Anda di halaman 1dari 11

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan mengetahui tentang campak


LO 1.1 Definisi, etiologi, gejala, dan penularan penyakit campak
LO 1.2 Patogenesis penyakit campak
LO 1.3 Diagnosis penyakit campak
LO 1.4 Diagnosis banding penyakit campak
LO 1.5 Komplikasi dan pencegahan penyakit campak
LO 1.6 Terapi / Penatalaksanaan pada pasien campak

LI 1. Memahami dan mengetahui tentang campak


LO 1.1 Definisi, etiologi, gejala, dan penularan penyakit campak

Definisi
Campak (rubeola/morbilli/measles) adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus. Penyakit ini ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan
konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak
biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat
meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar
3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat
dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5%
menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah <12>
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari family Paramyxovirus,genus
Morbilivirus.Virus campak adalah virus Ribonucleated Acid (RNA) yang dikenal hanya
mempunyai satu antigen.Struktur virusnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan
parainfluenza.Setelah timbulnya ruam kulit,virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring,
darah dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar.
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 0C dan selama 15
minggu dalam sediaan beku.Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati, pada suhu kamar
sekalipun virus ini akan kehilangan infektivitas nya sekitar 60% selama 3 - 5 hari.Virus campak
mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa prodromal
(stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus
aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan (mulai fase
prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah
ruam muncul.1,4,5,6
Gejala
Sekitar 10 hari setelah infeksi, demam yang biasanya tinggi akan muncul diikuti dengan
koriza, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan dalam:
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium ini dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomik bagi morbili, tetapi juga
sangat jarang dijumpai. Lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah.
Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2

2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk macula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada
hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibular dan di daerah leher
belakang. Terdapat pula sedikit splenomegaly. Tidak jarang disertai diare dan muntah.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi)
yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
Penularan
Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama pada
anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak rentan akan tertular.
Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala
klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang
dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6
bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah
menerima vaksinasi campak.

LO 1.2 Patogenesis penyakit campak


Virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran nafas, tempat virus
melakukan multiplikasi lokal, kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, tempat
terjadinya multiplikasi yang lebih lanjut. Viremia primer menyebarkan virus, yang kemudian
bereplikasi di dalam sistem retikuloendotelial. Akhirnya viremia sekunder berkembang biak di
permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran nafas, dan konjungtiva, tempat terjadinya
replikasi lokal. Campak dapat bereplikasi di dalam limfosit tertentu, yang membantu penyebaran
ke seluruh tubuh. Sel multinukleus raksasa dengan inklusi intraselular terlihat di dalam jaringan
limfoid di seluruh tubuh (kelenjar getah bening, tonsil, dan apendiks). Kejadian yang
digambarkan tersebut terjadi pada masa inkubasi, yang khasnya berlangsung selama 8-12 hari
tetapi dapat berlangsung hingga 3 minggu pada orang dewasa.
Selama fase prodromal (2-4 hari) dan 2-5 hari pertama ruam, virus terdapat di dalam air
mata, sekret nasal dan tenggorokan, urine, serta darah. Ruam makulopapular yang khas muncul
sekitar 14 hari ketika antibodi yang bersirkulasi terdeteksi, viremia menghilang, dan demam
mereda. Ruam terjadi akibat interaksi sel imun T dengan sel yang terinfeksi virus dalam
3

pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu. (Pada pasien dengan gangguan
imunitas selular, tidak terjadi ruam)

LO 1.3 Diagnosis penyakit campak


Diagnosis biasanya dibuat dari gambaran klinis khas dan konfirmasi laboratorium jarang
diperlukan. Selama stadium prodromal sel raksasa multinuclear dapat diperagakan pada pulasan
mukosa hidung.Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan dan diagnostic naik pada titer antibody
dapat dideteksi antara serum akut dan konvalesen. Angka sel darah putih cenderung rendah
dengan limfositosis relatif. Fungsi lumbal pada penderita dengan ensefalitis campak biasanya
menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosanya normal.Adapun
tahapan-tahapannya yakni:
Anamnesis
Adanya demam ringan sampai sedang disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau
bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit
yang didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula
Pemeriksaan fisik
Ditemukannya tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa pipi di depan molar tiga.
Kemudian muncul ruam makulopapular yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga,
kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke ekstremitas.
Laboratorium
Pemeriksaan labaroratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah:
a. Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leucopenia selama fase prodromal dan stadium
awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang mencolok dari jumlah leukosit apabila
terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi komplikasi, jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat
sampai normal saat ruam menghilang.
b. Isolasi dan identifikasi virus
Usap nasofaring dan contoh darah yang diambil dari seorang pasien 2-3 hari sebelum mula
timbul gejala hingga 1 hari setelah timbulnya ruam merupakan sumber yang cocok untuk isolasi
virus.
c. Serologi
Pemastian serologi infeksi campak bergantung pada peningkatan empat kali lipat titer antibodi
antara fase akut dan fase konvalensen serum atau pada terlihatnya antibody IgM spesifik campak
dalam bahan serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah mula timbul ruam.
4

d. Pemeriksaan untuk komplikasi


Pada penderita campak yang disertai dengan komplikasi dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut:
1. Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dengan kadar protein
48240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar elektolit darah dan
analisa gas darah
2. Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap
3. Bronkopneumonia, dilakukan pemeriksaan

