Anda di halaman 1dari 7

WIDYA KANDISASMITA P.

S
1130476/A
NUP : 68
Tujuan sentral dari sebuah negara pada dasarnya adalah untuk
menyejahterakan segenap rakyatnya. Maka ketika republik lahir, para pendirinya
sepakat pula bahwa salah satu tugas pokok yang harus diperjuangkan bersamasama adalah mewujudkan sebuah Negara Kesejahteraan.
Namun, apakah nilai-nilai Negara Kesejahteraan itu hari ini bisa kita rasakan?
Potret Kesejahteraan di Indonesia
Kasus korupsi dari tingkat desa sampai tingkat kota, perorangan maupun
berjamaah, pada hari ini jelas menjadi penghambat dalam mencapai kesejahteraan
yang menyeluruh. Perbuatan itu pun telah melanggar hak-hak sosial dan hak-hak
ekonomi masyarakat yang seharusnya dilindungi oleh konstitusi.
Peringkat Indonesia di berada si posisi 100 dari 182 negara terkorup di
dunia menurut laporan Transparency International tahun 2011. Namun, korupsi
memiliki konsekuensi langsung terhadap faktor-faktor tata kelola pemerintahan
dan perekonomian, yang pada akhirnya melahirkan kemiskinan. Hal ini jelas
menjadi landasan teori dari potret kemiskinan saat ini yang masih berjumlah 29,89
juta orang (Laporan BPS Per-September 2011). Selaku masyarakat kecil, keadaan
sekarang jelas membuat kita miris. Kesejahteraan dan keadilan yang dijanjikan
oleh negara jauh dari harap. Sejahtera hanya dimiliki oleh segelintir orang,
sedangkan kehidupan yang jauh dari kata layak dimiliki oleh berjuta-juta orang.
Kesenjangan hidup antara si miskin dan si kaya akibat dari sebuah sistem
pemerintahan yang acak kadut ditambah gurita korupsi yang seakan tak
berujung sangat melukai hati rakyat. Sangat menyedihkan, penindasan hak-hak
rakyat, dihisap, dan dikoyak oleh oknum pemerintah yang tidak bertanggung
jawab. Lantas, bagaimana agar kita bisa keluar dari kabut kelam yang
menyengsarakan seperti sekarang ini? Tentunya jawabanya adalah dengan
mewujudkan sebuah Negara yang sejahtera.
Negara Kesejahteraan Sebuah Keharusan
Peran dan tanggung jawab negara adalah mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan secara merata. Menciptakan tatanan masyarakat yang dinamis serta
paham akan kebutuhan masyarakat. Seolah negara sebagai teman bagi warga
1

negaranya. Sehingga layanan-layanan publik bisa maksimal dimanfaatkan oleh


masyarakat.
Jika hal ini terpenuhi, maka negara kesejahteraan itupun bukanlah menjadi angan
akan tetapi hadir dan nyata. Karena penganut Negara kesejahteraan percaya jika
negara berpihak kepada rakyatnya dengan mengutamakan kepentingankepentingan umum maka akan terjadi penurunan demonstrasi, kekerasan maupun
anarkisme yang dilakukan oleh masyarakat yang merasa dipinggirkan atau merasa
bahwa distribusi keuntungan negara tidak berjalan dengan baik. Untuk
mewujudkan negara kesejahteraan tersebut tentu membutuhkan peran dari kedua
belah pihak yakni masyarakat dan pemerintah. Peran masyarakat selaku
pengendali kebijakan pemerintah harus bisa mengontrol dan terus berkomunikasi
dengan pemerintah selaku pemangku kebijakan.
Selain itu beberapa hal yang harus ada dalam sebuah Negara kesejahteraan
kaitannya dengan peran kedua belah pihak antarmasyarakat dan pemerintah
adalah; pertama, terciptanya keamanan. Tentu untuk menciptakan keamanan
tersebut membutuhkan sebuah regulasi hukum yang jelas tanpa pandang bulu
serta dengan partisipasi masyarakat melalui sosialisasi penyadaran hukum agar
semua bisa terang benderang.
Kedua, mensuplai pelayanan sosial. Di dalam sebuah negara kesejahteraan
hak masyarakat menjadi prioritas utama dan mutlak ada. Dalam hal ini yang
menjadi sebuah keharusan adalah dengan memaksimalkan fungsi layanan-layanan
sosial secara merata.
Ketiga, mengurangi biaya sosial masyarakat. Artinya dengan pemanfaatan
fungsi-fungsi layanan sosial sedikit banyak akan berpengaruh pada berkurangnya
biaya-biaya sosial yang ada di masyarakat.
Jika tiga hal ini saja telah ada maka menurut hemat penulis konsep negara
kesejahteraan itu telah hadir dan bukan hanya sekedar cita/angan yang tertuang di
dalam konstitusi kita.
Sumber : http://www.riaupos.co/opini.php?
act=full&id=954&kat=1#.VFzStMldyWI

NEGARA, KESEJAHTERAAN, DAN KORUPSI


Debby Agam, 7081012
KPK Tahan Mantan Walikota Cilegon
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat
(25/5/2012), menahan mantan Walikota Cilegon, Banten, Aat Syafaat di Rumah
Tahanan Cipinang, Jakarta terkait penyidikan kasus dugaan korupsi pembangunan
dermaga Kubangsari, Cilegon. Aat adalah tersangka kasus itu.
"Ditahan di Rutan Cipinang, selama 20 hari ke depan terhitung sejak hari ini,"
kata Juru Bicara KPK, Johan Budi, melalui pesan singkat, Jumat.
Aat ditahan seusai menjalani pemeriksaan perdananya hari ini. Ia tampak dibawa
dari gedung KPK ke Rutan Cipinang dengan menggunakan mobil tahanan warna
hitam.
Saat diberondong pertanyaan wartawan, politikus Partai Golkar itu tidak
berkomentar dan langsung masuk mobil tahanan.
Menurut Johan, penahanan tersangka Aat ini terkait dengan proses penyidikan
kasusnya.
Kuasa hukum Aat, Maqdir Ismail merasa keberatan atas penahanan kliennya.
Menurut Maqdir, pihaknya telah mengajukan permohonan ke KPK agar Aat tidak
ditahan sejak Senin (21/5/2012). Alasannya, kata Maqdir, kliennya itu mengidap
penyakit jantung.
"Kalau Pak Aat dalam kondisi sehat dan tidak sakit, ya enggak masalah. Dokter
pada Rabu kemarin disarankan untuk operasi, tapi beliau sampaikan, ditunda dulu
karena masih menjalani kasus di KPK," kata Maqdir yang mendampingi Aat ke
gedung KPK hari ini.
3

Adapun Aat ditetapkan KPK sebagai tersangka KPK sejak 23 April 2012. Pasal 2
Ayat 1 atau Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Perbuatan Aat dalam kasus ini diduga telah menimbulkan kerugian negara senilai
Rp 11 miliar.
Kasus dugaan korupsi pembangunan dermaga Kubangsari tersebut berawal saat
Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon menyetujui nota kesepahaman (MOU) dengan
PT Krakatau Steel terkait tukar guling lahan untuk pembangunan pabrik Krakatau
Posco dan dermaga Kota Cilegon.
Pemkot Cilegon sepakat menyerahkan lahan seluas 65 hektar di Kelurahan
Kobangsari kepada Krakatau Steel guna membangun Pabrik Krakatau Posco.
Sebagai gantinya, Krakatau Steel harus menyerahkan tanah seluas 45 hektar
kepada Pemkot Cilegon untuk pembangunan dermaga pelabuhan.
Atas laporan masyarakat, diduga ada indikasi penerima hadiah atau suap serta
penyalahgunaan wewenang terkait tukar guling tersebut.
Pendapat:
Jikalau dermaga merupakan salah satu sarana transportasi untuk mencari
pendapatan maka seharusnya para petinggi tidak melakukan tindak korupsi karena
akan merugikan masyarakat cilegon dan menghambat pekerjaan mereka akibat
dari fasilitas dermaga yang kurang memadai.
Selain itu, apabila mantan walikota tersebut mengidap sakit jantung bisa dirawat
dengan dokter dari pihak KPK sehingga tidak perlu sampai keluar dari tempat
tahanan KPK hanya dengan alasan tersebut. Hal ini mengingat bahwa semua
orang tanpa terkecuali

harus dapat mempertanggung jawabkan semua

tindakannya, entah sakit ataupun berkedudukan tinggi tetapi tetap harus ada yang
dipertanggung jawabkan. Dan jangan lari ataupun berkelit.
Sumber : https://www.scribd.com/doc/96692687/NEGARA-Kesejahteraan-DanKorupsi

Demokrasi, Korupsi, dan Kesejahteraan...


4

Demokrasi di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda akan membawa


keadaan ke arah yang ideal. Di tingkat pusat, fragmentasi antarelite politik
didasarkan semata-mata pada pertimbangan kepentingan yang sifatnya jangka
pendek. Pencarian rente (rent seeking) merajalela di hampir semua lembaga
negara oleh aktor politik yang berkolaborasi dengan aktor ekonomi.
Bahkan, sering kali aktor ekonomi berperan juga sebagai aktor politik yang
dominan. Di DPR, misalnya, sekitar 60 persen anggotanya adalah pengusaha.
Bagi banyak ahli, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa politik
dagang sapi, kartelisasi partai, pragmatisme, dan berbagai istilah negatif lainnya
merajalela, papar Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman dalam
orasi ilmiah tentang demokrasi dan kesejahteraan di Kampus Universitas
Muhammadiyah Metro, Lampung, pekan lalu.
Wali Kota Metro Lukman Hakim mengharapkan peran DPD relevan, terutama
untuk penguatan pembangunan. Kami menaruh harapan besar pada DPD agar
berbuat banyak, kata dia lagi.
Menurut Irman, hal yang lebih kurang sama terjadi di tingkat daerah.
Desentralisasi pemerintahan dan politik sesungguhnya mempunyai tujuan yang
mulia, yaitu terciptanya politik dan pemerintahan yang lebih dekat dan akuntabel
bagi rakyat. Dengan desentralisasi, diharapkan rakyat akan kian terpancing untuk
berpartisipasi dan terlibat lebih aktif dalam mekanisme politik dan pemerintahan.
Desentralisasi juga bertujuan untuk lebih memeratakan pembangunan dan
hasilnya. Terpusatnya kegiatan ekonomi di Jakarta mengakibatkan tertinggalnya
daerah dalam segala hal. Hal ini menimbulkan kecemburuan di daerah yang
diikuti dengan akibat negatif lainnya, seperti meningkatnya potensi disintegrasi
nasional, lemahnya pertahanan di titik terluar, urbanisasi, dan sebagainya.
Dengan desentralisasi diharapkan tercipta titik-titik pertumbuhan ekonomi baru
yang akan memberikan trickle down effect yang signifikan bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat yang lebih merata di seluruh daerah. Terciptanya akselerasi
pembangunan yang diikuti dengan peningkatan pendapatan per kapita secara
masif diharapkan akan membuat kehadiran negara makin dirasakan dalam
5

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, integrasi nasional secara struktural


fungsional lebih tercipta.
Dampak negatif
Namun, terlepas dari tujuan idealnya itu, harus diakui, reformasi sistem politik
dan pemerintahan yang diwujudkan dengan desentralisasi belum menghasilkan
tujuan yang diharapkan. Desentralisasi, berbeda dengan yang dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, justru pada
praktiknya menimbulkan berbagai dampak negatif.
Dampak di bidang politik meliputi merebaknya korupsi di daerah (localizing
corruption) yang diakibatkan oleh mahalnya biaya politik. Pemilihan kepala
daerah secara langsung hingga tingkat kabupaten/kota membuat kontestasi politik
sedemikian masif dan kompetitif.
Di tengah belum terciptanya pemilih yang rasional, kandidat sering kali
menimbulkan modus politik uang dan relasi tak sehat antara pengusaha, elite
politik, dan kelompok preman yang sering kali berlindung atas nama organisasi
kemasyarakatan.
Besarnya biaya untuk politik uang dan aliansi tak sehat dalam demokrasi itu
membuat pragmatisme di kalangan elite politik di tingkat lokal. Mereka yang
terpilih cenderung mengubah orientasinya demi mendapatkan rente dari
kekuasaan, untuk mengembalikan modal yang sudah dikeluarkan.
Dampak negatif ikutannya terjadi dalam bidang pemerintahan meliputi minimnya
akuntabilitas karena ketiadaan pemerintahan yang baik dan bersih. Terjadi
kongkalikong antara elite politik, elite sosial tertentu, dan pengusaha untuk
mengooptasi proses pemerintahan. Akibatnya sasaran pembangunan yang
seharusnya pun menjadi tidak tercapai.
Irman mengakui, terjadi deviasi penggunaan anggaran, hingga kualitas dan
kuantitas proyek tidak memenuhi target yang ditetapkan. Audit publik oleh
masyarakat juga tak terjadi sebagaimana yang diharapkan karena ketiadaan
6

kemampuan terhadap akses informasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh
kelemahan lembaga swadaya masyarakat dan kelompok kepentingan dalam
kemampuan teknis, pendanaan, dan kurangnya dukungan lintas sektor serta lintas
komunitas.
Ini yang membuat korupsi menjadi fenomena umum di daerah. Sebagai contoh, di
Jawa Tengah, 70 persen kepala daerah tingkat kota/kabupaten diduga terlibat
korupsi. Data total di Kementerian Dalam Negeri menyebutkan, tahun 2010
sekitar 155 kepala daerah di seluruh Indonesia diindikasikan, bahkan sudah
divonis, terlibat korupsi. Indonesia pun menjadi negara dengan peringkat tiga
besar korupsi di Asia.
Peningkatan korupsi membuat tersanderanya agenda pemerintahan, baik
pembangunan fisik maupun sosial. Kesejahteraan rakyat pun semakin tersandera.
Sumber:http://nasional.kompas.com/read/2012/02/09/03471623/Demokrasi.Korup
si.dan.Kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai