Analisis Pasar
Analisis Pasar
PENDAHULUAN
tentang
Pemerintahan
pemerintah daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan
meningkatkan pendapatan dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah & pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Upaya-upaya peningkatan Pendapatan Asli
Daerah ini tidak terlepas dari mekanisme sistem pemerintahan daerah yaitu kerjasama
antar Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah dengan cara pendekatan terpadu
dan tidak menghilangkan identitas, tugas serta fungsi masing-masing.
Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah yang dititip beratkan pada Daerah
Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Kota Makassar berupaya mengembangkan
mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang
potensial untuk menunjang pembangunan Daerah sekaligus untuk peningkatan mutu
pelayanan
kepada
masyarakat
termasuk
PENYEDIAAN
SARANA
dan
TAHUN
TARGET
REALISASI
1.
2006
Rp. 701.454.400
Rp. 640.783.200
PERSENTASE
(%)
91,35 %
2.
2007
Rp. 868.456.500
Rp. 762.260.600
87,78 %
3.
2008
Rp. 897.165.000
Rp. 799.004.500
89,06 %
4.
2009
Rp. 933.382.500
Rp. 756.882.500
81,09 %
5.
2010
Rp. 892.595.400
Rp. 736.836.500
82,55 %
Penulis tertarik mengangkat tema Retribusi Pasar karena melihat proporsi dari
retribusi tersebut cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang
dapat dilihat dari banyaknya pasar yang ada di Kota Makassar. Selain itu, alasan
penulis mengambil tema Retribusi Pasar dalam objek penelitian adalah ingin
mengetahui seberapa besar kontribusi Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Makassar dari penganggaran lima Tahun terakhir, disamping itu penulis
ingin mengetahui apakah pihak Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota
Makassar sudah maksimal dalam memungut Retribusi Pasar.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penulisan karya ilmiah
ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
2.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas yang telah dikemukakan sebelumnya
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan acuan
untuk digunakan sebagai berikut:
1.
Akademis
Secara akademis hasil peneliatian ini diharapkan berguna sebagai suatu karya
ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti maupaun pihak lain yang
tertarik dalam bidang penelitian yang sama.
2.
Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah khususnya Perusahaan Daerah Pasar
Makassar Raya dalam upaya peningkatan pendapatan retribusi pasar dan
memperkuat pentingnya retribusi daerah dalam membina daerah otonomi di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Pengertian Pengawasan
Pengawasan
adalah
proses
dalam
menetapkan
ukuran
kinerja
dan
menunjukkan pengawasan
itu
dengan
apa
yang
dikehendaki,
direncanakan,
atau
diperintahkan.
Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat
kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan
9
b.
c.
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan
dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin
oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk
10
Komunikasi
Komunikasi
sangat
menentukan
keberhasilan
pencapaian
tujuan
dari
Transmisi
13
Kejelasan informasi
Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan
tidak membingungkan. Kejelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi
implementasi
pada
tataran
tertentu,
para
pelaksana
membutuhkan
2.
Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi
apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi
tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya
manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya
adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar berjalan dengan efektif,
tampa sumberdaya kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.
Sumberdaya meliputi empat komponen,yaitu:
a.
b.
c.
Authority,
kewenangan
yang
cukup
untuk
melaksanakan
tugas
tanggungjawab; dan
d.
3.
Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki
disposisi yang baik, maka implementor akan menjalankan kebijakan dengan baik
seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya jika implementor
memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga akan menjadi tidak efektif.
4.
Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebiajakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
standar (standart operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi
setiap implementor dalam bertindak.
5.
Pengertian Pemungutan
Secara etimologi, pemungutan berasal dari kata pungut yang berarti menarik atau
15
Keuangan Daerah
Keuangan adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dalam mengelola keuangan
(baik penerimaan maupun pembiayaan) secara tertib, sah, hemat, berdayaguna dan
berhasilguna. Menurut Mamesah ada dua unsur penting mengenai keuangan daerah
yaitu:
1.
Semua hak dimaksudkan sebagai hak untuk memungut pajak daerah, retribusi
daerah dan/atau penerimaan dan sumber-sumber lain sesuai dengan ketentuan
yang berlaku merupakan penerimaan daerah sehingga menambah kekayaan
daerah; dan
2.
1.
Kekayaan daerah yang secara langsung dikelola oleh pemerintah daerah sesuai
dengan tingkat otonominya masing-masing serta berhubungan langsung dengan
pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab baik dalam bidang
pemerintahan maupun dalam bidang pembangunan. Pengelolaan atas penerimaan
daerah meliputi penganggaran dan penetapan target hendaknya dikaitkan dengan
potensi-potensi nyata yang dapat direalisasikan sehingga dapat diterapkan
sebagai model untuk segala pembiayaan. Demikian pula pengelolaan atas
anggaran belanja itu sendiri hendaknya direncanakan dengan baik, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku, sehingga pada
akhirnya dapat diterima pertanggungjawabannya. Sedangkan pertanggung
jawaban itu sendiri harus dapat persetujuan dari legislatif dan dari pejabat yg
berwenang untuk itu.
2.
Kekayaan milik daerah yang dipisahkan, yaitu seluruh uang dan barang yang
pengurusannya tidak dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, tetapi diselenggarakan oleh perusahaan daerah sesuai dengan undangundang tentang pemerintahan daerah dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
daerah yang berlaku (Mamesah, 1995:22).
Sumber keungan yang dapat dijadikan sasaran pemerintah daerah menurut
17
2.
Sumber yang lain adalah subsidi, bantuan langsung dari pemerintah pusat kepada
daerah;
3.
