Anda di halaman 1dari 17

Fraktur Clavicula Sinistra

pada Pasien Hipertensi dan


Diabetes Melitus
Dokter Pembimbing:
dr. Yossi, Sp.An
Disusun oleh:
Arutala Eny Purbo Arimbi
20090310093

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Muh. Shiddieq Amir
Usia
: 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat
: Pandean VII RT II/01 Sidoluhur,

Godean, Sleman

ANAMNESIS
Keluhan Utama:

Nyeri dibahu sebelah kiri.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Lemas
Kesadaran
: Compos Mentis, GCS 15
Vital Sign
Tekanan Darah : 140/80
Nadi
: 84 x/menit
Respirasi
: 20 kali permenit
Suhu
: 36,3

Kepala dan Leher


Kepala: tidak ditemukan adanya kelainan
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-)
Leher: pembesaran lymfonodi (-)
Thorax
Jantung
: S1 S2 reguler tanpa suara
tambahan
Paru : Vesikuler (+/+) ( tidak ada suara
tambahan)
Nyeri dibahu kiri skala 4-5

Abdomen
Inspeksi : tenang, datar, jejas (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri perut (-), distensi (-)
Ekstremitas
Edema : (-)
Hangat : (-)
CRT <2 second

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
AL
: 11,9
Hb
: 11,7
PPT
: 13,0
APTT
: 20,5
GDS : 281, saat oprasi 102
Ro: Fraktur Clavicula Sinistra 1/3 Media

DIAGNOSIS
Fraktur Clavicula Sinistra

Terapi
Orif
Anastesi GA
Preop:
Fentanyl 100 mcg
Propofol 100 mg
Ketorolac 60 mg
Ceftriaxone 1 gram
Ondansetron 4 mg

Pemeriksaan durante oprasi


Nadi 67 kali per menit
SpO2 99 kali per menit
Tekanan Darah 250/116
MAP 136

Pembahasan
Fraktur adalah putusnya hubungan normal

suatu tulang atau tulang rawan yang


disebabkan karena kekerasan. Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Penatalaksanaan definitif fraktur yaitu dengan
penggunaan gips melalui operasi ORIF
maupun OREF.

Anastesi pada pasien Diabetes


Melitus
Pembedahan menginduksi banyak respon stress yang dimediasi

oleh sistim neuroendokrin yang kemudian melepaskan


katekolamin,glukagon dan kortisol. Pembedahan menyebakan
kerusakan jaringan selanjutnya mengaktifasi lekosit, fibroblast
dan sel endotel menghasilkana cytokine. Cytokine terutama
adalalah interleukin-6 yang meningkat dalam 30-60 menit
setelah operasi. Interleukin-6 diketahui menstimulasi kelenjar
pituitary menghasilkan ACTH yang menyebabkan pelepasan
cortisol. Hormon-hormon tersebut menginduksi hiperglikemia.
Pasien nondiabetik mampu mempertahankan homeostasis
glukosa dengan mensekresi insulin yg cukup untuk
menyeimbangi peningkatan glukosa oleh respon stress.
Mekanisme kompensasi ini pada pasien diabetes mengalami
gangguan baik pada DM tipe 1 maupun tipe 2

Obat anestesi dapat berpengaruh pada metabolisme glukosa

melalui modulasi tonus simpatis. Evidens invitro menunjukkan


obat inhalasi menekan sekresi insulin. Sudah diketahui dalam
beberapa tahun bahwa opioid dapat menekan sekresi kelenjar
hipotalamus dan hipofisa sehingga mengurangi peningkatan
hormon stress tmt kortisol
Defisiensi relatif insulin menyebabkan gangguan regulasi glukosa
dan hiperglikemia. Defisiensi tersebut ditambah dengan resistensi
insulin menambah resiko terjadinya ketoasidosis. Regional
anestesi dan blok saraf perifer mengurangi resiko ini, akan tetapi
tidak ada data yang menyimpulkan jenis anestesi tersebut
memperbaiki ketahanan hidup pasien DM post operatif. 6

Bedah Mayor
Pasien diusahakan terjadwal sebagai operasi

pertama di hari operasi tersebut terutama


pada DM tipe 1 memudahkan pengelolaannya.
Bila gula kadar darah pagi
sekurangkurangnya 150 mg/dL, (sumber yang lain
>=126 mg/dL) pasien biasanya diberikan
insulin dengan dosis setengah pemberian pagi
secara SC diikuti pemberian infus glukosa 5%
1,5 cc/jam.

Selanjutnya di ruang operasi:


Siapkan akses intravena lain untuk infus dextrose 5%

sehingga terpisah dari jalur pemberian cairan lain, periksa


gual darah setiap 2 jam dimulai setelah pemberian insulin,
setiap 1 jam intra operasi dan 2-4 jam setelah operasi,
bila pasien mulai hipoglikemia, gula darah < 100mg/dL
berikan suplemen dextrosa (setiap cc glukosa 50% dapat
menaikkan glukosa darah kira-kira sebesar 2 mg/dL pada
orang dengan BB 70Kg). Sebaliknya bila terjadi
intraoperatif hiperglikemia (>150-180mg/dL) dapat di
berikan insulin intravena dengan dosis menggunakan
sliding scale. 1 unit insulin dapat menurunkan gula darah
sebesar 20-30mg/dL

Pemberian insulin intravena sangat fleksible dan dapat

diberikan secara titrasi sehingga merupakan obat ideal


dalam perioperatif DM. Krinsley melaporkan gula darah
terkontrol stabil pada level normal, angka kematian
menurun 29,3%, lama perawatan RS menurun 10,8%,
insufisiensi ginjal menurun 25% dan kebutuhan tranfusi
darah berkurang 18,7% pada pasien DM yang diberikan
insulin secara infuse kontinyu intravena dibandingkan
dengan
pasien DM yang diberikan insulin di ICU .
Selain itu absorpsi insulin insulin yang diberikan sc atau
im sangat tergantung pada aliran darah pada jaringan
tersebut sehingga tidak dapat diprediksi selama
operasi.9

Post Operasi

DM tipe 1:
Stop infus saat penderita makan dan minum. Kalkulasi total dosis

insulin penderita preoperatif dan berikan insulin solubel (actrapid)


subkutan terbagi dalam 3-4 dosis. Sesuaikan dosis selanjutnya hingga
level glukosa stabil.

DM tipe 2:
Stop infus iv dan mulai pemberian obat oral anti diabetik saat

penderita makan dan minum

Daftar Pustaka
The Fundraising blog-Engine of Collaboration. Diabetes

Melitus. Wikipedia A look Under the Hood wikimedia 29-32007


Rothen David M Perioperative Management of the Diabetic
Patient. eMedicine Article May 17 2006.
Edgren Altha Roberts. Diabetes Melitus. Gale Encyclopedia
of Medicine, Published December 2002.
Robertshaw, H.J., Hall,G.M., Anaesthetic Management of
Patient With Diabetes Melitus. British Journal of
Anaesthesia 85(1) 80-90. 2000
Desborough J. P The stress response to trauma and
surgery British Journal of
Anaesthesia,2000,Vol.85,No.1109-117

Anda mungkin juga menyukai