Anda di halaman 1dari 8

MODUL 2

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN TERPADU


BAB I
A. PENDAHULUAN
Secara psikologis seorang anak berkembang secara holistik atau menyeluruh, artinya
terdapat kaitan yang sangat erat antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek
perkembangan yang lainnya, aspek perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh aspek perkembangan lainnya. Setiap aspek perkembangan saling tergantung dan tidak
dapat berdiri sendiri. Karakteristik tersebut memberikan dampak terhadap pola pembinaan
terhadap anak. Oleh karenanya, para pendidik harus mengorganisasikan kurikulum atau
kegiatan pembelajaran secara tepat sehingga hasil yang diharapkan akan dicapai secara
optimal. Lalu, kurikulum yang bagaimanakah yang dapat memfasilitasi karakteristik
tersebut?
Dalam kaitannya dengan karakteristik tersebut maka pengembangan kurikulum anak usia
dini seyogianya dapat mengembangkan potensi anak secara utuh, meliputi potensi kognitif,
sosial-emosional, bahasa, moral, fisik-motorik, dan seni. Pendapat ahli yang mendukung
pernyataan tersebut dikemukakan oleh Eliason dan Jenkins (1994) yang menyatakan bahwa
kurikulum harus memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan aspek
perkembangan kognitif, hubungan sosial yang sehat, perkembangan emosi, dan fisik. Nana
Syaodih S (dalam Ocih Setiasih, 2005) mengemukakan bahwa kurikulum yang demikian
menggambarkan Kurikulum Humanistik yaitu kurikulum yang menekankan integrasi,
dimana kesatuan perilaku bukan saja bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
Dengan demikian, kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh dan
tidak terpenggal-penggal.
B. LATAR BELAKANG
Anak usia TK, melihat dirinya sebagai pusat lingkungan yang merupakan suatu
keseluruhan yang belum jelas unsur-unsurnya. Oleh karena itu, cara pengemasan pengalaman
belajar yang dirancang untuk anak sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman
tersebut bagi anak. Pengalaman belajar yang menunjukkan keterkaitan antara setiap bidang
pengembangan akan meningkatkan peluang terjadinya pembelajaran yang lebih efektif dan
lebih bermakna (meaningful learning).
Seiring dengan pemikiran yang telah dikemukakan maka model pembelajaran yang
paling sesuai dalam upaya pencapaian yang optimal pada semua aspek perkembangan anak
adalah model pembelajaran terpadu yang disajikan berdasarkan tema-tema belajar. Eliason
dan Jenkins (dalam Ocih Setiasih, 2005) mengemukakan bahwa tema dalam kurikulum
terpadu memudahkan anak membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada di
lingkungannya.
Kegiatan pembelajaran yang memisahkan secara tegas penyajian kegiatannya, hanya
akan membuahkan kesulitan bagi setiap anak karena hal seperti hanya akan memberikan
pengalaman belajar yang bersifat artifisial atau pengalaman belajar yang dibuat-buat. Oleh
1

karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan TK, harus memperhatikan
karakteristik anak yang berkembang secara holistik atau menyeluruh sehingga anak akan
menghayati pengalaman belajarnya sebagai satu kesatuan yang utuh.
C. RUMUSAN MASALAH
Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan seorang untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak.
Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan
membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi anak untuk melihat dan membangun
konsep-konsep di lingkungannya yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran
terapadu akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami masalah yang
kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh dan anak
diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan
menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna.
Sesungguhnya kegiatan pembelajaran di TK sudah menerapkan pembelajaran terpadu
dan menggunakan tema sebagai pusat dalam kegiatannya. Namun demikian, sebagai seorang
guru yang profesional, kami harus dapat menguasai konsep dasar dari apa yang telah kami
lakukan sehari-hari.
Dalam kurikulum D-II PGTK Universitas terbuka, kami telah mempelajari berbagai
metode pengembangan yang terdiri dari mata kuliah Metode Pengembangan Kognitif,
Metode Pengembangan Sosial- Emosional, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai
Agama, Metode Pengembangan Bahasa, Metode Pengembangan Fisik, serta Metode
Pengembangan Seni. Keenam metode pengembangan tersebut kami pelajari satu persatu
secara mendalam, akan tetapi dalam pelaksanaan di TK seperti kita ketahui tidak ada
pemisahan penyajian kegiatannya dalam pembelajaran, semuanya disajikan dalam satu
kesatuan yang utuh. Keahlian memadukan kesemua bidang pengembangan tersebut dangat
diperlukan oleh seorang guru TK. Kemampuan tersebut akan Kami dapatkan pada mata
kuliah ini.
D. TUJUAN PENULISAN
Kami akan mengkaji lebih mendalam tentang pembelajaran terpadu sehingga kami dapat
yakin benar bahwa yang kami lakukan selama ini ada alndaasan keilmuannya.
Pada modul 2 ini, kami akan mengkaji tentang hakekat pembelajaran terpadu yang terdiri
dari pengertian dan karakteristik pembelajaran terpadu, landasan filosofis, landasan
psikologis dan landasan praktis yang mendasari munculnya pembelajaran terpadu, fungsi dan
prisnsip pembelajaran terpadu, serta berbagai model pembelajaran terpadu. Untuk
mempermudah kami mempelajarinya maka pembahasan pada modul ini dikemas dalam 2
kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar 1
: Hakikat Pembelajaran Terpadu yang terdiri dari Pengertian,
Karakteristik, serta Landasan Filosofis, Psikologis dan Praktis,
Prinsip dan Manfaat Pembelajaran Terpadu.
Kagiatan Belajar 2

: Model- Model Pembelajaran Terpadu


2

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan kami dapat menjelaskan konsep dasar
pembelajaran terpadu, dan secara lebih khusus, setelah mempelajari modul ini kami
diharapakan dapat menjelaskan tentang:
1. pengertian pembelajaran terpadu;
2. karakteristik pembelajaran terpadu;
3. landasan yang mendasari lahirnya pembelajaran terpadu;
4. fungsi dan prinsip pembelajaran terpadu;
5. model-model pembelajaran terpadu.
BAB III PEMBAHASAN
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKIKAT PEMBELAJARAN TERPADU
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TERPADU
Pembelajaran terpadu adalah pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan kegiatan ke dalam semua bidang pengembangan, meliputi aspek
kognitif, sosial-emosional, bahasa, moral dan nilai-nilai agama, fisik-motorik, dan seni. Tema
adalah ide pokok sehingga pembelajaran terpadu atau pembelajaran tema merupakan
pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide pokok tentang anak dan lingkungannya.
Fokus perhatian pembelajaran terpadu terletak pada proses yang ditempuh anak saat
berusaha memahami isi dan kegiatan pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk
keterampilan yang harus dikembangkannya (Aminuddin, 1994). Berdasarkan hal tersebut
maka pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai:
1. suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang pengembangan
yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling anak sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan anak;
2. suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak;
3. merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang pengembangan
yang berbeda, dengan harapan anak akan belajar dengan labih baik dan bermakna.
B. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TERPADU
Hendrik (1986) dalam Ocih Setiasih (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu
membantu anak mengembangkan semua pemikirannya secara langsung dalam proses belajar
mereka. Osborn and Osborn (1983) mengemukakan bahwa melalui program pembelajaran
yang didasarkan pada tema, anak-anak membangun hubungan yang utuh di antara informasi
yang terpisah-pisah untuk akhirnya membentuk konsep yang lebih rumit dan lebih abstrak.
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN TERPADU
Dalam proses penggalian tema-tema perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagi berikut.
(disarikan dari Bredekamp, 1988 dan Kostelnik, 1991)

