Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan staging dan grading

Staging
Melihat ukuran, jumlah, dan lokasi dari setiap tumor, untuk melihat apakah kanker telah
menyebar jauh.
The TNM Sistem
The American Komite Bersama Kanker (AJCC) dan Uni Internasional untuk Pengendalian
Kanker (UICC) mempertahankan sistem TNM klasifikasi sebagai alat bagi dokter untuk
mengetahui berbagai jenis kanker berdasarkan standar tertentu. Ini ditinjau setiap 6 sampai 8
tahun untuk memasukkan kemajuan dalam pemahaman kita tentang kanker.
Dalam sistem TNM, kanker setiap diberi huruf atau angka untuk menggambarkan tumor, simpul,
dan metastasis.

T. Ini didasarkan pada ukuran tumor (primer) asli dan apakah telah tumbuh menjadi

jaringan di dekatnya.
N singkatan untuk n ode. Ini memberitahu apakah kanker telah menyebar ke kelenjar

getah bening di dekatnya


M singkatan m etastasis . Ini memberitahu apakah kanker telah menyebar ke bagian
tubuh yang jauh

Kategori T menggambarkan tumor asal (primer). Ukuran tumor biasanya diukur dalam
sentimeter atau cm (2 cm = sekitar 1 inci) atau milimeter atau mm (10 mm = 1 cm).

TX berarti tumor tidak dapat diukur.


T0 berarti tidak ada bukti tumor primer (tidak dapat ditemukan).
Tis berarti bahwa sel-sel kanker hanya tumbuh di lapisan dangkal sebagian besar
jaringan, tanpa berkembang menjadi jaringan yang lebih dalam. Hal ini juga dapat
disebut di situ atau kanker pra-kanker.

Angka setelah T - T1, T2, T3, T4 dan - menggambarkan ukuran tumor dan / atau jumlah
menyebar ke struktur di dekatnya. Semakin tinggi angka T, semakin besar tumor dan / atau
lebih itu telah tumbuh menjadi jaringan di sekitarnya.
Kategori N menjelaskan apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.

NX berarti kelenjar getah bening di dekatnya tidak dapat dievaluasi.


N0 berarti kelenjar getah bening di dekatnya tidak mengandung kanker.

Bilangan setelah N - N1, N2, N3 dan - menggambarkan ukuran, lokasi, dan / atau jumlah
kelenjar getah bening yang terlibat. Semakin tinggi jumlah N, kelenjar getah bening makin
banyak yang mengandung kanker.
Kategori M mengatakan apakah ada metastasis jauh (penyebaran kanker ke bagian lain dari
tubuh).

MX berarti metastasis tidak dapat dievaluasi.


M0 berarti bahwa tidak ada penyebaran kanker jauh ditemukan.
M1 berarti bahwa kanker telah menyebar ke organ jauh atau jaringan (metastasis jauh
ditemukan).

Grading
Untuk mengklasifikasikan sel-sel kanker dalam hal bagaimana sel kanker terlihat normal di
bawah mikroskop/biopsy dan seberapa cepat tumor tumbuh menyebar.

Staging
Menurut AJCC

Primary Tumor (T)


TX TO Tis T1 T2 -

Primary Tumor not assessable


No evidence of Primary Tumor
Carcinoma in situ
Tumor confined to the nasopharynx
Tumor extending to soft tissue of oropharynx and/or nasal fossa
T2A without parapharyngeal extension

T3 T4 -

T2B with parapharyngeal extension


Tumor invading bone structures and/or paranasal sinuses
Tumor with intracranial extension and/or involvement of cranial
nerves, infratemporal fossa, hypopharynx, or orbit

Regional lymph node (N)


NX N0 N1 -

Regional lymph node not assessable


No regional lymph node metstasis
Unilateral metastasis in lymph node(s), 6 cm or less in greatest
dimension, above the supraclavicular fossa.

N2 -

Bilateral metastasis in lymph node(s), 6 cm or less in greatest

N3 -

dimension, above the supraclavicular fossa.


Metastasis in lymph node(s)
N3A greater than 6 cm in
dimension
N3B

extension

to

the

supraclavicular fossa

Distant Metastasis (M)


MX M0 M1

Distant metastasis not assessable


No distant metastasis
Distant metastasis
Stage Grouping

Stage 0
Stage I
Stage IIA
Stage IIB

Stage III

Stage IVA
Stage IVB
Stage IVC

Tis
T1
T2A
T1
T2
T2A
T2B
T2B
T1
T2A
T2B
T3
T3
T3
T4
T4
T4
Any T
Any T

N0
N0
N0
N1
N1
N1
N0
N1
N2
N2
N2
N0
N1
N2
N0
N1
N2
N3
Any N

M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1

Rhinoscopy Posterior
Untuk melihat bagian belakang hidung dilakukan pemeriksaan rinoskopi posterior sekaligus
untuk melihat keadaan nasofaring.

Untuk melakukan pemeriksaan rinoskopi posterior diperlukan :

spatula lidah yang telah dihangatkan dengan api lampu spiritus untuk memberi
kenyamanan kepada pasien dibagian lidah.

kaca nasofaring yang telah dihangatkan dengan api lampu spiritus untuk mencegah
udara pernafasan mengembun pada kaca.

Lampu kecil dikepala


Solusio tetrakain (- efedrin 1%). Khusus pasien yang sensitif, sebelum pemeriksa masukkan spatula,
pemeriksa berikan lebih dahulu tetrakain 1% 3-4 kali dan tunggu 5 menit untuk memberi
kenyamanan lidah kepada pasien.

Sebelum kaca ini dimasukkan, suhu kaca dites dulu dengan menempelkannya pada kulit
belakang tangan kiri pemeriksa.
Cara kerja Rhinoscopy Posterior :
1. Tekanan spatula yang berikan pemeriksa terhadap punggung lidah pasien haruslah seoptimal mungkin.
Tekanan yang terlalu kuat akan menimbulkan sensasi nyeri pada diri pasien. Sebaliknya tekanan yang
terlalu lemah menyebabkan faring tidak terlihat jelas oleh pemeriksa. Posisi spatula hendaknya pemeriksa
pertahankan pada tempat semula. Gerakan kepala pasien berpotensi menggeser posisi spatula. Posisi
spatula yang terlalu jauh ke pangkal lidah apalagi sampai menyentuh dinding faring dapat menimbulkan
refleks muntah.
2. Cara fiksasi spatula memiliki cara tersendiri. Ibu jari pemeriksa berada dibawah spatula. Jari II dan III
berada diatas spatula. Jari IV kita tempatkan diatas dagu sedangkan jari V di bawah dagu pasien.
3. Cara bernapas yang tidak seperti biasa menjadi kendala tersendiri bagi pasien. Pasien diminta
membuka mulut, lidah dua pertiga anterior ditekan dengan spatula lidah. Pasien bernafas
melalui mulut supaya uvula mengangkat ke atas dan kaca nasofaring yang menghadap ke
atas dimasukkan melalui mulut, ke bawah uvula sampai nasofaring. Setelah kaca berada

di nasofaring pasien diminta untuk bernafas biasa melalui hidung, uvula akan turun
kembali dan rongga nasofaring terbuka. Mula-mula diperhatikan bagian belakang septum
dan koana. Kemudian kaca diputar ke lateral sedikit untuk melihat konka superior, konka
media, dan konka inferior serta meatus superior dan meatus media. Kaca diputar lebih ke
lateral lagi sehingga dapat diidentifikasi torus tubarius, muara tuba eustachius, dan fosa
rosenmuller, kemudian kaca diputar ke sisi lainnya. Daerah nasofaring lebih jelas terlihat
bila pemeriksaan dilakukan dengan memakai nasofaringoskop.

Webers Test

Method
Gagang penala (tuning fork) yang bergetar ditempelkan ditengah dahi dan
pasien diminta melaporkan apakah suara terdengar di telinga kiri, kanan, atu
keduanya.

Interpretation

Kenapa serum albumin menurun pada neoplasma

Respon inflamasi sitemik, sitokin tumor proinflamasi dan GH dilepas dan memiliki efek
katabolic mendalam pada metabolism host. Interleukin 6 yang diproduksi oleh tumor (sel
sekitarnya, merangsang produksi hati fase akut reaksi protein (seperti c reactive protein (crp) dan
fibrogen).
Konsentrasi rendah albumin serum mungkin karena produksi sitokin seperti IL-6, yang
memodulasi produksi albumin oleh hepatosit. Atau tumor necrosis factor dapat meningkatkan
permeabilitas microvascular, sehingga memungkinkan suatu bagian transcapillary meningkatkan
alkbumin.
Adanya sel tumor mikrometastasis di hati dapat menyebabkan sel kuffer untuk menghasilkan
sitokin (IL6, IL-6 ve TNF) yang dapat memodulasi sintesis albumin oleh hepatosit.

Anda mungkin juga menyukai