Anda di halaman 1dari 3

NAMA : M.

ARMANDO YUSAROMI
NIM

: 06121406013
Etika dalam perspektif administrasi Pendidikan

Guru adalah merupakan suatu profesi yang sangat mulia, dan juga sebagai pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan menengah. Sedangkan administrasi bisa juga dikatakan kepada administrasi
pendidikan yaitu suatu keseluruhan aktivitas yang langsung dalam proses perencanaan,
pengorganisisasian, pengarahan, pengawasan yang dilakukan untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Oleh karena itu, kita sebagai guru harus mempunyai etika terhadap pegawai administrasi yaitu guru harus
mempunyai ras kekeluargaan dan mencegah hal-hal yang dapat mengganggu martabat masing-masing
terhadap pegawai administrasi, bersikap terbuka dan demokratis, bersikap toleran dalam menyelesaikan
musyawarah dan mempunyai ikatan moral dan bersifat koperatif edukatif terhadap pegawai administrasi.
Untuk lebih jelasnya pemakalah akan membahas tentang etika guru terhadap pegawai pada pembahasan
berikutnya berikutnya. ETIKA GURU TERHADAP PEGAWAI ADMINISTRASI I. Pembahasan
Guru adalah merupakan suatu profesi yang sangat mulai. Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru,
yaitu pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan menengah. Sedangkan administrasi bisa saja
dikatakan kepada administrasi pendidikan yaitu suatu keseluruhan aktivitas yang dilangsung dalam proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan yang dilakukan untuk tercapainya tujuan
pendidikan.[1]

Menurut Dr. Mohd. Ahmad Al Ganna, menyatakan administrasi pendidikan adalah

sejumlah proses yang melaluinya dapat dipersiapkan tenaga manusia, material serta memobilikasikannya
dengan sempurna untuk mencapai tujuan-tujuan aparat yang ada padanya.

Dari uraian di atas

dapatlah dinyatakan bahwa administrasi pendidikan : proses kegiatan bersama meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pelaoran, pengawasan / surpervisi, pembiayaan dengan
menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik personal, materia, mental spiritual, waktu
dan prosedural untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.[2] II. Pentingnya Partisipasi
Guru Dalam Administrasi Pendidikan

Untuk itu partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat

penting dan menjadi keharusan, partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatankesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi
dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.

Banyak usaha-usaha

pembaharuan telah dijalankan. Seperti dalam bentuk dan isi kurikulum, cara-cara atau metode-metode
mengajar yang extra-kurikuler dan sebagainya, tetapi semua itu tidak hanya mendatangkan hasil yang

sedikit sekali dan kadang-kadang tidak kelihatan sama sekali hasilnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh
adanya koservatisme dan sifat-sifat tradisional di dalam praktek kehidupan pendidikan yang sangat kuat,
juga disebabkan karena kurang / tidak diikutsertakannya guru-guru dalam usaha-usaha pembaharuan
pendidikan.[3] III. Fungsi Administrasi Pendidikan

Fungsi administrasi pendidikan terutama

dalam konteks sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan sekolah
menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan administrasi pendidikan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian
usaha, mulai dari perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya
fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha itu (Longe neeker,
1964). Oleh karena itu, fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama
untuk mencapai tujuan pendidikan itu.[4] IV. Peranan Guru Dalam Administrasi Pendidikan
Peranan guru dalam administrasi adalah mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan
tertentu yaitu sekolah, karena sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan disamping sekolah,
sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami
apa yang terjadi dilingkungan kerjanya.

Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi

sekolah. Sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya
telah ditetapkan. Dalam lingkup admninistrasi sekolah itu peranan guru amat penting. Dalam menetapkan
kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah,
keuangan dan hubungan sekolah masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran
maupun tenaganya. Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan
yang dilakukan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah
termasuk guru harus terlibat.

Tenaga kependidikan yang akan ditugaskan untuk bekerja sebagai

pengelola satuan pendidikan dan pengawasan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipilih dari
kalangan guru. Ini berarti, bahwa selain peranannya untuk menyukseskan kegiatan administrasi di
sekolah, guru perlu secara sungguh-sungguh menimba pengalaman dalam administrasi sekolah, jika
karier yang ditempuhnya nanti adalah menjadi pengawas kepala sekolah atau pengelola satuan
pendidikan.[5]

Sehubungan dengan itu maka guru tenaga profesional memerlukan pedoman-

pedoman atau kode etik guru agar terhindar dari segala penyimpangan. Adapun kode etik guru terhadap
pegawai administrasi adalah sebagai berikut : 1.

Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha

hanya terjamin oleh kedudukan kepala sekolah di dalam sistem kelembagaan sekolah. 2.

Setiap

guru berkewajiban untuk selalu memelihara semangat corps dan meningkatkan rasa kekeluargaan dengan
pegawai tata usaha dan mencegah hal-hal yang dapat mengganggu martabat masing-masing. 3.
Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis dalam hubungannya dengan pegawai tata usaha dan

sanggup menempatkan diri sesuai dengan hirarki jabatan. 4.

Setiap guru hendaknya bersikap

toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan yang timbul atas dasar musyawarah dan mufakat demi
kepentingan bersama. 5.

Hubungan antara guru dengan pegawai tata usaha hendaknya merupakan

ikatan moral dan bersifat koperatif edukatif. 6.

Guru juga harus memiliki kejujuran terhadap

pegawai tata usaha.[6] V. Kode Etik Administrasi Pendidikan

Sebagaimana telah diungkapkan

pada pembahasan terdahulu bahwa administrasi adalah proses kegiatan bersama meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pelaporan, pengawasan / surpervisi, pembiayaan untuk
mencapai tujuan-tujuan aparat yang ada padanya. Kode etik kepala sekolah 1.

Kepala sekolah

harus menjadi contoh di dalam mewujudkan pribadi yang pancasilais bagi yang dipimpinnya. 2.
Harus selalu bersifat sopan, tegas, bijaksana, kritis dan demokratis. 3.

Harus mampu memberikan

perangsang yang positif dalam hal pengabdian dan kemauan bekerja sebab kepala sekolah merupakan
titik pusat lingkungan pergaulan sekolah. 4.

Bekerja sama antara guru-guru dan pegawai

administrasinya serta berusaha meningkatkan kemampuan untuk menjadi guru-guru dan pegawai sebagai
pembantu tekhnis sehingga mereka bekerja lebih baik.[7] PENUTUP

Dari uraian diatas dapat

dijelaskan bahwa guru adalah merupakan pendidik profesional dngan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih peserta didik pada pendidikan, sedangkan administrasi adalah bisa
jug dikatakan dengan administrasi pendidikan yaitu sejumlah proses yang melaluinya dapat dipersiapkan
oleh manusia, material dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik personal, material, mental spiritual
dengan sempurna untuk mencapai tujuan-tujuan yang akan dicapai.
administrasi adalah sebagai berikut : 1.
kedudukan kepala sekolah. 2.

Guru dengan pegawai tata usaha harus terjamin oleh

Mempunyai rasa kekeluargaan dan mencegah hal-hal yang dapat

mengganggu martabat masing-masing. 3.


toleran dalam menyelesaikan musyawarah. 5.
edukatif.

Kode etika guru terhadap

Bersikap terbuka dan demokratis 4.

Bersikap

Mempunyai ikatan moral dan bersifat koperatif

Anda mungkin juga menyukai