4.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah sangat
didukung oleh kemampuan keuangan daerah atau potensi keuangan daerah. Maka
sebagai tindak lanjut dari pemerintah yakni melimpahkan wewenang dan tanggung
jawab kepada pemerintah daerah yang bersangkutan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undangundang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desenrtalisasi
terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari
tiga kelompok sebagaimana di bawah:
1.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan di
pungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan, meliputi:
18
a.
Pajak daerah;
b.
c.
Hasil pengelolaan kekayaan, antara lain bagian laba dari BUMD, hasil
kerjasama dengan pihak ketiga; dan
d.
2.
Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
3.
19
4.
2.
3.
Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas jasa) secara
langsung dari pemerinatah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
4.
Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
yang dinikmati oleh orang atau badan.
5.
Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu yang
tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Nasrun, merumuskan pengertian retribusi daerah sebagai berikut:
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian
atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk
kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung
maupun tidak langsung (Riwu Kaho, 2003:171).
20
Jasa tersebut dapat dikatan bersifat langsung, yaitu hanya membayar retribusi
yang menikmati balas jasa dari Negara. Hal berarti hak mendapat jasa dari
pemerintah didasarkan pada pembayaran retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah dan dipenuhi oleh orang yang mengingkan jasa tersebut.
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia saat ini penarikan
retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi yang dipungut
di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Berdasarkan Undang-Undang No 34
Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pasal 1 angka 26, retribusi
daerah adalah:
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan(UU No. 34/2000).
Dalam hal ini, retribusi daerah tidak mencari keuntungan atas hasil tersebut.
Karena yang terpenting dari hasil retribusi adalah untuk pemeliharaan atas
kelangsungan pekerjaan, milik dan jasa masyarakat, disamping agar sarana dan
prasarana unit-unit jasapelayanan dapat ditingkatkan dan dikembangkan sebaik
mungkinsesuai dengan perkembangan masyarakat serta peradaban zaman.
Oleh karena itu, penentuan tarif retribusi daerah yang berlaku pada suatu waktu
ditetapkan untuk mencapai maksud diatas, yang wajar dan sesuai dengan imbalan
21
yang diharapkan dapat mereka peroleh karena memakai jasa atau pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah.
5.
1.
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah
sendiri;
2.
3.
4.
Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil
pungutannya dibagihasilkan dengan atau dibebani pungutan tambahan (opsen)
oleh pemerintah daerah.
Dalam ketentuan umum peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang pajak
daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pajak derah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan didaerah.
Mamesah mendefenisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan
rumah tangganya sebagai badan hukum publik (Mamesah, 1995:98).
22
Dalam sistem self assestment, wajib pajak sendiri yang menghitung, menetapkan,
menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang. Fiskus hanya berperan untuk
mengawasi, misalnya melakukan penelitian apakah Surat Pemberitahuan (SPT) telah
diisi dengan lengkap dan semua lampiran sudah disertakan, meneliti kebenaran
penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan. Untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan kebenaran data yang terdapat di SPT wajib
pajak, fiskus dapat melakukan pemeriksaan. PPh orang pribadi dan badan serta PPN
menggunakan sistem ini.
Berbeda dengan sistem self assestment, dalam sistem official assestment, fiskus
yang berperan aktif dalam menghitung dan menetapkan besarnya pajak yang terutang.
PBB menganut sistem ini, karena besarnya pajak yang terutang dihitung dan
ditetapkan oleh fiskus melalui Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT).
24
Sistem Withholding
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas dalam
menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk pengenaan
pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh negara sebagai
landasan untuk mengenakan pajak adalah:
25
2. Asas sumber, Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak
atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan
hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau
diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumbersumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan
mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan yang memperoleh
penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan pengenaan pajak adalah
objek pajak yang timbul atau berasal dari negara itu.
3. Asas
kebangsaan
atau
asas
nasionalitas
atau
disebut
juga
asas
Pajak daerah sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan dan pembangunan derah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 65
Tahun 2001, daerah Kabupaten atau Kota diberi kewenagan untuk menetapkan jenis
pajak sebagai sumber keuangan.
Jenis-jenis pajak daerah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
26
3.
Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air;
4.
5.
Pajak Pengambilan dan Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan;
6.
Pajak Hotel;
7.
Pajak Restoran;
8.
Pajak Hiburan;
9.
Pajak Reklame;
Pendapat
lain
dikemukakan
oleh
Prof.Dr.P.J.A.
Andriani
yang
telah
diterjemahkan oleh Santoso Brotodiharjo yang dikutip dalam buku Waluyo (2005;2),
yaitu:
27
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
2.
Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu pajak
balas jasa pemerintah berlaku untuk umum; seluruh rakyat menikmati balas jasa,
baik yang membayar pajak maupun yang dibebaskan dari pajak. Sebaliknya,
pada retribusi balas jasa Negara/pemerintah berlaku khusus, hanya dinikmati
oleh pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi.
3.
Sifat pungutannya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap orang yang
memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara itu, retribusi hanya berlaku
untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk.
28
4.
5.
Lembaga atau bidang pemungutnya. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah sedangkan retribusi hanya dapat dipungut oleh
pemerintah daerah.
6.
objek retribusi adalah berbagai jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya,
tetapi hanya jasa-jasa tertentuyang merupakan pertimbangan sosial ekonomi layak
dijadikan objek retribusi.
Jasa retribusi daerah tersebut dibagi menjadi tiga golongan,yaitu:
1.
Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemamfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
29
2.
Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat
disediakan oleh sector swasta.
3.
b.
c.
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan
Sipil;
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
b.
c.
d.
Retribusi Terminal;
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
b.
c.
d.
Retribusi trayek.
