BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menjelaskan
lingkup pengujian inderawi, latar belakang dan peran penilaian
sensori dalam industri pangan.
Konsumen dan para pedagang umumnya memperoleh cara penilaian ini dari orang
lain, pengalaman sendiri dan bahkan secara intuisi.
pengembangan pemasaran, dank arena adanya ketakutan bahwa uji sensori akan
terlalu ilmiah untuk dipraktekkan di industri.
Sebagaimana diketahui bahwa uji sensori merupakan tahapan uji yang
sangat vital dan menentukan gambaran akhir kinerja produk pangan dipasaran,
yaitu menentukan apakah produk tersebut akan sukses (diterima) atau gagal. Suatu
produk pangan dapat memiliki penampilan, kinerja, mutu fisiko-kimia dan
biokimia (gizi) yang baik, namun jika secara sensori rasanya tidak enak atau tidak
dapat diterima oleh konsumen, maka nilai komersial produk pangan tersebut dapat
jatuh atau bahkan tidak akan laku di pasaran.
1.3. RINGKASAN
Penilaian sensorik pada manusia adalah pada mulanya sebagai kegiatan
seni (art) dan tetap berkembang sebagai seni sampai merasuki dunia industri.
Baru pada tahun 1950-an bidang seni ini mulai berkembang menjadi bidang ilmu.
Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil
pertanian dan makanan. Beberapa perusahaan yang menghasilkan komoditi langka
atau sangat spesial, misalnya minuman anggur, keju istimewa, teh, kopi dan bir,
masih menggantungkan penilaian mutunya pada penilaian dengan indera.
Pengujian rasa yang terjadi di industri pangan dilakukan karena berbagai
alasan, seperti :
1. Untuk mewaspadai produk dari perusahaan yang bersangkutan atau pihak
yang disaingi,
2. Untuk mempromosikan produk bagi konsumen yang potensial,
3. Sebagai demonstrasi produk mutakhir oleh petugas penjualan dari perusahaan
yang bersangkutan,
4. Untuk menjaga agar tim atau manajemen proyek tidak ketinggalan zaman dari
kemajuan dan pengembangan produk,
5. Untuk mencari persetujuan dari pelanggan,
6. Untuk memutuskan apakah produk yang dijual harus diganti maupun untuk
menguji apakah mutu produk-produk dipasaran masih memenuhi spesifikasi
standar mutu yang dianut oleh industri yang bersangkutan, dan banyak sebabsebab lainnya.
1.4. LATIHAN
1. Jelaskan perkembangan penilaian indera pada mulanya !
2. Apa kegunaan dilakukannya penilaian indera ? Sertakan dengan contoh !
3. Pada saat ini berbagai peralatan canggih dan analisis yang akurat telah banyak
digunakan dalam menentukan kualitas suatu produk ; meskipun demikian
penilaian indera tetap memegang peranan penting dalam perdagangan.
Jelaskan pernyataan tersebut !
4. Apa kelemahan dan kelebihan dilakukannya penilaian suatu mutu atau
komoditi pangan dengan indera ?
5. Mengapa pengujian rasa perlu dilakukan di industri pangan ? Jelaskan
alasannya !
6. Uji sensori merupakan tahapan uji yang sangat vital dan menentukan
gambaran akhir kinerja produk pangan dipasaran. Benarkah pernyataan
tersebut ? Jelaskan !
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. Penerbit : Bhratara
Karya Aksara. Jakarta
Ahza, Adil Basuki. Mutu Pangan, Pengukuran, dan Pengendaliannya.
BAB II
KARAKTERISTIK MUTU SENSORI
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menyebutkan
definisi mutu dan karakteristik mutu sensori.
I. KARAKTERISTIK FISIK/TAMPAK
Warna
Flavor
Aroma
Viskositas / Konsistensi
Nilai Gizi
Keamanan Mikrobiologis
ciri ; 3) tingkatan sosial kelas atas, dan 4) sifat raga dan rohani yang membentuk
sifat dasar atau merupakan ciri-ciri yang membedakan. Sedangkan di kamus
Websters New World, Guralnik (1989) mengartikan quality sebagai : 1)
karakteristik ; 2) gambaran apapun yang membuat sesuatu adalah seperti apa
adanya ; 3) alami (natur) ; karakter ; 4) tingkat keistimewaan ; 5) keistimewaan ;
6) posisi yang tinggi di masyarakat.
Dari sekian banyak dan sedemikian luasnya arti kata mutu atau kualitas
itu, maka dapat kita rangkai satu definisi mutu atau kualitas dalam industri pangan
sebagai berikut :
Mutu adalah tingkat keistimewaan, sifat, karakter, fungsi dan atau ciriciri yang menunjukkan kesesuaian bahan atau produk untuk tujuan-tujuan
yang dimaksudkan, dan tergantung pada kaitan permasalahannya sejak
bahan diterima, di titik-titik proses manufakturing, di distribusi atau
maksud lain yang menyertainya.
sensori ini secara ilmiah juga dikenal dengan istilah penilaian mutu organoleptik.
Selain itu, karena mekanisme sensor yang digunakan adalah syaraf-syaraf sensori,
mutu sensorial (sensorial analysis). Mungkin berasal dari sinilah maka dikenal
adanya istilah mutu sensori. Seperti telah disinggung dalam pengantar, orang yang
melakukan pengujian mutu sensori ini dikenal dengan nama panelis. Parameterparameter yang diukur dan dianalisa umum dikenal dengan nama atribut-atribut
mutu sensori.
Uji sensori juga dikenal dengan sebutan uji subjektif atau penilaian mutu
secara subjektif. Uji sensori dikenal dengan nama uji subjektif, karena proses
penilaiannya melibatkan ungkapan-ungkapan rasa (sense) dan perasaan (feeling)
manusia yang menjadi alat pengujiannya. Sedangkan uji-uji yang menggunakan
peralatan, mesin, binatang dan bahan kimia lebih umum dikenal dengan nama ujiobjektif atau penilaian mutu secara objektif.
PENAMPAKAN
UKURAN
BEN
TUK
R
O
V
A
FL
A
S
A
R
AU
B
RASA-DIMULUT
TE
K
K
S
TU
IN
ES
R
TE
TI
K
D
E
F
E
CT
S
/
K
E
R
U
S
AK
AN
AS
IT
I
S
S
O E
N
K
T
S
IS
VI S
N
O
K
NA
AR
W
Bau (Aroma)
Pendengaran (Suara)
2.3. RINGKASAN
A. DEFINISI MUTU
Mutu adalah tingkat keistimewaan, sifat, karakter, fungsi dan atau ciri-ciri
yang menunjukkan kesesuaian bahan atau produk untuk tujuan-tujuan
yang dimaksudkan, dan tergantung pada kaitan permasalahannya sejak
bahan diterima, di titik-titik proses manufakturing, di distribusi atau
maksud lain yang menyertainya.
Penilaian mutu sensori ini selalu menggunakan alat organ perasa dan
pencitarasa (organoleptik) pada penilai sebagai sensor untuk merasakan
parameter-parameter mutu yang dinilai. Oleh karena itu, proses penilaian
mutu sensori ini secara ilmiah juga dikenal dengan istilah penilaian mutu
organoleptik.
Orang yang melakukan pengujian mutu sensori ini dikenal dengan nama
panelis.
Uji sensori juga dikenal dengan sebutan uji subjektif atau penilaian mutu
secara subjektif. Uji sensori dikenal dengan nama uji subjektif, karena
proses penilaiannya melibatkan ungkapan-ungkapan rasa (sense) dan
perasaan (feeling) manusia yang menjadi alat pengujiannya.
2.4. LATIHAN
1. Dari sekian banyak definisi mutu, apa yang dapat Sdr simpulkan mengenai
Mutu ?
2. Apa kegunaan adanya mutu sensori ?
3. Apa yang membedakan mutu sensori dengan parameter mutu yang lainnya ?
4. Apa yang dimaksud dengan :
a. Uji Subjektif
b. Uji Objektif
c. Panelis
d. Sensory analysis
DAFTAR PUSTAKA
Ahza, Adil Basuki. Mutu Pangan, Pengukuran, dan Pengendaliannya.
BAB III
INDERA MANUSIA
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menjelaskan
jenis indera manusia sebagai alat ukur dalam penilaian sifat inderawi
pangan.
3.1. PENDAHULUAN
Manusia mempunyai 5 alat penginderaan, yang disebut panca indera.
Kelima alat penginderaan itu ialah alat penglihat, pembau, pencicip, peraba, dan
pendengar. Alat-alat penginderaan itu terdapat dalam alat-alat tubuh yang disebut
berturut-turut sebagai mata, hidung, lidah, kulit, dan telinga.
Indera penglihat, pencicip dan pembau merupakan alat yang sangat
penting untuk menilai pangan. Dari sejak zaman orang-orang primitif indera
peraba pun merupakan alat penting untuk menilai pangan. Indera pendengar
meskipun jarang dianggap sebagai alat penilai pangan, tetapi mempunyai peranan
pula untuk menilai pangan. Makanan sejenis kerupuk atau keripik dapat dinilai
dengan menggunakan indera pendengar.
