KELAINAN KONGENITAL
M:ade Prabawa
TES IS
1998
Oleh: Made
Prabawa.
HALAMAN PENGESAHAN.
JUDUL PENELITIAN
RL.\NG LINGKUP
OBSTETRI GINEKOLOGI.
PELAKSANA PENELITIAN
Nam a
Dr.Made Prabawa.
NIP
Pangkat I Golongan
Penata I Ill c.
Tempat penelitian
Semarang
Pernbirnbing penelitian
SpOG
KPS PPDS - I
Obstetri Ginekologi
FK.UNDIP I RSUP Dr Kariadi.
r.Soeharsono, SpOG
NIP. 130 354 875
KATA PENGANTAR.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rah.mat
yang dilimpahkan hingga saya dapat menyelesaikan tesis dengan judul :
KEJADIAN BAYI LAHIR DENGAN K.ELAINAN KONGENITAL. Sebagai
syarat menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I bidang Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Tesis ini tentunya masihjauh dari sempurna clan masih banyak kekurangan
karena keterbatasan saya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
saya harapkan.
Saya sampaikan juga dengan ikhlas; rasa hormat, penghargaan dan terima
kasih sebesar-besamya kepada semua pihak yang telah membantu selama proses
pendidikan dan penyelesaian tesis saya ini, khususnya kepada :
-Dr.Noor Pramono,SpOG.1.fMed.Sc, selaku Ketua Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi.
-Dr Soeharsono,SpOG, sebagai Ketua PPDS I bidang Obstetri dan
Ginekologi FK UNDIP.
-Prof.Dr.Unrung Praptohardjo,SpOG dan Dr.Hartono Hadisaputro.Spt.G,
sebagai pembimbing dalam pembuatan tesis.
-DR.Dr.Sutoto,SpOG, selaku pembimbing dalam pembuatan proposal tesis
ini. Serta semua guru-guru saya.
iii
ABSTRAK.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir, :rrierupakan kejadian yang sangat
ditakutkan oleh setiap pasangan suami istri yang sedang menunggu kelahiran
anaknya, juga merupakan penyebab kematian perinatal yang cukup tinggi dan
sebagian besar (60%-75%) tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Maka
dilakukan penelitian Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital untuk
mendapatkan gambaran tentang angka kejadian, macam kelainan, karakteristik
penderita, serta faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian bayi
lahir dengan kelainan kongenital.
Telah dilakukan penelitian secara retrospektif, diskriptif terhadap semua
bayi lahir dengan kelainan kongenital di RSUP Dr.Kariadi Semarang dari 1
J anuari 1992 sampai dengan 31 Desember 1996.
Angka kejadian kelainan kongenital adalah sebesar 7,8 per 1000 persalinan,
dimana kejadian pada bayi laki-laki lebih besar dibandingkan dengan kejadian
pada bayi perempuan. Macam kelainan kongenital yang terbanyak adalah dari
kelompok sistim susunan syaraf pusat (SSP) yaitu sebesar 3,7 per 1000
persalinan, dimana anensefali menempati urutari pertama dengan angka kejadian
1,5 per 1000 persalinan ..Paritas penderita rata-rata2,4 (1,4). Umur penderita rata. rata 30. (6) tahun. Sebagian besar penderita tidak bekerja (_ ibu rumah tangga )
yaitu 54,2 % dan sebagian besar dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD.
( 51,6% ). Dari cara dan waktu dilakukan diagnosis, temyata hanya sebagian kecil
yang dapat didiagnosis pranatal, yaitu 29, 1 % dengan pemeriksaan ultrasonografi
atau BNO photo. Dari keseluruhan kasus, 69 ,6% tidak dapat diduga penyebabnya.
Perla dilakukan pemeriksaan yang lebih baik untuk penapisan kemungkinan
adanya kelainan kongenital sedini mungkin, terutama pada ibu-ibu hamil dengan
risiko tinggi melahirkan bay] dengan kelainan kongenital. Penelitian lanjut untuk
mengetahui lebih baik faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian kelainan
kongenital.
IV
DAFTARISI.
Lembaran judul
Lembaran pengesahan
11
Kata pengantar.
111
Abstrak.
lV
Vl
BAB I PENDAHULUAN.
2.1.3 Masajanin
10
11
12
13
2.4.B. l RubeHa
14
2.4.B.2 Toksoplasmosis
16
2.4.B.3 Sitomegalovirus
17
18
2.4.B.5 Sifilis
19
2.4.B.6 Varicella
19
20
20
2.4.E Radiasi.
22
22
2.5 .1 Ultrasonografi.
25
26
2.5.3 Amniosentesis.
28
2.5.4 Kordosentesis
30
30
31
2S7 Otopsi
32
. 33
33
34
34
34
34
36
38
39
40
5 .4 Macam kelainan
40
41
42
43
43
44
44
45
45
5.7 Paritas
46
5. 8 Cara persalinan.
46.
47
5. 9 Urnur kehamilan.
48
48
49
49
50
50
51
52
53
53
BAB.VI PEtvIBAHASAN.
6.1 Aspek epidemiologi.
. .
55
56
57
6.2.3 Paritas.
57
57
6.2.5 Pekerjaan
58
58
59
59
60
61
61
62
66
67
68
68
70
71
71
DAFTAR KEPUSTAKAAN.
72
DAFTAR TABEL.
38
39
40
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
47
47
48
48
49
49
50
51
51
52
52
53
53
VI
BAB. I.
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang Penelitian.
Dengan berhasilnya program "Keluarga Berencana'? KB setiap keluarga
cenderung untuk mempunyai anak yang sedikit, tetapi dengan harapan
mempunyai kualitas yang baik, dan tidak cacat. Anak yang tampan, sehat dan
cerdas merupakan dambaan setiap keluarga, dan akan dapat terwujud dengan
kerjasama yang baik antara orang tua, pelayanan medis, dimulai sejak mereka
menikah, selama kehamilan, persalinan dan perawatan setelah persalinan.
Pasangan suami istri yang mendapatkan kehamilan yang diharapkan, akan
menganggapnya sebagai anugerah Tuhan yang tiada tara, akan tetapi disamping
rasa sukacita terselip rasa cemas, .apakah anugerah tersebut .sesuai dengan
harapannya, misalnya akan lahir seorang putra, putri yang tampan, sehat, dan
pandai. Ataukah akan lahir
kehamilannya selalu dihantui rasa cemas, apalagi jika didalam riwayat keluarga
terdapat riwayat yang tidak menyenangkan, pemah minum obat-obatan selama
hamil yang dapat menimbulkan cacat pada janin, ataupun menderita penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kehamilannya. Kejadian bayi lahir dengan
kelainan kongenital kurang lebih 15 per 1000 kelahiran. Angka kejadian ini akan
meningkat apabila pertumbuhannya diikuti hingga satu tahun
I'
12.
3.
Kelainan
11,7 % )
seakan merupakan proses seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital cenderung
mempunyai berat badan lahir yang rendah ( BBLR ), atau kecil masa kehamilan
2.-t.
individu juga berperan didalam menentukan apakah seseorang mudah atau tidak
terkena infeksi dan juga berperan didalam menentukan berat ringannya kelainan
yang diakibatkannya 5.
Kelainan kongenital mem.egangperanan penting sebagai penyebab kematian
perinatal. Dari SKRT 1997, penyebab kematian perinatal oleh karena kelainan
kongenital menempati urutan ketujuh (4,7% ). Maridin F , pada penelitiannya
tentang kematian perinatal di RS.Sardjito Jogyakarta mendapatkan bahwa
menunjukkan
menempati urutan keempat dengan persentase yang makin meningkat yaitu 7,36
% pada tahun 1989 meningkat menjadi 11,7% pada periode tahun 1991-1995 46
Mawardi pada penelitiannya tentang kematian neonatal dini pada bayi
dengan berat badan > 2500 gram menunjukkan bahwa kelainan kongenital
merupakan penyebab utama kematian neonatal dini yaitu sebesar 48,83%
7.
dengan kelaina. n ko. ngenit.al, seperti um. ur ibu, riway. at keluarga, pemakaian
obat. obatan selama kehamilan, infeksi ataupun penyakit tertentu yang diderita oleh ibu
tersebut sebelum ataupun selama hamilnya.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mencoba untuk mengetahui
angka kejadian kelainan
kongenital
dini dari
6. Mengetahui pengelolaan lanjut yang dilakukan terhadap bayi yang lahir dengan
kelainan kongenital clan ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
1. 3 Manfaat Penelitian.
Dengan mengetahui angka kejadian bayi lahir dengan kelainan kongenital,
macam kelainan kongenital, karakteristik ibu, riwayat persalinannya, dan dugaan
faktor penyebab, dapat dipergunakan sebagai data dasar penelitian lebih lanjut
terhadap ibu-ibu dengan risiko tinggi melahirkan bayi dengan kelainan
kongenital.
BAB. II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
e .
sel ini kemudian tersusun dalam: masa sel luar yang membentuk trofoblast, masa
sel bagian dalam yang membentuk
mudigah ( blastokista
). Implantasi
terjadi
pada akhir minggu pertama, sel trofoblast kemudian menyusupi epitel dan badan
endometrium dibawahnya dengan bantuan enzym proteolitik.
Pada
minggu
kedua
terjadi
diferensiasi
sel trofoblast,
terbentuklah
embrioblast yang bersama sama membentuk cakram mudigah yang berlapis dua
yaitu epiblast dan hipoblast. Mulai terjadi sirkulasi utero-plasenta.
Terbentuk
kepalanya
sebagai "Primitive
node" .. Terjadi
proses invaginasi sel-sel epiblast. Membentuk selapis sel baru sebagai lapisan
benih mesoderm embrional yang terletak diantara entoderm dan eksoderm. Sel-sel
yang berinvaginasi mencapai lempeng prokordial, membentuk batang prokordial,
dengan berlanjutnya
perkembangan
dorsalis, sebagai poros pada garis tengah yang selanjutnya berfungsi sebagai
rangka aksial. Dengan demikian menjelang akhir minggu ketiga, ketiga lapisan
benih dasar terbujur dan selanjutnya diferensiasi jaringan dan organ akan dimulai.
Pada saat yang bersamaan trofoblast cepat berkembang, membentukjonjot
yang
memiliki
inti
mesenkhim
selanjutnya
terbentuk
kapiler
primer
kecil,
siap
sangat menjolok terjadi selama bulan ketiga, keempat dan kelima, sedangkan
peningkatan
berat badan
kehamilan.
kepala
setengah
dari
luar.
Perubahan pada bulan keempat dan kelima : janin memanjang dengan cepat,
pada pertengahan bulan kelima panjang janin mencapai setengah panjang
bayi
baru lahir. Berat janin pada akhir bulan kelima kira-kira 500 gram. Janin diliputi
oleh rambut halus ( lanugo ).
Perubahan pada bulan keenam dan ketujuh: kulit janin kemerah-merahan,
keriput, jaringan ikat dibawah kulit tidak ada. Sampai pertengahan bulan ketujuh
meskipun susunan organ dapat berfungsi, sistim pemafasan dan susunan syaraf
pusat belum cukup berdeferensiasi serta koordinasi antara kedua sistim ini belum
baik
Perubahan
setelah
bulan
ketujuh
hingga
bulan
kesembilan
: janin
mempunyai bentuk membulat, ada endapan lemak dibawah kulit, diliputi oleh
vernix caseosa. Pada akhir bulan kesembilan, kepala mempunyai lingkaran kepala
yang terbesar dari semua bagian tubuh. Saat Lahir berat badan janin mencapai
3000-3500 gram, panjang ubun-ubun tumit 50 cm. Sifat sifat kelamin jelas
2 8.
j)
secara sederhana
adalah : Kelainan
serius,
pengelolaan
berpengaruh terhadap
medis,
morbiditas
pembedahan
atupun
ataupun
mortalitasnya.
bedah
Kelainan
plastik
dan
kongenital
minor: yaitu kelainan kongenital yang tidak memerlukan pengelolaan khusus, clan
tidak
berpengaruh
'terhadap
kehidupan
normal
penderita,
Sindrom,
yaitu
9.
Akan tetapi angka ini sangat bervariasi untuk tiap-tiap jenis kelainan
10
Angk:a
Tempat
penelitian
11
Kadri N. dkk12
Hidayat dkk 13
Lubis B. dkk
Masloman.dkk i.i
Azhari. dkk
.15
16
Nawir J
Kelainan
Jakarta
Malang
Medan
Manado
Palembang
Surabaya
Periode Tahun
Angka kejadian
perl 000 persalinan.
1975 - 1979
1980 - 1989
1981 - 1984
1983 - 1987
1989 - 1991
1991 - 1995
11,61
12,30
5,10
9,00
10,03
16,80
tunggal ( berupa satu jenis kelainan saja ), atau berupa kelainan kongenital yang
multipel. Kadang suatu kelainan kongenital belum terlihat saat bayi baru lahir,
akan _tetapi baru ditemukan beberapa lama setelah bayi tersebut dalain perawatan.
Kejadian kelainan kongenital, pada beberapa tempat di Indonesia bervariasi,
disebabkan oleh beberapa hal, misalnya diikutkan atau tidak bayi yang lahir mati,
lamanya penelitian, berapa lama dilakukan pengamatan pada bayi tersebut
setelah lahir.
konstitusi genetik diantara individu juga berperan apakab seseorang mudah atau
tidak menderita kelainan dan juga menentukan
diakibatkannya s, 17.
Perturnbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, kromosom, lingkungan, atau gabungan dari berbagai faktor secara
bersamaan sehingga bersifat multifaktorial.
normal ataupun yang tidak normal dapat diturunkan dari generasi ke generasi .
berikutnya. Beberapa kelainan kongenital
kromosom,
autosomal
kejadian
dengan kelainan
kromosom
) dengan angka
kelamin
Kejadian
yang dihubungkan
sindroma
18"19.
sangat dipengaruhi oleh umur ibu saat hamiL Angka kejadian sindrom Down
adalah l dari 850 kelahiran hidup, dan akan meningkat menjadi l berbanding 28
kelahiran hidup pada usia ibu 45 tahun
11
kromosom
Pemeriksaan
dapat didiagnosis
: pemeriksaan
cairan
amniosentesis
merupakan
salah satu
maiu, terhadap
ibi-
2.4.B Faktorinfeksi.
Infeksi virus pada ibu hamil sering tidak menimbulkan
atau tidak ada pengaruhnya terhadap ibu sendiri, tetapi mempunyai akibat yang
serius pada janin yang dikandungnya. Infeksi yang dapat menyebabkan
kelainan
pada
kelainan kongenital antara lain adalah TORCH yang terdiri dari Toksoplasmosis,
Rubella, Cytornegalovirus, Herpes Simplex Virus
820
virus lain seperti : sifilis, variola, varicela, polio, hepatitis, influensa juga dapat
menyebabkan kelainan kongenital, gangguan pertumbuhan ataupun keguguran.
Infeksi TORCH disamping menimbulkan kelainan pada susunan saraf pusat
juga pada hepar, lien, kelenjar limfe, paru-paru, jantung, darah, saluran
pencemaan, mata, kulit, clan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya kelainan
pada janin, maka deteksi adanya infeksi pada ibu hamil sangat penting. Tidak
semua infeksi pad.a ibu hamil dapat melalui barier plasenta. Ada kuman bentuk
virus atau parasit yang dapat menembus barier plasenta, tetapi ada yang reaksi
imunologisnya yang berpengaruh pada janin..
Infeksi yang terjadi pada trimester pertama sering kali menyebabkan abortus
atau kelainan kongenital yang berat, sedangkan infeksi pada kehamilan trimester
dua dan trimester tiga sering menyebabkan kelahiran prematur dan bila terjadi
kelainan biasanya menyangkut fungsi suatu organ
821
2.4.B.1 Rubella.
Merupaka virus yang termasuk dalam golongan arbovirus dari group Toga
viridae. Mempunyai masa inkubasi 11-14 hari dengan gejala yang menonjol
berupa eksantem, dan biasanya dengan gejala prodroma berupa rasa tidak enak
badan. Pada masa ini sering disertai dengan pembesaran kelertjar limfe belakang
telinga.
Infeksi Rubella pada 5 bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan cacad
pada janin ataupun kematian janin. Thu dengan Rubella dapat tanpa gejala sama
sekali (30%) . Kelainan yang dapat terjadi akibat Rubella seperti kelainan
jantung, katarak, mikrosefali, gangguan mental, hepatosplenomegali. Sekitar 80%
- 90% infeksi Rubella yang terjadi pad.a 3 bulan pertama akan meyebabkan
kelainan pada janin, dan kemungkinan kelainan yang diakibatkan oleh karena
Rubella akan berkurang jika infeksi Rubella terjadi pada umur kehamilan yang
lebih tua 8'22.
Infeksi virus ini pada kehamilan 8-12 minggu akan menghambat mitosis sel,
. .
.
jumlah sel subnormal, terjadi inhibisi multiplikasi seluler kronik, sehingga .
menyebabkan hipoplastik organ, yang merupakan masa kritis organogenesis,
disamping dapat menyebabkan kerusakan kromosom.
Umumnya kelainan sindroma Rubella kongenital mengakibatk:an kelainan:
Pada mata ( katarak, mikropthalmia, glaukoma, koriretinitis ). Pada jantung (
PDA, ASDNSD, malfonnasi jantung ). Pad.a darah ( trombositopenia, anemi ).
Pada abdomen ( hepatosplenomegali ). Pada susunan syaraf ( mikrosefali,
meningoensefalitis, retardasi mental, gangguan pertumbuhan). Juga dapat terjadi
kelainan kromosom. Infeksi :yang terjadi post natal dapat timbul : eritematosus,
kelainan tulang, ensefalitis, trombositopeni
8.
Diagnosis dapat dilakukan dengan isolasi virus dari sekret nasofaring 7 hari
sebelum erupsi hingga beberapa hari setelah erupsi, dapat juga dari urine, atau
dari jaringan tubuh bayi yang mengalami kelainan kongenital. Diagnosis juga
dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologi, dengan melihat kadar IgM dan
IgG.
2.4.B.2 Toksoplasmosis.
Penyebabnya adalah Toksoplasma gondii, suatu protozoa ( parasit )
intraseluler golongan coccidia, yang penularannya melalui kontak hewan terutama
kucing, anjing atau hewan mengerat lainnya. Penularannya pada manusia melalui
ookista yangtermakan oleh manusia, setelah rnemperbanyak diri akan menyerang
berbagai organ. Kerusakan yang timbul dapat dihentikan oleh kekebalan yang
terbentuk yang dikenal sebagai kekebalan humoral atau seluler, namun kerusakan
akan berlanjut pada pada tempat-tempat dimana sat anti tidak dapat masuk karena
adanya sawar darah otak (blood brain barier) seperti otak dan mata.
Infeksi Toksoplasma pada orang dewasa atau ibu hamil sering tanpa
gejala, sehingga diagnosis sukar ditegakkan. Kadang ditandai adanya demam
ringan dengan limfadenopati daerah servikal. Kejadian infeksi ini kurang lebih
0,2 sampai 1 % dari wanita hamil, dan sebagian besar biasanya tidak terdiagnosis
oleh karena tanpa gejala. Bila seorang ibu hamil mendapat infeksi primer, maka
kemungkinan 40% bayi yang dikandungnya terkena infeksi Toksoplasma gondii.
Beratnya kelainan yang ditimbulkan oleh infeksi Toksoplasma
tergantung dari
virulensi Toksoplasma, jumlah parasit yang ditularkan dari ibu ke janin, umur
kehamilan
saat terjadinya
kongenital di
USA sebesar 1 dari 1000. sampai 1 dari 100000 lahir hidup. Diagnosis pasti
infeksi Toksoplasma
takizoit, atau dengan pemeriksaan serologi yaitu menentukan titer antibodi IgM ..
dan IgG. Sarjono pada penelitiannya tentang antitoksoplasma pada ibu-ibu yang
melahirkan
bayi dengan
kelainan
kongenital,
mendapatkan
angka kejadian
kelainan kongenital sebesar 10,2 tiap 1000 kelahiran, 17 dari 34 penderita dengan
kelainan kongenital terdapat IgG positif
82022
2.4.B.3 Sitomegalovirus
Sitomegalovirus
, yaitu suatu
biasanya
tanpa
pada
masa
anak-anak
kongenital terbanyak,
orang dewasa
Merupakan
penyebab
infeksi
retardasi
50-80%
atau remaja.
kurang lebih
mental.
Sebanyak
2324
10%-20% kelainan
janin biasanya dari infeksi primer yang kemudian terjadi reaktivasi virus pada
masa kehamilan.
Diagnosis dilakukan dengan isolasi dan identifikasi virus;' dapat dilakukan
dengan pemeriksaan serologi.
pada janin
janin melalui kulit ketuban yang sudah pecah), atau melalui kontak langsung pada
saat persalinan. Infeksi ini pada kehamilan dapat menyebabkan kelainan pada
beberapa
organ
janin
seperti
kelainan
18
pada
jantung
(''Patent
Ductus
Arteriosus"),IUGR,
kematian
janin
intra
uterin
akibat
ensefalitis,
atau
meningkatnya kejadian abortus dan partus prematurus. Kejadian infeksi virus ini
pada bayi kurang lebih 1 dari 3000-75000 kelahiran hidup. Sebanyak 80%-90%
infeksi terjadi intra partum akibat kontaminasi dari sekretjalan lahir
22.
2.4.B.5 Sifilis
Infeksi sifilis pada masa kehamilan dapat menyebabkan terjadinya abortus,
matinya janin intra uterine, atau menyebabkan
terutama
menyangkut
organ-organ
seperti paru-paru,
Ke1ainan akibat sifilis biasanya tampak jelas pada plasenta, . yang biasanya
menjadi 1ebih besar dan pucat. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan melihat
langsung kuman dengan tehnik darkfield dari kerokan intima pembuluh .darah tali
.
25
2.4.B.6 Varicella.
Beberapa
pada kehamilan,
embriopati
penelitian
dan kelainan
kongenital
pengaruh
yang diakibatkan
infeksi varicella
berupa
varicella
19
Pemeriksaan
membantu akan tetapi menurut Hendersen dan Weiner, hasil yang negativ tidak
menyingkirkan adanya infeksi
27.
2.4.C Faktormekanis.
Tekanan mekanis pada janin pada masa pertumbuhannya
menyebabkan
menimbulkan
deformitas
organ yang berupa t~.1-ipes varus, talipes valgus, talipes equinovarus. Contoh lain
kelainan kongenital yang disebabkan oleh fak:tor mekanis adalah jeratan pita
amnion yang dapat menimbulkan
2.4.D Faktorobat-obatan.
Risiko pemberian obat pada wanita hamil
sangat besar pada janin, Beberapa
jenis obat
pada masa
janin. Kurang lebih 2%-3% kelainan janin disebabkan oleh karena penggunaan
obat pada saat hamil.
Sifat teratogen suatu obat tergantung dari beberapa fak:tor yaitu :
1126
1. Jenis obat itu sendiri : Beberapa jenis obat . tertentu mempunyai sifat teratogen
pada setiap keadaan
2. Pharmakogenetik dari ibu dan fetus :
25.
2.4.E Radiasi.
Setelah terjadi proses pembuahan, sel-sel menjadi sangat radiosensitif dan
mudah rusak oleh karena radiasi. Sinar radiasi akan ber-efek desrupsi dan
diferensiasi jaringan. Beratnya tingkat kerusakan sangat tergantung dari usia
kehamilan dan dosis dari radiasi. Akan tetapi dosis radiasi yang memberikan efek
teratogenik sangat sulit untuk dipastikan. Dikatakan bahwa penyinaran lebih dari
10000 milirads pada wanita hamil dikhawatirkan akan mempunyai efek terhadap
kehamilannya. Pada umumnya kelainan kongenital yang berat akan terjadi apabila
radiasi terjadi pada umur kehamilan 2 minggu - 16 minggu.
Dari berbagai
ataupun
adanya
kelainan
pada
bayi
yang
dilahirkan
pertumbuhan
janm,
kehamilan
dengan
polihidramnion,
120:
1. Pada umur ibu lebih dari 35 tahtin. Usia ibu yang lebih dari 35 tahun
mempunyai risiko yang tinggi terjadinya kelainan kromosom walaupun tidak ada
riwayat kelainan kromosom pada kehamilan sebelumnya. Data menunjukkan
bahwa makin tua usia ibu hamil, makin besar kemungkinan terjadinya sindroma
Down. Risiko terjadinya sindroma Down pada usia diatas 45 tahun hampir 20 kali
lebih besar bila dibandingkan dengan kejadiannya pada usia 20 tahun.
2. Riwayat anak terdahulu menderita kelainan kromosom. Seorang ibu yang
pernah melahirkan bayi dengan kelainan kromosom ( sindrom Down, Trisomi 21)
Hemofili
kelarninnyaoleh
A,B,dengan
sebelumnya
dilakukan
adanya kelainan
pemeriksaan
jerus
Beberapacara
kongenital".
diagnosis
pranatalkelainan
A. Non invasive
Ultrasonografi .
B. Invasive
Fetoscopy.
Amniocentesis.
villus aspiration
Kordosentesis
2.5.1 Ultrasonografi.
Pemeriksaan
dengan
ultrasonografi,
bersifat tidak
invasif didalam
jantung janin
2930_
Johnson, pada
31.
Kelainan lain yang dapat jelas tampak pada pemeriksaan USG adalah
adanya Polihidramnion yang sering menyertai kelainan kongenital yang terdapat
pada janin seperti atresia saluran cerna, kelainan syaraf, hernia diafragma, atau
kelainan berupa oligohidramnion yang dapat terjadi oleh karena obstruksi saluran
32.
Penderita
Selanjutnya
kehamilan,
ultrasonografi
ditentukan
keadaan
kehamilan,
umur
servik.
Cara lain dari aspirasi viii korionik adalah tra~sabdominal yaitu dengan
menusukkan jarum langsung menembus dinding perut dan miometrium dengan
dituntun ultrasonografi dalam menentukan tempat yang akan dilakukan aspirasi.
Pemilihan cara melakukan aspirasi vili korionik
implantasi, posisi uterus, dan kedua cara mempunyai tingkat risiko terjadinya
abortus yang sama.
Lebih dari 65 aktifitas ensim dapat
34.
abortus ( 2%-3% )
36.
2.5.3 Amniosentesis.
Pemeriksaan terhadap cairan ketuban ini dapat dilakukan pad.a kehamilan
14-16 minggu, dengan mengambi1 cairan amnion dengan cara menghisapnya
langsung menembus dinding perut dan dinding rahim. Pad.a umur kehamilan ini
uterus sudah dapat dengan mudah dipalpasi diatas simfisis dan cairan ketuban
dapat dihisap dengan mud.ah. Setelah dilakukan pembiusan lokal pad.a dinding
perut, j~rum denganukuran 20 atau 22 ( tergantung dari ketebalan dinding perut,
besamya . rahim, tempat tusukan ) ditusukkan masuk kedalam rongga amnion
dibantu dengan bimbingan ultrasonografi. Penentuan . letak plasenta dengan
ultrasonografi sebelum melakukan tindakan amniosentesis sangat penting untuk
mengurangi trauma pada plasenta saat jarum ditusukkan. Selanjutnya dilakukan
aspirasi cairan amnion kurang lebih 30 cc jika diperlukan untuk pemeriksaan
tennasuk kultur. Cara ini cukup aman, dengan komplikasi yang dapat terjadi
adalah abortus ( 0,5% ) atau persalinan prematur, trauma pad.a janin, pad.a
plasenta, kadang-kadang tali pusat atau organ ibu yang lain serta infeksi
20
Untuk
akan diambil,
terutama
mikrobiologis.
Dari
jika
cairan
akan dilakukan
amnion
tersebut
kultur
sel atau
diantaranya
pemeriksaan
dapat
dilakukan
hidup
34.
setelah dilakukan biakan selama 2-3 minggu dengan melihat kariotipnya . Bila
pada pemeriksaan kariotip terlihat adanya 3 buah kromosom no.21 maka prenatal
dapat ditegakk:anadanya sindroma Down 3536
Di Australia, 1 dari 500 kehamilan menghasilkan bayi dengan kelainan
tabung syaraf Dari penelitian didapatkan bahwa 7 dari 10 dapat dicegah dengan
.pemberian asam folat yang_ .dimulai .dari satu .bulan sebelum kehamilan dan
dilanjutkan hingga 3 bulan kehamilan dengan dosis 0,5mg/hari
19:
Indikasi tindakan amniosentesis antara lain: umur ibu yang lanjut, adanya
kelainan kromosom, abnormalitas alpha-fetoprotein pada serum darah ibu, adanya
kelainan yang ditemukan pad.a analisis DNA. Lebih dari 80% dari amniosentesis
dikerjakan atas indikasi adanya kelainan kromosom dan kenyataan bahwa 80%
dikerjakan pad.a kehamilan di usia yang tua (
melahirkan bayi dengan sindrom Down ( trisomi 21 ) atau trisomi yang lain
memingk at dengan taj. am
36 .
29
2.5.4 Kordosentesis.
Adalah pemeriksaan darah janin dengan mengambil langsung dari tali pusat.
Cara ini mempunyai risiko yang besar, sehingga dilakukan terutama apabila pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan adanya kelainan, pembiakan cairan
ketuban tidak berhasil, atau pemeriksaan DNA tidak mungkin dikerjakan.
Pertama kali dikerjakan oleh Daffos (1981) yaitu dengan menusukkan langsung
jarum aspirasi no.20-22 pada tali pusat dibantu ultrasonografi. Aspirasi darah
janin dilakukan langsung dari vena umbilikalis. Untuk memastikan yang diambil
adalah darah janin dapat dilihat bahwa sel darah janin mempunyai ukuran yang
lebih besar dibandingkan dengan sel darah ibu. Risiko tindakan ini cukup besar
yaitu 2-4% akan mengalami kegagalan kehamilannya. Beberapa indikasi
pemeriksaan ini antara lain : Untuk pemeriksaan sitogenetik janin yang dicurigai
.
.
.
mempunyai kelainan kongenital ,dengan melihat langsung kariotipnya. Adanya
infeksi intra uterine seperti toksoplasma, sitomegalovirus, parvovirus, dengan
memeriksa kadar IgG,IgM atau melakukan kultur langsung darah janin.
Mengetahui adanya penyakit darah pada janin seperti beta talasemia, penyakit
sikel sel, ataupun adanya anemia pada janin oleh karena trauma kecelakaan
19.
30
adanya kelainan tabung syaraf yang mempunyai angka kejadian 2 per 1000
persalinan, pemeriksaan
lebih rendah dari angka normal, kemungk.inan besar anak yang dikandungnya
menderita sindrom Down, atau sebaliknya apabila lebih tinggi dari angka normal
kemungkinan menderita gangguan pertumbuhan tabung syaraf ( "NTD")
19.
harus dimulai .
dengan DNA ( asam deoksiribo nukleat ) yaitu suatu rangkaian asam amino yang
tersusun secara
hibridisasi asam nukleat dengan "probes" dan tehnik "southern blotting" yaitu
suatu metode
standar
dalam menentukan
urutan
integritas DNA dapat diturunkan atau adanya mutasi gen baru dan bisa diketahui
31
dengan
pemeriksaan
analisis
DNA
Analisis
DNA dapat
digunakan
untuk
diagnosis prenatal, menentukan apakah bayi dalam kandungan terkena atau tidak
penyakit yang diturunkan,
secara x linked
resesif yang disebabkan oleh mutasi pada gen yang menghasilkan fak:tor VIII.
Beberapa kelainan dapat diketahui dengan baik melalui deteksi langsung
adanya mutasi gen, atau analisis linked dengan kelainan DNA seperti : autosomal
dominan, autosomal resesif x linked
1936.
2.5. 7 Otopsi.
Otopsi ( bedah mayat ) pada neonatus sangat penting, untuk memperoleh
'gambaran sebab kematian, dan sangat rnembantu dalam mempertajam diagnosis
klinis. Akan tetapi untuk rrie.lak~anakan suatu otopsi cukup banyak
atan ,
hamb.
.
.
.
.
.
sehingga otopsi ( bedah mayat) hingga saat ini jarang dikerjakan. Burhan, yang
meneliti semua kasus otopsi di RS.Dr.Kariadi yang dilakukan selama tahun 1983
hanya mendapatkan 9 kasus yang dilakukan otopsi dari 460 kasus kematian
neonatus ( 1,95% ), 3 kasus diantaranya dengan kelainan kongenital. Kejadian
otopsi ini sangat kecil jika dibandingkan dengan otopsi yang dilakukan di negara
maJ. u yang mencapai. 7501,0, dari kemati. an pen.nata
1373 8 .
32
BAB ID.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN.
3.1 Rancangan Penelitian.
Penelitia
di RSUP Dr.K
buku catatan k
l Januari l~
3.2 Sampel
.3.2.1.Tempat dan waktu pengambilan sampel.
Sampel .
nbil dari Catatan Medik (CM) bayi yang lahir dengan kelainan
kongenital, a
perinatal,
catatan
bal
Semarang per.
persalinan
UGD, Rekam
Semua I
penelitian den
Macam kelainan kongenital, cara diagnosis; berat lahir, macam persalinan dan
penyulit persalinan,
Karakteristik ibu, hubun~an antara umur ibu, paritas, penyakit selama kehamilan,'
dengan kejadian kelainan kongenital.
34
kongenital dibagi dengan jumlah kelahiran selama periode yang sama di RSUP
Dr.Kariadi Semarang.
3. Macam
kelainan
kongenital
dikelompokkan
berdasarkan
kelompok
sistim
sistim
diagnosis yang dibuat sebelum bayi lahir, pada saat periksa kehamilan di klinik
hamil atau pada saat penderita datang di kamar bersalin .
.5. Kematian perinatal bayi kelainan kongenital adalah semua bayi dengan kelainan
kongenital yang lahir mati dan kematian pada masa neonatus sampai 7 hari
dibagi dengan seluruh kasus, hidup dan mati.
6. Cara persalinan : sesuai dengan yang tercantum pada catatan persalinan,
spontan, spontan dengan tindakan, pembedahan.
7. Komplikasi persalinan : sesuai dengan yang tercantum pada catatan persalinan.
35
BAB.IV
ETIKA PENELITIAN
Oleh karena
Dr.Kariadi
iru diambil
pribadi penderitanya.
Tidak merugikan
setelah mendapatkan
36
BAB.V
HASIL PENELITIAN
5.1 Angka kejadian.
Selarna periode penelitian, 1 Januari 1992 s/d 31 Desesmber 1996 tercatat
155 kasus bayi dengan kelainan kongenital yang lahir di RS.Dr.Kariadi dari
19977 persalinan.
Dengan demikian angka kejadian bayi lahir dengan kelainan kongenital di
RS.Dr Kariadi dalam 5 tahun adalah sebesar 7,8 per 1000 persalinan. Pada
tabel. l dapat dilihat angka kejadian kelainan kongenital tiap tahun selama lima
tahun. Angka kejadian kelainan kongenital tertinggi terjadi pada tahun .1996 yaitu
11,1 per iOOO persalinan.
Angka kejadian terendah pada
tahun 1993 yaitu sebesar
.
. .
.
5,9 'per 1000 persalinan, sedangkan angka kejadian kelainan kongenital tahun
1994 dan tahun 1995 adalah sebesar 7,8 dan 8,9 per 1000 persalinan.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
Jumlahbayi dengan
kelainan kongenital
Jumlah
~ersalinan
Kejadian
per 1000 ~ersalinan
34
4675
4337
3975
3954
3036
6,2
5,9
7,8
8,9
11,l
155
19977
78
29
26
31
35
Per 10000
persalinan.