Golongan atau jenis-jenis retribusi jasa umun, retribusi jasa usaha, dan retribusi
perizinan tertentu ditetapkan dengan peraturan pemerintah berdasarkan criteria
tertentu. Penetapan jenis-jenis retribusi jasa umum dan jasa usahadengan peraturan
31
2.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Retribusi ketenagakerjaan
j.
7.
Pada umumnya suatu transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa
dengan uang sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi.
Dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001 menjelaskan bahwa:
33
Pasar adalah suatu area atau lokasi tertentu yang disediakan/ditetapkan oleh
pemerintah daerah sebagai tempat jual beli barang dan jasa secara langsung
dan teratur, terdiri atas pelataran,bangunan yang berbentuk kios, los dan bentuk
bangunan lainnya(Perda No.3 Tahun 2001).
Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau
retribusi perizinan tertentu.
2.
34
3.
Jasa tersebut memberikan mamfaat khusus bsgi orang pribadi atau badan yang
diharuskan untuk membayar retribusi disamping untuk melayani kepentingan dan
kemamfaatan umum.
4.
5.
6.
Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan daerah yang potensial.
7.
skripsi,2004:35).
Adapun yang menjadi subyek dari retribusi pasar adalah orang pribadi atau
badan yang menggunakan fasilitas pasar. Sedangkan obyek retribusi pasar meliputi:
1.
Penyediaan fasilitas pasar/tempat (Kios, Los, front Toko, dan Pelataran) pada
pasar yang disediakan oleh pemerintah daerah.
2.
Setiap kegiatan membongkar muatan hasil bumi, laut, ternak, dan barang
dagangan lainnya pada radius 200 meter dari pasar.
3.
Keramaian pasar.
4.
pasar dalam memenuhi anggaran daerah khususnya di Kota Makassar, maka ditunjuk
Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar untuk mengelola,
memungut, dan mengawasi jalannya retribusi tersebut.
35
8.
a.
b.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor : 9 Tahun 2000 tentang KetentuanKetentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian PD.Pasar
Makassar Raya
c.
d.
e.
f.
g.
36
h.
i.
j.
Keputusan
Walikota
Makassar
Nomor
15/S.Kep./511.2/2005
tentang
Pengesahan Tarif sewa dan Jasa Pelayanan Daerah Pasar Makassar Raya Kota
Makassar
37
B. Kerangka Konseptual
Dalam suatu pemerintahan daerah, organisasi dan manajemen yang baik tidak
cukup hanya dibarengi kewibawaan penguasa saja, akan tetapi harus juga dibarengi
dengan adanya keuangan yang baik dari pemerintah daerah yang bersangkutan.
Dalam menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, peranan keuangan
yang baik adalah sangat menentukan,sehingga jelaslah bahwa peranan keuangan
dalam pemerintahan di daerah merupakan unsur yang tidak dapat dihilangkan begitu
saja.
Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah
sangat disadari oleh pemerintah. Demikian pula alternatif cara untuk mendapatkan
keuangan yang memadai telah pula dipertimbangkan oleh pemerintah dan wakilwakil rakyat. Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
bahwa Sumber pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang
digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pelaksanaan retribusi daerah khususnya retribusi pasar sangat menunjang
peningkatan pendapatan asli daerah, dari itu pemerintah Kota Makassar membuat
Perda Nomor 8 Tahun 1996 tentang Retribusi pasar dan pusat perbelanjaan dalam
daerah tingkat II Ujung Pandang dan Perda Nomor 12 Tahun 2004 tentang
Pengurusan pasar dalam daerah Kota Makassar. Untuk melaksanakan peraturan
tersebut perlu diketahui siapa-siapa yang terlibat dalam proses implementasi, alat-alat
38
Peningkatan
Pemungutan Retribusi Pasar
Kota Makassar
Pendapatan Asli
Daerah
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi (Sikap Birokrasi dan
Pelaksana)
4. Struktur Birokrasi
39
Komunikasi
Komunikasi
sangat
menentukan
keberhasilan
pencapaian
tujuan
dari
Transmisi
Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran
komunikasi adalah salah pengertian (miskomunikasi).
40
b. Kejelasan informasi
Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan
tidak membingungkan. Kejelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi
implementasi
pada
tataran
tertentu,
para
pelaksana
membutuhkan
2.
Sumberdaya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi
apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi
tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya
manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya
adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar berjalan dengan efektif,
tampa sumberdaya kebijakan hanya tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.
Sumberdaya meliputi empat komponen,yaitu:
a. Staff yang cukup (jumlah dan mutu);
b. Informasi yang dibutuhkan;
c. Authority,
kewenangan
yang
cukup
tanggungjawab; dan
41
untuk
melaksanakan
tugas
d.
3.
Disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti
komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki
disposisi yang baik, maka implementor akan menjalankan kebijakan dengan baik
seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya jika implementor
memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan juga akan menjadi tidak efektif.
4.
Struktur Birokrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebiajakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek
struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
standar (standart operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi
setiap implementor dalam bertindak.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya
Kota Makassar, yang beralamat di Jalan Urip Sumiharjo No. 8 Makassar. Hal ini
didasarkan karena instansi tersebut diberi kewenangan untuk melakukan pemungutan
serta mengelola retribusi daerah termasuk retribusi pasar.
C. Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah Organisasi, yaitu Perusahaan Daerah
Pasar Makassar Raya Kota Makassar. Penentuan unit analisis ini didasarkan pada
tugas dan fungsi Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya sebagai pelaksana dan
bertanggungjawab terhadap proses implementasi kebijakan pemungutan retribusi
daerah
Makassar.
43
D. Informan
Penelitian mengenai pemungutan retribusi pasar di Kota Makassar ini
memerlukan informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan
masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat. Oleh
sebab itu, informan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Petugas penagih/kolektor
6.
E. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan suatu pernyataan dalam bentuk yang khusus dan
merupakan kriteria yang bias diuji secara empiris. Defenisi operasional dapat
mengukur, menghitung atau mengumpulkan informasi melalui logika empiris. Untuk
memperjelas konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka dikemukakan
defenisi operasional sebagai berikut:
1.
yang melakukan
44
2.
3.
4.
ketersediaan
sumberdaya
dalam
melaksanakan
sebuah
45
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan acuan dan literatur yang
berhubungan dengan materi dan dokumen dari Perusahaan Daerah Pasar
Makassar Raya Kota Makassar, serta karya tulis ilmiah yang berhubungan
dengan penelitian.
47
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Kios
Mini
Losd
880
880
223
348
348
530
728
728
354
753
753
107
204
204
106
106
1.829
204
880
3.019
No
Bahagian
678
Basement
basah
Basement
kering
Lantai
dasar
Lantai
satu
Kios mini
Ruko
2
3
4
Jumlah
Pedagang
1.946
Ruko
106
Jumlah
48
PKL
Keterangan
170
Dalam
325
Luar
495
2.
Saya tidak akan menembah / memperluas tempat berjualan yang telah ditentukan
dan tidak akan merubah jenis jualan tanpa izin Direktur Utama PD.Pasar
Makassar Raya.
3.
Saya setuju / bersedia sesuai kesepakatan untuk membayar sewa tenda yang
disediakan oleh PD.Pasar Makassar Raya, setiap harinya sebesar Rp.,
termasuk hari libur dan atau saya tidak berjualan sebagai konsekwensi lodis
keterkaitan saya dengan tempat berjualan tersebut.
4.
Kelalaian atas pembayaran sewa tenda dalam waktu 1(satu) minggu berturutturut saya setuju / bersedia tempat saya ditutup sementara dan apabila dalam
jangka waktu 1(satu) bulan saya belum melunasinya, maka saya setuju / bersedia
izin berjualan saya dicabut dan tempat berjualan diambil oleh PD.Pasar Makassar
Raya Kota Makassar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5.
49
6.
Saya setuju / bersedia menyediakan tong sampah atau karton tempat sampah
untuk penampungan sampah sementara dan selanjutnya membawa ke T.P.S
terdekat.
7.
Tidak akan menjadikan tempat berjualan sebagai tempat tinggal setelah selesai
kegiatan berjualan.
8.
Apabila tempat itu akan digunakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
umum lainnya saya setuju / bersedia meninggalkan tempat berjualan tersebut
tanpa menuntut ganti rugi bentuk apapun.
UNTUK SEMUA . Visi ini didasari atas kondisi pasar yang dikelola oleh
perusahaan daerah pasar Makassar raya Kota Makassar, persepsi pemerintah Kota
dan pasar mengenai pasar yang ada dengan berbagai permasalahan yang dihadapi,
menuntut adanya strategi pemberdayaan pasar agar kinerja PD.Pasar Makassar Raya
Kota Makassar meningkat di masa yang akan dating.
50
Menjamin tersedianya kebutuhan barang dan jasa yang lengkap, segar, harga
murah dan terjangkau
2.
51
3.
Strategi
Pengelolaan unit pasar yang profesional sebagai suatu badan usaha dengan
prinsip bisnis yang profesional, bertanggungjawab dalam praktek yang sehat.
Unit pasar merupakan unit terdepan atau ujung tombak dalam perusahaan
dalam menunjang terlaksana program dan kebijakan direksi.
4.
Kebijakan
Pendapatan
1). Peningkatan kinerja pendapatan
52
6.
Dengan struktur organisasi yang baik maka kerja organisasi dapat berjalan dan
mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Dydiet Handjito (2001;05), pengertian organisasi adalah :
Kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang memungkingkan
anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan secara
terpisah .
Berdasarkan pengertian diatas, menunjukan bahwa organisasi merupakan wadah
untuk bekerjasama dari sejumlah orang secara formil dalam mencapai suatu tujuan.
Dari sekumpulan orang-orang yang ada didalam organisasi diberikan tugas dan
wewenang sesuai dengan keahliannya. Maka sangat diperlukan dibentuk sebuah
53
Badan Pengawas
b.
Direksi :
Direktur Utama
Direktur Umum
c.
d.
e.
Unsur Staf :
Bagian Umum
Bagian Keuangan
54
Tabel 3
Data Pegawai yang Golongan Lingkup PD.Pasar Makassar Raya s/d Bulan Juni
Tahun 2010
No.
Organik
Jumlah Pegawai
Direksi
A1
A2
B1
14
B2
C1
23
C2
Kontrak
Jumlah
48
Tabel 4
Daftar Penempatan Tugas Karyawan PD.Pasar Makassar Raya s/d Bulan Juni
Tahun 2010
No.
Unit
Jumlah Pegawai
1.
Direksi
2.
Kabag.
55
3.
Kasubag.
10
4.
Ka. Pasar
5.
Supervisor
6.
Kaur
7.
Staf
30
8.
Kolektor
9.
Satpam
10.
Kebersihan
Jumlah
48
Tabel 5
Data Keadaan Pegawai PD.Pasar Makassar Raya Kota Makassar s/d Bulan Juni
Tahun 2010
No.
Karyawan
Jumlah Pegawai
1.
Direksi
2.
Organik
40
3.
Kontrak
4.
PNS
Jumlah
48
56
7.
pokok badan pengawas, direksi dan kepegawaian perusahaan daerah pasar Makassar
raya Kota Makassar, maka dibawah ini penjelasan mengenai rincian tugas setiap
bagian pada perusahaan daerah pasar Makassar raya Kota Makassar. Rincian
tugasnya adalah sebagai berikut :
1.
perundangundangan
yang
berkaitan
dengan
pengelolaan
Perusahaan Daerah
f. Mengkoordinir pelaksanaan pengurus asuransi atas barang inventaris milik
Perusahaan Daerah
57
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
58
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
c.
d.
59
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub. Bagian HUKUM
dan Humas
2.
60
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
b.
c.
61
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pemegang kas :
a.
b.
c.
d.
e.
62
Bendahara Gaji :
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub. Bagian Anggaran
b.
c.
63
d.
e.
f.
g.
Member saran dan pertimbangan kepada atasan dalam hal yang menyangkut
tugasnya
h.
b.
c.
d.
e.
Membuat SPP dan SKJ pengelolaan jasa produksi dan jasa lainnya
f.
g.
h.
64
b.
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
d.
e.
65
3.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
5.
b.
66
c.
d.
e.
f.
g.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
f.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Fisik dan
Prasarana
67
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Bagian rehabilitasi
b.
c.
d.
e.
f.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian fisik dan
prasarana.
Melaksanakan rencana peremajaan dan perluasan areal pasar yang telah ada
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan kota;
b.
68
c.
d.
e.
f.
g.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian fisik dan
prasarana.
b.
c.
d.
e.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala sub bagian perencanaan
fisik;
6.
69
b.
c.
d.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bagian ketertiban dan
keindahan.
70
b.
c.
d.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Bagian Kebersihan
dan Keindahan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Ketertiban dan
Keindahan
71
b.
c.
d.
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Sub Bagian Pembinaan
dan Penertiban
7.
2.
3.
b.
72
2.
3.
4.
5.
c.
2.
3.
Melaksanakan pendataan potensi pasar dan menggali potensi sumbersumber pendapatan pasar;
4.
5.
6.
7.
8.
d.
2.
3.
4.
5.
74
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Perusahaan
Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar dan Pasar Sentral Makassar, dapat
digambarkan hasil penelitian sebagai barikut :
A. Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Pasar di Kota Makassar (Studi Kasus
Pasar Sentral Makassar)
Implementasi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu kebijakan di dalam memecahkan persoalan-persoalan publik.
Selain itu juga merupakan suatu kegiatan dari proses penyelenggaraan suatu program
yang sah oleh suatu organisasi dengan menggunakan sumber daya serta strategis
tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di Kota Makassar, khususnya pasar
sentral Makassar harus sesuai dengan peraturan daerah yang sudah dibuat oleh
pemerintah daerah dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
dalam pelaksanaannya, aparat yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan retribusi
pasar, alat yang digunakan, tarif retribusi pasar, faktor penunjang serta hambatan atau
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar. Hal tersebut
perlu diketahui agar pelaksanaan pemungutan retribusi pasar dapat berjalan dengan
baik dan target yang telah ditentukan dapat terealisasi.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 tentang pembentukan
perusahaan daerah pasar Makassar raya dan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2004
75
tentang pengurusan pasar dalam daerah Kota Makassar serta Surat Keputusan
Walikota Makassar Nomor 425/S.Kep./511.2/2001 tanggal 8 Mei 2001 tentang
Penunjukan PD.Pasar Makassar Raya sebagai Pengelola Pasar Milik Pemerintah Kota
Makassar dan Perda Nomor 8 Tahun 1996 tentang pemungutan ratribusi pasar dan
pusat perbelanjaan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari pembahasan hasil wawancara yang
tentunya terkait dengan rumusan masalah yang pertama yaitu Bagaimana Pelaksanaan
Pemungutan Retribusi Pasar di Kota Makassar khususnya Pasar Setral Makassar,
antara lain :
1.
kebijakan. Begitu pula dengan pelaksanaan pemungutan retribusi pasar karena tanpa
implementer maka kebijakan ini tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu, perlu
diketahui siapa-siapa yang menjadi aktor pelaksana di dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi pasar di Kota Makassar, khususnya Pasar Sentral Makassar.
Berkenaan dengan siapa-siapa yang terlibat dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi pasar, hasil wawancara dengan Direktur Umum PD.Pasar Makassar Raya
Kota Makassar Bpk Drs.H.A.Azis Hafid yang merupakan salah satu aktor pelaksana
dari Pemungutan Retribusi Pasar di Kota Makassar :
PD.Pasar Makassar Raya yang melaksanakan kebijakan itu, dan pengelola
pasar.(Wawancara, 24 Mei 2011)
76
b.
Pengelola pasar.
2.
3.
dengan jenis fasilitasnya yang terdiri dari Ruko, Losd, Kios, Kios mini, dan Pedagang
Kaki Lima(PKL) sudah diatur dalam Perda Nomor 8 Tahun 1996 tentang retribusi
pasar dan pusat perbelanjaan. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel di bawah ini :
78
Tabel 6
Tarif Retribusi Pasar pada Pasar Sentral Makassar
LOKASI
JENIS PUNGUTAN
TARIF RETRIBUSI
a. Ruko
Rp. 3.000/Hari
b. Losd
Rp. 2.000/Hari
c. PKL
Rp. 2.000/Hari
d. Kios
Rp. 2.000/Hari
e. Kios Mini
Rp. 2.000/Hari
79
retribusi yang dipungut sudah murah karena kami cuma bayar Rp 2000, mana
lagi kami dikasi kebijakan kalau mau bayar perbulan hanya Rp 7500, tapi
banyak juga pedagang yang tidak mau bayar.(Wawancara, 9 juni 2011)
Wawancara dengan salah satu pedagang Emperan Toko yang menjual mainan
anak-anak menyatakan hal yang berbedah, yaitu:
retribusi sebaiknya tidak perlu dipungut dari pedagang emperan karena
berapaji penghasilannya, lagian kita ini tidak menetap tempat
jualannya.(Wawancara, 9 juni 2011)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dan observasi penulis, maka penulis dapat
simpulkan bahwa tarif retribusi sudah sangat murah dan tidak memberatkan pedagang
dan pemungutan retribusi dipasar sentral Makassar sudah sesuai dengan ketentuan
yang ada.
4.
80
Abdullah, 1987). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui
faktor-faktor penunjang lainnya yang mendukung terlaksananya program tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala pasar sentral Makassar Bpk
Imran ST, sehubungan dengan Faktor-faktor penunjang pelaksanaan kebijakan ini,
menjelaskan bahwa di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar tersebut tidak
ada faktor penunjang, segala sesuatunya mengacu pada Draf Perda Nomor 8 Tahun
1996 tentang retribusi pasar dan pusat perbelanjaan
5.
berjalan dengan lancer, ada banyak hambatan dan kendala yang bias saja terjadi
sehingga menimbulkan pemungutan retribusi pasar tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Kendala atau hambatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kendala yang dihadapi oleh para pelaksana di dalam pelaksanaan pemungutan
retribusi pasar sentral Makassar.
Kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang didapatkan oleh para pelaksana
di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi pasar ini, hasil wawancara dengan Wakil
Kepala Pasar Sentral Bpk Imran ST menyatakan bahwa:
kendala itu adalah katanya pedagang kurang pembeli karena banyaknya mall,
dan banyaknya beban harus dibayar karena pedagang membayar kepengelola
dan kePD Pasar, yang dibayar kepengelola itu seperti:Listrik, Cas, WC, dan
Uang Keamanan. kemudian kurangangnya kesadaran para pedagang untuk
membayar retribusi,(Wawancara, 9 juni 2011)
81
Dari hasil wawancara tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa kendala dalam
pelaksanaan pemungutan retribusi ini adalah:
1. Banyaknya beban yang harus dibayar oleh pedagang
2. Banyaknya pedagang di pasar sentral yang tidak memiliki kesadaran untuk
membayar retribusi. Untuk mengatasi hal tersebut, menurut informan maka
perlu dilakukan tindakan tegas terhadap wajib retribusi tersebut.
82
TAHUN
TARGET
REALISASI
1.
2006
Rp. 701.454.400
Rp. 640.783.200
PERSENTASE
(%)
91,35 %
2.
2007
Rp. 868.456.500
Rp. 762.260.600
87,78 %
3.
2008
Rp. 897.165.000
Rp. 799.004.500
89,06 %
4.
2009
Rp. 933.382.500
Rp. 756.882.500
81,09 %
5.
2010
Rp. 892.595.400
Rp. 736.836.500
82,55 %
83
drastis dan realisasinya hanya mencapai 81,09%, pada tahun 2010 mengalami
kenaikan lagi tapi hanya 1,46% dan realisasinya 82,55%.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf bagian penagihan yang
penulis temui langsung saat menagih retribusi di pasar sentral (tidak mau
menyebutkan namanya) menyatakan bahwa:
penerimaan retribusi tidak pernah memenuhi target karena pedagang banyak
yang tidak mau bayar retribusi.(Wawancara, 9 juni 2011)
Dari hasil wawancara dengan Wakil Kepala pasar sentral Makassar, Bpk Imran
ST menyatakan bahwa penurunan realisasi retribusi pasar pada pasarsentral Makassar
adalah disebabkan kurangnya kesadaran wajib retribusi untuk membayar retribusi
pasar.
Penerimaan dari sektor retribusi pasar sentral Makassar cukup prospek untuk
dikembangkan sebagai salah satu sumber penerimaan retribusi daerah yang
mempunyai peranan besar terhadap total penerimaan retribusi dikota Makassar.
Untuk mengetahui bagaimana sumbangan atau kontribusi pasar sentral Makassar
terhadap penerimaan retribusi pasar dikota Makassar pada 2006-2010 dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
84
Tabel 8
Kontribusi Retribusi Pasar Sentral Makassar Terhadap Total Retribusi Pasar
di Kota Makassar Tahun 2006-2010
No.
Tahun
1.
2006
Retribusi Pasar
Sentral Makassar
Rp. 640.783.200
Retribusi pasar di
Kota Makassar
Rp. 2.107.216.700
Kontribusi
(%)
30,41 %
2.
2007
Rp. 762.260.600
Rp. 3.021.486.900
25,23 %
3.
2008
Rp. 799.004.500
Rp. 3.521.692.500
22,69 %
4.
2009
Rp. 756.882.500
Rp. 3.623.327.200
20,89 %
5.
2010
Rp. 736.836.500
Rp. 4.557.388.300
16,17 %
85
Tabel 9
Kontribusi Retribusi Pasar Sentral Makassar Terhadap Total Penerimaan
Retribusi di Kota Makassar Tahun 2006-2010
No.
Tahun
1.
2006
Retribusi Pasar
Sentral Makassar
Rp. 640.783.200
Retribusi Daerah
Rp. 37.066.084.009
Kontribusi
(%)
1,73 %
2.
2007
Rp. 762.260.600
Rp. 37.972.419.441
2,01 %
3.
2008
Rp. 799.004.500
Rp. 40.966.229.794
1,95 %
4.
2009
Rp. 756.882.500
Rp. 39.161.122.319
1,93 %
5.
2010
Rp. 736.836.500
Rp. 59.728.106.724
1,23 %
Sumber data : PD.Pasar Makassar Raya dan DIPENDA Kota Makassar, 2011
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi pasar sentral
Makassar terhadap retribusi daerah dari tahun 2006-2010 tidak mengalami banyak
penurunan. Pada tahun 2006, kontribusi retribusi pasar sentral Makassar mencapai
1,73%. Sedangkan untuk tahun 2007 kontribusi retribusi pasar sentral Makassar
terhadap retribusi daerah meningkat menjadi 2,01%. Namun pada tahun 2008
mengalami penurunan dan kontribusi retribusi pasar sentral Makassar terhadap
retribusi daerah sebesar 1,95%. Selanjutnya untuk tahun 2009 penerimaan retribusi
pasar sentral Makassar terhadap retribusi daerah masih turun sebesar 1,93%. Pada
tahun 2010 masih turun lagi dan kontribusi retribusi pasar sentral Makassar terhadap
retribusi daerah hanya mencapai 1,23%.
86
Tahun
1.
2006
Retribusi Pasar
Sentral Makassar
Rp. 640.783.200
Total PAD
Rp. 120.904.263.931
Kontribusi
(%)
0,53 %
2.
2007
Rp. 762.260.600
Rp. 136.626.469.085
0,56 %
3.
2008
Rp. 799.004.500
Rp. 154.911.819.959
0,52 %
4.
2009
Rp. 756.882.500
Rp. 168.703.721.874
0,45 %
5.
2010
Rp. 736.836.500
Rp. 210.145.729.430
0,35 %
Sumber data : PD.Pasar Makassar Raya dan DIPENDA Kota Makassar, 2011
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kontribusi retribusi pasar sentral
Makassar terhadap pendapatan Asli Daerah cenderung mengalami penurunan hanya
pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,03%. Pada tahun 2006
penerimaan retribusi pasar sentral Makassar terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar
0.53%. selanjutnya pada tahun 2007 penerimaan retribusi pasar sentral Makassar
terhadap Pendapatan Asli Daerah meningkat yaitu sebesar 0,56%. Untuk tahun 2008
penerimaan retribusi pasar sentral Makassar terhadap Pendapatan Asli Daerah
menurun yaitu sebesar 0,54%, pada tahun 2009 penerimaan retribusi pasar sentral
Makassar terhadap Pendapatan Asli Daerah menurun lagi yaitu sebesar 0,45% dan
87
untuk tahun 2010 penerimaan retribusi pasar sentral Makassar terhadap Pendapatan
Asli Daerah mengalami penurunan yaitu sebesar 0,35. Namun total PAD juga
mengalami peningkatan tiap tahunnya, jadi dalam hal ini kontribusi retribusi pasar
sentral Makassar terhadap total PAD kota Makassar sudah berhasil.
Penerimaan retribusi pasar sangat menunjang dalam meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah, namun kenyataannya penerimaan retribusi pasar sentral Makassar
cenderung mangalami penurunan. Hal ini terjadi karena diiringi pula dengan
peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar. Selain itu,
disebabkan karena kurangnya kesadaran wajib retribusi untuk membayar retribusi
pasar, dan juga masalah pelaksanaan pemungutan retribusi pasar yang masih perlu di
tingkatkan.
Komunikasi
Komunikasi
sangat
menentukan
keberhasilan
pencapaian
tujuan
dari
atas apa yang mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik,
sehingga
setiap
keputusan
kebijakan
dan
peraturan
implementasi
harus
dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang
dikomunikasikanpun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar
para pembuat kebijakan dan para implementer kebijakan pemungutan retribusi pasar
tersebut akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan
diterapkan dalam wajib retribusi.
Terdapat tiga indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan variabel
komunikasi, yaitu:
a)
penyampaian informasi daripihak pembuat kebijakan dengan pihak pelaksana. Hal ini
penting karena penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi
adalah adanya salah pengertian antara pembuat kebijakan dengan implementernya.
Pemerintah Kota Makassar yang membuat kebijakan retribusi pasar dan juga
menyampaikan informasi kebijakan tersebut melalui 2(dua) cara yaitu dengan lisan
dan tertulis. Informasi berupa lisan yang penulis maksud adalah berupa pertemuan
dengan tim dari Pemerintah Kota Makassar dengan pejabat serta staf dari Perusahaan
Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar. Sesuai dengan hasil wawancara dengan
Bpk Imran ST, Wakil Kepala Pasar Sentral menyatakan bahwa:
89
90
informasi untuk menghindari adanya kesalahan dari berbagai aspek, dalam hal ini
informasi yang disampaikan baik melalui lisan maupun Draf Perda yang ada tidak
berubah-ubah khususnya dalam pengimplementasian kebijakan tersebut. Karena
selain informasi harus jelas juga harus konsisten agar pelaksanaan berjalan sesuai
dengan yang seharusnya serta target retribusi pasar dapat terealisasi sehingga PAD
dapat meningkat.
Hasil wawancara dengan wakil kepala pasar sentral Makassar, Bpk Imran ST
menyatakan bahwa:
perda tentang retribusi pasar sudah konsisten karena dari tahun 1996 sampai
sekarang(2011) tidak pernah berubah.(Wawancara, 9 Juni 2011)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
informasi yang disampaikan oleh pembuat kebijakan kepada pelaksan kebijakan
sudah konsisten, karena dari tahun 1996 sampai sekarang belum mengalami
perubahan.
91
2.
Sumber Daya
Dalam suatu kebijakan bisa saja informasi yang disampaikan sudah jelas dan
92
merupakan
sumber
penting
dalam
pelaksaan
kebijakan,
dalam
melaksanakan
atau
hal
ini
merupakan
menjalankan
sebuah
informasi
mengenai
kebijakan.
bagaimana
Informasi-informasi
93
Kewenangan
Pada umumnya, kewenangan harus bersifat formal agar kebijakan dapat
dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan. Ketika wewenang itu
nihil, maka kekuatan para implementer dimata publik tidak terlegitimasi,
sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan.
Berkenaan dengan wewenang pelaksana sebagai sumberdaya di dalam
proses implementasi, hasil wawancara dengan KASUBAG. Penagihan Bpk Lutfi
Gunawan Alam, SE menyatakan bahwa:
Kewenangannya
disini
meningkatkan
pasar.(Wawancara, 13 Juni 2011)
pendapatan
retribusi
94
d.
3.
1.
2.
TV
3.
4.
95
yang baik, maka pelaksana akan menjalankan tugas dengan baik seperti yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementer memiliki sikap yang berbeda
dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak
efektif.
a.
berjalannya kebijakan tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan. Sebuah kebijakan
tidak bisa berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan jika para aparatur
pelaksananya
tidak
memiliki
komitmen
untuk
melaksanakan
tugas
dan
Kejujuran adalah suatu sikap yang mutlak dimiliki oleh seorang implementer,
karena tanpa kejujuran di dalam melaksanakan kebijakan maka akan hilang
kepercayaan dari pembuat kebijakan dan masyarakat terhadap pelaksana kebijakan.
Kejujuran itu harus terus diterapkan pada saat memulai implementasi kebijakan
sampai pencapaian hasil yang telah ditargetkan sebelumnya.
Dalam penelitian ini yang penulis maksudkan adalah sifat kejujuran dari aparat
yang bertugas untuk mengimplementasikan kebijakan pemungutan retribusi pasar
dikota Makassar. Aparat tersebut diwajibkan memiliki sifat jujur yang tinggi untuk
menjalankan
pemungutan
retribusi
pasar
tersebut,
khususnya
mengenai
97
menerima segala kebijakan yang ada serta melaksanakannya sesuai tugasnya masingmasing dan juga dapat menerima hasil-hasil yang telah dicapai.
Berkenaan dengan sifat demokratis tersebut, hasil wawancara dengan wakil
kepala pasar sentral Makassar, Bpk Imran ST menyatakan bahwa:
Petugas melakukan pemungutan retribusi pasar sudah bekerja dengan baik dan
sesuai dengan tugasnya masing-masing, sedangkan masalah hasil tagihan dapat
diteriama dengan lapang dada karena pedagang juga tidak bisa dikerasi jadi
sedikit atau banyaknya hasil tagihan harus diterima.(Wawancara, 9 Juni 2011)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penulis menyimpulkan bahwa setiap
aparat pelaksana mutlak memiliki sifat demokratis dalam menjalankan tugasnya serta
dapat menerima dengan lapang dada hasil pemungutan retribusi walaupun tidak
mencapai target, tapi pelaksana juga harus mengingat bahwa wewenangnya yaitu
meningkatkan pendapatan retribusi pasar.
4.
Struktur Birokrasi
Menurut Edward III, variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
98
Struktur
Struktur dari organisasi yang menerapkan kebijakan mempunyai suatu pengaruh
penting pada proses implementasi. Dalam penelitian ini penulis maksudkan adalah
struktur pengelola dari kebijakan pemungutan retribusi pasar di pasar sentral
Makassar. Dari hasil pengamatan penulis struktur organisasi Perusahaan Daerah
Pasar Makassar Raya Kota Makassar terpisah dengan struktur organisasi pengelola.
b.
Prosedur
Prosedur merupakan cara atau alur kerja. Dalam penelitian ini penulis
maksudkan adalah cara atau alur kerja para pelaksana yang melaksanakan kegiatankegiatan pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dari hasil
wawancara dengan wakil kepala pasar sentral Makassar, Bpk Imran ST mengatakan
99
bahwa prosedur kerjanya sesuai dengan Perda Kota Makassar Nomor 8 Tahun 1996
tentang Retribusi Pasar dan Pusat Perbelanjaan.
Pemungutan langsung dilapangan dilakukan oleh kolektor-kolektor yang telah
ditunjuk walikota Makassar. Kolektor tersebut menarik retribusi dari para pedagang
yang ada dipasar sentral Makassar dengan memberikan potongan karcis sebagai bukti
telah membayar retribusi. Setelah melakukan penarikan, kolektor mengumpulkan
hasil pungutannya ke bendahara pembantu untuk dilakukan perhitungan. Hasil
perhitungan retribusi harus sesuai dengan banyaknya potongan karcis.
100
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal, antara lain:
1.
pasar sentral yang tidak memiliki kesadaran untuk membayar retribusi. Untuk
mengatasi hal tersebut, menurut informan maka perlu dilakukan tindakan
tegas terhadap wajib retribusi tersebut.
2.
B. Saran
Dari hasil penelitian tersebut penulis akan mengajukan beberapa saran yang
dapat menunjang pelaksanaan pemungutan retribusi pasar, antara lain:
a. Dalam melaksanakan pemungutan retribusi pasar haruslah sesuai dengan tata
cara penagihan yang telah diatur dalam perda tentang retribusi, kewenagan
para implementer, serta prosedur standar operasional. Karena dengan
implementasi yang baik maka penerimaan retribusi pasar juga akan
meningkat dan dapat menunjang juga Pendapatan Asli Daerah Kota
Makassar.
b. Untuk menunjang berjalan baiknya implementasi pemungutan retribusi pasar
di Kota Makassar dan mencapai target maka para implementer harus
mengetahui mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi seperti
komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Dan untuk
102
103
DAFTAR PUSTAKA
105