1. Tema harus berorientasi pada usia, perbedaan individu, dan karakteristik sosial budaya
anak.
2. Tema harus berkaitan langsung dengan pengalaman nyata anak dan harus dikembangkan
berdasarkan hal-hal yang telah mereka ketahui dan apa yang ingin mereka ketahui.
3. Setiap tema harus menyajikan konsep-konsep yang dapat diselidiki oleh anak. Perolehan
konsep melalui penyelidikan yang dilakukan anak harus dimulai dengan kegiatan
pengalaman konkret.
4. Setiap tema harus didukung oleh suatu pengetahuan yang telah diteliti secara cermat.
5. Tema harus mengintegrasikan materi dengan kegiatan.
6. Informasi yang berhubungan dengan tema harus disampaikan kepada anak melalui
pengalaman langsung yang melibatkan penemuan aktif.
7. Kegiatan yang berhubungan dengan tema harus menggambarkan bidang pengembangan
yang beragam.
8. Tema harus memungkinkan dapat dilaksanakan melalui kegiatan proyek yang diprakarsai
anak.
9. Tema harus memberikan kesempatan kepada anak untuk merefleksikan apa yang telah
mereka ketahui.
10. Tema harus dapat diperluas atau diperbaiki sesuai dengan minat dan pemahaman yang
ditunjukkan anak.
11. Mengakomodasi kebutuhan anak untuk bergerak, berinteraksi sosial, kemandirian dan
harga diri yang positif.
12. Menyediakan kesempatan bermain untuk menterjemahkan pengalaman ke dalam
pemahaman.
13. Menghargai perbedaan individual, latar belakang budaya, dan pengalaman keluarga anak
yang di bawa ke dalam kelas.
D. LANDASAN PEMBELAJARAN TERPADU
Landasan-landasan yang perlu mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu di TK, meliputi landasan fislosofis, landasan psikologis dan landasan praktis (Asep
Hery Hernawan, dkk., 2005). Landasan yang pertama adalah landasan filosofis, yang
berfungsi melandasai semua aspek lainnya. Landasan psikologis terutama berkaitan dengan
psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi/teori belajar. Landasan praktis berkaitan
dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi dalam proses pembelajaran saat ini
sehingga harus mendapatkan perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu.
Secara filosofis, kemunculan pembelajaran terpadu sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat berikut: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme.
1. Aliran Progresivisme beranggapan bahwa proses pembelajaran pada umumnya perlu
sekali ditekankan pada (a) pembentukan kreativitas, (b) pemberian sejumlah kegiatan, (c)
suasana yang alamiah(natural), dan (d) memperhatikan pengalaman anak. Dengan kata
lain, proses pembelajaran itu bersifat mekanistis (Ellis, 1993) aliran ini memandang
bahwa dalam proses belajar, anak sering dihadapkan pada persoalan-persoalan yang
harus mendapatkan pemecahan atau bersifat problem solving.

2. Aliran Kontruktivisme melihat pengalaman langsung anak atau direct experiences


sebagai kunci dalam pembelajaran. Aliran kontruktivisme ini menekankan bahwa
pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
3. Aliran Humanisme melihat anak dari segi: (a) keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan
(c) motivasi yang dimilikinya.
Secara fitrah anak memiliki bekal atau potensi yang sama dalam upaya memahami
sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (a) guru bukan
merupakan satu-satunya sumber informasi, (b) anak disikapi sebagai subjek belajar yang
secra kreatif mampu menemukan pemahamannya sendiri, (c) dalam proses pembelajaran,
guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemberi motivasi, penyedia
bahan pembelajaran, dan aktor yang juga bertindak sebagai anak (pembelajar). Implikasi dari
pandangan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu (a) isi pembelajaran harus memiliki
manfaaat bagi anak secara aktual, (b) dalam kegiatan belajarnya anak harus menyadari
penguasaan isi pembelajaran itu bagi kehidupannya, dan (c) isi pembelajaran perlu
disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan pengetahuan anak.
Selain landasan filosofis diatas, pembelajaran terpadu juga dilandasan oleh beberapa
pandangan psikologis, yaitu bahwa proses pembelajaran berkaitan dengan perilaku manusia
( dalam hal ini anak). Pandangan-pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran terpadu
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pada dasarnya masing-masing anak membangun realitasnya sendiri. Dengan kata lain,
pengalaman langsung anak adalah kunci dari pembelajaran yang bermakna bukan
pengalaman orang lain (guru) yang ditransfer melalui berbagai media.
2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan mencari pola dan hubungan
antara gagasan-gagasan yang ada.
3. Pada dasarnya anak adalah individu dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan
mempunyai kesempatan untuk berkembang.
4. Keseluruhan perkembangan anak adalah terpadu dan anak melihat dirinya dan
lingkungan sekitarnya secara utuh (holistik).
E. MANFAAT PEMBELAJARAN TERPADU
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran terpadu bagi anak dan guru,
manfaat tersebut antara lain:
1. Memungkinkan anak mengeksplorasi dan mengekspresikan pengetahuan dan
keterampilannya melalui berbagai kegiatan.
2. Meningkatkan perkembangan konsep yang dimiliki anak.
3. Meningkatkan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya.
4. Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan taraf kecakapan berpikir anak.
5. Melalui pembelajaran terpadu, guru dapat meningkatkan profesionalismenya.

KEGIATAN BELAJAR 2
5

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN TERPADU


MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI TAMAN KANAK-KANAK
1. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Pendekatan pembelajaran ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian
dikembangkan menjadi sub tema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan
bidang pengembangan.
Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut.
a. Anak dan guru sama-sama menyenangi kegiatan penentuan tema.
b. Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru termasuk guru yang
belum berpengalaman.
c. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim dalam mengembangkan tema ke dalam
semua bidang pengembangan.
Kelemahan pembelajaran terapadu model jaring laba-laba sebagai berikut.
a. Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah
menyeleksi tema.
b. Adanya kecenderungan merumuskan semua tema yang dangkal dan kurang bermakna
bagi anak dan hanya sebagai tema yang artifisial.
c. Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
Model Webbed dapat digambarkan sebagai berikut.

2. Model Keterkaitan (Connected)


Model keterkaitan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan
untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain.
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterkaitan adalah sebagai berikut.
a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu bidang pengembangan, anak memiliki
keuntungan gambaran yang besar dalam suatu bidang pengembangan yang terfokus pada
satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan anak secara terus menerus sehingga terjadi
internalisasi.
6

c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu kegiatan memungkinkan anak mengkaji,


mengkonseptualisasi, memperbaiki dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan
memudahkan transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Kelemahan model pembelajaran keterkaitan adalah sebagai berikut.
a. Berbagai bidang pengembangan di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak
terkait.
b. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu bidang
pengembangan dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang
lebih global.
Gambar berikut menunjukkan model keterkaitan

3. Model Keterpaduan (Integrated)


Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antarbidang
pengembangan. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang pengembangan
dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap
saling tumpang-tindih di dalam beberapa bidang pengembangan.
Kekuatan model keterpaduan, antara lain seperti berikut ini.
a. Memudahkan anak untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan diantara berbagai
bidang pengembangan.
b. Meningkatkan pemahaman antarbidang pengembangan.
Kelemahan model keterpaduan, antara lain sebagai berikut ini.
a. Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
b. Model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap,
dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
Gambar berikut dapat memberi gambaran bentuk model keterpaduan

BAB III
A. PENUTUP
Alhamdulillah rangkuman modul 2 ini dapat kami selesaikan dengan baik. Semoga
rangkuman ini dapat kami gunakan untuk memudahkan kamu dalam mempelajari modul 1 ini
7

dengan baik dan mempraktekannya dalam pembelajaran. Dan semoga rangkuman ini juga
bisa bermanfaat bagi orang lain.
B. DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, Robin. (1991). How to Integrated the Curicula. Palatine, Ilinois: IRI/Skyligth
Publishing, Inc.
Hernawan, Asep Hery. (2005). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kostelnik, et.al.(1991). Teaching Young Children using Themes. New York: Good Year.
Mathews, Louis De Vries dan Jean Crawford. (1989). Learning Through an Itegrated
Curiculum: Approach and Guidelines. Victoria: Ministry of Education.
Setiasih, Ocih. (2005). Pembelajaran Tema di Taman Kanak-kanak. Edukid. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: UPI
________, Pusat Kurikulum. (2002). Penjelasan Umum Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2003) Kurikulum TK Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai