Anda di halaman 1dari 16

KATA SAMBUTAN

Peningkatan kasus HIV dan AIDS di Sumatera Utara dalam lima tahun
terakhir ini, dari hasil rekapitulasi laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan. Dan kasus-kasus HIV dan AIDS
yang ditemukan saat ini juga telah ditemukan di Lapas dan Rutan sehingga
dibutuhkan penanganan yang komprehensif di Lapas dan Rutan.
Untuk itu Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sumatera Utara
bekerjasama dengan Departemen Hukum dan HAM wilayah Sumatera Utara dan
Family Health International (FHI) mengadakan lokakarya tentang teknis pelaksanaan
program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan, dan darinya telah
tersusun sebuah buku "Panduan Operasional Pelaksanaan Program
Penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas/Rutan".
Panduan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan setiap program penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan di
Sumatera Utara.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan buku panduan ini.

Medan, April 2007


KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)
PROVINSI SUMATERA UTARA
Ketua Pelaksana Harian,

dr. Linda T. Maas, MPH

KATA PENGANTAR
Maraknya penggunaan narkoba sangat berpengaruh terhadap penambahan
jumlah tahanan yang masuk ke Rutan dan Lapas, dimana berdasarkan data
rekapitulasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Hukum dan HAM RI menunjukan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan
tahanan kasus narkotika dari 10,6% pada tahun 2002, menjadi 23,5% tahun 2005
dan pada 2006 sudah mencapai 40%.
Merespon terhadap permasalahan HIV berkaitan dengan meningkatnya
jumlah tahanan narkoba, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menetapkan Strategi
Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan
Rutan di Indonesia Tahun 2005-2009. Berdasarkan strategi ini, beberapa staf Lapas
dan Rutan di Sumatera Utara telah dilatih dan mulai melaksanakan program
pencegahan penularan HIV dan AIDS secara bertahap. Untuk memberikan acuan
yang jelas serta menjaga mutu pelaksanaan kegiatan maka dibutuhkan adanya
panduan operasional bagi staf Lapas dan Rutan.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Tim Pokja Lapas yang beranggotakan
lintas sektor, bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi
Sumatera dan Lembaga Swadaya Masyarakat International yaitu Family Health
International (FHI) telah melakukan lokakarya dengan mengundang Kepala Rutan
dan Lapas, LSM dan untuk membahas panduan operasional pelaksanaan program
penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Hasil lokakarya inilah yang
kemudian disusun menjadi buku panduan operasional ini.
Buku panduan dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas lapas melengkapi
beberapa pedoman yang dibuat oleh Dirjen Pemasyarakatan. Disadari bahwa belum
semua Rutan dan Lapas mempunyai kelengkapan sumber daya dan sarana untuk
melaksanakan program penanggulangan HIV-AIDS seperti yang tertuang dalam buku
panduan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu pelaksanaan kegiatan secara bertahap
sesuai dengan kemampuan yang ada. Bisa dimulai dengan pemberian informasi dasar
karena beberapa staf Lapas dan Rutan sudah dilatih, sedangkan kegiatan lainnya bisa
dikoordinasikan dan bekerja sama dengan pihak lain seperti Puskesmas dan rumah
sakit terdekat yang sudah melaksanakan program HIV-AIDS dan LSM peduli AIDS.
Kami ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua
pihak baik perorangan maupun lembaga yang ikut serta dalam pembuatan buku ini,
dan semoga buku ini akan bermanfaat bagi semua pihak dalam melakukan upaya
pencegahan, pengobatan dan perawatan tahanan di Lapas dan Rutan khususnya
bagi yang terinfeksi HIV.

Medan, April 2007


Ka. Kanwil Hukum dan Hak Asasi Manusia
Provinsi Sumatera Utara

Drs. Untung Sugiyono, BcIP. MM

ii

DAFTAR ISI

iii

Kata Sambutan .....................................................................................

Kata pengantar .....................................................................................

ii

I.

Pendahuluan

Daftar Isi ............................................................................................ iii


I.

Pendahuluan ................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................
B. Tujuan .....................................................................................

1
1
3

Pelaksana Program di Lapas dan Rutan .....................................

III. Kebijakan Pelaksanaan Program .................................................

II.

IV. Tatalaksana Penanganan Tahanan Berisiko Tinggi


Tertular HIV di Lapas/Rutan ....................................................... 8
4.1. Penanganan Tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan ......... 9
4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan
11
(continue of care) di Lapas/Rutan .......................................
4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan ke Lapas......... 15
4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+ ............................... 16
Peserta Lokakarya Pokja Lapas ........................................................... 18
Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli AIDS ...................................... 20
Puskesmas Layanan IMS dan VCT.......................................................... 23
Rumah Sakit Peduli AIDS ................................................................... 24
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 23/1660 K ........ 25

A.

Latar Belakang

Perkembangan penyalahgunaan narkoba melalui jarum


suntik di Indonesia berjalan secara cepat di masyarakat termasuk
juga di Rumah Tahanan (Rutan) dan Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas). Sebuah penelitian yang diadakan oleh Badan Narkotika
Nasional (BNN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 10 Lapas/Rutan
di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa sebagian warga
binaan adalah pecandu. Proporsi pecandu pada penelitian tersebut
berdasarkan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah 33%
menggunakan putaw, sedangkan antara 1-4% menggunakan
kokain, heroin dan morfin. Dari pecandu ini, 45% menyatakan
masih mengalami ketergantungan pada NAPZA dengan klasifikasi
penggunaan sebagai pemakai 53,9%, serta sebagai pengedar 26,8%
dan sisanya sebagai pemakai yang sekaligus pengedar. Di samping
itu, patutlah dicatat bahwa sebagian besar warga binaan yang diteliti
ini berusia produktif dengan persentase terbesar pada usia 15-19
tahun sebesar 38%.
Berdasarkan data rekapitulasi jumlah narapidana/tahanan
di Indonesia yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Departemen Hukum dan HAM RI diketahui hingga bulan Agustus
2006 terdapat 110.958 orang narapidana dan tahanan di Indonesia,
dan 25.096 orang di antaranya adalah terkait kasus narkotika. Data
menunjukkan terjadi peningkatan jumlah narapidana dan tahanan
kasus narkotika dari 8,94% pada tahun 2005 menjadi 9,41% pada
tahun 2006.
Di Sumatera Utara, jumlah warga binaan pemasyarakatan
(WBP) cukup tinggi yaitu mencapai 16.509 (terdiri dari 15.853
narapidana dan tahanan pria, dan 656 narapidana dan tahanan
wanita) yang tersebar di 34 Unit Pelaksana Teknis (UPT) (data
Kanwil DepKumHam April 2007). Kondisi ini menjadikan masalah
kesehatan WBP merupakan sesuatu yang sangat perlu diberikan
perhatian. Terlebih lagi Sumatera Utara termasuk salah satu dari 5
dengan angka kematian tahanan tertinggi di Indonesia. Upaya untuk