LO 1.4 Diagnosis banding pada penyakit campak


1. Exantema Subitum
Kelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering terjadi yang sering
dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam 1-3 hari setelah demam hilang baru timbul
bercak kemerahan diseluruh tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan
hilang tidak membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih terjadi,
seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah yang ada. Kelainan ini sering
dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.
2. DBD
Pada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai bercak kemerahan
yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini
sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.
3. Alergi obat.
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak
disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina.
Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.Tanda patognomonik berupa lidah berwarna
merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
5. Rubela Rubela( Campak Jerman)
Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya
menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya
sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Penyakit ini sering ringan dan serangan sering
berlalu tanpa diketahui. Penyakit ini bisa berlangsung satu sampai tiga hari. Anak-anak sembuh
5

lebih cepat daripada orang dewasa. Infeksi dari ibu oleh virus Rubella saat hamil bisa serius, jika
ibu terinfeksi dalam 20 minggu pertama kehamilan, anak bisa lahir dengan sindrom rubella
bawaan (CRS), yang memerlukan berbagai penyakit tak tersembuhkan yang serius. Aborsi
spontan terjadi pada hingga 20% kasus. Virus ini menular lewat udara. Rubela juga biasanya
ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk melakukan tes Rubela sebelum
hamil. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat.
6. Infeksi mononukleoss
Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan
pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus
herpes. Setelah menyususp ke dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar
ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi). Infeksi
virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50%
anak-anak Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu
menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau
hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.
7. Erupsi obat
Erupsi obat alergi atau allergic drug eruption ialah reaksi alergi pada kulit atau daerah
mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat dengan cara sistemik. Pada pemeriksaan
fisik, hampir di seluruh tubuh tampak papul eritematous diskret. Pengobatannya dengan terapi
sistemik berupa kortikosteroid dan antihistamin dan topikal.
8. Penyakit Kawazaki
Penyakit Kawasaki juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening, penyakit simpul
mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar
bayi, yang mempengaruhi banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening,
dan dinding pembuluh darah, tetapi Efek yang paling serius adalah pada jantung mana ia dapat
menyebabkan dilasi aneurismal parah. Tanpa pengobatan, kematian dapat mendekati 1%,
biasanya dalam waktu 6 minggu onset. Dengan pengobatan, angka kematian kurang dari 0,01%
di AS Sering ada infeksi yang sudah ada virus yang dapat memainkan beberapa peran dalam
patogenesis. Mukosa konjungtiva dan oral, bersama dengan epidermis (kulit), menjadi
erythmatous (merah dan inflammed). Edema sering terlihat di tangan dan kaki dan kelenjar getah
bening leher sering diperbesar. Juga, beberapa derajat demam sering dicatat.

LO 1.5 Komplikasi dan pencegahan penyakit campak


6

Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji
tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya
terjadi komplikasi sekunder seperti:
Bronkopnemoni
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus, streptococcus,
staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,
anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis,
leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.
Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental,
neuritis optica dan ensefalitis.
Encephalitis morbili akut
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah. Angka
kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan ensefalitis setelah
vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.
SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala
yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma.
Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala
spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak
yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili,
sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas
tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak
menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun
kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000,
sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena
keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.
Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai dengan
ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik.Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau
encephalopati dan pneumonia.Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.Dapat
pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata
7

Pencegahan
Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan yang paling
efektif. Vaksin campak berasal dari virus yang dilemahkan. Vaksin diberikan dengan cara
subkutan dalam atau intramuscular dengan dosis 0,5cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun sedangkan
untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per wilayah
secara merata selama bertahun-tahun.
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia
termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan saat
anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi
campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak
yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.
Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah terjadi
sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal dari virus
hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang dilemahkan akan
memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk
hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan
dengan dosis 0,5ml. Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili.
Dosis serum dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi
semakin cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit
mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.

LO 1.6 Terapi / Penatalaksanaan pada pasien campak

Simtomatik : antipiretika, antikonvulsi bila diperlukan, antitusif,


ekspektoran
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
o Pemberian cairan yang cukup
o Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan
tingkat kesadaran dan adanya komplikasi
o Suplemen nutrisi
o Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
o Anti konvulsi apabila terjadi kejang
o Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
8

o Ekspektoran: gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun: 50 100 mg tiap


2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari.
o Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,
narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
o Mukolitik bila perlu
o Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral
sangat bermanfaat
Indikasi rawat inap: hiperpireksia (suhu > 39,0 C), dehidrasi, kejang,
asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :
o Hindari penularan
o Tirah baring di tempat tidur
o Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500
IU tiap hari
o Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan
disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya
komplikasi
Campak dengan komplikasi :
o Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai
dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT
ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan
serta koreksi terhadap gangguan elektrolit
o Bronkopneumonia :
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn
elektrolit
o Enteritis: koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi
o Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan
gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten.
Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan
penyembuhan.
o Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman R.E. et al. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15. ab.A.Samik Wahab.
Jakarta: EGC.

Jawetz et al. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC.

Maldonado Y. 2000. Campak. Dalam: Wahab AS (editor). Nelson Ilmu Kesehatan


Anak, edisi ke -15. Jakarta: EGC. 1608-71

Tumbelaka AR, et al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
penerbit IDAI. 95-98

Widoyono. 2005. Penyakit Tropik Edisi 1. Jakarta: Erlangga.

10

11

Anda mungkin juga menyukai