Dari kelima indera yang sangat umum untuk penilaian penerimaan suatu
makanan ialah pencicip dan penglihat ; kemudian disusul pembau atau peraba.
Dalam penilaian terhadap bahan pangan, sifat pertama kali yang
menentukan diterima atau ditolaknya bahan tersebut oleh pemakai adalah sifatsifat inderawi yang dimilikinya.
Ada enam tahap yang terjadi selama seseorang menilai suatu bahan :
1. Menerima bahan
2. Mulai mengenali bahan
3. Mengadakan klasifikasi sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan tersebut
4. Mengingat-ingat bahan yang telah diamati
5. Menguraikan sifat-sifat inderawi dari bahan tersebut
6. Mengadakan evaluasi terhadap bahan tersebut berdasarkan sifat inderawi yang
dimilikinya
Sebagai contoh bila seorang diminta menilai suatu jenis makanan yang
telah disediakan. Pertama-tama setelah makanan diterima, akan segera dapat
diamati bentuk dan warnanya (1) baru kemudian aroma (2). Pada saat makanan
masuk ke mulut terjadi pengamatan beberapa sifat inderawi berturut-turut : rasa,
suhu bahan, kemudian tekstur akan teramati selama makanan tersebut dikunyah.
Akhirnya mutu dari makanan tersebut dapat dievaluasi secara keseluruhan.
3.2. PENGLIHATAN
Untuk mengenali adanya benda-benda di sekeliling kita, indera penglihat
merupakan alat tubuh yang terpenting. Demikian juga untuk menilai benda-benda
atau bahan yang dihadapi, maka digunakan penglihatan. Dalam menilai mutu
komoditi, cara yang terutama masih dipakai ialah dengan penglihatan. Tetapi
untuk mengambil keputusan dari suatu penilaian, masih banyak membutuhkan
bantuan cara lain. Banyak sifat mutu komoditi dapat dinilai dengan penglihatan.
Dengan melihat orang dapat mengenal dan menilai bentuk, ukuran, sifat
transparansi, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan seperti kasar-halus,
suram, mengkilap, homogen-heterogen, dan datar bergelombang.
Meskipun warna paling cepat dan mudah memberi kesan, tetapi paling
sulit diberi deskripsi dan sulit cara pengukurannya. Itulah sebabnya penilaian
secara subjektif dengan penglihatan masih sangat menentukan dalam penilaian
komoditi.
Banyak sifat atau mutu komoditi berkaitan dengan warna. Tingkat matang
dalam banyak jenis buah-buahan dapat dikenali atau dinilai dari warnanya. Warna
hijau buah menandakan bahwa buah belum matang, masih asam atau sepat.
Komoditi tepung pada umumnya dikaitkan dengan warna putih bersih. Jika
warnanya menyimpang segera dinilai berkurang mutunya.
Orang yang buta warna tidak dapat mengenali macam-macam warna
dengan jelas, meskipun ia dapat mengenali warna putih, hitam, dan adanya sinar.
Orang demikian tidak dapat diandalkan untuk menilai suatu warna cerah dengan
cara melihat.
Alat tubuh untuk menilai dengan penglihatan ialah mata. Prinsip cahaya
dalam alat tubuh mata menyerupai alat kamera yang ada ruangan gelap, celah
cahaya (iris), lensa, dan penerima bayangan benda. Perlengkapan ini ada di dalam
bola mata. Kornea mata, cairan bening di belakang kornea dan cairan bening di
belakang lensa adalah media transparan penghantar sinar. Jika pada kamera
sebagai penerima bayangan adalah film maka pada mata penerimaannya disebut
retina (Gambar 3).
Jika ada benda perangsang atau objek di depan mata (Gambar 3C) maka
benda itu mengirimkan sinar melalui lubang diafragma mata yang dibuat oleh
selaput iris (Gambar 3A). Sinar tersebut dibiaskan oleh lensa mata dan diteruskan
menembus ruang bening belakang yang gelap (Gambar 3A) dan membentuk
bayangan benda perangsang tepat di daerah reseptor yang disebut retina. Sinar
berupa bayangan itu merangsang sel-sel reseptor (Gambar 3B) dan impulsa yang
dihasilkan melalui saraf optikus ke saraf pusat (otak) sehingga timbullah
kesadaran penglihatan.
Retina adalah suatu lapisan sel-sel peka cahaya yang terdapat di bagian
belakang mata. Di samping sel-sel peka cahaya di dalam retina terdapat juga
lapisan pigmen. Retina terdiri dari berjuta-juta sel peka cahaya yang mempunyai
dua bentuk batang dan bentuk kerucut. Dalam satu mata manusia terdapat kirakira 115 juta sel peka berbentuk batang dan kira-kira 6,5 juta sel peka berbentuk
kerucut. Sel-sel batang peka pada cahaya lemah, sinar-sinar tak berwarna,
sedangkan sel-sel kerucut peka pada cahaya kuat, warna putih dan warna cerah.
Sel-sel peka itu jika menerima rangsangan sinar diteruskan sebagai impulsa ke
saraf mata (optikus). Lensa mata berfungsi meletakkan bayangan objek tepat di
lapisan retina dengan cara menggembungkan atau menipiskan lensa.
Jika objek itu dekat, lensa dikembungkan dan jika objek itu jauh, lensa
ditipiskan (Gambar 3D). Jika kemampuan seseorang untuk mengembungkan dan
menipiskan lensa mata terbatas maak diperlukan bantuan kaca mata.
Jika rangsangan sinar kuat terus menerus mengenai mata, maka diperlukan
suatu jangka waktu penyesuaian agar mata dapat berfungsi dalam suasana sinar
lemah. Itulah sebabnya jika pada malam hari seseorang keluar dari ruang yang
terang benderang kemudian masuk ke ruang gelap ia akan mengalami kebutaan
beberapa detik sampai 1 atau 2 menit. Jika orang kekurangan vitamin A keadaan
proses adaptasi ini lemah sekali.
merangsang mata. Jadi, misalnya sinar lemah sebesar 100 foton masuk ke mata,
maka yang mengenai sel-sel peka cahaya di retina hanya kira-kira 10 foton.
Disamping intensitas, sinar juga mempunyai panjang gelombang ().
Panjang gelombang sinar inilah yang menentukan macam-macam warna. Ukuran
foton (E) tergantung juga pada panjang gelombang ().
E=hf
h adalah konstanta Planck, 6,67 x 10-27 erg detik, sedangkan f adalah frekuensi
sinar, yaitu banyaknya gelombang per detik, dengan satuan H2. Jadi, misalnya
sinar hijau dengan = 510 nm, nilai f dapat dihitung dari kecepatan sinar yang
nilainya tetap, yaitu 3,0 x 108 m/dt.
f = kecepatan sinar / det
Seperti tersebut diatas, sinar dapat pula dinyatakan dalam frekuensi. Warna biru
muda dengan = 510 nm, jika dinyatakan dalam frekuensi gelombang menjadi 6 x
1014 Hz. Hz ialah satuan frekuensi atau jumlah gelombang per detik.
Warna
Merah
Jingga
Kuning
Hijau Muda
Hijau
Biru Muda
Biru Tua
Nila
Violet
Panjang Gelombang
nm
630 - 800
610 630
560 610
520 560
480 520
460 480
440 460
420 440
400 - 420
Jumlah Gelombang
x 104 cm-1
1,25 1,59
1,59 1,64
1,64 1,79
1,79 1,92
1,92 2,08
2,08 2,17
2,17 2,27
2,27 2,38
2,38 2,50
3.3. PENCICIPAN
Indera pencicip berfungsi untuk menilai cicip (taste) dari suatu makanan.
Indera pencicip terdapat dalam rongga mulut, terutama pada permukaan lidah dan
sebagian langit-langit lunak (palatum mole). Di permukaan rongga mulut terdapat
lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini mengumpul
membentuk susunan yang disebut puting pencicip (Gambar 5). Puting pencicip
adalah reseptor untuk pencicipan atau rasa. Ukurannya kecil karena itu hanya
dapat dilihat dengan mikroskop. Puting pencicip tersembunyi dalam lapisan kulit
lidah dan mempunyai lubang di permukaan lapisan kulit yang disebut pori
(Gambar 5C). Pada ujung sel-sel biasanya terdapat rambut-rambut halus, yang
disebut silia.
Puting-puting pencicip biasanya mengelompok dan terdapat dalam
bangunan-bangunan khusus yang disebut papila pencicip (Gambar 5B). Ada
empat bentuk papila pencicip : papila circumvalata, fungiformis, filiformis, dan
foliate. Papila ini dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop, terutama papila
circumvalata yang berukuran paling besar diantara keempat papila yang lain.
(Gambar 5C). Impulsa saraf yang dihasilkan oleh sel-sel sensorik kemudian
diteruskan oleh saraf.
Puting pencicip manusia hanya dapat membedakan 4 cicip dasar yaitu
manis, pahit, asin dan asam. Di luar keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak
terangsang atau responsif. Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan
rasa gurih juga hasil penginderaan puting pencicip.
Disamping fungsinya sebagai penilai rasa, puting pencicip juga dapat
membantu mekanisme mempertahankan kondisi gizi badan. Dari percobaan
dengan tikus yang sengaja dikurangi zat-zat gizi tertentu, ternyata dari banyak
macam makanan yang disuguhkan, tikus dapat memilih bagian makanan yang
kurang mengandung zat gizi. Disamping sebagai alat pencicip rongga mulut dan
lidah juga dapat menerima rangsangan lain yaitu rangsangan raba atau taktual,
tetapi tidak melalui rangsangan terhadap puting pencicip. Gabungan dari
rangsangan cicip, bau, taktual, suhu, dan pengalaman inilah yang membentuk
keseluruhan rasa makanan.
10
11
dan cyclamat. Rasa manis biasanya dinyatakan dengan gula (sukrosa), dengan
nilai 100. Tingkat kemanisan za-zat lain diukur berdasarkan rasa manis gula pasir.
Gula Pasir
100
Fruktosa
160
Dekstrosa (glukose) 80
Laktosa
Maltosa
50
Sakharin
30.000
Rasa pahit biasanya juga berasal dari zat-zat non ionik. Contohnya ialah
alkohol, caffein, strychnine, brucine, quinine, beberapa glucasida linamarin dan
beberapa ikatan polynitro seperti asam piktrat.
Rasa asin biasanya berasal dari zat-zat ionik yaitu anionik dan kationik.
Termasuk dalam zat-zat anionik ialah Cl-, F-, CO2-, SO4-. Termasuk dalam zat-zat
kationik ialah Na+, Ca++, Mg++ dan NH4+. Rasa asin yang biasa digunakan untuk
makanan ialah yang berasal dari garam dapur, NaCl. Rasa asin dapat membantu
menambah nafsu makan. Tetapi jika terlalu banyak makan garam akan
menganggu kesehatan. Beberapa zat ionik yang menyebabkan pahit : Ag, Fe,
Sesium (Cs), Jodium (J). Rasa manis biasanya sangat cepat dirasakan tetapi pahit
dirasakan lambat dan berkesan lama. Dikatakan bahwa rasa pahit mempunyai
after taste yang lama. Rasa pahit pada umumnya tidak dikehendaki. Tetapi untuk
beberapa makanan atau minuman diperlukan sedikit rasa pahit, misalnya bir,
rokok, kopi, dan teh. Beberapa makanan perangsang (appetizer) mengandung juga
zat-zat yang pahit seperti lalaban (daun papaya, buah peria). Rasa pahit kadangkadang dikatakan juga pada bahan beracun. Banyak tumbuhan beracun
mempunyai rasa pahit. Beberapa zat pemanis menjadi pahit rasanya jika dosisnya
terlalu tinggi, contohnya sakharin. Dalam bahan makanan rasa pahit dapat timbul
karena kerusakan, misalnya rasa pahit pada kedelai dan dedak karena lama
disimpan. Ubi kayu dapat menjadi pahit karena kepoyoan. Makan garam terlalu
banyak akan menimbulkan rasa pahit. Hal ini disebabkan oleh garam magnesium
(Mg) yang terdapat dalam garam dapur. Penggunaan garam untuk rasa asin pada
masakan biasanya antara 1-2%, sedangkan untuk pengawetan makanan antara 515%.
12
Rasa asam sebenarnya hanya berasal dari ion hidrogen (H+). Hanya zat-zat
yang dapat berionisasi dan melepaskan ion hidrogen yang dapat menghasilkan
rasa asam. Ion H+ selalu diimbangi dengan adanya anion. Jika anion yang
mengimbanginya OH- maka terjadilah netral, karena ion H+ itu segera membentuk
H2O dan diturunkan konsentrasinya menjadi tinggal 10 -7. Agar konsentrasi H+
tetap tinggi, kation itu harus diimbangi dengan anion lain. Dalam hal ini larutan
disebut asam.
Berdasarkan jenis anionnya asam dapat digolongkan menjadi asam
organik dan asam anorganik. Asam organik ialah jika anionnya zat organik
(asetat, citrat) dan asam anorganik jika anionnya anorganik (Cl-, SO4-, NO3-).
Berdasarkan tingkat keasamannya atau konsentrasi H+ dalam larutan, asam
dapat digolongkan :
Asam lemah : asam borat, asam karbonat
Asam sedang : asam citrat, tartrat, laktat
Asam kuat
3.4. PEMBAUAN
Pembauan juga disebut pencicipan jarak jauh karena manusia dapat
mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya
dari jarak jauh. Indera pembau berfungsi untuk menilai bau-bauan dari suatu
produk atau komoditi baik berupa makanan atau nonpangan. Bau-bauan lebih
kompleks daripada cicip. Banyak sekali jenis bau-bauan yang dapat diterima alat
pembau. Mekanisme pembauan lebih sedikit diketahui manusia daripada
pencicipan. Kepekaan pembauan lebih tinggi daripada pencicipan. Zat yang
diperlukan untuk dapat merangsang indera pembau jumlahnya lebih rendah
daripada zat yang diperlukan untuk merangsang indera pencicip. Kadang-kadang
jumlah yang tidak dapat diteliti dengan analisis kimiawi masih dapat dikenali
dengan pembauan.
Dalam banyak hal enaknya makanan ditentukan oleh baunya. Hal ini jelas
ditunjukkan oleh orang yang sedang pilek yang tidak dapat menikmati enaknya
makanan. Industri pangan menganggap sangat penting uji bau karena dapat
dengan cepat memberikan hasil penelitian produksinya, disukai atau tidak disukai.
13
Pada manusia daerah olfaktori di bagian atas rongga hidung (Gambar 7A).
Dalam rongga hidung terdapat tiga celah sempit yang disekat oleh lembaranlembaran lipatan epidermis. Beberapa sel epitelium di daerah olfaktori berbentuk
langsing dan mempunyai rambut-rambut halus atau silia pada ujungnya (Gambar
7C). Sel-sel ini bersifat sangat peka terhadap rangsangan bau dan disebut sel
olfaktori (Gambar 7C).
Lapisan epitelium olfaktori selalu berpigmen. Pada manusia epitelium
olfaktori berwarna kuning sedangkan pada hewan berwarna lebih gelap yaitu
coklat kehitaman. Pada umumnya penciuman hewan sangat tajam. Rupanya
makin gelap warna epitelium olfaktori makin tajam penciumannya. Dipigmentasi
atau albinisme pada daerah rongga hidung ada hubungannya dengan rendahnya
14
15
berkurang atau hilang sama sekali. Demikian juga jika sel-sel epitelium itu
tertutup lendir atau rongga hidung tersumbat sehingga tidak ada udara berlalu dan
gas tidak dapat merangsang sel-sel olfaktori. Rangsangan bau juga dapat berasal
dari rongga mulut atau tenggorokan pada waktu mengeluarkan napas atau
menelan makanan.
Kemampuan membau juga merupakan alat mempertahankan diri. Dalam
hal kemampuan membau, beberapa hewan mempunyai daya pembauan yang
sangat tajam dan disebut makrosmatik. Anjing dan kijang misalnya, dapat
mencium bau-bauan yang lemah sekali atau yang berasal dari sumber bau yang
jauh. Manusia tergolong yang kurang tajam pembauannya, dan disebut
mikrosmatik. Beberapa orang istimewa mempunyai ketajaman membau mendekati
sifat makrosmatik. Makhluk yang tidak mempunyai kemampuan membau sama
sekali disebut bersifat anosmatik.
Bau-bauan dihasilkan dari interaksi antara zat-zat dengan sel epitelium
olfaktori. Bau-bauan ini biasanya dihasilkan dari konsentrasi yang sangat rendah.
Agar dapat menghasilkan bau, zat-zat bau itu harus (1) dapat menguap (volatile) ;
(2) sedikit dapat larut dalam air ; (3) sedikit dapat larut dalam lemak.
16
Contoh soal :
Orang membau gas merkaptan dalam ruangan udara. Berapa konsentrasi
molekuler zat merkaptan dalam udara jika berat molekul etil merkaptan 62 (N = 6
x 1023). Sekali isap orang dapat menyedot 20 ml udara dan 0,01 mg merkaptan
dapat diterima oleh 230 m3 udara.
a. bau kamper
b. bau jamu
c. lavender
d. lemon-rose
e. amygdalin
3. Bau balsamik atau wangi-wangian ;
a. floral
b. lili
c. balsanok (vanili)
4. Bau ambrosial
5. Bau bawang-bawangan :
6. Bau bakar :
a. bau roti hangus
b. tembakau
c. fenol
7. Bau kambing :
a. bau keringat
17
b. bau keju
8. Bau repulsif
9. Bau busuk : protein busuk
b. Klasifikasi Henning
Henning membuat 6 kelas bau :
1. Bau jamu-jamuan : cengkeh, kayu manis, pala
2. Bau bunga-bungaan : yasmin
3. Bau buah-buahan : jeruk, cuka
4. Bau resin : terpentin
5. Bau busuk : H2S dan protein busuk
6. Bau bakar : benda-benda hangus
c. Klasifikasi Crocker + Henderson
Klasifikasi ini terdiri dari 4 kelas bau :
1. Bau wangi-wangian
2. Bau asam
3. Bau bakar
4. Bau kambing
Seri II
Seri III
Seri IV
seri kaprilat
Contohnya
Seri asam
bau baku
7122..
vanili
7213..
asam sinamat
5335..