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

menekan angka kematian, salah satunya adalah dengan melakukan


upaya pencegahan penularan penyakit yang ada di dalam
Lapas/Rutan, serta memberikan pengobatan kepada yang sudah
sakit. Meskipun AIDS belum menjadi penyebab kematian utama di
Lapas/Rutan Sumatera Utara, tetapi antisipasi terhadap hal tersebut
perlu dilakukan. Terlebih lagi karena WBP, khususnya yang terkait
kasus narkoba, memiliki kemungkinan sudah terinfeksi HIV sangat
tinggi.
Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) terhadap WBP Lapas
Wanita dan Rutan di Tanjung Gusta Medan, menunjukkan 90% dari
WBP yang pernah menjadi pengguna narkoba suntik, mengaku
melakukan penyuntikan bersama teman. Hal yang
mengkhawatirkan adalah pengguna narkoba suntik wanita sebesar
29% menggunakan jarum suntik secara bersama dengan pacarnya,
sedangkan yang berbagi jarum dengan teman juga cukup tinggi
sekitar 55-60% (Survei Surveilans Perilaku Penghuni Rutan dan
Lapas Wanita Tanjung Gusta, KPAND SU tahun 2005).
Sero survei yang dilakukan Dinas Kesehatan Sumatera
Utara tahun 2005 terhadap 534 WBP dari 4 UPT sebagai sampel,
menunjukkan 28 WBP terinfeksi HIV. Sedangkan tahun 2006, dari 2
UPT yang berbeda dari tahun sebelumnya, pemeriksaan terhadap
323 sampel, 14 terinfeksi HIV dan 1 IMS. Selanjutnya, gambaran
kasus HIV di Lapas dan Rutan di Sumatera Utara juga ada
peningkatan, hal ini didasarkan pada hasil surveilens yang dilakukan
Dinas Kesehatan pada tahun 2005 dimana diperoleh data sebagai
berikut: di Lapas/Rutan yaitu LP Tanjung Gusta, dari 279 tahanan
yang diperiksa 13 HIV+, di LP Lubuk Pakam dari 173 tahanan, 3
HIV+, Rutan Tobasa/Balige, 51 diperiksa, 3 HIV+ dan Rutan
Tarutung 31 diperiksa, 1 HIV+.
Mengingat masalah ketergantungan NAPZA serta
penggunaan NAPZA tidak lagi terbatas pada masyarakat namun
sudah masuk ke dalam lingkungan Lapas/Rutan, serta peningkatan
perilaku yang berisiko di dalam Lapas dan Rutan termasuk dampakdampak buruknya, maka Kanwil Departemen Hukum dan HAM
Sumatera Utara memandang perlu untuk melaksanakan program
penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas. Sebagai
acuannya adalah Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
dan Penyalahgunaan Narkoba di Lapas dan Rutan di Indonesia
Tahun 20052009 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Guna pelaksanaan Strategi Nasional tersebut sangatlah
diperlukan panduan operasional pelaksanaan program di Lapas dan
Rutan yang dapat dijadikan acuan bagi para petugas di wilayah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Sumatera Utara. Panduan operasional pelaksanaan program ini


menjadi pelengkap dari panduan yang berasal dari Dirjen
Pemasyarakatan, baik panduan tata laksana untuk penanganan
narapidana (Napi) secara umum maupun yang berkaitan dengan
penanggulangan HIV dan AIDS.

B.

Tujuan

Umum:
Mencegah terjadinya penularan HIV dan meningkatkan kesehatan
warga di Lapas dan Rutan termasuk tahanan dan para petugas Lapas
dan Rutan.
Khusus :
1.
Sebagai pedoman penatalaksanaan kegiatan penanggulangan
HIV dan AIDS di Rutan dan Lapas, khususnya bagi petugas
maupun instansi yang terkait dengan program
penanggulangan HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan .
2.
Menjaga mutu layanan program sehingga upaya pencegahan
penularan dan peningkatan kesehatan dapat tercapai secara
optimal.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

II.

Pelaksana Program
di Lapas dan Rutan

Untuk mendukung pelaksanaan penanggulangan HIVAIDS di Lapas dan Rutan perlu dibentuk: Tim Pokja AIDS di Lapas
dan Rutan dan Tim Pokja Lapas.

Tim HIV-AIDS di Lapas dan Rutan


Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan mempunyai peran
dan fungsi untuk melaksanakan kegiatan pencegahan melalui
pendidikan, konseling dan testing (Voluntary Conseling and Testing)
serta perawatan, dukungan dan pengobatan (Care, Support and
Treatment). Untuk melaksanakan peran dan fungsi tersebut Tim HIV
dan AIDS perlu melakukan kerjasama dengan lembaga lain terutama
untuk kegiatan pengobatan, perawatan, dan pemberian dukungan
kepada tahanan.
Susunan Tim HIV dan AIDS di Lapas dan Rutan ini
sebaiknya diketuai kepala Lapas atau Rutan karena akan
memudahkan dalam mengkoordinasikan tugas dari anggota tim
serta staf lain dalam Rutan dan Lapas. Sesuai dengan fungsi pokok
Tim HIV dan AIDS Lapas maka dalam struktur organisasi perlu ada
petugas yang bertanggung jawab pada pemberian informasi dan
edukasi, pelayanan medis, melakukan konseling, melayani VCT
(Voluntary Conseling and Testing), dan kegiatan pendampingan
pada tahanan yang terinfeksi (manajemen kasus). Oleh karenanya
dalam keanggotaan tim ini perlu disesuaikan dengan kelembagaan
yang sudah ada, sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih kegiatan
dan mekanisme kerja antara masing-masing bidang. Pembentukan
tim ini akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Lapas
dan Rutan.
Sebagai contoh, keanggotaan Tim HIV dan AIDS Lapas
dapat disusun sebagai berikut:
Penanggung jawab :
Ketua
:

Ka. Lapas/Ka Rutan


Ka. Bidang Pembinaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Sekretaris
Anggota

:
:

Ka. Sie Perawatan


Dokter, perawat, konselor, manajer kasus
(yang sudah dilatih), unsur pengamanan,
LSM, bagian registrasi dan sebagainya.

Tim Pokja Lapas


Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) merupakan lembaga
yang bertanggung jawab mengkoodinir dan meng-integrasikan
semua kegiatan penanggulangan HIV dan AIDS yang dilaksanakan
oleh berbagai sektor. Dengan belum berjalannya program yang
tertata dalam sistem maka KPA perlu membentuk Kelompok Kerja
(Pokja) untuk membantu sektor terkait dalam pelaksanaannya. Pokja
bersifat adhoc (sementara), apabila program tersebut sudah berjalan
dengan optimal dan sistem sudah terbentuk dan berfungsi maka
kemungkinan Pokja tidak diperlukan lagi. Ada beberapa Pokja
berkaitan dengan berbagai program, misalnya Pokja untuk
penanggulangan dampak buruk NAPZA suntik (Harm Reduction)
dan Pokja penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja.
Berkaitan dengan program penanggulangan HIV dan AIDS
di Rutan dan Lapas juga perlu dibentuk Tim Pokja Lapas untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Tim AIDS di
Lapas dan Rutan. Peran dan fungsi Tim Pokja Lapas lebih diarahkan
untuk advokasi, mediasi, penyusunan panduan dan regulasi, serta
koordinasi. Sebagai contoh, koordinasi dalam hal pelayanan dan
pengobatan, kerjasama dengan lembaga lain dalam mendukung
pelayanan bagi warga binaan, advokasi pada penentu kebijakan
sektoral untuk mendukung pelaksanaan program di Lapas/Rutan.
Oleh Karenanya Tim Pokja Lapas diharapkan melibatkan lintas
sektor baik instansi pemerintah maupun LSM. Tim Pokja Lapas akan
sangat berperan dalam membantu kinerja dari Tim AIDS di Lapas.
Sebagai ketua tim Pokja Lapas sebaiknya dari Kepala Rutan
atau Lapas. Keanggotaan Tim Pokja Lapas melibatkan Dinas
Kesehatan, rumah sakit, pihak kepolisian, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan lembaga terkait yang dirasa perlu. Dalam
pembentukannya diharapkan berkoordinasi dengan Komisi
Penanggulangan AIDS kabupaten/kota setempat.
Sebagai contoh, ditingkat provinsi telah dibentuk Pokja Lapas (lihat
lampiran SK Gubernur tentang pembentukan pokja LAPAS).