120
38
10
0
'9>9'oC>.;.<OooQooQ>''06
'oO''>''O''.;'.'''"''"''''''>~oOo.O>
''''' '''"' "-> '"'
1
o'
'''' '''' '' '' - )
o0oo)(lo0''0<'0-4'''
- '4-'90 '''"''''
-0-?
o0>'4!'<Clo06'<0'9<0i-0-'
' ' '''''
-o'
'''''' 4'~.)o
''-4+"'
'''.;.<ii-0.4'->
4"+-><io4ooOi+Oo0>"6i
<0i<Co-t-O-<Oo4'
BO
"
'
'
.q..;,~.;.y(lo'' '""''
-O-t-4'.;o<Ct-t-O--t-'' '
->9->f"oQi.0.4'->o;.<Oi
"'+'l).;.<0o.o..0<0io'6i
" ' '4'}'-'0-0'-'''''''"'''.:.+.;..;.'"'
''''''''"'"' '"'.;.+' " ' ' '" ' ' '' '" ' ' 04':94'- -0--+.:.t--O-.O.->
' ' ' ' ' 4 - '' - > - > ''< >''"......
' '
'0'-''>"''='"~' '4'''4'''".0"-'<'0"'-'.';.'
''"'~''0:,.4'''''''''
'/ .,..''''-)''.)o.}.;..;.
t'-'''' ''+''<'-'>'''''''''.''O . 0 .- 0 . 4 ' -> o O o -.;>.'9'~._',.''"'"' '4''.'0.'.-"0".-"C"--">'6'"-6' ''-'0'''''
' ' '
60
< Q o 4 ' o O o -> + 0
-o.-:..;.~(..g.4o>.;..;.
>'"-'>'.0''.o'O"">"4o"'>~'.;-'.'o>'".;o'
'''''''''"''''0'''4 +>'4>'-<t-Gt-o-'>'
''
4 '' ; ~ " } ~ ' '' " ' ' ' ' ' "
4'"}-4'--+oOi-O--O-"''->
4'-0--"}-0-~''"!)'
. .. ' " ~ < " '.,.'' ' ' < " " "' ' " " ' oG - o > ~ o0 o - = - -o - - > 4 '- 0 -- 0
' 4'''o - o .. ;.. + o o o 0 > 4 ' " " ''"''''''''''"''.,''..'''''''''
4"-9-4'">4'-C-.,.<0>4-oQo ''..,.'''"''~'"'>''""
"''6-00~iO><O>o>oQooOo '9o0>,)o(ji.'' 0' "<><0>..,.
<'0'*>''4'>' '-''>' t4>'o')'4"<0''o4'o
-- oii i04-. o' .- o o .; .- > - o -t '-'440--'4>
4o'}o0
O><6<
i<O6>i4-O1-C-->toC+'6
otQ--iG
i'-'-'>
' t-o-00--c<
o'Q' >"O'o'O'>'4+1o')o"0">"'1'4)+'.o,.3<>0<i)
Q
o
Q
.g
.
.4
+
<
G
o
"
>
o
Q
o
4'
-+
:.
<to-0.4''''
' ''' '<0'''
' " ' '' ' ' '* " '" ' ' ' ' '''
4 '- t ''""''''""''''.''"''
'''''''''''""''''4''''''4'4-''''''~'
'4'4''-'':.0''~'-'0-''-("lo'+''-0'-'o')'.}'
40
0">6 <' 04 i+ o6)- 64 ''. , . < 0 oOi<oo-0~04-04.<-06>-0fo<.Goo.o+
i .o 0> o ) f i o0 0
6'0'.0.<l>-6''0'<0><>-0-'0'
' ' ' ' " ~ ' . , . ' '' ' ' '
<Oi-<o.0044'-Q>oQioOo.g. '' ''' '-0.44"<0>"''
" ' ' '. . , ,. .' '' ' ' ' * - > - >
"''''9'4''9>'"4"'o~Q'o.'g'..g''.o'Q'o''' ,_
o O i t - ''' ' ' ' '">'''""''"
'V-'>".,.'<'6'i-'O'.'<Q'"i0-' .0o' Q'>'O'''
.;.
9.
;
.
~
'
''
'
'
'
'
'
'
'"
'
o
I/
'' ' ' ' ' ' ' '' ' 0 < " 4 '
''''''''*
'' '< 0 > 0 ' ''' "'' ' '' '''' ' '' "4'''4'-t'''
' "''' ""'" ' '' '' ' .; . ' '6 ' ' '' "''""''G>4'4'i0-<0o <0>'0'0' 4''''o''' Q'"i<''0'>''4' '"'''' '-'''4'>'''''"'"' ' '
o0o4'
4''1}-0~4.0-<t+-O-fo .;.+.;..0.6"'4'4.QO
6''0"''.0".o"Oo''-0'.'00'oo'G>''<'O'>'"''"'
OoQ>'<Goo0-+<0>o)<6i+'
l)Ofo"'<0>4'+O'6'
"''' ''' ' ' ' ""'"t'<''O'i'-0' .<' 0">.c'6.
fo044'~tQ>4'-0-'6''
~-6"-0{li4.+-0-00-0--0- fo4'+4'
'
"''''''
'
''"''
20
C-66404>6.;.0
'' "''0' '"- '" ' ''"' '' '' ' '''" ' '< -o.+o.;.i0-''.;.''.:...,.
" 4 -t " ' flo~<Oi<Oi+9oO>Oo>"'
'fo' fii'+"o0'.>'4'i"+'~<''O'""oO'o'o-Oo>"' '"" ~ '' ' "'' ' '' ' '' "' ~' "' ''* ' ' '' ' -Q o '
'6-9-''0++
''~"="''' ' '"''"''''
< O i + < o 0 > 6 o Q o 4 ' '' '' ' '''~''""~""""''+' +9"'""
"'''''''9->""+''o<o D
. O ' t ' ' " " "' '~ ' ' " ' ' ' '"
"''''' '9->.o<O>''.;.
''''""*'''' '''-Go''
''''*''""""""'''"''''''4'''''.':.''"''
I/
f+o<<OCoo-<-Oo<ot-<>O~o'<0' -4"'44'-"Qo""'"'
0
jsseries
I/
1992
1993
1994
1995
1996
T
a
h
u
n
Grafik.j Kejadian bayi lahir dengan kelainan
kongenital
Jumlah.KK
Jml Persalinan
Laki-laki
Perempuan
101
54
10390
9587
0,56
Jumlah
155
19977
40
0,97
kongenital,
(43,8%).
Jumlah kasus KK
Jumlah {!ersalinan
<1000
1000-1499
1500-1999
2000-2499
2500-2999
3000~3499
3500-3999
;::4000
11
26
27
34
34
9
14
264
271
639
1624
5844
7796
2892
647
4,05
4,06
1,66
0,58
0,44
0,31
2; 16
Jumlah
155
19977
Jika dibandingkan
dengari
seluruh
persalinan
yang
dikelompokkan
berdasarkan berat badan lahir maka tampak bahwa kejadian kelainan kongenital
banyak terdapat pada kelompok berat badan lahir < 2500 gram 64/2534 = 2,53% ..
Hal ini sesuai dengan acuan kepustakaan yang menyatakan bahwa bayi yang lahir
dengan kelainan kongenital cenderung mempunyai berat badan lahir yang rendah.
macam
kelainan
kongenital,
terbanyak
pada
kelompok
Susunan Saraf Pusat yaitu 73 kasus ( 47,2% ), dengan angka kejadian sebesar 3,7
per 1000 persalinan, sesuai dengan yang didapatkan pada kepustakaan1L25. disusul
40
. I
sebanyak 22 (14,2%)
dengan angka kejadian sebesar 1, 1 per 1000 persalinan. Untuk: kelompok gastro
intestinal dan dari kelompok lain-lain masing-masing sebanyak 16 kasus ( 10,3%
) dengan angka kejadian
kongenital kelompok
Kelainan
ini dimasukkan
macam kelainan.
Jumlah KK
N
%
Sistim SSP
Sistim Cardio-Thorax
Sistim Gastro-Intestinal
Lain-lain
Sistim kranio-fasial
Sistim musculo-skelet
Sistim Urn-Genital
73
22
Jumlah
155
16
16
15
12
47,2
14,2
10,3
10,3
9,7
7,7
0,6
3,7
1,1
0,8
0,8
0,7
0,6
0,05
adalah
41
Macam kelainan
Afiensefali
30
22
9
6
Hidrosefali
Mikrosefali
Meningokel
Meningo-ensefalokel
Spina bifida
kelainan
%
41,1
30,l
12,4
8,2
6,8
1,4
Jumlah
1,5
1,1
0,4
0,3
0,3
0,05
73
menonjol adalah kelainan jantung jenis aslanonk "Ventricle Septal Defect" ( VSD
), denganjumlah kasus sebanyak 17 orang ( 77,3% ). Kelainan lain dari kelompok
ini adalah "Atrial septal defect" ( ASD)
TF) 2 kasus (9,1 %), PDA 2 kasus (9,1 %). Dapat dilihat pada tabel 6.
kelainan
Macam kelainan
VSD
TF
ASD
PDA
17
2
77,3
9,1
4,5
9,1
Jumlah:
22
1
2
0,9
0,1
0,05
0,1
sistim kranio-fasial,
kasus 12 ( 80% ).
Kelainan lain dari kelompok ini adalah anopthalmia sebanyak 3 kasus ( 20% ).
Tabel 7. Kelainan kongenital kelompok sistim kranio-facial.
Ma cam
kelainan
Labio-gnato-palato
Anopthalmia
schizis
Jumlah
Jumlah
N
12
3
15
kelainan
80
20
atresia ani yaitu sebanyak 6 kasus ( 37,5% ) dengan angka kejadian sebesar 0,3
per 1000 persalinan, selanjutnya kelainan berupa omfalokel dengan jumlah kasus
yang sama yaitu sebanyak 6 kasus ( 37,5% ), hernia diafragmatika
sebanyak 2
kasus (12,5%) dengan angka kejadian 0,1per1000 persalinan. Dapat dilihat pada
tabel 8 dibawah.
Jumlah
Jumlah
N
6
6
2
1
1
16
43
kelainan
37,5
37,5
12,5
6,3
6,2
kelainan muskulo-skeletal,
dari kelompok
kasus
5
4
3
Jumlah
12
41,7
33,3
25,0
0,3
0,2
0;2
Facies mongoloid
Multipel anomali
Monster
Kembarsiam
Jumlah:
7
4
3
43,8
25
18,8
2
16
12 5
44
kepustakaan-kepustakaan
dikatakan
berpengaruh
terhadap
kelainan
dibandingkan
dengan
angka kejadian
jumlah
persalinan,
bahwa
umur
kongenital
tampak
kejadian
ibu
sangat
pada janin.
Jika
terbanyak
pada
kelompok umur > 35 tahun yaitu sebanyak 64 kasus dari 2871 persalinan (2,23%)
selanjutnya disusul oleh kelompok umur ibu ~ 19 tahun denganjumlah kasus 11
orang dari 1032 persalinan(l,06%
).
~19
Jumlah kelainan
11
28
20-24
25-29
30-34
~35
Jumlah:
Mean (SD)=
Jml persalinan
5914
31
21
64
39. ( 6,2)
%
1,06
0,50
0,52
0,45
2 23
1032
5588
4572
. 2871
155
tahun.
oleh umur ayah. Pada tabel.12 dibawah dapat dilihat kejadian kelainan kongenital
berdasarkan umur ayah dengan Mean (SD)=
Jumlah
Umurayah
~19
( Tahun)
20-24
25-29
30-34
>35
15
47
33
60
Jumlah:
155
umur ayah
kejadian
%
9,7
30,3
21,3
38,7
45
..
I .
kongenital
terbanyak
pada
disusul oleh
kelompok umur 25 - 29 tahun , yaitu sebanyak 47 orang ( 30,3% ), tidak ada ayah
yang berunur < 19 tahun. Dapat dilihat pada tabel 12 diatas.
5.7 Paritas.
Tabel.13. Kejadian kelainan kongenital berdasarkan paritas.
Paritas
Jumlah kejadian. ( N )
I II
%
79,4
18,7
61
III
29
29
IV
?.V
18,7
14
22
Jumlah:
14 2
155
Mean(SD)=2,4(1,4),
Bila dilihat kejadian kelainan kongenital
berdasarkan
paritas,
kejadian
tertinggi terdapat pada paritas satuyaitu sebanyak 61 kasus ( 79,4% ), dan kejadian.
terendah pada paritas empat yaitu 14 kasus ( 9% ). Untuk paritas dua dan tiga
didapatkan angka yang sama yaitu masing-masing 29 kasus ( 18,7% ).
cara persalinan
kongenital
pada
penelitian ini terdapat 35 kasus ( 22,6 % ) lahir melalui pembedahan. Satu kasus
diantara 35 kasus yang dilakukan pembedahan
kehamilan
46
banyak dilahirkan melalui pembedahan adalah kelainan dari susunan saraf pusat
yaitu 12 kasus ( 34,3% ), yang kemudian diikuti kelainan kelompok kardio-torak
sebanyak 9 kasus ( 25,7%) dan sistim gastrointestinal 7 kasus ( 20% ).
kelainan
S ontan
KI .sistem
N
SSP
Cran-Fae
Car-Tho
Gi
Muse-Ski
Lain-lain
Ure-Gen
Jumlah:
55
20
13
8
8
7
1
112
49,l
17,9
11,6
7,1
7,1
6,3
0,9
Cara
Tindakan
N
Pem
75
12,5
12
2
9
7
12,5
bedahan
%
34,3
5,7
25,7
20
14,4
2,8
35
28,6% ), disusul oleh keadaan gawat janin dan perdarahan antepartum oleh karena
plasenta previa, masing-masing
Jumlah kelainan
10
Kelainan letak
Plasenta previa
Gawatjanin
Ektr. Vakum gagal
Panggul sernpit
Partus tak maju
Embriotomi gagal
Kehamilan abdominal
7
4
1
35
Jumlah:
47
%
28,6
20
20
11,4
8,6
5,6
2,9
2,9
umur
kehamilan
bayi-bayi
yang
lahir
dengan
kelainan
kongenital dapat dilihat bahwa jumlah terbanyak dengan umur kehamilan aterrn,
yaitu 37-42 minggu ( 67,7% ). Sedangkanjumlah
yang lahir pada umur kehamilan < 36 minggu sebanyak 41 kasus (26,5% ),
sebanyak. 9 kasus ( 5,8%) lahir pada umur kehamilan serotinus.
Jumlah
2
20-28
29-36
37-42
>42
1,3
39
25,2
67,7
105
9
Jumlah
5,8
155
Mean (SD)=
37 (. 3,8) rninggu.
bayi dengan
kelainan kongenital
Sebanyak 42
asfiksia berat,
Jumlah
27
Vigerous baby
Asfiksia ringan
Asfiksia sedang
Asfiksia berat
Mati
42
42
Jumlah
155
37
%
17,4
4,5
23,9
27,1
27,1
Kematian perinatal bayi dengan kelainan kongenital tertinggi pada kelompok lainlain yaitu 81,3%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 18 dibawah.
Tabel 18. Kematian perinatal pada bayi dengan kelainan kongenital.
Macam kelainan
SSP
Kardio-torak
GIT
Lain-lain
Kranio-fasial
Musc-skelet
Uro-Genital
Junilali .
N ( Jumlah kasus ).
73
22
16
16
15
LB
LM
12
LM+KND
29
44
13
14
22
9
1
1
155
KP{%}
79,5
45,5
56,3
81,3
40,0
10
9
13
6
5
LM ( Lahir mati ).
58
LH ( Lahir hidup ).
41,7
KP ( Kematian perinatal )
Jumlah kelainan
80
51,6
15,5
20,6
4,6
12
S:MP
SMA
24
32
PT
Jumlah:
155
7,7
Tidak bekerja
Buruh
Tani
Pegawai negeri
Jumlah
Jumlah kelainan
84
27
32
12
54,2
17,4
20,6
.7,7
.155
pemah
kehamilannya
Templ~t periksa hamil
Bi clan
Puskesmas
RSDK
Tidakpemah
Praktek dokter
Tidakpemah
Jumlah
Jumlah
64
61
19
5
4
41,2
39,4
12,3
3,2
2,6
1,3
155
diagnosisnya.
Waktu dan cara diagnosis
'Pranatal :
USG
BNO photo
Intranatal :
Pasca natal :
Jumlah
Jumlah
. 25
9
16~1
5,8
13
108
8,4
69,7
155
Sebagian besar kasus diketahui setelah lahir yaitu sebanyak 108 kasus (
69,7% )
pemeriksaan
Ma cam
USG
Jumlah
%
3
12
10 ( 29,4%)
3 ( 8,8%)
16 ( 47,1%)
3 ( 8,8%)
2 ( 5,9%)
Jumlah
25
34
5
3
2
beberapa
berpengaruh
kepustakaan
menyebutkan
bahwa
kadar
hemoglobin
ini dapat
128 kasus_ ( 82,6% ) dengan anemia ringan, 18 kasus .( 11,6% ) dengan anemia
sedang, dan hanya 1 kasus ( 0,6%) dengan anemia berat, hanya 8 kasus ( 5,2%)
yang tidak anemia.
Tabel. 24. Kejadian kelainan kongenital berdasarkan kadar
hemoglobin ibu.
Kadar hemoglobin ( gr% )
Jumlah
1
18
128
8
11,6
~5,9
6- 7,9
8 - 10,9
;:::11
9,3 ( 1) gr/o.
52
'
82,6
5,2
155
Jumlah
Mean (SD)=
0,6
Asal rujukan
Bidan
Puskesmas
RSU
Dokter praktek
Datang sendiri
Jumlah kelainan
40
17
%
25,8
10,9
88
56,8
5,2
8
2
Jumlah
1,3
tidak diketahui
rnungkin dapat diduga sebagai penyebab terjadinya kelainan kongenital pada bayi
lahir. Tabel 26.
Tabel ~ugaan
Duaaan penvebab
Jumlah kelainan
Kelainan kromosom
Penyakit ibu :
Kaceksia
DM
Kehamilan abdominal
Usaha bunuh diri
Jamu/obat-obatan
Infeksi janin (Toksoplasma)
Tidak diketahui
4,5
1
1
1
1
0,6
30
108
Jumlah
155
53
0,6
0,6
06
'3,
~6
'
Pada kasus usaha bunuh diri, penderita minum cairan pembasmi nyamuk
pada kehamilan trimester pertama. Sebagian besar kelainan kongenital pada
penelitian ini yaitu 108 ( 69,6%) tidak dapat diduga penyebabnya. Mengenai
hubungan antara minum jamu dengan kejadian kelainan kongenital masih belum
jelas, clan belum ada penelitian mengenai hal tersebut. Pada penelitian mt
didapatkan 30 kasus dengan kebiasaan minumjamu selama kehamilannya.
BAB.VI.
PEMBAHASAN.
Nama
peneliti
1
2
Kadri
Hidayat
Lubis
Masloman
Azhari
Nawir.J
Prabawa
"'
: )
4
5
6
Tempat
penelitian
Tahun
Jakarta
Malang
Medan
Manado
Palembang
Surabaya
Semarang
Hasil
1975-1979
1980-1989
1981-1984
1983-1987
1989-1991
1991-1995
1992-1996
11,6
12,3
5,1
9
10,03
16,8
7,8
terbanyak
didapatkan kelainan kongenital adalah pada kelompok umur ibu z .35 'tahun yaitu
sebanyak
2,23% ). Sedangkan
pada
kelompok umur muda dengan jurnlah kasus paling sedikit yaitu 11 kasus ( dengan
angka kejadian 1,06% ). Dapat dilihat bahwa kejadian kelainan kongenital pada
kelompok umur ~ 35 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan kejadian pada
kelompok
simpang baku 6 tahun. Umur kasus terkecil pada penelitian ini adalah 18 tahun,
yang melahirkan bayi dengan kelainan kongenital anopthalmi. Sedangkan umur
kasus tertua pada penelitian ini adalah 45 tahun dengan paritas 8 melahirkan bayi
kembar siam thoracopagus berat 5000 gr mati dilahirkan dengan embriotomi.
kepustak:aan disebutkan
kejadian kelainan kongenital, kecuali pada umur yang sangat tua.2 Pada penelitian
ini dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus dengan umur ayah > 35 tahun yaitu
60 kasus ( 3 8,7% ). Hal ini tampak: mengikuti umur ibu, dimana pada pasangan
suami istri, wnumnya suami berumur lebih tua. Selanjutnya jwnlah yang cukup
banyak: juga pada kelompok umur ayah 25-29 tahun yaitu sebanyak 47 orang
(30,3%). Umur rata-rata ayah adalah 32,3 tahun dengan simpang baku 7,1 th.
6.2.3. Paritas
.
Jumlah terbanyak: kasus kelainan kongenital pada penelitian ini adalah pada
paritassatu yaitu sebanyak 61.kasus (79,4%), disusul berturut-turut oleh paritas
dua clan tiga masing-masing 29 kasus (18,7%)~ dan paling sedikit pada paritas 4
yaitu 14 kasus (9%), dan paritas 5 sebanyak: 22 kasus ( 14,2% ). Paritas rata-rata
adalah 2,4 dengan simpang bak:u 1,4.
6.2.4.Pendidikan.
Pada tabel.19 dapat dapat dilihat bahwa pendidikan ibu-ibu yang melahirkan
bayi dengan ke1ainan kongenital terbanyak adalah Sekolah Dasar , sebanyak: 80
kasus ( 51, 6%) dan disusul oleh ibu-ibu dengan tingkat pendidikan SMA 32 kasus
( 20,6%), dan SMP 24 kasus (15,5%). Jumlah yang keci1 tampak pada ibu-ibu
dengan
pendidikan
tinggi,
yaitu
hanya
7 kasus
(4,6%).
Hal
ini dapat
menggambarkan
pengetahuan dalam perawatan kehamilannya. Hal ini juga biasanya erat kaitannya
dengan tingkat
sosial ekonomi
penderita,
kepustakaan
2.J.
6.2.5. Pekerjaan.
Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel.20 bahwa sebagian kasus adalah
tidak bekerja, semata-mata hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 84
kasus (54,2%), tani 32 orang (20,6), buruh 27 orang (17,4%). Jumlah kasus yang
bekerja sebagai pegawai negeri adalah sebanyak (7,7%).. Pada beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kejadian bayi
lahir dengan kelainan kongenital. Chen dkk pada penelitiannya terhadap ibu-ibu
yang bekerja di lingkungan pabrik petrokimia mendapatkan perbedaan bermakna
dari kejadian persalinan dengan kelainan kongenital jika dibandingkan dengan
ibu-ibu dari lingkungan normal."
58
dimana 128 kasus ( 82,6% ) dengan anemia ringan, 18 kasus ( 11,6% ) dengan
anemia sedang dan 1 kasus ( 0,6% ) dengan anemia berat. Kadar Hb rata-rata
adalah 9 ,3 gr/o dengan simpang baku 1 gr/o.
39 kasus ( 25,2% ) lahir prematur, dan sebanyak 2 .kasus ( 1,3% ) lahir immatur
dan 9 kasus ( 5,8% ) lahir serotinus. Umur kehamilan rata-rata adalah 37 minggu
dengan simpangbaku 3,8 minggu.
Pada kepustakaan dikatakan bahwa bayi dengan kelainan kongenital yang
berat, cenderung lahir dengan berat badan yang kecil untuk masa kehamilan.2
6.3.3 Carapersalinan.
Dari 155 kasus dengan kelainan kongenital pada penelitian ini sebanyak
112 kasus ( 72,3%) lahir spontan, 8 kasus ( 5,2%) lahir melalui tindakan vagina (
embriotomi ). Sebanyak 35 kasus ( 22,6%) lahir melalui pembedahan, dimana 1
diantaranya dilakukan pembedahan laparotomi ambil anak oleh karena kehamilan
59
intra abdominal
kelainan
kongenital
kongenital
Macam
adalah kelainan
yang lahir sebagai "vigerous baby", 7 kasus ( 4,5% ) lahir dengan asfiksia
ringan. Sebanyak 47 kasus ( 27, 1 % ) lahir mati, dan
60% ) lahir dengan asfiksia sedang sampai berat.
sebanyak 79 kasus (
pada penelitian
kongenital yang ganda dikelompokkan kedalam salah satu sistema organ dengan
memperhitungkan
morbiditas,
dengan
jenis
mortalitas
jumlah
dikelompokkan
kelainan
yang
paling
berat
yang
mempengaruhi
kelainan
yang
banyak
( multiple
anomali
congenital
salah satu kelompok sistim organ yang ada. Pada penelitian ini terdapat 7 kasus
yang dicurigai sebagai sindroma Down akan tetapi didiagnosis sebagai facies
mongoloid oleh karena hanya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
dilakukan analisis kromosom.
fisik, tidak
(14,2%).
Jumlah kejadian kelainan kongenital yang paling sedikit did.apatkan pada
kelompok sistim uro-genital yaitu hanya satu kasus ( 0,6% . ), dengan angka
kejadiari adalah sebesar 0,05 per
iooo persalinan.
11
kasus (15, 1 %
disertai
komplikasi
didalam
6.3.6.A.1.1. Anensefali.
Suatu kelainan kongenital tulang atap tengkorak, hanya terbentuk bagian
basal os.:frontalis, os. parietalis dan os oksipitalis. Jaringan saraf pusat hanya
tertutup oleh stroma yang mengandung pembuluh darah serta dillapisi membran
yang tipis yang berhubungan dengan kulit kepala yang berambut dengan angka
kejadian sebesar I per 1000 persalinan .. Penyebab kelainan secara pasti tidak
diketahui, akan tetapi diperkirakan berhubungan dengan faktor genetik.
Pada penelitian ini, anensefali merupakan kelainan terbanyak dari kelompok
sistem SSP, yaitu denganjumlah kasus 30 (41,1%) dengan angka kejadian adalah
1,5 per 1000 persalinan. Nawir J mendapatkan angka kejadian 2.0 per 1000
tempatnya, sedangkan spina bifida kistika merupakan bentuk yang lebih berat
yaitu dimana susunan saraf dan lapisannya ikut menonjol keluar.
Meningokel adalah kelainan berupa benjolan berbentuk kista di garis tengah
tulang belakang umumnya terdapat didaerah lumbosakral.Lapisan meningeal
. berupa duramater ~an araknoid menonjol sebagai kista keluar kanalis yertebralis,
sedangkan medula spinalis masih ditempat yang normal. Sedangkan pada
ensefalokel kelainannya lebih-berat dimanajaringan sarafpusat ikut menonjol.
Leck (
primer infeksi
penelitian ini didapatkan 9 kasus atau 12,4% dari seluruh kelainan kelompok SSP.
Dengan
angka kejadian
1000 persalinan.
Nawir J
mendapatkan angka kejadian 0,2 per 1000 persalinan untuk kasus kelainan yang
sama.
Dari 9 kasus yang ada, 4 diantaranya lahir mati, 4 kasus mati dalam satu
minggu perawatan. Kematian perinatal untuk kelainan kongenital mikrosefali
adalah 88,9%. o.ua dari keseluruhan kasus mikrosefali lahir melalui bedah sesar,
untuk kasus yang sama. Sedangkan untuk kelainan yang lain, TF dan PDA masing
-masing 2 kasus dengan angka kejadian sebesar 0,1 per 1000 persalinan. Untuk
ASD, kami dapatkan angka kejadiannya sebesar 0,5 per 10000 persalinan. Dari 22
kelainan
kongenital
bedah sesar (40,9%). Dilihat dari keadaan lahimya 8 kasus (36,4%) lahir prematur
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Dari 22 kasus yang lahir dengan
kelainan
kongenital kelompok
ini, 10 kasus
meninggal
dalam
satu minggu
6.3.6.A.3
Dari kelompok ini terdapat 16. kasus ( 10,3% ) yang terdiri dari Fasies
mongoloid sebanyak 7 ( 43,8% ) dengan angka kejadian sebesar
persalinan.
oA
per 1000
67
i -
I
6.3.6.A.4
Termasuk kedalam kelompok ini antara lain adalah bibir sumbing yaitu
sebanyak 12 kasus dengan angka kejadian sebesar 0,6 per 1000 persalinan. Pada
kepustakaan didapatkan angka kejadian sebesar 1,2 perseribu persalinan ( Leck
1972 ). Habib ( 1978) mendapatkan risiko terjadinya bibir sum bing meningkat 40
kali lebih besar pada anak kedua apabila anak pertama lahir dengan bibir
sumbing. Pada penelitian ini dari 12 kasus dengan bibir sumbing, satu diantaranya
dilahirkan melalui bedah Sesar atas indikasi plasenta previa. Kelainan lain dari
kelompok ini adalah anopthalmi
satu
diantaranya lahir melalui bedah sesar atas indikasi plasenta previa. Dari 15 kasus _ .
dari kelompok ini 1 kasus lahir rnati, 8 kasus mati dalam 1 .minggu perawatan.
Kematian perinatal untuk kelainan ini adalah 60%. Tabel.7
kelompok
Dari 16 kasus
yang termasuk dalam kelompok ini, 8 diantaranya lahir melalui bedah sesar (
43,7% ). Dilihat dari keadaan Iahirnya 3 kasus lahir mati, 6 kasus mati dalam satu
minggu perawatan,
(56,3%).TabeL&
68
6.3.6.A.5.1 Omfalokel
Merupakan kelainan berupa protusi isi rongga perut keluar dinding perut
disekitar umbilikus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong. Protusi ini dilapisi
kantong transparan yang terdiri atas lapisan bagian dalam peritonium clan lapisan
luar amnion. Angka kejadiannya 1 per 5000-10000 persalinan. Kelainan lain
dalam kelompok ini adalah megakolon kongenital atau disebut "Hirschsprung's
Disease" adalah ke1ainan yang disebabkan oleh atresi atau agenesis dari kolon
bagian bawah, tidak terdapat saraf parasimpatik pada dinding usus. Pad.akelainan
ini 80% mengenai kolon sigmoid. Angka kejadian pada penelitian ini adalah 3 per
10_000 persalinan.
6.3.6.A.5.3 Herniadiafragmatikakongenital,
Suatu kelainan dimana adanya lubang pad.a diafragma yang hanya ditutupi
oleh pleura dan peritoneum sehingga rnemungkinkan sebagian isi rongga perut
rnasuk kedalam rongga dad.a. Pada penelitian ini didapatkan 2 kasus ( 12,5%)
dengan angka kejadian sebesar 0,1 per 1000 persalinan. Pad.a kepustakaan
didapatk:anangka kejadian 1 per 4000 kelahiran hidup.
6.3.6.A.6
Kelainan
sist.muskulo-skeletal
pada penelitian
ini didapatkan
angka
kehamilannya
kehamilannya.
dengan teratur di
70
.. 1
bidan, 17 kasus ( 10,9% ) dirujuk oleh Puskesmas. Sebanyak: 8 kasus dirujuk dari
RSU dengan kelainan letak.. Tabel 25.
34 kasus ( 21.9%
). Diagnosis
ditegakkan
pranatal yaitu
melalui
pemeriksaan
kehamilah
dengan
kelainan
kongenital.
Tabel 22.
faktor
dapat
diduga
sebagai
penyebab
kelainan
akan tetapi
kongenital
pada
penelitian ini antara lain adalah kelainan kromosom, penyakit ibu, dan kasus yang
banyak adalah kebiasaan minum jamu pada waktu hamil, yaitu sebanyak 30 kasus
( 19.4% ).
71
BAB.VII KESIMPULAN
DAN
SARAN.
7.1 Keslmpulan,
1. Angka kejadian kelainan kongenital pada bayi baru lahir pada penelitian ini (
7,8 per 1000 persalinan ) didapatkan lebih rendah dari rata-rata penelitian
ditempat lain.
2. Jenis kelainan kongenital terbanyak adalah kelompok
5. Pengelolaan
untuk
mencari
penelitian
kelainan
kongenital
masih
7.2 Saran.
1. Perlunya dilakukan pemeriksaan
kemungkinan
faktor penyebab
dari kelainan
72
~PUSTAKAAN
1. Praptohardjo U. Diagnosis Prenatal. Dalam: Simposium peran genetika dalam
pengembangan kualitas manusia. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
Jawa Tengah. Semarang, Juni 1994.
2. Kadri N. Kelainan Kongenital. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I.
Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK.UI ,1991;240-60.
Majalah
5. Wong HB. Prenatal Diagnosis. In: Cheng WC, Tan SL, eds. Advances
reproductive and medicine. Singapore : PG Publishing, 1988; 133-41.
6. Maridin F, Siswosudarmo HR. Kematian perinatal di RS.Sardjito tahun 19911995 analisis faktor risiko. Majalah Obstetri Giriekologi Indonesia 1997;21:7-
10.
7. Mawardi WI, Sjahid S. Tinjauan kematian neonatal dini pada bayi dengan berat
badan lahir 2; 2500 gram selama 3 tahun ( i993-i995 ) di RSHS. Bagian I SMF
Obstetri dan Ginekologi FKUP I RSHS Bandung.
1982;8:92-100.
,..,,.,
I-'
12. Hidayat A, Wahyudi I, Samudra S. Insidens kelainan kongenital pada bayi lahir
di RS Saiful Anwar Malang ( 1980-1989),
Maj Obstet Ginekol
Indones, 1992; 18:55-64
13. Lubis B, Tjipta GD, Panjaitan AJ et all. Congenital malformation among
newborn at Dr.Pimgadi hospital Medan during 1981-1984. Paediatrica
Indonesiana, 1989;29: 1-7.
14. Masloman N, Mustajab, Munir M. Congenital malformation at Gunung Wenang
Hospital Manado : a Five Year spectrum. Paeditrica Indonesiana, 1991 ;31 :294302.
15. Azhari, W ardhani H, Mahyudin NS dkk. Kelainan Kongenital di RSUP
Palembang (1989-1991 ), disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI
IX Surabaya, 1995.
16. Nawir J. Kelainan bawaan janin di RSUD Dr.Sutomo 1991-1995 [Thesis}
Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.1996.
17. Reece E,. Hobbins JC, Mahoney JM, Petri HR. Handbook of Medicine of the
Fetus & Mother. Philadelphia: JB Lippincott company,1995;51-8.
18. Philip.J,Matheis :MD. Diagnosing Down syndrome .in: Redferm DE ed: Caring
for Individuals with Down Syndrome and .their families. Ohio: Ross products
division, 1995;1-6.
19. Thomson WM, Mclnnes RR, Willard FH. Thomson & Thomson Genetics in
Medicine. Philadelphia: WB Saunders Co, 1991;411-5.
20. Eriyati I. Pencegahan kelainan bawaan pad.a anak dalam: Setiati TE, Soemantri
Ag, Kosnadi L ed: Twnbuh kembang anak & masalah kesehatan masa kini. Bag
Ihnu Kes Anak RSUP Dr.Kariadi Semarang,1977;9-16.
21. Suharsono: Infeksi TORCH pada ibu hamil. Dalam Pengenalan dan
penanggulangan penyakit infeksi. IDf cabang Semarang, Badan penerbit
UNDJP, Semarang .1992:89-99.
22. Qurrk GJ, Wendel JP. Torch infections in pregnancy: diagnosis and treatment.
Dalam: Mamoto W, Rachimadi T, Pusponegoro ST eds Perinatologi tahun 2000
Penanganan terpadu infeksi perinatal. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 1996;3 l-6.
74
28. Maeda K. Possible ultrasonic diagnosis of fetal brain damages, Dalam: Makes D
ed: Ultrasonologi 6 Pertemuan ilmiah Ultrasonografi
ultrasonografi madya. Jakarta, 1993; 1_59-62.
.
VII
Kursus intensive
32. Whittle MJ. Prenatal screening - Ultrasound. In: Whittle MJ, Conors Jm. eds:
Prenatal diagnosis
Ltd,1995;30-3.
in
Obstetric
practice.
London:
Blackwell
science
6.
34.
7
6
.
;
.
.
'