal, ikuti panduan asuhan neonatus normal untuk
pemeriksaan fisik dan tindakan profilaksis. Selain itu, monitor secara ketat
tanda vital, sirkulasi, perfusi, status neurologic, dan jumlah urin serta
pemberian minum ditunda disesuaikan kondisi. Sebagai gantinya, berikan
glukosa 10% IV. Uji laboratorium seperti analisis gas darah, glukosa dan
hematokrit harus dilakukan
jika sudah tidak terdapat komplikasi selama 24 jam, neonatus dapat keluar
dari unit neonatal. Informasikan kepada petugas dan orang tua/keluarga
tentang tanda bahayanya.
Skema Resusitasi Neonatus
33
BAB II
PENUTUP
34
KESIMPULAN
Bayi yang baru lahir (neonatus) butuh adaptasi untuk menghadapi dunia luar
uterus, sehingga terjadi perubahan-perubahan fisiologis baik pada sistem sirkulasi,
respirasi dan nutrisi. Tapi, tidak semua neonatus terlahir secara normal, ada pula
yang
sepeti ini terutama beresiko terjadi pada bayi berat lahir rendah(BBLR) dan bayi
prematur. Untuk persiapan menghadapi kelahiran neonatus, digunakan panduan
algoritma penatalaksanaan pada bayi baru lahir yang menggunakan pedoman
tanda-tanda vital bayi, misalnya frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tonus
otot dan warna kulit neonatus. Pada bayi baru lahir juga dapat dilakukan penilaian
dengan menggunakan skor APGAR.
DAFTAR PUSTAKA
35
36