18
2424..
toluen
5523..
isobutil fenilasetal
5626..
methil fenilasetal
5126..
sinsole
19
Bau busuk
Contohnya yaitu butil merkaptan.
Bau busuk juga merupakan kekecualian dari teori stereokimiawi. Molekul zat
berbau yang mempunyai kelebihan elektron muatan negatif dan disebut
nukleofilik.
20
bibir, tangan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap sentuhan atau perabaan.
Ujung jari mempunyai kepekaan yang istimewa dan sangat berguna untuk menilai
produk atau komoditi. Ujung jari tangan dapat mendeteksi tekanan sebesar 3
gram/mm2. Ujung jari juga dapat digunakan dengan kepekaan tinggi untuk
mengenali jarak dua titik (spatial). Dua titik berjarak 2,3 mm dapat dikenali
dengan perabaan ujung jari. Di daerah punggung sedikitnya tekanan 48 gram/mm2
dan jarak 67 mm.
Indera peraba orang buta dapat dipertinggi kepekaannya. Mereka mampu
membaca huruf-huruf Braille dengan perabaan dan bahkan mampu membaca
dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini karena kepekaan yang meningkat terhadap
besar dan jarak rangsangan tekanan dengan menggunakan ujung jari tangan.
Ransangan sentuhan dapat berasal dari macam-macam rangsangan
mekanik, fisik, dan kimiawi. Rangsangan mekanik misalnya, berasal dari tekanan.
Rangsangan tekanan ini dapat dihasilkan oleh singgungan, sentuhan, rabaan,
pukulan, tusukan, dan ketukan ujung jari. Rangsangan fisik misalnya dalam
bentuk rangsangan panas, dingin, basah, kering, encer, kental. Rangsangan
kimiawi misalnya rangsangan alkohol, minyak etheris, pedasnya lada atau
lombok, gigitan dari asam, sakit dari asam atau basa kuat, sakit tanin, bir dan teh.
Dari rangsangan-rangsangan itu dihasilkan kesan atau rasa rabaan
(sensation). Ada macam-macam bentuk kesan atau rasa yaitu sakit, dingin,
hangat, tekstur. Rasa rabaan itu juga disebut empat rasa rabaan dasar.
Ketiga bentuk rangsangan mekanik, fisik, dan kimiawi pada intensitas
yang tinggi dapat menghasilkan kesan atau rasa sakit. Suhu yang terlalu tinggi
tidak hanya menghasilkan rasa panas, tetapi juga berakibat rasa sakit.
Demikian pula suhu rendah jika terlalu rendah akan menghasilkan rasa sakit.
Tekanan atau tusukan yang rendah akan memberi kesan demikian, tetapi jika
terlalu keras akan berakibat rasa sakit.
Rangsangan kimiawi yang dapat menyebabkan rasa sakit dapat
digolongkan ke dalam kesan atau rasa pedas (pungency) dan gigitan. Termasuk
dalam rangsangan kimiawi yang menyebabkan rasa pedas (pungency) ialah :
bawang, asam cuka, cengkeh, pepermin, mustard. Termasuk dalam rangsangan
kimiawi yang menyebabkan kesan atau rasa gigitan ialah jahe, cabai, lada.
21
: minyak
: agar-agar, lem
3. tepung
4. biji-bijian
5. lembaran
: kertas, kain
3.6. RINGKASAN
Dari kelima indera yang sangat umum untuk penilaian penerimaan suatu
makanan ialah pencicip dan penglihat ; kemudian disusul pembau atau peraba.
Ada enam tahap yang terjadi selama seseorang menilai suatu bahan :
1. Menerima bahan
2. Mulai mengenali bahan
3. Mengadakan klasifikasi sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan tersebut
4. Mengingat-ingat bahan yang telah diamati
5. Menguraikan sifat-sifat inderawi dari bahan tersebut
22
PENGLIHATAN
Alat tubuh untuk menilai dengan penglihatan ialah mata. Prinsip cahaya dalam
alat tubuh mata menyerupai alat kamera yang ada ruangan gelap, celah cahaya
(iris), lensa, dan penerima bayangan benda. Perlengkapan ini ada di dalam
bola mata. Kornea mata, cairan bening di belakang kornea dan cairan bening
di belakang lensa adalah media transparan penghantar sinar. Jika pada kamera
sebagai penerima bayangan adalah film, maka pada mata penerimaannya
disebut retina.
Banyak sifat atau mutu komoditi berkaitan dengan warna. Warna dapat
dipandang dari dua segi :
1. Dari segi fisika : warna adalah sinar, yaitu gelombang elektromagnetik.
Sinar mempunyai dua besaran atau parameter yaitu intensitas dan panjang
gelombang.
2. Dari segi fisio psikologik : warna adalah respon mata manusia terhadap
rangsangan sinar. Mata hanya peka terhadap sinar dengan panjang
gelombang tertentu yaitu antara 380 770 nm.
PENCICIPAN
Indera pencicip berfungsi untuk menilai cicip (taste) dari suatu makanan.
Indera pencicip terdapat dalam rongga mulut, terutama pada permukaan lidah
dan sebagian langit-langit lunak (palatum mole). Di permukaan rongga mulut
terdapat lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini
mengumpul membentuk susunan yang disebut puting pencicip.
23
PEMBAUAN
Pembauan disebut juga pencicipan jarak jauh karena manusia dapat mengenal
enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya dari
jarak jauh.
Indera pembau berfungsi untuk menilai bau-bauan dari suatu produk atau
komoditi baik berupa makanan atau nonpangan.
Penginderaan sentuhan atau perabaan tidak terdapat pada alat tubuh khusus
atau pada daerah yang terbatas, penerimaan sentuhan terjadi hampir di seluruh
permukaan kulit.
minyak
2. jelly
agar-agar, lem
24
3. tepung
4. biji-bijian
5. lembaran
kertas, kain
6. permukaan
papan, kertas
3.7. LATIHAN
1. Jelaskan peranan alat indera dalam penilaian mutu atau komoditas pangan !
2. Warna merupakan salah satu sifat sensori yang dapat menjelaskan sifat-sifat
lain dari suatu produk, benarkah ? Jelaskan pula mengapa warna merah tomat
berbeda dibandingkan dengan merah ubi jalar !
3. Sebutkan dan berikan contoh macam-macam rangsangan ?
4. Jelaskan Teori Streokimiawi dari Amoure !
5. Apa yang dimaksud dengan :
a. retina
b. puting pencicip
c. silia
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. Penerbit : Bhratara Karya
Aksara. Jakarta
BAB IV
PENGINDERAAN
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menyebutkan
urutan penginderaan dan mekanisme yang terjadi selama
penginderaan mulai proses fisik, fisiologik dan psikologik
.
MASUKAN
RANGSANGAN
PROSES
PENGINDERAAN
LUARAN
RESPON
Persiapan
Contoh
Proses Uji
Persiapan
Panelis
Proses Psikologik
Benda
Perangsang
Alat
Indera
Pusat
Syaraf
Proses Tanggapan
Primer
Proses
Fisik
Proses
Fisiologik
FisioResponse
Psikologik
Sekunder
Judgement
Penerimaan
Rangsangan
Tertier
Attitude
Discrimination
Detection
Hedonik
Ranking
Kenal
Sikap
Scaling
Recognition
organ indera itu kemudian disalurkan ke sistem syaraf. Impulsa syaraf diteruskan
secara fisik fisiologik melalui urat syaraf ke pusat syaraf atau otak.
protoplasmik sel saraf dibagi menjadi dua kelompok menurut arah aliran impulsa.
Cabang yang mengalirkan impulsa dari ujung luar cabang ke badan sel saraf
disebut dendrit, sedangkan yang mengalirkan impulsa dari badan sel ke ujung
cabang disebut axon.
4.5. RINGKASAN
PENGERTIAN PENGINDERAAN
Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologik atau
reaksi subjektif. Karena itu pengukuran penilaian terhadap kesadaran, kesan,
dan sikap itu disebut juga pengukuran atau penilaian subjektif.
Dalam hal ini sebenarnya yang diukur atau dinilai ialah reaksi psikologis
seseorang setelah diberi rangsangan, karena itu penilaian ini juga disebut
penilaian sensorik.
10
MEKANISME PENGINDERAAN
1. Proses Fisik Penginderaan
Proses fisiologik penginderaan terjadi di seluruh jalur syaraf dari sel peka
di organ indera, urat syaraf, dan pusat syaraf.
Respon tingkat sekunder adalah kelanjutan dari respon tingkat primer yaitu
menyangkut kemampuan membedakan (discrimination) sehingga panelis
11
saraf
juga
disebut
neuron.
Neuron
mempunyai
cabang-cabang
protoplasmik yang keluar dari badan sel. Impulsa dialirkan secara searah (one
way traffic) melalui cabang-cabang protoplasmik. Karena itu cabang-cabang
protoplasmik sel saraf dibagi menjadi dua kelompok menurut arah aliran
impulsa. Cabang yang mengalirkan impulsa dari ujung luar cabang ke badan
sel saraf disebut dendrit, sedangkan yang mengalirkan impulsa dari badan sel
ke ujung cabang disebut axon.
