Juknis DPU
Juknis DPU
UNTUK
KATA PENGANTAR
KETUA UMUM PB.IDI
Petunjuk teknis P2KB untuk dokter praktik umum ini merupakan acuan penting, mengingat dari 75.850
anggota IDI , sebagian besar 80% (58.000-an) adalah dokter praktik umum, yang merupakan ujung tombak
pelayanan kedokteran di Indonesia dalam Sistem Kesehatan Nasional. Melalui upaya resertifikasi dokter ini
diharapkan akan terjamin suatu penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu.
Program P2KB bagi DPU pada dasarnya merupakan pengkajian seluruh kegiatan profesional DPU yang
dilakukan secara mandiri dan sinambung untuk memberi kesempatan kepada yang bersangkutan belajar dari
kegiatan profesionalnya. Oleh karena itu proses belajar melalui praktik itu diakhiri dengan penilaian diri di
setiap akhir periode 5 tahunan yang sejalan dengan periode resertifikasi untuk pembaharuan izin praktik.
Dengan penilaian uji diri ini setiap peserta program P2KB IDI yang telah memenuhi jumlah SKP prasyarat
minimal akan memperoleh Sertifikat Kompetensi sebagai Dokter Penyelenggara Pelayanan Primer dari
Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI).
Sebagai dokter yang memberikan pelayanan kedokteran di tingkat pertama, DPU dituntut untuk menguasai
kompetensi tertentu sebagaimana telah ditetapkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia.
Kompetensi ini pada dasarnya merupakan kompetensi dokter yang memberikan pelayanan dengan
pendekatan kedokteran keluarga di jenjang pelayanan primer. Oleh karena itu SKP yang dikumpulkan
hendaknya berasal dari berbagai kegiatan pendidikan yang mencerminkan diperolehnya pengetahuan dan
keterampilan yang dimaksud sesuai dengan layanan yang diberikannya. Hanya dengan cara itu tanggung
jawab menjaga keselamatan pasien (patient safety) dalam memberikan layanan kedokteran sebagaimana
dituntut dalam UU Pradok dapat diwujudkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi terbitnya Petunjuk Teknis ini sebagai salah satu instrumen untuk
mengantar dokter praktik umum Indonesia menjadi lebih profesional sesuai dengan harkat dan martabat
profesinya dalam memenuhi harapan kemanusiaan, harapan masyarakat, dan harapan bangsa. Amin.
Jakarta, Desember 2007
Pengurus Besar IDI
Ketua Umum
DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes
Buku ini merupakan bagian dari rangkaian upaya Ikatan Dokter Indonesia dalam mengemban amanat
Muktamar Dokter Indonesia XXVI 2006 untuk mewujudkan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) bagi para anggotanya. Petunjuk teknis ini (Buku I) khusus disusun untuk
kepentingan pelaksanaan P2KB bagi dokter praktik umum (DPU) dengan sasaran akhir agar para sejawat di
pelayanan primer ini dapat mempertahankan kompetensi yang dibutuhkannya dalam memberikan pelayanan
kedokteran yang menjadi kewenangannya. Buku ini diterbitkan bersama dengan buku lain yaitu Buku Log dan
Borang Penilaian Diri (Buku II) sebagai kelengkapannya. Buku terakhir ini akan diisi sendiri oleh dokter praktik
umum sesuai dengan petunjuk dalam buku ini.
KATA PENGANTAR
KETUA KOLEGIUM DOKTER & DOKTER KELUARGA INDONESIA
(KDDKI)
Surat tanda registrasi dokter berlaku selama lima tahun, karena itu perlu dilakukan registrasi ulang setiap lima
tahun. Untuk registrasi ulang lima tahunan dipersyaratkan memiliki sertifikat kompetensi ulang yang
menunjukkan bahwa dokter praktik layanan primer mempertahankan kompetensinya serta meningkatkan
pengetahuannya seiring dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan kedokteran yang diperlukan untuk
kompetensinya guna terjaminnya penyelenggaraan pelayanan kedokteran yang bermutu. Sertifikasi ulang
dapat diperoleh melalui program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB)
bagi dokter praktik umum, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran yaitu bahwa dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran
berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organsisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh
organisasi profesi.
Untuk dapat melaksanakan amanat undang-undang tersebut, Ikatan Dokter Indonesia membentuk
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (BP2KB) IDI Pusat. Dalam
penyelenggaraan P2KB, badan ini menyusun dan menerbitkan Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi
Praktek Umum ini, dan menyusun Buku Log dan Borang Pengisian P2KB untuk Dokter Praktik
sebagai kelengkapannya.
Badan
upaya
Dokter
Umum
Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum berisi antara lain berbagai bentuk kegiatan P2KB dan
bobot penilaiannya serta kelengkapan dokumen P2KB yang diperlukan disertai lampiran-lampiran yang
berkaitan dengan kelengkapan dokumen. Hal ini merupakan upaya BP2KB IDI Pusat dalam memudahkan
para Dokter Praktik Umum untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan sebaran Dokter Praktik Umum di seluruh Indonesia.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Tim BP2KB IDI Pusat yang telah menyusun
buku ini dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung jawab untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan
primer yang bermutu di Indonesia. Semoga Buku Petunjuk Teknis P2KB bagi Dokter PraktIk Umum ini dapat
menjadi pedoman bagi para teman sejawat dokter praktik umum dalam upaya mengikuti pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh BP2KB IDI.
Semoga kemurahan Tuhan Yang Maha Pengasih selalu beserta kita. Amin.
Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia
Ketua
Dr.M. Djauhari Widjajakusumah, PFK
Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan bahwa setiap dokter yang
melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia. Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter perlu dipenuhi beberapa persyaratan,
antara lain memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia, yang dikeluarkan
oleh kolegium terkait. Kolegium yang terkait bagi dokter praktik umum adalah Kolegium Dokter dan Dokter
Keluarga Indonesia (KDDKI).
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Ketua Umum PB.IDI
Kata Pengantar Ketua Kolegium Dokter & Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI)
i
ii
Daftar Isi
iii
iiii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KOMPETENSI
BAB III PROGRAM P2KB DPU
1. Tata cara P2KB
2. Berbagai bentuk kegiatan P2KB & bobot nilainya
3. Hasil penilaian
4. Pendanaan
BAB IV KELENGKAPAN DOKUMEN P2KB DPU
1. Borang pendaftaran
2. Borang rencana pengembangan pribadi
3. Borang Kinerja profesional
4. Kinerja pembelajaran
5. Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
6. Publikasi
7. Kinerja pengembangan ilmu
BAB V PENUTUP
Lampiran
1. Borang pendaftaran program P2KB IDI
2. Borang Rencana Pengembangan Diri
3. Contoh portofolio
4. Kompetensi Dokter Praktik Umum (Sumber KKI-2006)
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Kolegium PARKI
MKEK
MKEK
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Dokter praktik umum (DPU) merupakan konstituen terbesar dalam IDI (58.000-an DPU). Mereka
terdiri dari dokter yang bekerja di Puskesmas, di rumah sakit baik sebagai dokter unit gawat darurat
maupun dokter poliklinik, di perusahaan, dan di sarana pelayanan kesehatan khusus seperti
lembaga transfusi darah, pelabuhan, klinik hemodialisis, dan lain sebagainya.
Dari 58.000-an DPU, terdaftar 701 dokter keluarga yang berhimpun dalan Perhimpunan Dokter
Keluarga Indonesia (PDKI), 671 Dokter Kesehatan Kerja Indonesia yang berhimpun dalam Ikatan
Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), dan selebihnya merupakan dokter praktik umum lainnya
(yang belum mempunyai wadah perhimpunan).Untuk DPU tersebut mempunyai satu-satunya
Kolegium yaitu Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI). KDDKI adalah kolegium
yang turut serta menyusun dan menetapkan standar kompetensi dokter pelayanan primer bersama
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI).Oleh karena itu, pembinaan DPU
mengacu kepada Kompetensi yang telah ditetapkan, dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI).
Namun mengingat besarnya jumlah dan beragamnya DPU, dan akan dimulainya pelaksanaan
program P2KB secara nasional, maka dirasakan keperluan yang mendesak untuk menyiapkan
skema Pengembangan dan Pedidikan Keperofesian (P2KB) bagi DPU. Oleh karena itu, BP2KB
Pusat merasa perlu membantu PDPP untuk menyiapkan program ini. Begitu juga pelaksanaannya,
mengingat luasnya distribusi DPU, untuk sementara P2KB DPU dikelola langsung oleh BP2KB
dengan dukungan penuh IDI cabang. Di masa depan peranan PDKI diharapkan akan lebih nyata
dalam P2KB DPU agar percepatan pengembangan pelayanan dokter keluarga dapat dicapai.
2. Landasan hukum
Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004 telah ditetapkan bahwa pelayanan kesehatan perorangan
atau pelayanan kedokteran dilaksanakan secara berjenjang dengan pelayanan dokter keluarga
sebagai ujung tombaknya. Pelayanan dokter keluarga pada dasarnya adalah pelayanan dokter
umum yang menerapkan pendekatan keluarga. Oleh karena itu pembinaan dokter praktik umum
(DPU) seyogianya dilaksanakan dengan tujuan transformasi sebanyak-banyaknya DPU menjadi
dokter keluarga tanpa menghilangkan peranan dokter layanan primer lainnya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia
tahun 2002.
3. Pengertian
Tujuan khusus:
1. meningkatkan kinerja profesional DPU
2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan klinis DPU
3. menjamin sikap etis DPU dalam memberikan layanan kedokteran sesuai dengan kewenangannya.
Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI),
bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan
Rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP) Proses
pemberian sertifikat kompetensi setelah dokter mengikuti / menjalani berbagai kegiatan program
pengembangan pendidikan berkelanjutan yang memenuhi persyaratan ini disebut sebagai proses resertifikasi.
.
Tujuan khusus di atas dicapai oleh para DPU dengan cara mengikuti/menjalani berbagai kegiatan bernilai
pendidikan, kemudian melaporkan kegiatan itu kepada Badan P2KB di wilayah kerjanya masing-masing untuk
diproses lebih lanjut. Proses yang dimaksud adalah verifikasi berbagai dokumen bukti guna menilai kelayakan
yang bersangkutan untuk memperoleh rekomendasi IDI dan sertifikat kompetensi.
Badan P2KB wilayah memegang kewenangan penuh untuk mengelola proses pembinaan ini. Bila dirasakan
perlu, yaitu di wilayah yang padat dokter, IDI Wilayah dapat membentuk Tim P2KB cabang (AD/ART IDI-2006)
pasal 55 pasal 1.b), yang merupakan organ pelaksana harian di tingkat cabang (antara lain dengan
kewenangan verifikasi dan konversi ). Tim P2KB ini bertanggung jawab/melapor kepada BP2KB wilayah
Ketujuh area kompetensi itu diperlukan agar DPU dapat menyelesaikan masalah kesehatan-kedokteran
yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Dalam lampiran dokumen di atas tercantum juga
masalah kedokteran yang merupakan tanggung jawab DPU dan tingkat kompetensi (level of
competence) yang dituntut darinya (Lampiran 4). Oleh sebab itu, materi pembelajaran dalam program
P2KB yang diupayakan oleh sub-organisasi IDI lainnya (PDSp,PDSm,dll) hendaknya disesuaikan
dengan kompetensi tersebut. Inividu dokter juga dianjurkan untuk mengacu kepada kompetensi ini
dalam menyusun rencana pengembangan dirinya.
Dalam tatanan pelayanan kesehatan primer, pada kenyataannya, terdapat dokter yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan khusus seperti di UGD, pusat pelayanan transfusi darah, industri, pusat pelayanan
hemodialisis, pelabuhan, perusahaan, dan lain sebagainya. Untuk DPU ini tentu diperlukan pengetahuan
dan keterampilan khusus dari 7 area kompetensi di atas. Hal ini perlu diperhatikan oleh yang
bersangkutan dalam menjalankan P2KB-nya, dan perhimpunan dokter seminat, ikatan di lingkungan
IDI , Ikatan Dokter Kesehatan Kerja (IDKI) dapat mengambil peran dalam upaya P2KB ini.
10
Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia
tahun 2006 berjudul STANDAR KOMPETENSI DOKTER yang menjabarkannya dalam 7 area kompetensi.
1. Area Komunikasi Efektif: mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal
dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
2. Area Keterampilan Klinis: melakukan prosedur klisnis dalam menghadapi masalah kedokteran
sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran: mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang
penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk
mendapat hasil yang optimum.
4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan: mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks
pelayanan kesehatan tingkat primer.
5. Area Pengelolaan Informasi: mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan
kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri: melakukan praktik kedokteran dengan penuh
kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal,
kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang
hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien: berperilaku
profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika
serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program
keselamatan pasien.
11
Sebagai upaya pembinaan, P2KB juga harus menjamin bahwa yang bersangkutan layak menjalankan praktik
dokter. Oleh karena itu, sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
Indonesia (KDDKI) sebagai bukti bahwa seorang dokter tetap melaksanakan kegiatan yang bernilai
pendidikan selama praktiknya harus dilengkapi dengan
1. surat keterangan sehat
2. clearance dari IDI cabang bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai masalah etik.
Atas dasar dua dokumen tersebut IDI cabang akan mengeluarkan Rekomendasi IDI. Selanjutnya Sertifikat
Kompetensi, Surat Tanda egistrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) dan
rekomendasi IDI, merupakan persyaratan untuk mengurus perpanjangan surat izin praktik (SIP).
tak langsung) maupun nonklinis (mengajar, meneliti, manajemen). Syarat perolehan SKP untuk resertifikasi
adalah 50 SKP per tahun yang tersebar pada berbagai ranah kegiatan.
Nilai kredit (untuk peserta, penyaji makalah/pembicara, moderator) dari suatu kegiatan P2KB eksternal
dibedakan berdasarkan skala kegiatan yang dapat berskala lokal/ wilayah, nasional, bahkan internasional.
Pemberian nilai kredit selain perhitungan nilai normatif, juga memperhitungkan berbagai faktor antara lain:
kedalaman materi topik; kualitas/mutu/kompetensi pembicara/pengajar; lamanya pelaksanaan proses
pendidikan dalam jam, hari, atau minggu. Untuk kemudahan perhitungan ditetapkan batasan minimal dan
maksimal (Tabel 1). Kegiatan P2KB eksternal minimal yang efektif dalam satu hari adalah 3 jam kegiatan ,
bilamana dalam keadaan tertentu kegiatan P2KB eksternal yang dilaksanakan kurang dari 3 jam kegiatan,
maka dilakukan perhitungan secara normatif dan kesepakatan (halaman 6 Buku Pedoman BP2KB-2007).
Nilai kredit yang diperoleh dari kegiatan di luar negeri, misalnya kredit sebagai pembicara di suatu kursus di
luar negeri, akan disesuaikan dengan nilai yang berlaku di Indonesia (Tabel 1), karena nilai dari panitia di luar
negeri sudah tentu tidak serasi dengan perhitungan nilai kredit prasyarat yang berlaku di IDI. Begitu juga
lazimnya dalam kesepakatan global (Uni Eropa dan USA), bahwa walaupun kegiatan ekternal yang dilakukan
di forum internasional, ketetapan nilai kredit yang berlaku dikembalikan pada ketetapan nilai kredit yang
ditentukan institusi yang berwenang di negara masing-masing.
Ditinjau dari sudut keprofesian, kegiatan dalam P2KB ini dibedakan atas 5 ranah (domain) kegiatan berikut ini.
A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seseorang mempelajari suatu
pengetahuan/keterampilan misalnya membaca artikel di jurnal, menelusuri informasi/sesi
EBM, mengikuti suatu pelatihan
B. Kegiatan profesional, yaitu kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan fungsinya sebagai
dokter sehingga memberinya kesempatan untuk mempertahankan/meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya menangani pasien, menyajikan makalah
menyangkut masalah klinis dalam suatu seminar atau menjadi instruktur dalam suatu
workshop/pelatihan.
C. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi yaitu kegiatan yang dimaksudkan sebagai
pengabdian kepada masyarakat umum atau masyarakat profesinya yang memberinya
kesempatan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan klinisnya misalnya memberikan
penyuluhan kesehatan, terlibat dalam penanggulangan bencana, duduk sebagai anggota
suatu pokja organisasi profesi (misalnya pokja AIDS, penyusunan formularium).
D. Kegiatan publikasi ilmiah atau populer di bidang kedokteran yaitu kegiatan yang menghasilkan
karya tulis yang dipublikasi misalnya menulis buku (dgn ISBN), menerjemahkan buku di
bidang ilmunya (dgn ISBN), menulis laporan kasus, menulis tinjauan pustaka yang dipublikasi
di jurnal (yang terakreditasi), mengasuh rubrik ilmiah/populer kedokteran.
E. Kegiatan pengembangan ilmu dan pendidikan yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan bidang ilmu yang bersangkutan misalnya melakukan penelitian di bidang
pelayanan primer, mendidik/mengajar termasuk membuat ujiannya, menjadi supervisor, atau
membimbing di bidang ilmunya.
12
Kegiatan yang dapat diberi kredit dibedakan atas 3 jenis di bawah ini.
1. Kegiatan pendidikan pribadi: kegiatan perorangan yang dilakukan sendiri yang memberikan
tambahan ilmu dan keterampilan bagi yang bersangkutan
2. Kegiatan pendidikan internal: kegiatan yang dilakukan bersama teman sekerja dan merupakan
kegiatan terstruktur di tempat kerja yang bersangkutan
3. Kegiatan pendidikan eksternal: kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain di luar tempat kerja
yang bersangkutan, yang dapat berskala lokal/wilayah, nasional, maupun internasional. Dokter yang
mengikuti kegiatan ini akan mendapatkan SKP dari penyelenggara yang besarnya ditentukan oleh
BP2KP Pusat atau Wilayah (tergantung pada skala kegiatannya).
Tabel 1. Perhitungan batasan minimal dan maksimal bobot kredit Kegiatan Pendidikan CPD untuk Simposium
dan Workshop (Jangka Pendek).*)
Skala
Kegiatan Pendidikan P2KB
Lokal/Wilayah
Workshop/
Course
(Psikomotor)
Peserta
Pembicara
per makalah
Moderator
Panitia
Jumlah
Internasional
<8
3-6
4-8
8-16
8
8
>16
10
8
<8
4-8
6-12
8-16
10
12
>16
12
12
<8
6-10
8-14
8-16
12
14
>16
14
14
2
1
1617
4-8
4-8
2
1
19
2
1
21
4
2
28
4
2
30
6
3
23-33
6
3
35
6
3
37
10
8
12
8
4
2
1626
6-10
8-12
12
12
14
12
8-14
8-14
16
14
18
14
1
19
1
21
2
26
2
28
3
19-31
3
33
3
35
1
917
2
1624
*) Revisi Tabel 2 Buku Pedoman BP2KB 2007 hal 13 ,untuk internal BP2KB.
Proporsi ranah kegiatan yang dicakup hendaknya seimbang untuk menjamin dicapainya kompetensi yang
harus dikuasai. Proporsi cakupan ranah yang dianjurkan terlihat pada Tabel 2. Mengingat pembinaan dalam
bentuk P2KB ini merupakan sesuatu yang baru untuk DPU maka untuk pertama kali setidaknya 2 ranah, yaitu
ranah pembelajaran dan ranah profesional harus tercakup. Namun, pada resertifikasi berikutnya setiap DPU
dihimbau untuk mencakup juga kegiatan dari ranah lainnya dengan porsi yang semakin meningkat. Dengan
demikian secara bertahap DPU di lingkungan IDI mengalami transformasi menjadi dokter yang berkualitas
Tabel. 2. Proporsi kegiatan profesional yang idealnya dicapai
Ranah kegiatan
Kinerja pembelajaran
Kinerja profesional
Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
Publikasi Ilmiah/popular
Kinerja pengembangan Ilmu
* Catatan: Nilai maksimal bukanlah nilai yang diperoleh dari persentase dalam tabel, melainkan nilai yang ditetapkan
untuk menjaga perimbangan ranah kegiatan.
13
Nasional
Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut
dari seorang DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan untuk
menanganinya lebih penting sehingga lebih besar bobotnya bagi seorang DPU dibandingkan dengan
pengetahuan tentang aneurisma aorta (lihat Tabel 3). Dengan demikian bila seorang DPU mengikuti suatu
seminar (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IIDI lainnya) tentang angina
pektoris, SKP yang diperolehnya dikonversi dengan konstatnta konversi 0,75, sedangkan SKP dari
seminar aneurisme aorta (kegiatan eksternal yang diselenggarakan pihak lembaga IDI atau Non-IDI lainnya)
dikonversi dengan konstanta konversi 0,25 . (lihat petunjuk konversi)
Nilai SKP untuk suatu pengetahuan/keterampilan juga berbeda berdasarkan kepentingan pengetahuan/
keterampilan itu bagi DPU. Sebagai contoh, pengetahuan tentang angina pektoris akut dan keterampilan
untuk menanganinya lebih penting sehingga lebih besar nilainya bagi seorang DPU dibandingkan dengan
pengetahuan tentang aneurisma aorta.
Nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diselenggarakan pihak Non-PDPP/BP2KB) dengan
tema tertentu akan dikonversi berdasarkan tingkat kompetensi yang dituntut dari seorang DPU. Diharapkan
perhitungan konversi dapat dilakukan secara mandiri, tetapi tugas koversi merupakan tugas utama seksi
konversi dan verifikasi Tim P2KB cabang IDI. Sedangkan kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh
PDPP/BP2KB yang jelas peruntukkannya untuk DPU, tidak perlu dilakukan konversi. Diharapkan nantinya
setiap kegiatan P2KB eksternal yang diselenggarakan oleh PDSp, PDSm, atau organisasi Lembaga IDI
lainnya dengan sasaran a.l untuk DPU, diwajibkan bagi PDSp,PDSm, atau Lembaga IDI lainnya untuk
bekerjasama dengan PDPP/BP2KB dalam penyelenggaraannya.
14
Nilai pendidikan, atau nilai SKP, suatu kegiatan dapat dibedakan atas 3 kategori berdasarkan perolehan
pengetahuan dan keterampilan setelah menjalani kegiatan:
1. Tidak ada pengetahuan maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang diterima
memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.
2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan
3. Ada pengetahuan dan/atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah mengikuti kegiatan
yang secara langsung mempengaruhi praktik atau pelayanan kepada pasien
Oleh karena itu nilai SKP yang diperoleh dari kegiatan eksternal (yang diseselenggarakan oleh pihak NonPDPP /BP2KB) akan dikonversi berdasarkan kategorisasi ini.
Tingkat kemampuan 2
Tingkat kemampuan 3a
Tingkat kemampuan 3b
Tingkat kemampuan 4
Contoh
Aneurisma aorta
Abses paru
Ruptur esofagus
Malrotasi pada anak
Nefritis interstisial
Mitral stenosis
Tbc dg pneumothoraks
Varises esophagus
Ileus pada anak
Gagal ginjal akut &
kronis
Angina pectoris
COPD
Apendisitis akut
Hepatitis
Glomerulonefritis akut &
kronis
Infark miokard
Penumonia
Gastroenteritis dengan
dehidrasi
Hipertensi esensial
Asma bronkiale
Abses hati amuba
Alergi makanan pada
anak
Infeksi saluran kemih
Petunjuk konversi:
Untuk kegiatan pembelajaran
Tingkat Kemampuan yang
diharapkan
Tingkat Kemampuan 1
Tingkat Kemampuan 2
Tingkat Kemampuan 3a
Tingkat Kemampuan 3b
Tingkat Kemampuan 4
Konstanta
Konversi
0,25
0,5
0,75
0,75
1
A. Kegiatan pembelajaran (learning), yaitu kegiatan yang membuat seorang dokter mempelajari suatu
pengetahuan/keterampilan.
A.1. Penilaian untuk kegiatan belajar mandiri, meliputi kegiatan :
a. Membaca jurnal terakreditasi :
15
Kompetensi
Tingkat kemampuan 1
3. Hasil penilaian
Hasil penilaian dapat dibedakan atas 3 kategori di bawah ini. Hasil ini akan disampaikan secara
tertulis langsung kepada yang bersangkutan.
1. Disetujui untuk mendapatkan sertifikat kompetensi: memenuhi nilai SKP minimal
16
c.
4. Pendanaan
17
1. Borang pendaftaran
Setelah seorang DPU terdaftar, yang bersangkutan akan menerima pemberitahuan berikut nama/nomor diri
untuk akses ke sistem maya. DPU yang menggunakan mekanisme maya dapat memanfaatkan nama/nomor
diri ini kapan saja untuk membaharukan (meng-update) data P2KB-nya, sedangkan DPU yang menggunakan
sistem kertas membaharukan data P2KB-nya melalui petugas di BP2KB Wilayah
Kriteria pengakuan
Kegiatan internal
terstruktur
Dokumen bukti
SK penunjukan & bukti
jumlah kasus
Kegiatan rutin
18
Borang pendaftaran (Lampiran 1) dimaksudkan untuk mendapatkan data anggota yang akan menjalani
program P2KB. Dengan data yang tercantum dalam borang, petugas P2KB dapat mengaktifkan mekanisme
pencatatan seorang DPU di sistem maya P2KB untuk selanjutnya digunakan dalam proses resertifikasi yang
bersangkutan.
Kegiatan rutin
Kegiatan rutin
Portofolio
Kegiatan rutin
Melakukan autopsi
10
11
12
13
14
15
Tingkat nasional/
regional/internasional
Kegiatan diakui
Kegiatan rutin
Bukti laporan
Kegiatan internal
terstruktur
Kegiatan internal
terstruktur
Forum diakui IDI
Kegiatan internal
terstruktur (RS, klinik,
Dinkes, IDI Cabang)
Kegiatan internal
terstruktur
Catatan:
1. Yang termasuk penanganan pasien: pemeriksaan umum, anak, ibu hamil, dewasa, pemeriksaan tumbuh
kembang anak, pemeriksaan & konsultasi gizi pemeriksaankesehatan jiwa, dll
2. Termasuk dalam intervensi adalah khitanan, penanganan pasien gawat darurat, bedah minor dan
sejenisnya, menolong partus normal, imunisasi, pemasangan/penglepasan infus, pemasangan/
pencabutan alat KB, pemasangan/pencabutan kateter
3. Termasuk tindak diagnostik: paps smear, USG Diagnostik , EKG, interpretasi hasil lab dasar
4. Contoh porto polio dapat dilihat pada lampiran 3.
Nilai SKP ditentukan oleh jumlah kasus yang ditangani, tetapi ada batas maksimal SKP yaitu 25 SKP per
tahun karena hubungan jumlah pasien yang ditangani dengan nilai pembelajarannya tidaklah linier, demikian
juga dengan mutu layanan. Di samping itu, pembatasan SKP pada kinerja penanganan pasien juga
dimaksudkan untuk mendorong DPU melakukan kegiatan lain dalam kategori ini, seperti kegiatan no 4, 5, 6,
11,-13 yang berperanan dalam memperbaiki mutu layanan.
Petunjuk pengisian borang penilaian:
Kegiatan
Menangani pasien tanpa
intervensi
Menangani pasien dengan
SKP/th
12
Maks
25
10
19
intervensi
Tindak diagnostik
Kegiatan
Presentasi kasus
Jurnal club / mitra bestari
Interactive outreach
10
Nilai SKP
3 per kali
1 per kali
2 per kali
1 per 50 orang; maksimal 5 per tahun
2 per topik
4. Kinerja pembelajaran
Selama ini sarana belajar yang dikenal adalah menghadiri seminar/simposium atau menjalani suatu pelatihan,
padahal itu hanya kegiatan pendidikan eksternal, yang belakangan terbukti bahwa sedikit sekali dampaknya
terhadap praktek dokter. Pembelajaran dapat juga dilakukan sendiri, atau berlangsung ketika seorang dokter
menjalankan tugasnya, maka daftar di bawah ini adalah contoh kegiatan yang masuk dalam ranah
pembelajaran.
Seperti halnya kegiatan profesional, nilai P2KB berbagai kegiatan ini tentu berbeda dan sangat ditentukan
oleh tema yang dipelajari. Tema yang sesuai dengan kompetensi yang diperlukan untuk prakteknya seorang
DPU tentu bernilai tinggi. Itu sebabnya sangat dianjurkan agar setiap DPU membuat RPD, dalam hal ini perlu
diperhatikan proporsi keterampilan psikomotor bila yang bersangkutan memberikan layanan intervensi
medis. . Di bawah ini (Tabel 5) adalah contoh kegiatan yang termasuk dalam kinerja pembelajaran
Tabel 5.Kinerja Pembelajaran
Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
Kriteria pengakuan
Jurnal terakreditasi
Database terakreditasi
a. Kegiatan internal yang terstruktur
b. Kegiatan eksternal yang diakui IDI
Kegiatan diakui IDI
Pelatihan diakui IDI
Kurikulum diakui/terakreditasi
Kegiatan internal resmi
Dokumen bukti
Bukti artikel & majalahnya
dengan pernyataan lulus dari
jurnal
Rangkuman informasi & nama
situs dg tanggal akses
a. Bukti hadir
b. Sertifikat kehadiran
Sertifikat kehadiran
Sertifikat kelulusan
Bukti kesertaan & kelulusan
Penunjukan & bukti hadir dg
topik
20
Kegiatan
Menangani bencana
Memberikan visum et repertum
Melakukan autopsi/saksi penggalian
Melakukan penapisan
Melakukan edukasi kelompok
SKP
1
2
3
B. Untuk kegiatan 3-6: SKP sesuai dengan SKP IDI untuk kegiatan yang bersangkutan, kemudian dilakukan
konversi berdasarkan perolehan pengetahuan/keterampilan serta tingkat kompetensi yang dituntut dari
seorang DPU
C. Untuk kegiatan 1 dan 2 dengan sistim on-line akan ditentukan melalui penetapan oleh BP2KB Pusat.
Kriteria pengakuan
Di suatu lembaga atau di kelompok
takresmi yang berjumlah > 20 orang
Diselenggarakan oleh LSM/
perhimpunan profesi/pemerintah
Dokumen bukti
Keterangan/sertifikat
penghargaan
Keterangan/sertifikat
penghargaan
Keterangan/sertifikat
penghargaan
Keterangan/sertifikat
penghargaan
Tingkat regional/nasional/internasional
SK Penunjukan dari
organisasi
Dll.
21
Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari namun informasi yang
diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.
Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti kegiatan
Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik atau
pelayanan kepada pasien setelah mengikuti kegiatan
SKP
1. Tidak ada pengetahuan baru maupun keterampilan yang dipelajari dalam mempersiapkan dan
melaksanakan kegiatan
2. Ada peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan yang langsung mempengaruhi praktik atau
pelayanan kepada pasien setelah mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
1
2
Publikasi merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi, termasuk
informasi kesehatan (lihat Tabel 7). Selama ini orang mengira bahwa menulis di suatu media adalah
pekerjaan sulit, padahal sebenarnya melalui latihan siapapun dapat menghasilkan sebuah tulisan. Seorang
dokter sangat dianjurkan untuk mampu menulis karena tulisan seorang dokter sebenarnya merupakan sumber
belajar bagi masyarakat umum, bahkan juga bagi koleganya. Suatu laporan kasus yang memicu diskusi di
sebuah jurnal juga menjadi sarana belajar bagi yang bersangkutan dan koleganya.
4
5
Menulis/menerjemahkan buku
(sendiri/bersama)
Mengedit buku
Monograf
Kriteria pengakuan
Jurnal yang sesuai &
terakreditasi
Jurnal yang sesuai &
terakreditasi
Jurnal yang sesuai &
terakreditasi
Diterbitkan dan disebarluaskan
Dokumen bukti
Bukti artikel & judul jurnal
Bukti monograf
SKP
8
10
4 / kasus
4 / topik
Sendiri: 10
Bersama: 20
5
Bukti tulisan
Bukti rubrik & judul
media massa
4
2
3 / judul
5 per tahun
22
6. Kinerja publikasi
Catatan:
publikasi di jurnal yang tidak terakreditasi mendapatkan nilai separuhnya
Penulis utama mendapat nilai SKP 60%; penulis berikutnya 40% dibagi bersama
Setiap publikasi hanya dihitung 1 kali
Kriteria pengakuan
Publikasi di jurnal terakreditasi
SKP
10
Dokumen bukti
Bukti artikel
Sertifikat penulis
SK penunjukan/ permintaan
& portofolio
Keterangan/sertifikat
penghargaan
S1: 3
S2/Sp: 5
S3: 7
2 / 10
soal
Mengerjakan penelitian
Bukti penugasan
2 / kali
3 / kali
Dll.
Catatan:
Pada penelitian bersama: penulis utama mendapatkan 60% SKP, penulis lainnya 40% dibagi
bersama
Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang langsung berdampak menambah keterampilan dalam
praktik: konversi 1
Penelitian bidang kedokteran/kesehatan yang tidak langsung berdampak menambah keterampilan dalam
praktik: konversi 0,6
23
BAB V PENUTUP
Pada tahun-tahun pertama, pelaksanaan program P2KB bagi DPU akan dilaksanakan dan diampu oleh
BP2KB pusat dengan dukungan 31 BP2KB wilayah dan 326 IDI cabang. Selanjutnya, sesuai dengan
perkembangan lebih lanjut dalam pelayanan kedokteran primer, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
dapat melanjutkan pelaksanaan program ini.
Kondisi dan situasi organisasi IDI, kondisi dan situasi tempat kerja dokter, maupun profil anggota IDI di
seluruh Indonesia, khususnya DPU, sangat besar rentang ragamnya. Ini, tak dapat dipungkiri, berpengaruh
terhadap mutu layanan. Program P2KB yang dijalankan dengan baik diharapkan dapat memperkecil
kesenjangan ini, yaitu dengan jalan mendorong anggota untuk mencakup lebih banyak ranah kegiatan, bukan
hanya ranah profesional dan ranah pembelajaran. . Namun, pada awal-awal program ini berlangsung, perlu
diberikan toleransi yang cukup agar ketentuan P2KB ini tidak memberatkan para anggota.
IDI sampai ke ujung organnya secara tidak langsung dituntut untuk lebih giat agar dapat memberikan
kesempatan luas bagi anggota melakukan berbagai kegiatan pembelajaran. Anggota yang perlu mendapat
perhatian, antara lain, DPU purna bakti yang masih giat berpraktik. Dari sisi ini, buku Pedoman P2KB IDI
beserta buku Petunjuk Teknis ini dapat dijadikan acuan oleh IDI wilayah, IDI cabang, dan PDPP dalam
mengembangkan berbagai kegiatan organisasi yang bernilai P2KB.
Akhirnya, dukungan teknologi informasi sangat penting untuk keberhasilan program ini, bukan saja untuk
menjamin efisiensi dan keakuratan data, tetapi lebih dari itu, untuk melakukan evaluasi atas metoda P2KB
DPU yang diterapkan, maupun atas kompetensi yang dicapai. Struktur, fungsi, dan mutu kegiatan P2KB DPU
hendaknya senantiasa diteliti dan diperbaiki sehingga secara bertahap dapat dicapai standar sebagaimana
yang ditetapkan oleh World Federation for Medical Education.
Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita dan senantiasa
memberikan tuntunan-Nya dalam upaya kita belajar sepanjang hayat untuk mencapai standar pelayanan
kedokteran global. Amin
Jakarta, 31 Desember 2007
DR.Dr.Fachmi Idris, M.Kes - Ketua Umum PB.IDI
24
DPU yang menjalankan tugas khusus seperti dokter PMI, dokter emergency, dokter perusahaan,
dokter umum di fasilitas kesehatan khusus diharapkan mulai berhimpun dalam organisasi yang
termasuk dalam Perhimpunan Dokter se-Okupasi, Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm), maupun
Ikatan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI). Dengan demikian, dapat ditetapkan kompetensi
mana dari perangkat kompetensi DPU yang perlu senantiasa ditingkatkan agar mutu layanan mereka
dapat dipertahankan tinggi.
LAMPIRAN 1:
ON-LINE
I. BORANG PENDAFTARAN*
A. DATA UMUM
NAMA LENGKAP : .
CABANG/KODE
: /.
ALAMAT CABANG : .
No TELEPON /FAX : ................................................ / ...................................................
B. DATA PRIBADI
NAMA LENGKAP
Tempat/tanggal lahir
NPA IDI Pusat
STR terakhir
(Tgl/Bln/Thn.)
: ...
: ...
: NPA IDI Cabang:
: ....................................................................................................
Alamat Rumah
: .....................................................................................................
.....................................................................................................
: ................................................ / ..................................................
: ...................................................................
No. Telp. / Hp
e-mail
Alamat Kantor
No. Telp. / Fax
Alamat Praktik 1
: ....................................................................................................
....................................................................................................
: .............................................. / ...................................................
: ...................................................................................................
...................................................................................................
Alamat Praktik 2
: ....................................................................................................
....................................................................................................
Alamat Praktik 3
: ....................................................................................................
....................................................................................................
25
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bertanggung jawab atas kebenaran
data di atas beserta kelengkapan yang terlampir, dan bersedia memberikan pembuktian
apabila diperlukan.
..........................,tgl......................................
Dr. .........................................
ON-LINE
* Coret
26
LAMPIRAN 2:
BORANG RENCANA PENGEMBANGAN DIRI
Tahun
I
Ranah
NAMA:
NPA PUSAT:
Periode RPD:
Kegiatan
1.
2.
3.
Dst
1.
2.
3.
Dst
1.
2.
3.
dst
1.
2.
3.
Dst
1.
2.
3.
dst
II
III
IV
Catatan:
Anjuran tentang proporsi kegiatan profesional yang harus dicapai
Ranah kegiatan
Kinerja pembelajaran
Kinerja profesional
Kinerja pengabdian masyarakat/profesi
Publikasi Ilmiah/popular
Kinerja pengembangan Ilmu
27
LAMPIRAN 3:
Contoh Portofolio
Topik:
Tanggal presentasi:
Penyelia:
(tanda tangan)
Jenis kegiatan:
Laporan kasus
Masalah Manajemen
Review Kasus
Deskripsi kasus:
KU
Riwayat penyakit
Riwayat keluarga
Riwayat pengobatan/tindakan
Riwayat pekerjaan
Pemeriksaan fisik/lab
Diagnosis
Masalah utama (pokok diskusi)
Tanda
tangan
Nama
Tanda tangan
6
7
8
9
10
28
A. Area Kompetensi:
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
B. Komponen Kompetensi
Area Komunikasi Efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
2. Berkomunikasi dengan sejawat
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
4. Berkomunikasi dengan profesi lain
Area Keterampilan Klinis
5. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang
pasien dan keluarganya
6. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium
7. Melakukan prosedur kedaruratan klinis
Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
8. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku,
dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer
9. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
prosedur yang sesuai
10. Menentukan efektivitas suatu tindakan
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
11. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang
utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat
12. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit
13. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
14. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan
15. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga
29
30
II.Daftar Penyakit
(Dikutip dari Lampiran 2 Standar Kompetensi Dokter KKI 2006)
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70