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

III. Kebijakan Pelaksanaan


Program

Sebagai acuan pelaksanaan program adalah Strategi


Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS dan Penyalahgunaan
Narkoba di Lapas dan Rutan tahun 20052009, dengan
menitikberatkan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Bahwa Lapas/Rutan selain sebagai instansi yang melakukan


pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan, juga
harus mampu memberikan layanan kesehatan yang optimal
bagi mereka yang membutuhkannya, termasuk narapidana
dan tahanan yang terinfeksi HIV dan pengidap AIDS.

2.

Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal


bagi semua warga binaan pemasyarakatan harus sesuai dengan
nilai-nilai Hak Asasi Manusia sebagaimana termaktub dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan berbagai
kebijakan hak asasi manusia internasional dan nasional yang
terkait dengan perlakuan terhadap narapidana dan tahanan.

3.

Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal


tersebut, Lapas/Rutan sebagai instansi pembinaan harus
menyediakan dan memperluas akses program edukasi
pencegahan HIV dan AIDS bagi seluruh warga binaan
pemasyarakatan.

4.

Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis yang optimal,


para petugas Lembaga Pemasyarakatan, baik medis dan nonmedis, harus mampu memperkenalkan manfaat dan
pentahapan konseling dan pengujian HIV secara rinci dengan
menggarisbawahi bahwa pengujian HIV dilakukan atas dasar
sukarela kepada warga binaan pemasyarakatan dan dijamin
kerahasiaannya.

5.

Bahwa pihak yang berwenang untuk memberikan


rekomendasi atau inisiasi konseling dan pengujian HIV adalah
dokter Lapas dan Rutan berdasarkan indikasi medis dari warga
binaan pemasyarakatan.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

6.

Bahwa berdasarkan unsur sukarela sebagaimana tersebut pada


butir 3, warga binaan pemasyarakatan memiliki hak untuk
menolak pelaksaaan pengujian HIV terhadapnya.

7.

Bahwa untuk mendukung dilaksanakannya layanan klinis


yang optimal pada unit kesehatan Lapas/Rutan dengan
menggarisbawahi ketetapan sebagaimana tersebut pada butir
3, maka konseling dan pengujian HIV akan ditawarkan secara
rutin kepada setiap warga binaan pemasyarakatan satu bulan
menjelang selesainya masa tahanan.

8.

Bahwa sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia, maka


tidak akan ada diskriminasi terhadap warga binaan
pemasyarakatan yang terbukti secara klinis mengidap HIV,
baik dalam upaya pembinaan maupun penempatannya.

9.

Bahwa bagi warga binaan pemasyarakatan yang terbukti


secara klinis mengidap HIV akan didampingi oleh petugas
manajemen klinis dalam pendampingan psikososial dan akan
memperoleh akses pelayanan pengobatan dan perawatan
seoptimal mungkin yang terdiri dari:
Perawatan dan pengobatan akut, meliputi pengobatan
(Infeksi Opportunistik) IO dan infeksi serta penyakit terkait
HIV lainnya.
Perawatan dan pengobatan kronis, termasuk ARV.
Perawatan dan pengobatan paliatif, termasuk perawatan
menjelang ajal.

10. Bahwa dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip Hak


Manusia dan sebagai upaya pencegahan penularan
warga binaan pemasyarakatan yang telah mengidap
stadium 3 atau 4 dapat menjalani perawatan yang
intensif.

Asasi
HIV,
AIDS
lebih

11. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang


optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan
Rutan, Tim Medis Lapas dan Rutan bekerja sama dengan
dokter ahli dari rumah sakit Umum Daerah terdekat.
12. Bahwa dalam rangka memberikan layanan klinis HIV yang
optimal bagi warga binaan pemasyarakatan di Lapas dan Rutan
tersebut, bagi kasus-kasus medis yang rumit dan kompleks Tim
Medis Lapas dan Rutan dapat merujuk RSUD terdekat.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

IV.

Tatalaksana Penanganan
Tahanan Berisiko Tinggi
Tertular HIV di Lapas/Rutan
Seperti diuraikan sebelumnya, dasar kebijakan untuk
pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS di Rutan dan
Lapas adalah Strategi Nasional penanggulangan HIV dan AIDS
tahun 2005-2009 yang menekankan pada pilar utama pendekatan
yaitu: (i) Penegakan hukum dan bimbingan hukum; (ii) Rehabilitasi
dan pelayanan sosial; dan (iii) Pencegahan dan Perawatan.
Penegakan hukum dan bimbingan hukum dilakukan agar
jumlah pengguna narkoba baru di Lapas/Rutan tidak bermunculan.
Kegiatan rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi narapidana/tahanan
dimaksudkan untuk membantu pemulihan bagi pengguna narkoba,
pengguna NAPZA suntik (penasun) atau yang terinfeksi HIV. Selain
kedua pilar tersebut, pilar ketiga yaitu pencegahan dan perawatan
bagi narapidana/tahanan pengidap HIV-AIDS dilakukanlah
pencegahan dan perawatan, dukungan dan pengobatan (CST).
Ketiga pilar tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan
harus dilaksanakan secara bersamaan agar tujuan dari strategi
penanggulangan HIV dan AIDS dan penyalahgunaan narkoba di
Lapas/Rutan di Indonesia dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Penjabaran operasional dari ketiga pendekatan khususnya
upaya untuk pencegahan dan perawatan hendaknya dilakukan sejak
awal pada saat tahanan masuk ke Lapas atau Rutan sampai mereka
dibebaskan. Oleh karenanya kejelasan tatalaksana kegiatan secara
keseluruhan mulai dari tahanan masuk ke Lapas dan Rutan sampai
mereka bebas. Pola disain pelaksanaan program dapat digambarkan
dalam diagram sebagai berikut:

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Ditangkap

Pengadilan

RUTAN
Pendidikan
Konseling,Testing
Pelayanan
Kesehatan
Dukungan

Rujukan setelah bebas


Rujukan ke Klinik/RS
untuk tindak lanjut
pengobatan
Rujukan ke LSM
peduli AIDS

LAPAS

Pendidikan
Konseling,Testing
Pelayanan
Kesehatan
Dukungan

Rujukan setelah bebas


Rujukan ke Klinik/RS
untuk tindak lanjut
pengobatan.
Rujukan LSM peduli
AIDS

4.1. Penanganan tahanan pada saat masuk di Lapas/Rutan


Kegiatan yang perlu dilakukan pada saat tahanan baru
masuk ke Rutan atau Lapas:

Registrasi atau pencatatan


Sesuai dengan prosedur yang ada, tahanan yang baru
masuk ke Rutan atau Lapas akan dilakukan registrasi. Di samping
mencatat informasi yang sudah ditetapkan, perlu ditambahkan
pendataan untuk mengetahui gambaran atau latar belakang tahanan
seperti apakah mereka berisiko tertular HIV, apakah tahanan
tersebut sudah pernah tes HIV, apakah tahanan sedang menjalani
masa perawatan seperti penggunaan antiretroviral (ARV), atau
metadon. Informasi ini dibutuhkan untuk merencanakan pemberian
edukasi, menghindari tes HIV ulang, melanjutkan pengobatan yang
sudah berjalan. Oleh karenanya pada saat registrasi kepada setiap
tahanan yang masuk perlu ditanyakan dan dicatat informasi
mengenai:
Apakah mereka pengguna narkoba
Apakah mereka pernah memakai narkoba melalui jarum suntik
Apakah mereka sering melakukan hubungan seks yang tidak
aman (berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan
kondom)
Apakah pernah VCT
Apakah mereka sedang mengikuti pengobatan (Metadon, ARV)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Penggalian informasi ini dapat dilakukan oleh Tim AIDS


Rutan dan Lapas atau petugas registrasi yang dilatih. Hasil catatan ini
selanjutnya diserahkan ke Tim AIDS yang akan digunakan sebagai
data untuk kegiatan tindak lanjut seperti edukasi, VCT dan
kelanjutan pengobatan.