D. TANGGAPAN TRIGEMINAL
Urat saraf trigeminus terdiri dari saraf sensorik dan motorik. Saraf
sensorik menerima rangsangan dari daerah muka, kepala, kelopak mata, daerah
hidung, dan gigi. Saraf sensorik ini menghasilkan suatu tanggapan yang
disebut tanggapan trigeminal.
Yang berperanan penting di dalam penilaian makanan itu ialah adanya zatzat kimia yang merangsang ujung saraf sensorik trigeminus. Rangsangan dari
zat-zat kimia inilah yang menghasilkan tanggapan trigeminal. Karena
rangsangan itu berasal dari zat-zat kimia tertentu disebut juga penginderaan
kimiawi.
E. RASA (Flavor)
Rasa makanan yang kita kenal sehari-hari sebenarnya bukan satu tanggapan
melainkan campuran dari tanggapan cicip, bau, dan trigeminal yang diramu
oleh kesan-kesan lain seperti penglihatan, sentuhan, dan pendengaran. Jadi,
kalau kita menikmati atau merasakan makanan, sebenarnya kenikmatan
tersebut diwujudkan bersama-sama oleh kelima indera.
12
F. PERAN GIGI
Gigi juga mempunyai peranan dalam penginderaan, terutama dalam penilaian
makanan. Saraf gigi mempunyai cabang-cabang yang masuk ke dalam pulpa
gigi dan juga ke daerah membran gigi. Adanya rangsangan tekanan selama
mengunyah dan menggigit, terjadilah rangsangan pada ujung saraf-saraf
tersebut, terutama ujung saraf di daerah membran gigi. Tanggapan yang
dihasilkan dari rangsangan tersebut turut menentukan kesan di dalam penilaian
makanan dengan mengunyah.
4.6. LATIHAN
1. Apa yang dimaksud dengan penginderaan ? Sebutkan unsur-unsur yang harus
ada dan jelaskan pula mekanisme dan urutan yang terjadi selama proses
penginderaan !
2. Gambarkan dan jelaskan skema proses penginderaan !
3. Jelaskan peran gigi dalam penginderaan !
4. Proses psikologik penginderaan meliputi 3 respon, yaitu respon tingkat
primer, sekunder dan tertier. Jelaskan disertai contoh !
5. Apa yang Sdr ketahui tentang hal-hal di bawah ini :
a. dendrit
b. axon
c. tanggapan trigeminal
d. penilaian organoleptik
e. ganglion
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, Hubets. 2000. Metodologi Penilaian Organoleptik. Penerbit : IPB.
Bogor.
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. Penerbit : Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
BAB V
RANGSANGAN DAN KESAN
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menjelaskan
hubungan antara rangsangan dan kesan, dimensi psikologis, serta
jenis-jenis ambang rangsangan yang ada dalam penilaian inderawi.
Penglihatan
Telinga
Pendengaran
Lidah
Pencicipan
Garam
Hidung
Pembauan
Parfum
Kulit Dalam
Perabaan
Makanan
Rongga Mulut
dan Hidung
satuan fisik yang lazim untuk mengukur fenomena fisik. Sebaliknya kesan atau
tanggapan yang dihasilkan oleh rangsangan mempunyai dimensi-dimensi.
Beberapa dimensi dapat mempunyai satuan fisik tetapi beberapa yang lain tidak
dapat diukur dengan satuan fisik dan harus dinyatakan dalam dimensi psikologik.
Beberapa dimensi dari tanggapan atau kesan yaitu (1) jenis kesan, (2) intensitas
kesan, (3) luas daerah kesan, (4) lama kesan, (5) kesan hedonik.
Jenis kesan yang dihasilkan dari rangsangan garam ialah asin. Buah pisang
menghasilkan kesan warna kuning. Satu benda perangsang, misalnya buah tomat
dapat menghasilkan beberapa jenis kesan misalnya rasa asam, warna merah, halus
pada permukaan buah.
Intensitas kesan mencakup ringan atau beratnya kesan. Mencicip larutan
garam 30% memberikan intensitas rasa asin yang lebih tinggi dibandingkan
dengan mencicip larutan garam 0,05%.
Luas daerah kesan yang juga disebut sensation magnitude adalah
kesadaran akan luasnya daerah yang terkena rangsangan. Misalnya menempelkan
sebutir kristal garam di ujung lidah akan dirasakan satu daerah sempit di tempat
butir kristal diletakkan. Sebaliknya berkumur dengan larutan garam akan
dirasakan asin di tempat yang lebih luas, meskipun tidak di seluruh permukaan
rongga mulut.
Lama kesan berbeda-beda tergantung pada jenis rangsangan dan jenis alat
indera. Kesan dapat tertinggal lama dirasakan oleh indera, tetapi dapat juga
sebentar. Rasa pahit dapat lama dirasakan oleh pangkal lidah sebaliknya rasa
manis akan cepat hilang segera setelah benda perangsangnya hilang. Kesan yang
lama tertinggal disebut kesan kemudian atau aftertaste.
Kesan hedonik meliputi tanggapan pribadi yang menyangkut kesan senang
atau tidak senang.
Lama kesan dapat diukur dalam satuan waktu, sedang dimensi yang lain
hanya dapat diukur secara psikologis. Hubungan antara rangsangan dan kesan
disebut hubungan psiko-fisik.
atau
tingkat
tidak
senang.
Penilaian
organoleptik
sebenarnya
Kesan
Manis
Asin
Asam
Pahit
Ambang Mutlak
1 bagian/200 bagian air
1 bagian/400 bagian air
1 bagian/15.000 bagian air
1 bagian/2.106 bagian air
Ambang Mutlak
5,83 mg/l udara
3,00 mg/l udara
0,024 mg/l udara
0,018 mg/l udara
0,009 mg/l udara
0,006 mg/l udara
4,10 -5 mg/l udara
5.4. RINGKASAN
mendeteksi,
kemampuan
mengenal
(recognition)
2. Kemampuan membedakan (discrimination)
3. Kemampuan membandingkan (scaling)
4. Kemampuan hedonik
5.5. LATIHAN
1. Bagaimana hubungan antara alat tubuh, penginderaan dan rangsangan ?
2. Suatu rangsangan dapat menghasilkan berbagai kesan dan sebaliknya
beberapa rangsangan dapat menghasilkan suatu kesan. Jelaskan disertai
contoh!
3. Rangsangan
merupakan
fenomena
fisik,
sedangkan
kesan/tanggapan
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. Penerbit : Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
BAB VI
PANEL
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menyebutkan
serta menjelaskan jenis-jenis panel, cara seleksi panelis serta hal-hal
yang dapat mempengaruhi keberhasilan Pengujian Inderawi.
sedang orang yang lebih tua konsentrasinya lebih baik dan relatif stabil
dalam pengambilan kesimpulan.
c. Jenis Kelamin. Pria dan wanita mempunyai kemampuan sama untuk
melakukan pengujian. Sementara orang berpendapat wanita lebih sensitif
dibandingkan dengan pria.
d. Kebiasaan merokok. Perokok dan bukan perokok keduanya dapat dipakai
sebagai panelis meskipun merokok sering kurang sensitif. Perokok harus
berhenti merokok beberapa waktu sebelum melakukan pengujian.
e. Kondisi kesehatan. Orang yang menderita sakit terutama gangguan pada
indera sebaiknya tidak diikutkan dalam pengujian.
Namun demikian persyaratan diatas tidak akan ada hasilnya tanpa didukung
oleh faktor-faktor lain berupa metoda pengujian yang tepat, kondisi lingkungan,
kondisi fisik dan mental panelis serta hal lain yang kesemuanya dapat
menimbulkan error.
Berdasarkan tingkat sensitivitas dan tujuan dari setiap pengujian, dikenal
beberapa macam panel sebagai berikut :
1. Panel Ahli (highly trained experts)
2. Panel Terlatih (trained panel)
3. Panel Tidak Terlatih (untrained panel)
panel ahli suatu jenis produk dapat mengetahui adanya penyimpangan rasa
ataupun bau satu jenis produk dan umumnya tahu pula penyebabnya dan dapat
memberikan saran untuk menghindari penyimpangan tersebut. Dibandingkan
dengan jenis panel yang lain, kedudukan panel ahli adalah yang tertinggi.
Hasil penilaian beberapa orang panel bukan ahli dianggap kurang baik
apabila ternyata seorang panel ahli memberikan penilaian yang berbeda. Salah
satu kelemahan penggunaan seorang panel ahli dalam suatu industri ialah
kemampuannya dapat menurun dalam kondisi-kondisi tertentu misalnya kondisi
kesehatan ataupun kondisi kejiwaan yang kurang baik ataupun kondisi lain yang
dapat mengganggu konsentrasi dalam penilaian. Hal ini akan berakibat timbulnya
bias.
