Kehidupan Sosial
Kerajaan Mataram Kuno meskipun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama
Buddha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka bergotong
royong dalam membangun Candi Borobudur.
Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi
karena sikap toleransi dan gotong royong maka mereka turut bekerja juga dalam pembangunan tersebut.
Keteraturan kehidupan sosial di Kerajaan Mataram Kuno juga dibuktikan adanya kepatuhan hukum pada
semua pihak. Peraturan hukum yang dibuat oleh penduduk desa ternyata juga di hormati dan dijalankan oleh para
pegawai istana. Semua itu bisa berlangsung karena adanya hubungan erat antara rakyat dan kalangan istana.
Kehidupan Politik
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya, Mataram Kuno menjalin kerjasama dengan kerajaan
tetangga, misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain itu, Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik.
Contohnya; pada masa pemerintahan Samaratungga yang berusaha menyatukan kembali Wangsa Syailendra dan
Wangsa Sanjaya dengan cara anaknya yang bernama Pramodyawardhani(Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai
Pikatan (Wangsa Sanjaya).
Dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalinan kerukunan beragama antara Hindu (Wangsa Sanjaya)
dan Buddha (Wangsa Syailendra) semakin erat.
Kehidupan Pemerintahan
Kerajaan mataram merupakan kerajaan yang system pemerintahanya adalah kerajaan. System ini
digunakan sejak berdirinya mataram kuno di abatd ke-8 hinaga runtuhnya di abad ke-11, Sistem ini dikenal dengan
dinasti; dinasti Sanjaya, Pemerintahan dipegang oleh raja,Di mataram kuno terdapat beberpa bagian raja yaitu; Datu
dan Sri Maharaja
Mataram kuno sejak abad ke-9 sudah menggunakan mata uang berupa emas dan perak untuk melakukan
kegiatan perdangan. Dimana uang pada masa itu disebut tahil jawa. Dari sistem pemerintahan tersebut terdapat
beberapa raja yang telah memerintah dibawah ini terdapat raja yang bergelar ratu dan Sri Maharaja yang memerintah
mataram kuno Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang memerintah dari 723 M, Rakai Panangkaran, awal berkuasanya
Wangsa Syailendra 770 M, Rakai Panunggalan alias Dharanindra, Rakai Warak alias Samaragrawira, Rakai Garung
alias Samaratungga
Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya 840 M, Rakai Kayuwangi alias
Dyah Lokapala berkuasa mulai dari 856 M 880 M, Rakai Watuhumalang, Rakai Watukura Dyah Balitung, Mpu
Daksa, Rakai Layang Dyah Tulodong, Rakai Sumba Dyah Waw
Kehidupan Kebudayaan Hindu-Buddha
Semangat kebudayaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya
peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peniggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, seperti prasasti Canggal
(tahun 732 M), prasasti Kelurak (tahun 782 M), dan prasasti Mantyasih (Kedu).
Selain itu, juga dibangun candi Hindu, seperti candi Bima, candi Arjuna, candi Nakula, candi Prambanan,
candi Sambisari, cadi Ratu Baka, dan candi Sukuh. Selain candi Hindu, dibangun pula candi Buddha, misalnya candi
Borobudur, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, dan candi Mendut.
Proses Kehancuran
Kemunduran kerajaan Mataram Kuno disebabkan karena kedudukan ibukota kerajaan yang semakin
lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
1.
Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
2.
3.
Peninggalan
Komplek Candi Dieng di Wonosobo, JawaTengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram
Kuno.
Informasi Tambahan
Dulu kerajaan ini terkenal sebagai kerajaan yang kaya akan padi dan tambang emas
Salah satu sumber sejarah yaitu prasasti Canggal & prasati Metyasih/Balitung