Pemberian informasi HIV dan AIDS


Ada dua kegiatan pemberian informasi HIV dan AIDS
yaitu pemberian informasi tahap awal dan tahap lanjutan.
Pemberian informasi tahap awal tentang HIV dan AIDS segera
dilakukan pada semua tahanan, dan kegiatan ini dapat dilakukan
pada waktu Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling). Pada
proses ini Tim AIDS menjelaskan informasi dasar HIV dan AIDS dan
menjelaskan peran Tim AIDS serta program yang akan dilakukan.
Melalui masa pengenalan ini diharapkan semua tahanan baru sudah
mengetahui informasi dasar HIV dan AIDS, dan sudah terjadi
interaksi dan kedekatan komunikasi anatara tahanan dengan Tim
AIDS, yang akan memudahkan dalam kegiatan selanjutnya selama
tahanan berada di Lapas dan Rutan.
Pemberian informasi pada waktu Mapenaling sangat
penting dan strategis untuk menumbuhkan rasa kepedulian akan
kesehatan diri dan lingkungan, rasa kebutuhan informasi, dan
bagaimana akses kepada Tim AIDS. Akan sangat membantu bila
pada masa Mapenaling ini bisa diidentifikasi tahanan yang sangat
berisiko seperti pengguna narkoba suntik, karena mereka sangat
berpeluang terinfeksi HIV. Pemberian edukasi pada kelompok ini
perlu dilakukan secara intesif sampai pada kemauan untuk testing.

Edukasi lanjutan
Sebagai tindak lanjut dari pemberian informasi waktu
Mapenaling, perlu ditindak lanjuti dengan edukasi yang intensif.
Pemberian informasi di kelompok Rutan perlu dirancang dengan
baik karena masa tahanan yang singkat. Oleh karenanya perlu
dipikirkan jenis informasi apa saja yang perlu diberikan bila masa
tahanan kurang dari 3 bulan dan yang lebih dari 3 bulan. Kondisi ini
berbeda dengan di Lapas karena tahanan sudah ada ketetapan
hukum untuk berapa lama mereka akan tinggal di Lapas. Karena itu
edukasi di Lapas sudah dapat dirancang sampai konseling, testing
serta dukungan untuk pengobatan, dan perawatan.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

4.2. Pemberian perawatan berkesinambungan (continue


of care) di Lapas/Rutan
Perawatan berkesinambungan adalah pendekatan
penanggulangan HIV dan AIDS berkesinambungan, terdiri dari
pencegahan penularan HIV termasuk pencegahan penularan dari
ibu ke anak, konseling dan testing, perawatan, dukungan, dan
pengobatan. Pendekatan ini bertujuan untuk merespon secara
komprehensif kebutuhan layanan populasi maupun individu di tiap
fase perjalanan penyakit dan juga untuk menyediakan layanan, serta
mencegah penyebaran IMS dan HIV.
Selain upaya pencegahan, komponen perawatan yang
berkesinambungan yang lain adalah Konseling dan Tes HIV,
Manajemen Kasus HIV dan AIDS, Perawatan dan Pengobatan,
PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission) serta
Diagnosis dan Terapi IMS (infeksi menular seksual). Di dalam
Lapas/Rutan tiap komponen dalam perawatan berkesinambungan
ini dapat disediakan oleh Lapas/Rutan sendiri, atau melalui rujukan
ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) di luar Lapas/Rutan.

Konseling dan Tes HIV


Tes HIV bermanfaat untuk mengetahui status HIV
seseorang sedini mungkin. Dengan demikian, ia dapat mengadopsi
perilaku yang lebih aman serta mengakses layanan kesehatan sedini
mungkin untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan. Pelayanan
konseling diberikan oleh konselor di Lapas dan Rutan yaitu petugas
pembinaan yang sudah dilatih dan mempunyai sertifikat dari
Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia.
Pola pendekatan dalam pelaksanaan konseling dan
testing HIV meliputi:
VCT/KTS (Voluntary Counseling and Testing/Konseling dan
Testing Sukarela) dilakukan secara sukarela oleh tahanan (klien).
Melalui edukasi intensif diharapkan klien secara sukarela
meminta konseling dan testing karena ingin tahu status HIVnya.
Sebelum tahanan meminta untuk testing, konselor perlu
menjelaskan tentang manfaat dan tujuan VCT serta tindak lanjut
dari tes seandainya hasilnya nanti positip atau terinfeksi HIV.
Konselor perlu melakukan pre dan post konseling (konseling
sebelum dan sesudah tes)

Konseling dan Testing HIV yang ditawarkan secara rutin (routine


offer/penawaran rutin). Routine offer diberikan kepada
narapidana/tahanan sebulan menjelang masa pidananya
berakhir, agar ia setelah mengetahui status HIV-nya dapat
membuat perencanaan yang lebih lengkap untuk perilaku dan
akses layanan kesehatan setelah bebas. Dalam pendekatan ini,

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

petugas medis menawarkan konseling dan testing HIV secara


rutin sebagai bagian dari paket layanan kesehatan yang
disediakan bagi klien. Namun demikian klien tetap perlu
menyatakan diri secara sukarela ikut serta, tidak boleh ada unsur
pemaksaan, klien harus memberikan consent (persetujuan) dan
mempunyai hak untuk menolak tes HIV.

Diagnostic HIV testing/PICT (Provider Initiated Counseling And


Testing), rekomendasi World Health Organization (WHO)
tahun 2006, adalah konseling dan testing yang
direkomendasikan oleh petugas medis atas dasar indikasi medis,
namun tidak boleh ada unsur pemaksaan, klien harus
memberikan consent dan mempunyai hak untuk menolak tes
HIV.

Prinsip dasar yang harus dilakukan yang berkaitan dengan


pelaksanaan testing:
Setiap testing HIV harus didahului dengan konseling pre test dan
ditindaklanjuti dengan konseling pasca tes.
Konselor tes HIV, dokter, dan petugas laboratorium yang terlibat
dalam proses harus menjamin kerahasiaan hasil tes HIV dan
perilaku narapidana/tahanan yang menjadi klien.
Proses konseling dan testing HIV harus menjamin privasi klien.
Klien harus memberikan persetujuan (informed consent)
sebelum tes HIV
Hanya klien sendiri yang berhak membuka status HIV-nya, baik
negatif maupun positif, kepada pihak lain selain konselor dan
dokter.
Apabila di Lapas dan Rutan tidak menyediakan sarana
untuk testing maka perlu dilakukan kerjasama dengan lembaga
seperti rumah sakit dan Puskesmas terdekat yang sudah
melaksanakan tes HIV. Disarankan pelayanan testing dilakukan di
Rutan dan Lapas. Petugas kesehatan mengambil spesimen darah di
dalam ruang klinik dan selanjutnya darah diperiksa di laboratorium
Puskesmas atau rumah sakit.
Hasil tes akan diberikan ke konselor yang ada di Lapas atau
Rutan dan selanjutnya konselor akan memanggil tahanan yang telah
diperiksa untuk membuka amplop tersebut. Pembukaan amplop
hasil tes dilakukan di ruang konseling di Rutan atau Lapas di
hadapan konselor.
Setelah tahanan mengetahui hasil tes, konselor langsung
memberikan konseling kembali (post counseling), untuk
mendiskusikan bersama tindakan apa yang perlu dilakukan oleh
tahanan yang terinfeksi pada hari-hari berikutnya.
Untuk membantu kelancaran pelayanan tes, bahan habis
pakai untuk pengambilan darah sebaiknya juga disediakan di klinik
Lapas atau Rutan, dengan pertimbangan bahwa Puskesmas atau

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

rumah sakit terkait mempunyai keterbatasan sarana tersebut. Hal ini


perlu dibahas bersama antara pihak Lapas/Rutan dengan pihak yang
akan melayani tes.
Apabila hasil tes adalah negatif atau menunjukkan belum
terinfeksi HIV yang perlu dilakukan adalah tetap memberikan
konseling pasca tes dan yang bersangkutan tetap mendapatkan
program edukasi.
Apabila hasil tes menunjukan HIV positif, yang perlu
dilakukan adalah:
Memberikan konseling pasca tes
Tidak didiskriminasi berdasarkan status HIV-nya, melainkan
akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan
narapidana/tahanan lain termasuk hak mengakses layanan
kesehatan baik di dalam maupun di luar Lapas / Rutan.
Tidak akan diisolasi kecuali ada indikasi medis yang
mengharuskan diisolasi.
Akan didampingi oleh petugas manajemen kasus kecuali ia
menolak.

Pendampingan pada tahanan yang HIV+


Setelah tahanan mengikuti testing segara akan diketahui
hasilnya. Untuk tahanan yang terinfeksi HIV perlu dilakukan
pendampingan, dan hal ini akan dilakukan oleh manajer kasus dari
Tim AIDS Lapas atau Rutan. Pendampingan perlu dilakukan karena
seseorang yang HIV positif tidak hanya membutuhkan perawatan
dan pengobatan secara medis melainkan juga membutuhkan
dukungan psikologis, sosial, ekonomi, dan spiritual.
Petugas manajemen kasus berfungsi mendampingi dan
memfasilitasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) mengakses
layanan dan dukungan yang ia butuhkan. Di samping itu, petugas
manajemen kasus juga memberikan dukungan psikologis dan sosial.
Karena itu ia harus mempunyai daftar dan berjejaring dengan
berbagai penyedia layanan yang mungkin dibutuhkan oleh ODHA.
Karenanya ia perlu berkoordinasi dengan dokter, perawat, petugas
konseling, rohaniawan, dan staf pengamanan Lapas/Rutan agar
kliennya dapat mengakses layanan dan dukungan yang ia butuhkan,
termasuk akses ARV dan dukungan adherence ARV.
Manager kasus akan membantu klien untuk mengambil
keputusan untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu mengkoordinasikan pada pihak terkait. Misalnya apakah klien akan
menggunakan ARV dan ke mana kebutuhan bisa dipenuhi.
Misalnya, bagaimana mendapatkan ARV, apakah perlu diambil ke
rumah sakit, siapa yang akan mengambil, apakah kliennya atau
cukup diambil di klinik di lapas.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Perawatan dan pengobatan


Untuk tahanan yang terinfeksi HIV dapat dilakukan
perawatan dan pengobatan. Dengan ditemukannya ARV, maka
kasus HIV dan AIDS bukanlah penyakit mematikan melainkan
penyakit kronis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian ARV dalam rangka pengobatan. Apabila status
kekebalan tubuh mulai menurun, sebelum memakai ARV atau
karena kegagalan ARV, timbul episode akut berupa infeksi
oportunistik. Dalam fase kronis maupun fase akut, dapat timbul
gejala-gejala dan keluhan fisik yang mengganggu. Keterlambatan
memakai ARV, atau kegagalan ARV (karena tidak adherence atau
karena resisten) dapat mengakibatkan kematian ODHA.
Memperhatikan perjalanan penyakit HIV dan AIDS
tersebut di atas, jenis perawatan dan pengobatan yang perlu
disediakan untuk ODHA, yang disepakati secara internasional
WHO, terdiri dari Perawatan Kronis, Perawatan Akut, dan
Perawatan Paliatif.
Perawatan kronis meliputi antara lain: pengobatan dengan
ARV (anti retro viral), dukungan untuk adherence ARV, profilaksis
(pencegahan) beberapa penyakit infeksi, manajemen klinis masalah
kronis (diare, vegetasi jamur, dan demam yang kumat-kumatan,
serta penurunan berat badan), serta pencegahan penularan HIV.
Perawatan akut meliputi diagnosis, pengobatan serta
pencegahan berbagai macam infeksi oportunistik dan berbagai
penyakit terkait HIV, misalnya radang paru, TB, infeksi saluran
pencernaan, infeksi otak, kemunduran fungsi otak, IMS (infeksi
menular seksual), dan lain lain.
Perawatan paliatif merupakan perawatan dan pengobatan
gejala dan keluhan yang timbul pada fase akut, kronis, dan
menjelang ajal, terdiri dari antara lain mengatasi nyeri, penurunan
berat badan, kehilangan nafsu makan, gangguan buang air,
gangguan psikologis, gangguan tidur, masalah kulit, luka akibat
terlalu lama berbaring, demam, batuk, perawatan dan dukungan
menjelang ajal, dan lain-lain.
Ketiga jenis perawatan tersebut dapat disediakan di
layanan kesehatan dasar yang dapat dilakukan di klinik Rutan dan
Lapas, namun bila belum mampu perlu dilakukan rujukan dengan
jejaring kerja sama dan rujukan dengan rumah sakit (RS) setempat
atau terdekat untuk layanan rujukan tingkat dua dan tiga sesuai
kebutuhan.
Untuk stratum layanan kesehatan dasar, WHO
merekomendasikan pendekatan IMAI (Integrated Management of
Adult and Adolescence Illnesses) yang mencakup ketiga jenis
perawatan tersebut disesuaikan dengan kapasitas yang ada.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

PMTCT (Prevention of Mother to Child Transmission)


PMTCT adalah pencegahan penularan HIV dari Ibu ke
bayinya, yang terdiri dari 4 prong/pilar pendekatan, yaitu:
Prong I : Mencegah penularan HIV kepada wanita usia
reproduksi
Prong II : Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada
wanita HIV positif
Prong III : Mencegah terjadinya penularan dari wanita hamil HIV
positif ke bayi yang dikandungnya
Prong IV : Memberikan dukungan psikologis, sosial, dan
perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan
keluarganya
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi perlu
dilakukan melalui edukasi pada tahanan pria maupun tahanan
wanita.
Program bagi tahanan pria yang dapat dilaksanakan
edukasi dan konseling bagi narapidana/tahanan pria yang HIV
positif, terutama saat akan keluar dari Lapas/Rutan. Edukasi ini
menjadi sangat penting dalam upaya pencegahan penularan HIV
kepada pasangannya setelah tahanan bebas. Di samping edukasi
cara mencegah, Tim HIV dan AIDS Lapas dan Rutan juga perlu
membantu tahanan untuk dapat mengakses lembaga-lembaga yang
menyediakan layanan lanjutan.
Program bagi tahanan wanita yang dapat dilaksanakan
meliputi:
Edukasi bagi semua tahanan wanita dalam upaya pencegahan
penularan HIV.
Konseling bagi narapidana/tahanan wanita yang HIV positif agar
dapat menjaga kesehatannya dan tidak menularkan pada
pasangannya.
Perawatan bagi tahanan yang HIV positif dan dalam keadaan
hamil bekerja sama dengan RS terdekat untuk pengobatan ARV
profilaksis dan persalinan yang aman. Dukungan oleh
petugas/manajer kasus dan tim klinik Lapas dan Rutan sangat
dibutuhkan.