Untuk menghindari ketergantungan pada seorang panel ahli, maka
beberapa perusahaan menggunakan beberapa orang (3-5 orang) penilai yang
mempunyai tingkat sensitivitas tinggi dan sudah banyak pengalaman pada jenis
produknya.
kurang sensitif dengan hasil penilaian jauh berbeda dengan anggota lain. Bila
terjadi hal demikian, maka data penilaian tidak perlu ikut dianalisis tetapi yang
bersangkutan tetap dianggap sebagai anggota kelompok dengan tujuan agar yang
bersangkutan tidak tersinggung. Dibandingkan dengan panel terlatih, jumlah panel
agak terlatih haruslah lebih banyak.
terhadap
pekerjaan
pengujian
inderawi
dan
kesediaannya
Wawancara
Penyaringan (screening)
Latihan (training)
Evaluasi Kemampuan
Tahap 1.
WAWANCARA
diterima
tidak (ditolak)
ya
Tahap 2.
PENYARINGAN
diterima untuk
latihan
tidak (ditolak)
ya
Tahap 3.
Tahap 4.
LATIHAN
EVALUASI
KEMAMPUAN
apakah panelis
memenuhi syarat
untuk pengujian
sesungguhnya
kembali ke tahap 1
dengan calon baru
tidak
tahap 3, lanjutkan
latihan
mulai pengujian
TAHAP 1 : WAWANCARA
Untuk tahap wawancara terutama dalam hal kemampuan calon dan bukan
dalam umur calon. Wawancara dapat dilakukan secara lisan atau dengan pengisian
kuesioner. Pewawancara membicarakan gambaran umum tentang pengujian yang
akan dilaksanakan termasuk kecocokan waktu pengujian. Semua calon tanpa
kecuali dilakukan wawancara. Calon-calon diminta mengisi kuesioner yang
mencakup beberapa hal : pengalaman, umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan,
TAHAP 2 : PENYARINGAN
Diutamakan pada parameter yang dinilai dalam pengujian. Makin banyak
jumlah calon yang mengikuti penyaringan, kemungkinan diperolehnya penguji
yang baik akan semakin besar pula. Ada beberapa metoda pengujian yang dipakai
pada tahap ini :
1. Pengujian nilai ambang batas rasa manis / threshold test.
Pada cara ini kepada calon-calon diberikan satu seri larutan gula dengan
konsentrasi 0% sampai dengan 1% dan mereka diminta untuk memberikan tanda
pada larutan yang menurut mereka terasa manis. Dengan cara ini dapat diketahui
tingkat sensitivitas dari masing-masing calon. Beberapa peneliti menganggap cara
di atas kurang tepat, karena keberhasilan dalam menguji larutan murni tidak dapat
dipakai sebagai kriteria keberhasilan dalam menguji sampel yang mengandung
bermacam-macam zat dengan konsentrasi yang berbeda.
2. Triangle Test
Pada cara ini setiap calon diminta untuk melakukan pengujian sebanyak 2
pengujian setiap saat. Setiap calon diberikan minimal 20 kali pengujian pada 10
saat pengujian yang berbeda. Pada akhir penyaringan dilakukan ranking dari
semua calon penguji berdasarkan persentase jawaban yang benar. Hanya caloncalon dengan jawaban benar minimal 60% yang dianggap memenuhi persyaratan
untuk mengikuti tahap berikutnya.
3. Range Method
Pada metoda ini setiap calon diuji kemampuannya dalam memberikan
penilaian pada satu seri sampel yang bervariasi. Kemampuan memberikan
penilaian secara tepat akan terlihat dari pengujian ini, sehingga dapat diketahui
calon-calon mana yang siap pakai dan calon-calon yang perlu menjalani latihan
secara kontinyu.
Contoh : enam orang calon panelis diminta untuk memberikan penilaian terhadap
suatu jenis makanan dengan lima tingkatan keasaman. Kepada mereka disajikan
20 buah sampel secara acak dan diinstruksikan memberikan nilai 1 untuk sampel
yang tidak asam, 2 untuk sampel yang dianggap nomor dua keasamannya dan 3,
4, 5 untuk tingkatan keasaman yang berturut-turut lebih tinggi. Hasil penilaian
terhadap suatu jenis makanan dengan 5 macam tingkatan keasaman dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Penilaian Terhadap Suatu Jenis Makanan Dengan 5 Macam
Tingkatan Keasaman.
NILAI
1
1
1
1
Jumlah
Simpangan
Range / Rentangan
2
2
2
2
Jumlah
Simpangan
Range / Rentangan
3
3
3
3
Jumlah
Simpangan
Range / Rentangan
4
4
4
4
Jumlah
Simpangan
Range / Rentangan
5
5
5
5
Jumlah
F
3
4
3
3
13
9
1
3
4
4
4
15
7
1
4
3
3
4
14
2
1
3
2
4
4
14
2
1
4
3
4
4
15
NILAI
Simpangan
Range / Rentangan
Range jumlah
Jumlah simpangan
Jumlah range
Range jumlah
Jumlah - range
Catatan :
1) Range dari jumlah (A) = nilai tertinggi nilai terendah
= 19 5 = 14
2) Jumlah dari range (A) = 1 + 1 + 1 + 0 + 1 = 4
Dari perbandingan range dari jumlah dan jumlah dari range untuk calon A,
B, C, D memiliki nilai lebih besar dari 1,0. Ini menunjukkan bahwa keempat
calon panelis mempunyai kemampuan sebagai panelis, meskipun untuk calon C
dan D penilaian yang diberikannya tidak setepat A dan B. Untuk calon E dan F
dinilai sensitivitasnya kurang, terlihat dengan nilai yang dicapai lebih kecil dari 1.
Dengan melihat angka perbandingan di atas belum terlihat kemampuan
dari masing-masing calon dalam stabilitas pemberian nilai untuk sampel yang
mempunyai konsentrasi sama. Untuk keperluan ini dapat dilihat nilai deviasi dari
masing-masing calon. Semakin kecil nilai deviasinya, berarti penilaian yang
diberikan semakin stabil. Dari tabel diatas terlihat calon A lah yang paling stabil
dengan jumlah nilai simpangan 4.
Berdasarkan pengamatan terhadap dua macam nilai di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa calon A merupakan panelis yang sensitivitasnya relatif tinggi
dibandingkan calon yang lain. Calon-calon B, C, D perlu melakukan latihan lebih
tekun agar dapat stabil dalam memberikan penilaian, sedang calon E dan F kurang
sensitivitasnya, sehingga kurang memenuhi syarat.
Dari hasil tahap penyaringan di atas, maka dapat ditentukan calon-calon
yang lolos tahap tersebut dan segera dapat mengikuti tahap selanjutnya berupa
tahap latihan (training).
10
11
Dari latihan secara individu ini akan dapat diketahui apakah semua calon
memenuhi persyaratan sebagai penguji ataukah ada sebagian yang kurang
memenuhi persyaratan berdasarkan hasil pengujian yang mereka lakukan.
Session
II
III
IV
VIII
Total
nilai
di
luar
range
Microwave Oven
VI
VII
VIII
II
III
IV
VI
VII
Pane lis
1
3,2
10,0
10,8
8,4
4,9
4,3
10,7
11,3
10,0
6,3
4,2
3,5
10,2
10,0
4,9
6,4
4,6
11,2
6,9
8,5
4,7
10,5
6,4
8,3
9,1
6,0
3,7
5,4
10,6
7,2
5,3
6,7
10,8
4,2
11,0
12,5
11,0
8,7
10,4
11,4
5,1
0,2
6,4
9,1
8,3
5,3
11,0
11,4
10
7,8
6,8
10,3
7,6
2,4
1,8
6,2
7,5
9,7
3,1
3,6
3,2
6,1
3,2
6,5
4,5
12,9
11,2
7,5
12,1
11,5
10,1
5,2
10,8
14,2
10,4
8,6
10,5
10,7
8,5
4,2
12,6
11
7,1
4,5
10,0
9,0
4,8
4,2
10,1
6,3
10,9
8,5
5,1
7,4
10,9
8,5
6,7
2,4
8,3
5,0
11,9
11,5
5,1
9,0
5,3
8,1
12,9
5,0
3,5
5,3
11,2
9,0
10,2
4,8
3,8
3,3
10,3
11,5
4,1
9,3
4,5
8,8
11,0
10,0
8,0
2,8
9,2
6,3
8,1
10,9
3
5
5,0
5,6
6,1
5,6
4,9
5,4
4,5
4,1
4,0
5,9
7,3
5,6
4,9
4,7
6,6
5,5
Hean
7,0
6,8
9,4
9,6
5,9
7,0
7,0
8,6
9,6
6,1
5,6
5,7
9,1
6,9
7,0
7,2
Standar
3,2
3,1
2,0
2,3
3,1
3,1
2,7
2,1
3,3
3,2
2,0
2,7
2,2
2,2
2,3
3,5
3,8 -
3,7-
7,4-
7,3-
2,8-
3,9-
4,3-
6,5-
6,3-
2,9-
3,6-
3,0-
6,9-
4,7-
4,7-
3,7-
10,2
9,9
11,4
11,9
9,0
10,1
9,7
10,7
12,9
9,3
7,6
8,4
11,3
9,1
9,3
10,7
Deviasi
Range
12
Kotak pada nilai dalam tabel di atas menunjukkan nilai di luar range
berdasarkan standar deviasi. Makin banyak jumlah nilai di luar range dari
panelis, hal ini menunjukkan kurang mampunya panelis tersebut memberikan
penilaian secara konsisten. Dalam tabel di atas calon No. 3 dan No. 5 dapat
dianggap kurang mampu dan dapat dicoret dari daftar calon.
Jumlah panelis yang dipakai dalam pengujian sebenarnya adalah
berdasarkan dari hasil pengujian pada latihan. Mengikutsertakan panelis yang
kurang memenuhi persyaratan dengan tujuan untuk memenuhi jumlah yang
diinginkan, merupakan suatu hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
6.3. FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERPENGARUH
TERHADAP
PENGUJIAN
1. MOTIVASI
Untuk memperoleh hasil pengujian yang berguna sangat tergantung pada
terpeliharanya tingkat motivasi secara memuaskan. Kriteria motivasi yang baik
tidaklah sangat spesifik, tetapi motivasi yang jelek ditandai dengan pengujian
yang terburu-buru, melakukan pengujian semaunya, partisipasinya dalam
pengujian tidak sepenuh hati.
Dengan tidak adanya pengalaman serta pengujian yang waktunya tidak
tentu, maka minat sebagai penguji timbul secara spontan, sedangkan bila
pengujian dilakukan terus menerus sering terjadi minat akan menurun karena
kebosanan. Satu faktor penting yang dapat membantu tumbuhnya motivasi yang
baik ialah dengan mengusahakan agar panelis merasa bertanggungjawab dan
berkepentingan pada pengujian yang sedang dilakukan. Dengan memberikan
penjelasan tentang kegunaan pengujian serta tujuan diharapkan panelis akan ikut
berpartisipasi secara penuh. Setelah pengujian selesai dan telah diperoleh hasil
analisa datanya, panelis sebaiknya diberitahu tentang hasil tersebut.
Adanya fasilitas yang memadai, cara pengujian dan jadwal pengujian yang
pasti akan meningkatkan perhatian pada program yang sedang dijalankan. Selain
itu kondisi lingkungan yang menyenangkan ikut berperan pula, misalnya dengan
membuat suasana mengaso yang relaks pada pengujian yang terus menerus
sepanjang hari. Dalam hubungan ini ada baiknya kepada panelis diberikan suatu
13
2. SENSITIVITAS PHYSIOLOGIS
Untuk menjaga sensitivitas panelis berada pada suatu tingkatan yang
diharapkan, perlu dilakukan pencegahan terhadap faktor-faktor yang dapat
mencampuri fungsi indera. Dalam periode waktu satu hari sensitivitas physiologis
seseorang akan berfluktuasi sehingga setiap pengujian perlu dipikirkan saat yang
paling tepat serta hal-hal yang dapat mencampuri fungsi normal indera perasa dan
pembauan.
Beberapa ketentuan yang telah ditetapkan :
1. Jangan melakukan pengujian dalam periode waktu 1 jam setelah makan,
2. Bila panelis seorang perokok, tunggulah selama 20 menit setelah dia selesai
merokok,
3. Jangan mempergunakan panelis yang sedang sakit terutama penyakit yang
mengganggu fungsi indera,
4. Menyarankan agar panelis tidak makan bahan makanan yang pedas saat
pengujian akan dilakukan,
5. Pada pengujian bau, jangan sampai panelis mempergunakan kosmetik seperti
wangi-wangian atau lipstick. Perlu dipikirkan kepada panelis untuk mencuci
tangan dengan sabun yang tidak mengandung wangi-wangian,
6. Pada pengujian rasa, disarankan kepada panelis untuk berkumur dengan air
tawar sebelum mulai pengujian.
3. KESALAHAN PSIKOLOGIS
Pada pengujian yang terutama dilakukan oleh panelis yang kurang paham
dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering terjadi kesalahan dalam cara
penilaian. Ada beberapa macam kesalahan :
a. Tendensi Sentral
Karakteristik kesalahan ini ialah panelis selalu memberi nilai tengah pada
skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi.
14
Efek dari kesalahan ini adalah menganggap semua sampel yang diuji
hampir sama. Hal ini terjadi akibat panelis tidak mengenal metode pengujian dan
produk yang dinilainya. Seorang panelis yang sudah berpengalaman sangat kecil
kemungkinannya untuk membuat kesalahan seperti di atas.
b. Contrast Effect
Hal ini sering terjadi akibat posisi sampel yang dinilai, di mana suatu
sampel dinilai lebih tinggi ataupun lebih rendah dari kenyataannya dan umumnya
lebih rendah. Untuk mencegah maka pengujian sampel dilakukan secara acak.
d. Pada sampel-sampel yang tidak seragam sering terjadi panelis dipengaruhi oleh
sifat-sifat yang tidak relevan. Misal : harus membedakan dua sampel dalam hal
tingkat kemanisannya, panelis terpengaruh pada sifat yang lain seperti bentuk,
ukuran, warna. Kesalahan ini dikenal dengan istilah stimulus error.
e. Pada pengujian yang perintahnya kurang jelas, sering terjadi penilaian terhadap
satu sifat dihubungkan dengan sifat lain yang secara logis selalu berkaitan dengan
sifat yang dinilai. Misal sesuatu jenis makanan yang berwarna hitam akan selalu
dinilai pahit. Hal ini dikenal dengan istilah logical error.
f. Halo effect
Bila ada lebih dari satu sifat yang dinilai misalnya bau, tekstur, warna, rasa
pada suatu saat hasilnya mungkin berbeda bila dibandingkan masing-masing sifat
tersebut dinilai sendiri-sendiri pada saat yang tidak bersamaan.
15
g. Sugesti
Hasil penilaian oleh seorang panelis dapat terpengaruh oleh panelis yang
lain. Karena adanya pengaruh ini maka panelis selama pengujian harus duduk
terpisah satu dengan yang lain. Percakapan dan diskusi tidak diperkenankan
selama berlangsungnya pengujian, sehingga sugesti dari seorang panelis tidak
mempengaruhi panelis yang lain.
16
6.5. RINGKASAN
A. JENIS PANEL
Macam Panel :
1. Panel Ahli (highly trained experts)
2. Panel Terlatih (trained panel)
3. Panel Tidak Terlatih (untrained panel)
B. SELEKSI PANELIS
Tahap-tahap untuk memilih dan melatih panel terdiri atas 4 (empat) tahap :
1. Wawancara
2. Penyaringan (screening)
3. Latihan (training)
4. Evaluasi kemampuan
Tendensi Sentral
b.
Contrast Effect
c.
d.
17
e.
f.
g.
D. JUMLAH PANELIS
Committee on Sensory Evaluation of The Institute of Food Technologist
(1964) memberikan rekomendasi jumlah panelis sebagai berikut :
Untuk uji perbedaan : panelis terlatih (3 10 orang), agak terlatih (8 25
orang)
Untuk uji kesenangan mempergunakan panelis tidak terlatih minimal 80
orang.
6.6. LATIHAN
1. Seorang panelis dapat melakukan penilaian indera apabila mempunyai
kemampuan fisio psikologis, sebutkan dan jelaskan !
2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam panel !
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengujian !
4. Jelaskan tahapan yang harus dilalui untuk memilih dan melatih panel !
5. Apa yang Sdr ketahui mengenai :
a. Triangle Test
b. Range Method
c. Tendensi Sentral
d. Halo Effect
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Kartika, dkk. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Penerbit :
PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
BAB VII
LABORATORIUM PENGUJIAN INDERAWI
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS :
Setelah mengikuti mata kuliah ini, Mahasiswa mampu menjelaskan
persyaratan sebuah laboratorium pengujian inderawi, peralatan yang
harus ada, cara-cara penyiapan dan penyajian contoh produk.
7.1. PENDAHULUAN
Laboratorium penilaian organoleptik adalah suatu laboratorium yang
menggunakan
manusia
sebagai
alat
pengukur
berdasarkan
kemampuan
organoleptik
yaitu
peralatan
dan
sarana
untuk
penyiapan
penyajian khusus. Peralatan untuk komunikasi dapat berupa sistem kode lampu,
formulir isian, formulir instruksi tertulis, dan alat tulis menulis.
2. Kedap Suara
Ruangan tempat bilik-bilik pencicip harus dibangun kedap suara
(soundproof). Cara yang paling murah untuk mengurangi pengaruh suara dari luar
adalah dengan memiliki ruang laboratorium yang jauh dari keramaian. Jika hal ini
tidak mungkin, misalnya karena bangunan gedung yang tersedia dekat tempat
percobaan, maka digunakan sistem kedap suara, yaitu suatu ruangan yang tidak
memantulkan gelombang suara. Untuk itu perlu dinding ruang yang dilapisi
dengan bahan kedap suara. Jika diperlukan lapisan ini dapat ditambahkan dengan
diletakkan di bagian dalam dinding ruang sistem. Kedap suara ini diperlukan
terutama bila daerah sekitar laboratorium ramai atau banyak orang lalu-lalang.
3. Kedap Bau
Ruangan penilaian itu harus juga bebas dari bau-bauan asing atau yang
datang dari luar. Ruang pencicip harus diusahakan jauh dari ruang pengolahan,
daerah pembuangan kotoran atau daerah yang menghasilkan bau-bauan. Lubanglubang ventilasi ruangan di tempat yang tinggi perlu dilengkapi dengan rangkap
atau saringan gas. Dinding ruangan harus juga mudah dibersihkan. Dinding yang
baru dicat akan mengeluarkan bau-bauan, sehingga ruang pengujian tidak boleh
digunakan untuk pengujian. Ruangan itu juga harus bebas dari bau-bauan rokok
dan parfum yang berasal dari panelis.
4. Suhu dan Kelembapan
Suhu ruangan harus dibuat tetap dan setinggi suhu kamar (20-250C).
Kelembapan diatur kira-kira 65%. Untuk mengatur suhu ruangan biasanya
digunakan sistem penyejuk udara (air conditioner).
5. Cahaya
Cahaya dalam ruangan sedapat mungkin tidak terlalu kuat, tetapi juga
tidak terlalu redup. Cahaya yang terlalu kuat menganggu konsentrasi dan
penglihatan menjadi silau. Sebaliknya jika cahaya terlalu lemah penglihatan
panelis juga terganggu dan tidak jelas. Cahaya dibuat yang difuse dengan
menggunakan lampu TL. Dalam hal-hal khusus diperlukan cahaya lemah atau
cahaya berwarna, dengan maksud untuk menutupi warna bahan yang diperkirakan
dapat mempengaruhi penilaian.
Untuk uji rasa bilik pencicip biasanya dibangun dalam suasana berjajar
sehingga semua anggota panel dapat melaksanakan pencicipan pada waktu yang
sama (Gambar 16). Satu sisi depan bilik pencicip terbuka ; di sini diletakkan
kursi. Sebaiknya digunakan kursi bundar, dan dapat berputar untuk memudahkan
mengubah arah duduk. Pada waktu menilai, arah duduk panelis menghadap ke
dalam. Bagian dinding yang berhadapan dengan pencicip dipasang jendela yang
dapat dibuka dan ditutup dengan pintu kecil yang berukuran kira-kira 30 x 40 cm.
Jendela dengan daun jendela yang dapat ditutup dimaksudkan agar panelis tidak
berhubungan langsung dengan daerah penyiapan atau dapur.
Melalui jendela ini contoh yang
akan diuji dan perlengkapan
pengujian dapat dimasukkan.
Adanya pintu kecil ini dapat
mencegah pengaruh dari luar
bilik yaitu dari orang-orang yang
menyuguhkan dan dari hirukpikuk
penyiapan
contoh
hidangan.
Di dalam tiap bilik terdapat meja tempat meletakkan gelas, nampan dan
contoh beserta wadahnya. Panelis menulis atau mencatat kesan-kesannya pada
kertas-kertas atau formulir di atas meja ini. Dalam bilik itu juga disediakan air
kumur. Pada laboratorium yang lengkap dalam setiap sekat dilengkapi dengan
keran pipa air beserta tempat penampung air buangan.
penguji
mungkin
seorang
kepala
laboratorium
penilaian
organoleptik atau seorang staf yang diserahi tugas khusus untuk pekerjaan itu.
Penguji dapat pula seorang peneliti atau seorang mahasiswa Pasca Sarjana yang
sedang
melakukan
penelitian
yang
menggunakan
metode
penelitian
organoleptik.
Penguji inilah yang mengorganisasi pelaksanaan pengujian. Dialah yang
merancang
pengujian,
memilih
metode
pengujian,
menyiapkan
dan
2. Suasana Pengujian
Meskipun disiplin penting dalam pengujian organoleptik tetapi suasana
paksaan atau tegang harus dihindarkan. Yang diperlukan ialah suasana
bersemangat
bersungguh-sungguh
tetapi
santai.
Persyaratan
tersebut
3. Penyiapan Panelis
Dalam menyelenggarakan pengujian organoleptik suatu tim panel harus
sudah dibentuk. Sebelum pengujian dilaksanakan para panelis harus sudah
diberitahu dan diharapkan datang pada waktunya. Jika panelis sudah datang,
pengujian juga harus sudah siap dilaksanakan. Di sinilah pentingnya disiplin
waktu bagi panelis. Jangan sampai terjadi panelis dibiarkan menunggu terlalu
lama. Jika hal ini terjadi maka dapat menurunkan antusiasme panelis dan dapat
berakibat menurunkan tingkat keandalan. Mereka dengan berbagai alasan akan
meninggalkan tugas dan kenyataannya tidak kembali lagi. Di sinilah peranan
kecekatan pengelolaan dan kecermatan mengatur waktu.
Panelis perlu mendapat penjelasan sebelum melaksanakan penilaian.
Meskipun pekerjaan itu sudah terlalu biasa bagi panelis, tetapi setiap kali
melakukan penilaian contoh baru harus mendapat penjelasan baru.
organoleptik,
meliputi
pengertian
praktis,
kegunaan,
dan
2. Penjelasan Khusus
Maksud penjelasan khusus adalah memberikan informasi atau instruksi
tertentu kepada suatu panel yang berhubungan dengan suatu tugas melakukan
uji organoleptik pada suatu komoditi tertentu. Penjelasan yang diberikan
bersifat khusus yang disesuaikan dengan jenis komoditi, cara pengujian, dan
tujuan pencicipan. Misalnya, cara mencicip kecap akan berbeda dengan cara
mencicip minuman teh maupun cara mencicip dodol.
Penjelasan khusus diberikan secara lisan atau tulisan oleh pengelola
pengujian dan diberikan menjelang penyelenggaraan pengujian. Bentuk tulisan
dapat diberikan dua atau tiga hari sebelum penyelenggaraan. Bentuk lisan
diberikan pada hari yang sama, sebaiknya menjelang pelaksanaan pengujian.
3. Instruksi
Pemberian tugas kepada panelis untuk menyatakan kesan sensorik pada
tiap-tiap melakukan pencicipan disebut instruksi. Instruksi harus diberikan
sebelum panelis melakukan pencicipan, dan dapat diberikan dalam bentuk lisan
atau dalam bentuk tulisan. Pada umumnya diberikan secara lisan dan tulisan
terutama terhadap panel konsumen, panel agak terlatih dan panel tak terlatih.
Jika penilaian organoleptik dilakukan di dalam bilik pencicip maka instruksi
lisan diberikan sebelum para panelis masuk ke dalam bilik pencicip. Instruksi
tertulis biasanya berupa pertanyaan tertulis (questionnaire).
Instruksi harus jelas dan singkat supaya mudah dipahami dan cepat
ditangkap artinya. Instruksi yang panjang membutuhkan penafsiran yang lama
sehingga panelis terlalu banyak berpikir untuk mengartikan instruksi. Yang
perlu mendapat perhatian selama melakukan penilaian organoleptik adalah agar
panelis hanya memusatkan perhatian pada penginderaan dan menyatakan kesan
dan tidak banyak memikirkan interpretasi instruksi. Jika panelis sudah masuk
dalam bilik pencicip hendaknya tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan. Mereka
sudah harus tahu dan siap melakukan tugas apa yang harus dikerjakan.
10
4. Formulir Pertanyaan
Instruksi dimuat dalam formulir pertanyaan (questionnaire). Formulir
pertanyaan harus memuat unsur-unsur yang terdiri dari informasi, instruksi, dan
responsi serta harus disusun secara jelas, singkat, dan rapi.
Informasi : Unsur informasi meliputi penjelasan atau keterangan, terutama
tentang nama panelis, tanggal penyelenggaraan pengujian, jenis komoditi yang
diuji, dan nomor kode contoh. Keterangan-keterangan ini perlu singkat, jelas
tetapi lengkap, agar dapat didokumentasikan.
11
Nama Panelis
. Tanggal
Komoditi
Informasi
Instruksi
Responsi
Berilah tanda
setelah mencicip
274
Amat sangat suka
Sangat suka
Agak suka
Biasa
Agak tidak suka
Sangat tidak suka
12
Nama Panelis
Komoditi
:
:
.
.
Tanggal
:
.
Informasi
Instruksi
Berilah penilaian kepulenan dua contoh nasi dengan nomor kode :
dan
263
926
tidak
Responsi
Sedikit beda
Hampir sama
13
7.5. RINGKASAN
A. Persyaratan laboratorium penilaian organoleptik :
1. Isolasi
2. Kedap suara
3. Kedap bau
4. Suhu dan kelembapan
5. Cahaya
6. Dapur Penyiapan contoh
Ukuran bilik :
Panjang = 60 80 cm
Lebar = 50 60 cm
Tinggi : + 150 cm
C. Organisasi Pengujian
Ada 4 (empat) unsur penting yang tersangkut dalam pelaksanaan pekerjaan
pengujian organoleptik yaitu meliputi : pengelola pengujian, panel,
seperangkat sarana pengujian, dan bahan yang diuji atau dinilai.
14
7.6. LATIHAN
1. Sebutkan dan jelaskan persyaratan laboratorium penilaian organoleptik !
2. Keandalan hasil penilaian atau kesan yang ditulis oleh panelis sangat
tergantung pada ketepatan komunikasi antara pengelola dengan panelis.
Benarkah ? Jelaskan !
3. Jelaskan apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat bilik pencicip
(booth) !
DAFTAR PUSTAKA
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. Penerbit : Bhratara Karya
Aksara. Jakarta