4.3. Proses pengalihan Tahanan HIV+ dari Rutan


Lapas

ke

Proses pengalihan tahanan yang sudah diketahui terinfeksi


dari Rutan ke Lapas perlu ditata kembali dengan maksud untuk
menghindari tumpang tindih kegiatan seperti konseling dan testing
serta menindak lanjuti pengobatan yang sudah berjalan. Rumah
Tahanan dimaksud adalah Rutan di kepolisian (Polsek, Polres,
Polda), Rutan Kejaksaan maupun Rutan Pemasyarakatan (PAS).

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Rutan
Kepolisisian

Tahanan
HIV+

Rutan Kejaksaan

Lapas

Rutan PAS

Perlu ada kerjasama antar Tim AIDS yang ada di RutanRutan tersebut. Mekanisme pengalihan (transfer) tahanan dilakukan
sesuai prosedur yang sudah ada, hanya untuk tahanan yang
terinfeksi ditambahi dengan pencantuman kode World Health
Organization (B24) dan ditandatangani oleh dokter. Bagi Rutan yang
tidak punya dokter dapat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
setempat. Perlu penyerahan medical record atau Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) kesehatan dari dokter Rutan ke dokter Lapas
yang memberitahukan riwayat penyakit, pengobatan yang sudah
dilakukan dan jenis ARV yang sudah diberikan, dan dosis metadon
bagi yang sedang melakukan terapi.

4.4. Pelepasan Narapidana terinfeksi HIV+


Ada beberapa jenis pelepasan narapidana dari Lapas dan
Rutan yaitu: bebas habis masa pidana; pembebasan bersyarat (PB)
dan cuti menjelang bebas (CMB); asimilasi; tahanan yang bebas
karena penangguhan; dan
pengeluaran demi hukum dan
pengalihan jenis penahanan.
Prosedur umum pelepasan narapidana ke komunitas tetap
dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan, hanya untuk yang sudah
diketahui terinfeksi HIV perlu dilakukan beberapa prosedur sebagai
berikut :
Perlu dilengkapi dengan Surat Keterangan Dokter Lapas atau
dokter yang bertanggung jawab (bagian dari catatan medis)
untuk rujukan ke rumah sakit.
Perlu diberikan informasi tentang ke pelayanan kesehatan mana
mereka harus pergi untuk melanjutkan pengobatan-nya, dan
nama-nama lembaga yang dapat mendukungnya.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Pembekalan kembali tentang pencegahan penularan, perawatan


kesehatan. Pembekalan diberikan langsung pada tahanan yang
mau bebas, dan apabila memungkinkan dapat diberikan kepada
keluarganya.
Diperkenalkan dengan staf dari LSM yang nantinya akan dapat
menjadi pendamping bagi tahanan tersebut setelah bebas.
Menjalin kerjasama dengan pelayanan yang akan dirujuk dan
menginformasikan kapan pasien akan dirujuk ke lembaga
pelayanan tersebut.

Apabila di Rutan dan Lapas sudah mempunyai tenaga


manajer kasus yang sudah dilatih semua pembekalan ini menjadi
tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan dokter Lapas atau
Rutan. Namun jika tidak ada manajer kasus, kegiatan pembekalan
dilakukan oleh Bagian Pembinaan dan Pelayanan Tahanan dan
dokter yang ada. Agar persiapan pembekalan dapat dilakukan secara
efektif perlu direncanakan dengan baik, dan oleh karenanya perlu
diketahui kapan masa bebas atau pelepasan tahanan itu akan
dilaksanakan.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Peserta Lokakarya Pokja Lapas

No

Nama

1.

dr. Linda T Maas MPH

KPA Sumut

2.

KPA Sumut

3.

Drs. Achmad
Ramadhan, MA
Asron Gultom

4.

M. Aman

5.

6.

7.

8.

9.

10.
11.
12.
13.

Institusi

KPA Sumut

Ditjen Pas
Jakarta
Kuntoro BCIP SH
Kanwil
Dep.Hukum dan
HAM Sumut
Pardamean Siagian, SH Kanwil
Dep.Hukum dan
HAM Sumut
Caringena Sembiring
Kanwil
Dep.Hukum dan
HAM Sumut
Jevri F.H Pohan SE
Kanwil
Dep.Hukum dan
HAM Sumut
S. Sinaga, SH
Direktorat
Narkoba Polda
Sumut
Tuti Herawati
Dit. Narokoba
Polda Sumut
Drg. D.Etyla Murti
Biddokes Polda
Sumut
Ir. Abdul Anas
Kesdam I/BB
Harahap
dr. Okti R
Lapas Wanita
Medan

14. Badinsin, SH

Lapas Anak
Medan

15. H. Damanik SH

Lapas Anak
Medan

16. S. Hariandja

Lapas Siantar

17. Siswanto

Lapas Tanjung
Balai

18. L.F. Tumanggor

Balai
pemasyarakatan
Medan
Lapas Wanita
Medan

19. Martiningsih

Alamat

Telepon

Jln. Diponegoro
No. 30
Jln. Diponegoro
No. 30
Jln. Diponegoro
No. 30

(061)4555911
0811604681
(061)4555911
081370028247
(061)4555911
081370861789

Jln. Putri Hijau


No.4 Medan

081328769092

Jln. Putri Hijau


No.4 Medan

081370567714

Jln. Putri Hijau


No.4 Medan

77120001

Jln. Putri Hijau


No.4 Medan

081361602869

Jl. Medan Tanjung


Morawa Medan

081361213829

Jl. Medan Tanjung


Morawa Medan
Jl. Medan Tanjung
Morawa Medan

0816308920
08126006719
081361402585

Jln. Pemasyarakatan 08126411149


Tanjung Gusta
Medan
Jln. Pemasyarakatan 081373448992
Tanjung Gusta
Medan
Jln. Pemasyarakatan 081375897400
Tanjung Gusta
Medan
Jln. Asahan km VII 081361667615
no. 8 Pematang
siantar
Jln. Mesjid Pulau
0812403021
Simardan Tanjung
Balai
081362295838

Jln. Pemasyarakatan 081376608028


Tanjung Gusta
Medan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

20. Yon Suharyono

Rutan Klas I
Medan

21. Sri Yuwono

Lapas Klas I
Medan

22. dr. Sakti M Siregar

Rutan Klas I
Medan

23. Yoseph

Rutan Labuhan
Deli

24. Lukas Tarigan

Cabang Rutan
Pancur batu
Dinas Kesehatan
Sumatera Utara
Dinas Kesehatan
Sumatera Utara
Dinas Kesehatan
Kota Medan

25. Andi Ilham Lubis


26. Sukarni
27. dr. Zunaida MKes

28. dr. Tambar Ketaren

RS Adam Malik

29. dr. Zulkhairi


30. Yosia Ginting

RS Bhayangkara
Poldasu
RS Adam Malik

31. dr. Jamaludin

RS Haji

32. Eban Totonta Kaban

LSM Medan Plus

33. Hasiholan Tobing

LSM Medan Plus

34. Fachnita

LSM Galatea

35. Amri Yahya

LSM Galatea

36. Gita Kencana

FHI Sumut

37. Kuspujiono

FHI Sumut

38. Henri Puteranto

FHI Jakarta

Jln. Pemasyarakatan 081396609999


Tanjung Gusta
Medan
Jln. Pemasyarakatan 081397790996
Tanjung Gusta
Medan
Jln. Pemasyarakatan
77581532
Tanjung Gusta
Medan
Jln. H. Perak SD
081361714181
34/35 Labuhan
Deli
08153073056
Jl. H.M Yamin SH
Medan
Jl. H.M Yamin SH
Medan
Jln. Rotan
Kompleks Petisah
Medan
Alamat : Jln.
Bunga Lau No. 17

061 8360381
081361785667
081361065127
77391160

0811633357
08126547649

Alamat : Jln.
0811612215
Bunga Lau No. 17
Jln. Rumah Sakit
061 - 6619520,
Haji Medan Estate 6619521 (Ext 189)
Jl. Bunga Kantil
0816300050
No. 45 Pasar VII,
Padang Bulan,
Medan 20154
Jl. Bunga Kantil
081362382575
No. 45
Pasar VII, Padang
Bulan, Medan
20154
Jl. Laboratorium III
08126521362
No.5 Kelurahan
Kesawan Medan
20111
Jl. Laboratorium III 081361460267
No.5 Kelurahan
Kesawan Medan
20111
Jln. Diponegoro
08126051817
No. 30
Jln. Diponegoro
08158959312
No. 30
08156853656

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Lembaga Swadaya Masyarakat


Peduli AIDS
No
1

Nama LSM

Kelompok
Dampingan

Pekerja Seks
Perempuan
dan High Risk
Men (HRM) di
wilayah Medan
Ardi, PM:
081361
490542, Leo,
PD: 081362
393947, Nova,
Admin:
08126589830
Pekerja Seks
Peduli Buruh
Perempuan
Independen
dan High Risk
(PBI)
Men (HRM) di
wilayah
Simalungun
dan Pematang
Siantar
Kontak Person:
Sukarman,
081396522182
Lukman:
081264 22314
Lina: 0813
6177 2948
Pekerja Seks
Solidaritas
Perempuan,
Perempuan
High Risk Men
Pekerja Seks
(HRM) dan
(SP2S)
waria di Serdang
Bedagai dan
Deli Serdang
Kontak Person:
Syamsidar,
PD: 081
361002091.
061-7787 0791.
Asmariana
(ari):
085275239869
Yayasan Galatea Harm
Reduction
(Pengguna
Narkoba Suntik
dan
pasangannya)
Pusat
Pengkajian dan
Pengembangan
Masyarakat
Nelayan (P3MN)
Kontak Person:

Alamat
Jl. Bakti Luhur No. 30 A
Medan

Phone/Fax
061 - 8456
624

p3mn37@indosat.net.id

Komp.Griya Firdaus
Permai Blok.A. No.06 Sei
Rampah Serdang
Bedagai

pbi_mdn@yahoo.com

Jl. Mesjid No. 3 Ling X,


Kelurahan Tualang,
Perbaungan, Kab Sergai.

sp2s_sy@yahoo.com

0621-441926

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Kontak Person:

Kontak Person:

Yayasan
Penguatan
Rakyat
Pedesaan
(PARAS)

Kontak Person:

Bina Insani

Kontak Person:

Jl. Laboratorium III No. 5


Medan

Yayasan Karya
Anak Bangsa
(KaraNG)

JKM

Kontak Person:

Warga Binaan
Pemasyarakatan
(WBP) di Lapas/
Rutan Medan
Fachnita, PD:
081 265 21362,
Chandra, PM:
081361 460267
Pekerja Seks
Perempuan,
High Risk Men
(HRM) dan
waria, MSM di
Tanjung Balai
Agus Sanjaya,
PD: 0813700
14571,
Warliani,
Admin: 081
396 589199
Pekerja Seks
Perempuan,
High Risk Men
(HRM), MSM
(termasuk waria
dan kliennya di
Langkat
Effendy Lubis,
PD: 081362
267985
Miskun, PM:
081361 629036
MSM (termasuk
waria dan
kliennya) di
Pematang
Siantar,
Simalungun
dan Tobasa.
Pekerja Seks
Perempuan
dan High Risk
Men (HRM) di
Tobasa
Rasjidin
Harahap:
08126448747
MSM (gay dan
waria) di
Medan. Gay di
Simalungun
dan Serdang
Bedagai
dr. Wahyu
Karim, dr.
Delyuzar: 0811
6569134, dr.
Yeni,
081375955355

galatea_mdn@yahoo.com

Jl. Bougenville/Rukun
Ujung No. 98, Kelurahan
Selat Panjang, Kec.
Datuk Bandar, T. Balai

karang@mdn.centrin.net.id
atau
anakuduha@yahoo.co.id

Jl. Jend. Sudirman KM.


38,5 No. 51 Kelurahan
Perdamaian, Kec. Stabat,
Kab. Langkat

paras_org@yahoo.com

Jl. Sang Nawaluh No. 16


P. Siantar 21151

bina_insani04@yahoo.com

Jl. Wiliem Iskandar No.


107 B Medan

jkm_mdn@yahoo.com

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Medan Plus

Kontak Person:

10

Perkumpulan
Sada Ahmo
(PESADA)

Kontak Person:

11

YPA Deli
Serdang

Kontak Person:

12

13

14

Pusat Kajian
dan Informasi
Kesehatan
Reproduksi dan
Jender ( PIKIR )
Centra Mitra
Remaja ( CMR )
PKBI Sumut

warung saHIVa

Harm
Reduction
(Pengguna
Narkoba Suntik
dan pasangannya
Warga Binaan )
Pemasyarakat
(WBP) Lapas
Lubuk Pakam,
Lapas Pematang
Siantar
Totonta
Kaban, PD:
0816300050,
061-30041500,
Olan, PM:
081362382575,
Opie:
081361125524
Pekerja Seks
Perempuan
dan High Risk
Men (HRM) di
Kab. Dairi dan
Tanah Karo
Ronald
Silalahi (PM):
081362398153
Layanan klinik

Jl. Bunga Kantil No. 45,


Pasar VII Padang Bulan,
Medan 20154.
Tanjung Morawa, Jl.
Inpres No. 20 L. Pakam

medan_plus@yahoo.com

Jl. Ahmad Yani No. 187,


Sidikalang 22212 Kab.
Dairi - Sumatera Utara

Telp./Fax :
0627-22011

pesada@indosat.net.id

Simpang Mata Pao, Desa


Liberia, Kec. Teluk
Mengkudu, Kab. Sergai
20697
ypa_deliserdang@yahoo.
com

dr. Darwin
Dalimunthe:
061-7945507
dr. TM.
Syafrin: 0811
644126
dr. Wirandi
Dalimunthe:
081261 556718/
085830201338
Pendidikan
Lia
Sebaya Anak
Jln. Sei Musi No. 59
Medan
SMU
Telp : (061) 4158918
Email:pikirmdn@gmail.com
Pendidikan
Pendidikan Sebaya
Sebaya
Remaja
Remaja
Jln. Multatuli No. 34X
Medan
Pendidikan
Jln. Universitas No. 22
Sebaya Anak
Medan
Muda,
khususnya
mahasiswa USU

(061)
4158918

4514595
atau
4143302
atau
4142804
(061)
8221104

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

15

Kontak Person:

Beny Iskandar
081361020222

latHIVa IAIN SU

Pendidikan
Jln. IAIN no. 1 Medan
Sebaya Anak
Muda
ramazait@hotmail.com
Drs. Achmad
Ramadhan, MA
081370028247

Kontak Person:

sahiva@sahiva.or.id atau
dodoisidodoi@yahoo.com
(061)
4532475

Puskesmas Layanan IMS dan VCT


01

02

03

04

Puskesmas
Padang Bulan
Kontak Person:

Puskesmas
Kerasaan
Kontak Person:

Puskesmas
Datuk Bandar
Kontak Person:

Puskesmas
Stabat
Kontak Person:

05

06

Komite HKBP
Tobasa
Kontak Person:

Puskesmas
Bandar Baru
Kontak Person:

Layanan klinik
dr. Rehulina
Ginting: 06177806650,
081375342365,
Nelly: 081375
060122
Layanan klinik
dr. Jon
Pangarapan
Saragih:
081361040687,
Roganda:
081361 384680
Layanan klinik
drg. Rinto
Prabowo:
081578714840,
Budi
Nurdiana:
081361644001
Layanan klinik

dr. H.
Mulianto:
08126055737,
Linda Niarti:
081361 690166
Layanan klinik

Jl. Jamin Ginting Padang


Bulan Komplex Pamen

061 8223282

Jl. Pematang Bandar No


4 Kerasaan 21186
puskesmas_kerasaan@
yahoo.com

Jl. H. Adlin Sidin Tanjung


Balai
datukbandar@yahoo.co.id
rintoprabowo@yahoo.com

Jl. Palang Merah


Keluarahan Kuala Binge,
Kec. Stabat Langkat
Infeksi Menular
Seksual_stb@yahoo.co.id

061 - 891
0027

Jl. Gereja No. 17 Balige

0632 322635

Matilda:
081375017094.
Tamba Tua:
081376 15 5955
Layanan klinik
Jl. Jamin Ginting Bandar
Baru
dr. Sabarita
Devi: 081531
19544, Sri
Damayanti:
081264 79582

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Rumah Sakit Peduli AIDS

NO

Rumah Sakit

Alamat

Telp/Fax

Rumah Sakit Adam


Malik

Jln. Bunga Lau


No. 17
dr. Yosia Ginting
(0811612215)

Telepon:
061 - 8360381
Fax: 061 - 8360255

Rumah Sakit Haji


Medan

Alamat : Jln.
Rumah Sakit Haji
Medan Estate
Contact Person :
a. dr. H. Jamaludin
Hp. 0811613629
b. Rosdiana, AMK
c. Suryani, AMK

Telepon : 061 6619520, 6619521


(Ext 189)
Fax : 061 - 6619519

Alamat : Jln.
Gereja No. 17
Balige
Contact Person :
Matilda
Nainggolan:
081375017094

Telepon: 0632 21043, 21270


Fax : 0632 - 21891

Jl. Prof. Moh.


Yamin SH 47,
Medan

061-4521198
061-4521223

Jl. KH Wahid
Hasyim No. 1,
Medan
dr. Zulkhairi :
08126547649

061-815990

Rumah Sakit HKBP


Balige

Rumah Sakit Pirngadi

Rumah Sakit
Bhayangkara

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

GUBERNUR SUMATERA UTARA


SURAT KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARA
NOMOR: 23/166o K
TENTANG
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA HIV/AIDS
PADA LEMBAGA PEMASYARAKATAN, RUMAH TAHANAN NEGARA
DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2006
GUBERNUR SUMATERA UTARA
Menimbang :

a.

b.

c.

Mengingat

1.

bahwa penyebaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba sudah


mencapai taraf yang mengkhawatirkan tidak terkecuali pada Lembaga
Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara;
bahwa untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS dan
penyalahgunaan narkoba di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan
Negara tersebut perlu disusun perencanaan dan langkah-langkah
terpadu agar dapat berhasil guna dan berdaya guna;
bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu
membentuk Kelompok Kerja HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan/
Rumah Tahanan Negara/di Wilayah Sumatera Utara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang


KUHAP;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1995 tentang
Kesehatan;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika;
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika;
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia;
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara RI;
8. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Otonomi Daerah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
KUHAP;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Napi/Tahanan Pemasyarakatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Napi/Tahanan Pemasyarakatan;
12. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1994 tentang
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA);

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

13. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang


Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika,
Psikotropika, Prekusor dan Zat Adiktif lainnya
14. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.07.03
Tahun 2003 tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika;
15. Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI Nomor E.04.PR.09.03
Tahun 2004 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penanggulangan
HIV/AIDS di LAPAS/RUTAN di Lingkungan Direktorat Jendral
Pemasyarakatan;
16. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua
Komisi Penanggulangan AIDS Nomor 9/Kep/Menko/Kesra/IV/1994
tentang Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS;
17. Keputusan Bersama Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nomor
20/KEP/MENKO/KESRA/XII/2003 dan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN)
Nomor b/01 /XII/2003/BNN tentang Pembentukan Tim Nasional Upaya
Terpadu Pencegahan Penularan HIV/AIDS dan Pemberantasan
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Dengan Cara
Suntik.

MEMUTUSKAN
PERTAMA

KEDUA

Para yang namanya tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini


ditunjuk sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS pada Lembaga
Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2006;
Dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota Kelompok Kerja HIV/AIDS
pada Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara di Wilayah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 tetap berpedoman pada ketentuan
yang berlaku dan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada
Gubernur Sumatera Utara;

KETIGA

Semua biaya yang ditimbulkan oleh Keputusan ini dibebankan kepada


Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam dan luar negeri;

KEEMPAT

Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan


apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diadakan
perbaikan
Ditetapkan di : Medan
Pada Tanggal : 24-7-2006
GUBERNUR SUMATERA UTARA

DRS. RUDOLF M. PARDEDE


Tembusan:
1. Komisi Penanggulangan AIDS Pusat di Jakarta
2. Departemen Hukum dan HAM RI di Jakarta
3. Departemen Kesehatan RI di Jakarta
4. Pangdam I BB di Medan
5. Kapoldasu di Medan
6. Ka. Dinas Kesehatan Provsu
7. KPAND-SU di Medan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Lampiran : KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA UTARA


NOMOR : 43/166o K
TANGGAL : 24 JULI 2006

NO

NAMA/JABATAN

KEDUDUKAN DALAM TIM

Kepala Divisi Pemasyarakatan


Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Kantor Wilayah Sumatera
Utara

KETUA I

A. Ramadhan (Komite Penanggulangan


AIDS/HIV Nasional Daerah Sumatera
Utara)

KETUA II

Direktur Narkoba Kepolisian Daerah


Sumatera Utara/Badan Narkotika
Provinsi Sumatera Utara

KETUA III

Kepala Bidang Perawatan dan Bina


Khusus Narkotik Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah
Sumatera Utara

SEKRETARIS

Lukas Tarigan Departemen Hukum dan


Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah
Sumatera Utara

WAKIL SEKRETARIS 1

Fachnita Fachrudin (GALATEA)

WAKIL SEKRETARIS 2

Jefri Pohan Departemen Hukum dan


Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah
Sumatera Utara

BIDANG PENCEGAHAN

Andi Ilham Lubis (KOMITE


PENANGGULANGAN AIDS/HIV
NASIONAL DAERAH SUMATERA.
UTARA)

BIDANG PENCEGAHAN

Sumihar Sinaga (KEPOLISIAN


DAERAH SUMATERA UTARA)

BIDANG PENCEGAHAN

10

Anas Harahap (KESDAM I BUKIT


BARISAN)

BIDANG PENCEGAHAN

I1

Sukarni (DINAS KESEHATAN


PROP. SUMATERA UTARA)

BIDANG PENANGANAN

Drg. Ety Lamurti (DOKKES


POLDASU)

BIDANG PENANGANAN

13

Dr. Sakti Siregar (KOMITE


PENANGGULANGAN AIDS/HIV
NASIONAL DAERAH SUMATERA
UTARA)

BIDANG PENANGANAN

14

Dr. Lalita (RUMKIT DAM I BUKIT


BARISAN)

BIDANG PENANGANAN

I5

Toton Kaban (MEDAN PLUS)

BID. PERAWATAN LANJUTAN

16

KEPALA BAPAS MEDAN

BID. PERAWATAN LANJUTAN

17

Drs. Zulkhairi sppd


(RS. BHAYANGKARA)

BID. PERAWATAN LANJUTAN

12

GUBERNUR SUMATERA UTARA

DRS. RUDOLF M. PARDEDE

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai