Anda di halaman 1dari 119

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum


esculentum) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
PEROKOK DERAJAT I DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KOTA PADANG
TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

ILHAM SANJAYA
BP. 1010321012

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum
esculentum) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
PEROKOK DERAJAT I DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KOTA PADANG
TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

ILHAM SANJAYA
BP. 1010321012

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum
esculentum) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
PEROKOK DERAJAT I DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KOTA PADANG
TAHUN 2014

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

ILHAM SANJAYA
BP. 1010321012

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI


PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT rZycttetttC

Esr

TERIADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


PERTENSIPEROKOK DERAJAT l DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG

TAUN 2014

IIham Sanjaya
1010321012

Skripsi ini telah disetuiui

Tangga1 0ktober 2014

NIP.197704042005012004

NIP.197010201993032002

Mengetahui
Ketua Program Studi Sl Keperawatan
Keperawatan
tas Andalas

4)
0252001122001

PENETAPAN TIPI PENGU SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT j` EJr


=
TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI PEROKOK DERAJAT l DI WILAYAII KEttA
PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG
TAIIIIN 2014

Nama :IIhann Saniaya


BP
:1010321012

SkripJ ini telah ditti dan dinilai oleh tim pcngtti

Pada Fakultas Keperawatan l nivcrsitas


ndalas pada

Tanggal,20 0ktober 2014

Tim Penguji

1.Ketua

Ns. Leni Nlerdawati, S.Kep, M.Kep

2. Anggota

Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa

3.

Reni Prima Gusty, S.Kp, M,Kes

Anggota

4. Anggota

Ns.Hendri Budi,S.Kep,M.Kep,SpB

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
berkah dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada peneliti, sehingga dengan
usaha dan kemampuan yang ada peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) yang berjudul PENGARUH PEMBERIAN
JUS TOMAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI PEROKOK DERAJAT 1 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2014.
Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada Ibu Ns. Leni
Merdawati, S.Kep, M.Kep dan Ibu Heppi Sasmita, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa sebagai
pembimbing saya, yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing
saya dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga juga
disampaikan kepada Pembimbing Akademik saya, Ibu Reni Prima Gusty, S.Kp,
M.Kes yang telah banyak memberi motivasi, nasehat, dan bimbingan selama saya
mengikuti perkuliahan di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu,
saya juga mengucapkan terima kasih pada:
1. Bapak Prof. Dr. Dachriyanus, Apt selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
2. Ibu Nelwati, S.Kp, MN selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

3. Petugas kesehatan di Puskesmas Andalas Kota Padang


4. Seluruh Dosen dan Para Staf Akademik Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini
5. Para Rangers (ade namnung, aar cantik, anun majnun, mbok na, apin,
anggi, roby, ucok, saleh, irvan & randel), suka cita & duka cita
kebersamaan dan perjuangan kita di bangku kuliah pasti akan dibayar
dengan kesuskesan.
6. Rekan-rekan IMKHS & BEM KM FKEP UNAND 2013, teriakan Hidup
Mahasiswa...!!! dengan suara lantang dan semangat yg berkobar akan
tetap terkenang sepanjang hidup.
7. Kost Ni May members (hendri indun, pak eka, bagaih mak dul, ipeh katty
perry gadih ulalaa, bg ega), tek juih, bg nanda, dll. Kalian luar biasa.
8. Seluruh sahabat-sahabat angkatan 2010
Terakhir, ucapan terima kasih tulus peneliti kepada mak, apak, mona & reta
beserta keluarga atas dorongan dan doa yang senantiasa dipanjatkan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta pihak yang telah banyak
memberikan dukungan dan perhatiannya kepada peneliti. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada mereka.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Padang, Oktober 2014

Ilham Sanjaya

vi

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Oktober 2014
Nama : Ilham Sanjaya
No. BP : 1010321012
Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum Esculentum) Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Perokok
Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang Tahun 2014
ABSTRAK
Hipertensi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal dimana prevalensinya terus meningkat setiap tahunnya. Penderita
hipertensi perokok merupakan salah satu penderita dengan resiko tinggi.
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan nonfarmakologi, salah satunya
dengan terapi herbal dengan menggunakan jus tomat. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi perokok derajat 1. Penelitian ini menggunakan
Quasi Eksperiment Design dengan pendekatan Non Equivalen comparison group
pretest-posttest design dengan jumlah responden sebanyak 20 orang, yaitu 10
orang untuk kelompok eksperimen dan 10 orang untuk kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan jus tomat sebanyak 200
ml satu kali sehari selama 7 hari. Tekanan darah responden diukur sebelum dan
setelah diberikan perlakuan. Dari penelitian didapatkan rerata penurunan tekanan
darah sistolik kelompok eksperimen adalah 9,60 mmHg dengan standar deviasi
0,843 mmHg dan rerata penurunan diastolik adalah 5,20 mmHg dengan standar
deviasi 1,229 mmHg. Hasil uji Paired Sample T Test pada kelompok eksperimen
didapatkan nilai p<0,05, hal ini menunjukkan jus tomat dapat menurunkan
tekanan darah. Pada uji Independent T Test didapatkan nilai p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan signifikan penurunan tekanan darah antara kelompok
eksperimen dan kontrol. Penderita hipertensi derajat 1 disarankan untuk
mengkonsumsi jus tomat untuk penanganan tekanan darah tinggi.
Kata kunci

: hipertensi, tekanan darah tinggi, jus tomat

Daftar Pustaka : 48 (2000-2013)

vii

FACULTY OF NURSING
ANDALAS UNIVERSITY
October 2014
Name : Ilham Sanjaya
No.BP : 1010321012
Effect of Tomato Juice (Lycopersicum Esculentum) Against Blood Pressure in
Patients with Hypertension Smokers Stage 1 in Area Occupational of Health
Center at Andalas Padang City in 2014
ABSTRACT
Hypertension can increase the risk of heart attack, heart failure, stroke, and
kidney failure in which the prevalence increase every year. Hypertensive smoker
is one of the patients with high risk. Treatment of patients with hypertension can
be done with non-pharmacotherapy, one of them with herbal therapy using tomato
juice. This study aims to determine the effect of tomato juice on reducing blood
pressure in hypertensive smokers stage 1 patients. This study used a quasi
experiment design approach with non-equivalent comparison group pretestposttest design with a number of respondents were 20 people, 10 people for the
experimental group and 10 for the control group. The experimental group and the
control group was given 200 ml of tomato juice once a day for 7 days. Blood
pressure was measured before and after the respondent was given treatment.
From the study found an average decrease systolic blood pressure of group
experiment was 9,6 mmHg with standard deviation 0,843 and diastolic was 5,2
mmHg with standard deviation 1,229. Result Paired Sample T Test of experiment
group is p<0,05, indicating a tomato juice can lower blood pressure. In the
Independent T Test values obtained significance p<0,05, which means there is
significant difference in blood pressure reduction between experiment group and
control group. Patients with hypertension are advised to consume tomato juice for
high blood pressure treatment.
Key Word
References

: Hypertension, high blood pressure, tomato juice


: 48 (2000-2013)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul Dalam .............................................................................

Halaman Prasyarat Gelar ...........................................................................

ii

Lembar Persetujuan Pembimbing .............................................................

iii

Lembar Panitia Penguji ..............................................................................

iv

Ucapan Terima Kasih .................................................................................. v


Abstrak .......................................................................................................... vii
Abstract .........................................................................................................

viii

Daftar Isi .......................................................................................................

ix

Daftar Tabel .................................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9


C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hipertensi ........................................................................................... 11
1. Definisi ......................................................................................... 11
2. Penyebab ......................................................................................

13

3. Patofisiologi .................................................................................

18

4. Tanda Dan Gejala ........................................................................

19

ix

5. Komplikasi ................................................................................... 20
6. Penanganan ..................................................................................

21

B. Rokok ................................................................................................. 25
1. Definisi Rokok .............................................................................

25

2. Jenis Rokok .................................................................................. 26


3. Tipe Perokok ................................................................................ 27
4. Kandungan Rokok .......................................................................

28

5. Hubungan Merokok dan Tekanan Darah .....................................

30

C. Terapi Herbal Menggunakan Tomat ..................................................

32

1. Definisi ......................................................................................... 32
2. Kandungan Buah Tomat ..............................................................

33

3. Pengaruh Jus Tomat Terhadap Hipertensi....................................

35

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Teori Penelitian .................................................................

39

B. Hipotesis ............................................................................................

43

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Dan Desain Penelitian ............................................................... 44
B. Populasi Dan Sampel .........................................................................

45

C. Tempat Dan Waktu Penelitian ...........................................................

47

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ...................................

47

E. Instrumen Penelitian ..........................................................................

48

F. Etika Penelitian ..................................................................................

49

G. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 50

H. Teknik Pengolahan Data ....................................................................

52

I. Analisa Data ....................................................................................... 53


BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian .............................................................. 54
B. Analisa Univariat ...............................................................................

56

C. Analisa Bivariat .................................................................................

57

BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Penderita Hipertensi Derajat 1 Pada Kelompok
Eksperimen dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang Tahun 2014 ................................................................... 61
B. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok
Eksperimen Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014 ..................................

62

C. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok


Kontrol Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja
Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014 ..................................

65

D. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Antara Kelompok


Eksperimen dan Kontrol Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014 .......... 66
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................

69

B. Saran ..................................................................................................

70

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71


LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Anggaran Dana Penelitian


Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Kartu Bimbingan Proposal dan Skripsi
Lampiran 5. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6. Informed Consent
Lampiran 7. Instrumen Penelitian
Lampiran 8. Master Tabel
Lampiran 9. Hasil Uji Statistik
Lampiran 10. Kurikulum Vitae

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Yang


Dikemukakan Oleh US Joint National Committee Of
Detection, Evaluasi, Dan Penanganan Tekanan Darah Tinggi
..................................................................................................... 12
Kandungan Nutrisi Tomat Segar ................................................ 34
Kandungan Likopen Dalam Buah Segar Dan Produk Olahan
.....................................................................................................
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Penderita Hipertensi Derajat 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014 .............................................
Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Responden Berdasarkan
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi
Pada Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014 .............................................
Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Responden Berdasarkan
Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi
Pada Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang Tahun 2014 ...........................................................
Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Penderita Hipertensi
Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang
Tahun 2014 .................................................................................
Perbedaan Rerata Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan

35

55

56

57

58

Diastolik pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol di Wilayah


Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014 .................

60

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Batas normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg (Iskandar, 2010). Hipertensi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Adib, 2009).
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan,
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau disebut
juga esensial adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan terdapat
pada kurang lebih 90% dari seluruh penderita hipertensi. Sedangkan hipertensi
sekunder merupakan hipertensi yang diakibatkan penyakit lainnya (Adib, 2011)
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes (2013),
menyebutkan bahwa hipertensi adalah penyakit nomor satu di Indonesia, yakni
mencapai 25,6% dan sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdeteksi. Prevalensi hipertensi berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan
pengukuran terlihat meningkat dengan bertambahnya umur. Untuk provinsi
Sumatera Barat hipertensi mencapai 22,6% (Riskesdas, 2013).

Meskipun hipertensi primer belum diketahui secara pasti penyebabnya,


namun data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Gunawan, 2007). Faktor
resiko tersebut ada yang tidak bisa dimodifikasi, antara lain riwayat keluarga,
umur, jenis kelamin, dan etnis serta faktor-faktor resiko yang dapat diminimalisir
seperti stress, berat badan, penggunaan kontrasepsi oral pada wanita, kebiasaan
merokok, dan asupan garam berlebihan (Nurrahmani, 2012).
Salah satu faktor penyebab hipertensi adalah merokok. Pada tahun 2008
menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia sebesar 240 milyar batang. Sedangkan
berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah
perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Dimana jumlah perokok di
China 30 %, India 11 %, dan di Indonesia mencapai 4,8 % (Riskesdas, 2013).
Organisasi Kesehatan dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh
lebih dari lima juta orang pertahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta
sampai tahun 2020. Dari jumlah itu, 70 persen korban berasal dari negara
berkembang. Lembaga demografi Universitas Indonesia mencatat, angka
kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa,
berarti 1.172 jiwa perhari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di Indonesia
(Bustan, 2007).
Merokok meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan
Norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipicu oleh nikotin. Risiko
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, tidak tergantung

pada lamanya merokok (Nurrahmani, 2012). Namun semakin lama dan semakin
banyak jumlah rokok yang dihisap, maka semakin beresiko seseorang untuk
mengidap hipertensi (Suheni, 2007). Satu batang rokok diketahui mengandung
tidak kurang dari 4000 bahan kimia yang merugikan kesehatan baik bagi perokok
aktif maupun perokok pasif (Shah, 2010). Nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri

dan mengakibatkan

proses ateriosklerosi, serta

vasokontriksi pembuluh darah. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok


dapat

menyebabkan

penggumpalan

trombosit,

sehingga

menyebabkan

peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas darah, meningkatkan kadar


fibrinogen, mendorong agregasi platelet, yang akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah sehingga terjadilah hipertensi (Mukamal, 2006).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hengli (2013) tentang hubungan
antara merokok dan aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pria di wilayah
kerja Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Utara menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi.
Hipertensi biasanya bersifat asimptomatik, tetapi memiliki angka mordibitas
dan mortalitas yang relatif tinggi. Tekanan darah makin tinggi, makin beresiko
terkena Coronary Disease, Congestive Heart Failure (CHF), stroke dan kidney
disease. Hipertensi juga dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi yang
dapat mengenai suatu target organ, misalnya stroke dan penyakit jantung koroner
(Borzecki, Kader & Berlowitz, 2010).

Kematian akibat kardiovaskuler secara global adalah sekitar 17 juta


kematian per tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 9,4 juta kematian di seluruh
dunia per tahun disebabkan oleh komplikasi akibat hipertensi. Hipertensi
bertanggungjawab untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung dan
51% akibat stroke. Pada tahun 2008, di seluruh dunia sekitar 40% dari total orang
dewasa berusia 25 tahun ke atas teah didiagnosis dengan hipertensi. Kondisi
tersebut meningkat dari 600 juta orang pada tahun 1980 menjadi satu miliar orang
pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Penanganan hipertensi dibagi dua bagian yakni secara farmakologis dan non
farmakologis. Penanganan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan
seperti diuretik, simpatik, betabloker, dan vasodilator yang dapat membantu
menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan risiko terjadinya
komplikasi akibat hipertensi (Davey, 2005). Penanganan hipertensi dengan
farmakologis dilakukan dengan pemberian obat antihipertensi secara bertahap.
Obat antihipertensi harus dikonsumsi seumur hidup disamping menjaga diet
rendah garam dan olahraga secara teratur. Mengkonsumsi obat antihipertensi
yang terus menerus dalam jangka waktu panjang seringkali membuat pasien
merasa bosan dan takut pada efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut.
Penderita hipertensi ringan dapat diberikan penanganan secara non farmakologis
yang merupakan intervensi utama yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Namun apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko
tinggi (pria dan perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85-

95 mmHg dan sistoliknya 130 sampai 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi
obat-obatan (Brunner & Suddarth, 2002).
Penanganan secara non farmakologis yaitu mengurangi berat badan untuk
individu yang obesitas atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium, aktifitas
fisik, dan terapi komplementer (Klodas, 2012). Pengobatan alternatif menjadi
pilihan untuk mengatasi hipertensi, salah satunya dengan terapi herbal dengan
manfaat yang tidak kalah dengan obat kimia bahkan dengan keuntungannya yang
tidak memiliki efek samping bagi penderita (Nurrahmani, 2012). Salah satu terapi
herbal untuk mengobati penyakit hipertensi adalah dengan mengkonsumsi buah
tomat atau produk olahan tomat lainnya seperti jus tomat.
Tomat adalah salah satu buah-buahan yang mudah didapat, harga yang
relatif murah dan terjangkau, bentuk, rasa dan warnanya yang menarik serta
kandungan gizinya yang baik untuk kesehatan. Tomat memiliki berbagai vitamin
dan senyawa anti penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama likopen (Kailaku,
2007). Aktivitas antioksidan likopen dua kali lebih baik dari beta karoten. Tomat
mengandung lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan
merupakan sumber serat dan protein yang baik. Selain itu, tomat kaya akan
vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan likopen. Terdapat 9,27 mg
likopen dalam 100g tomat mentah. Sedangkan tomat matang mengandung zat gizi
bioaktif seperti tocopherols, phenolics, glycoalkaloids, flavonoids (Engelmann,
dkk, 2011). Penelitian di Selandia Baru menunjukkan bahwa kulit dan biji tomat

memberikan kontribusi 53% total phenolics, 52% total flavonoids, 48% total
likopen dan 43% total asam askorbat (Toor, dkk, 2005).
Aktivitas antiaterosklerosis likopen terjadi secara oksidatif dan non oksidatif.
Pada mekanisme oksidatif, likopen mencegah aterosklerosis dengan memproteksi
biomolekul seluler penting, seperti lipid dan lipoprotein. Dalam mekanisme non
oksidatif, efek antiaterosklerosis likopen menghambat laju HMG-CoA (3hydroxy-3-methylglutaryl-coenzim A) reduktase yang berperan penting pada
sintesis kolesterol, serta mengaktifkan reseptor LDL sehingga bekerja sebagai
agen hipokolesterolemik (Agarwal & Rao, 2000).
Kadar likopen lebih tinggi jika dikonsumsi sebagai jus tomat, likopen
diserap tubuh dengan lebih baik jika diproses menjadi jus daripada jika
dikonsumsi dalam bentuk alaminya. Hal ini dikarenakan likopen dalam buah yang
belum diproses tersedia dalam bentuk trans, yang merupakan bentuk yang tidak
mudah diserap tubuh. Sedangkan pengolahan tomat menjadi jus akan mengubah
likopen dalam bentuk trans menjadi cis, sehingga meningkatkan penyerapannya
oleh tubuh (Rao, 1997).
Selain likopen, zat yang berperan dalam penurunan tekanan darah di dalam
buah tomat adalah kalium. Kalium berfungsi sebagai natriuretik, yaitu
menyebabkan peningkatan pengeluaran natrium dan cairan. Kalium dalam jus
tomat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat
pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Renin
beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraian angiotensin

menjadi angiotensin I. Angiotensin I berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu


angiotensin II dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme (ACE).
Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat
vasoconstrictor dan dapat merangsang pengeluaran aldosteron. Aldosteron
meningkatkan tekanan darah dengan jalan retensi natrium. Retensi natrium dan air
menjadi berkurang dengan adanya kalium, sehingga terjadinya penurunan volume
plasma, curah jantung, tekanan perifer, dan tekanan darah (Murray, dkk., 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) di Panti Werda
Pengayoman dan Panti Wredha Harapan Ibu Semarang tentang pengaruh
pemberian jus tomat terhadap tekanan darah pada wanita post menopause
hipertensif dengan jumlah subjek penelitian 34 orang, menunjukkan bahwa
pemberian 200 ml jus tomat sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7 hari
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,76 mmHg
(8,4%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82 mmHg (9,6%) pada wanita
postmenopause hipertensif. Sedangkan penelitian yang dilakukan Aiska (2014) di
Panti Wreda kota Semarang tentang perbedaan penurunan tekanan darah sistolik
lanjut usia hipertensi yang diberi jus tomat dengan kulit dan tanpa kulit dengan
jumlah subjek 34 orang, menyimpulkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 10,00 mmHg pada kelompok perlakuan I (jus tomat dengan kulit).
Sedangkan pada kelompok perlakuan II (jus tomat tanpa kulit) terjadi penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 5,88 mmHg.

Berdasarkan rekapitulasi Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2013, Dari 22


Puskesmas di kota Padang penderita hipertensi sebanyak 27.751 orang, dan
Puskesmas Andalas berada pada peringkat pertama terbanyak pasien hipertensi
(DKK Padang, 2014). Laporan jumlah kunjungan penderita hipertensi di
Puskesmas Andalas pada tahun 2013 sebanyak 5.113 orang. Angka ini sangat
jauh meningkat jika dibandingkan dengan kunjungan pada tahun 2012 yaitu
sebanyak 141 orang (Laporan Puskesmas Andalas 2014).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Andalas
Kota Padang penderita hipertensi terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dari hasil
pengukuran tekanan darah terlihat meningkat rata-rata diatas 140/90 mmHg
dengan bertambahnya umur dan kebiasaan hidup seperti mengkonsumsi garam
yang tinggi, makan makanan yang tinggi lemak. Tercatat jumlah penderita
hipertensi di Puskesmas Andalas tahun 2013 sebanyak 571 penderita, dengan 230
penderita berjenis kelamin laki-laki dan 341 penderita perempuan (Laporan
Puskesmas Andalas, 2013). Dari hasil wawancara dengan sepuluh orang penderita
hipertensi didapatkan informasi bahwa selama ini usaha yang mereka lakukan
untuk mengatasi hipertensi dengan menggunakan terapi herbal dan menkonsumsi
obat antihipertensi. Terapi herbal yang mereka gunakan yaitu dengan mentimun,
seledri, daun alpukat, rosella, daun salam dan dengan obat antihipertensi dari
puskesmas. Sedangkan terapi jus tomat belum pernah mereka gunakan untuk
mengatasi hipertensi kecuali hanya untuk minuman pelepas dahaga saja. Padahal
harga buah tomat tergolong relatif murah dan terjangkau serta mudah didapat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang pengaruh jus tomat terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi perokok derajat I di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang
tahun 2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada pengaruh pemberian jus tomat
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi perokok derajat 1 di
wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi perokok derajat 1 di wilayah kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah penderita hipertensi sebelum
diberikan jus tomat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah penderita hipertensi sesudah
diberikan jus tomat pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

10

c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan


tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.
d. Untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan darah pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah pemberian jus tomat.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas
Sebagai masukan dan acuan bagi bidang keperawatan dalam memberikan
terapi non farmakologi yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi dan menambah literatur tentang terapi non farmakologi
yang dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
3. Bagi Penderita Hipertensi
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan menjadi bahan
pertimbangan untuk memilih terapi non farmakologi dalam menurunkan
tekanan darah yaitu dengan mengkonsumsi jus tomat.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian selanjutnya dalam
melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan terapi non farmakologi dalam
penatalaksanaan hipertensi.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi

adalah

suatu

keadaan

dimana

seseorang

mengalami

peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Batas normal tekanan darah adalah
120/80 mmHg. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan
darahnya lebih dari 140/90mmHg (Iskandar, 2010).
Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85
mmH, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan
diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun buat orang Indonesia,
banyak dokter berpendapat bahwa tekanan darah yang ideal adalah sekitar
110-120/80-90 mmHg. Batasan ini berlaku bagi orang dewasa di atas 18 tahun
(Adib, 2009).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi
sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah
memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau

12

dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup


(Brunner & Suddarth, 2002).
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar
dari jantung. Angka yang kedua disebut tekanan diastolik, yaitu angka yang
menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir masuk kembali ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur
ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik diukur ketika
jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya dalam
mengindikasikan kesehatan (Adib, 2009).
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa yang
dikemukakan oleh US Joint National Committee of Detection, evaluasi, dan
penanganan Tekanan Darah Tinggi
Kategori

Sistolik
(mmHg)
Normotensi
<130
Normal tinggi
130-139
Hipertensi derajat I
140-159
Hipertensi derajat II
160-179
Hipertensi derajat III >180
Sumber : (Corwin, 2009).

dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau
dan/atau

Diastolik
(mmHg)
<85
85-89
90-99
100-109
>110

13

2. Penyebab
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri terjadi karena beberapa sebab,
yaitu karena jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku sehingga tidak dapat mengembang saat jantug memompa darah melalui
arteri sehingga tekanan perifer total meningkat, dan sirkulasi cairan bertambah
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Hipertensi dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan penyebab
terjadinya, yaitu (Adib, 2011) :
a.

Hipertensi Primer atau Essensial


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
dan terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh penderita hipertensi
(Adib, 2011).

b.

Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diakibatkan oleh penyakit lain.
Sekitar 5-10 % penderita hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit
ginjal, 1-2 % kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya
pil KB). Penyebab lain yang jarang diketahui adalah feokromositoma,
yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin) (Adib, 2011).

14

Faktor resiko hipertensi pada hipertensi primer antara lain :


a.

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Nurrahmani, 2012)


1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu
yang memiliki orang tua dengan hipertensi mempunyai resiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
Selain itu, individu normotensi yang memiliki orang tua dengan
hipertensi memiliki reaktivitas vaskuler yang lebih tinggi terhadap
stress mental maupun fisik dibandingkan individu dengan tekanan
darah normal dengan orang tua juga normal tekanan darahnya.
2) Usia
Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50-60 %-nya mempunyai
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya.
3) Jenis Kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal.
Laki-laki juga mempunyai risiko lebih besar terhadap morbiditas dan

15

mortalitas beberapa penyakit kardiovaskuler. Sedangkan untuk usia


di atas 50 tahun, hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
b.

Faktor yang dapat dimodifikasi


1) Stress
Stress meningkatkan retensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung

sehingga

akan

merangsang

aktifitas

saraf

simpatik

(Nurrahmani,2012).
2) Berat badan
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dan tekanan darah, baik pada pasien hipertensi maupun
normotensi. Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan
peningkatan jumlah lemak pada bagian perut akan meningkatkan
resiko tekanan darah tinggi (Nurrahmani, 2012).
3) Penggunaan kontrasepsi oral pada wanita
Hipertensi ini disebabkan oleh peningkatan volume plasma akibat
peningkatan aktivitas renin-angitensin-aldosteron yang muncul ketika
kontrasepsi oral digunakan. Estrogen dan progesteron sintetik yang
dipakai sebagai pil kontrasepsi oral menyebabkan retensi natrium.
Hal

ini

merupakan

meningkatkan

sintesis

konsekuensi
substrat

logis
renin

dari
oleh

estrogen
hepar,

yang
dengan

meningkatnya sintesis renin ini maka angiotensinogen akan diubah


menjadi angiotensin I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.

16

Meningkatnya kadar angiotensin II akan merangsang sintesis


aldosteron yang akan menimbulkan retensi natrium, pada saat yang
sama terjadi vasokontriksi ginjal dan sistemik (Nurrahmani, 2012).
4) Kebiasaan merokok
Penelitian terakhir menyatakan merokok menjadi salah satu faktor
hipertensi yang dapat dicegah. Merokok meningkatkan tekanan darah
melalui mekanisme pelepasan Norepinefrin dari ujung-ujung saraf
adrenergik yang dipicu oleh nikotin. Risiko merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, tidak tergantung pada
lamanya merokok (Nurrahmani, 2012).
Semakin lama dan semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka
semakin beresiko seseorang untuk mengidap hipertensi (Suheni,
2007). Satu batang rokok diketahui mengandung tidak kurang dari
4000 bahan kimia yang merugikan kesehatan baik bagi perokok aktif
maupun perokok pasif (Shah, 2010). Seseorang yang menghisap
rokok denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%. Rokok
mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan dan merangsang
pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung lebih cepat dan kuat,
akhirnya

terjadi

peningkatan

tekanan

darah

(Departemen

Kesesehatan RI, 2008).


Nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang
masuk ke aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah

17

arteri dan mengakibatkan proses ateriosklerosi, serta vasokontriksi


pembuluh darah. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok
dapat

menyebabkan

penggumpalan

trombosit,

sehingga

menyebabkan peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas darah,


meningkatkan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, yang
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Mukamal, 2006).
5) Asupan garam berlebihan
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah perifer
tanpa diikuti peningkatan ekskresi garam, disamping pengaruh
faktor-faktor lainnya. Pada individu yang diberi garam berlebihan
dalam waktu yang pendek akan didapatkan peningkatan tahan perifer
(TPR), sedangkan pengurangan garam ke tingkat 60-90 mmol/hari
akan

menurunkan

tekanan

darah

pada

kebanyakan

orang

(Nurrahmani, 2012).
6) Asupan tinggi lemak dan penguat rasa makanan
Kandungan makanan cepat saji (junkfood) banyak mengandung
lemak dan tingginya kadar garam dapur dan penguat rasa seperti
MSG atau vetsin memperoleh monosodium atau natrium ion yang
berasal dari MSG. Kedua unsur ini adalah salah satu pencetus
terjadinya hipertensi (Adib, 2009).

18

3. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis gangila simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke gangila simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan

tambahan

aktivitas

vasokonstriksi.

Medulla

adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal


mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin

19

merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi


angiostensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
(Brunner & Suddarth, 2002).

4. Tanda dan gejala


Menurut Corwin (2009), sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun dan berupa :
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
c. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.

20

5. Komplikasi
Menurut Corwin (2009), komplikasi hipertensi antara lain :
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan
oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan risiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
darah tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan

21

rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine


sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh
susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi
koma serta kematian.

6. Penanganan
Penanganan hipertensi dibagi menjadi 2 (Davey, 2005) yaitu :
a. Penanganan dengan obat-obatan (farmakologi), diantaranya adalah :
1.

Bloker , seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut jantung


dan TD dengan bekerja secara antagonis terhadap sinyal adrenergik.
Efek samping bloker diantaranya adalah letargi, impotensi, perifer
dingin, eksaserbasi diabetes, dan hiperlipidemia.

2.

Diuretik dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif

3.

Antagonis kanal kalsium (calcium channel): vasodilator yang


menurunkan TD. Nifedipin (kemungkinan amlodipin) menyebabkan
takikardia refleks kecuali bila diberikan juga bloker . Dilitazem dan
verapamil

menyebabkan

bradikardia,

bermanfaat

bila

ada

22

kontraindikasi bloker . Efek samping: muka merah, edema


pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin).
4.

Inhibitor enzim pengubah angiostensin (angiostensin-converting


enzyme (ACE)), seperti kaptopril, enalapril, lisinopril, dan ramipil,
memberikan efek antihipertensi dengan menghambat pembentukan
angiotensin II. Efek samping di antaranya batuk kering (sering
dijumpai) dan angiodema.

5.

Antagonis reseptor angiotensin II, seperti losartan dan valsartan,


bekerja antagonis terhadap aksis angiotensin II-renin. Efikasinya
sebanding dengan inhibitor ACE, walaupun data penelitian yang
mendukung penggunaannya kurang komprehensif. Indikasinya pada
gagal jantung atau gangguan fungsi ventrikel kiri jika batuk akibat
inhibitor ACE terasa menganggu. Efeknya dalam fungsi ginjal pada
hipertensi renovaskuler sama.

6.

Antagonis , seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan TD


dengan bekerja antagonis terhadap reseptor -adrenergik pada
pembuluh darah perifer.

7.

Obat-obat lain misalnya obat yang bekerja sentral (seperti metildopa,


atau moksonidin yang lebih baru).

23

b. Penanganan non obat (non farmakologis)


Penanganan secara non farmakogis yaitu :
1.

Dash (Dietary Approach to Stop Hypertension)


Dash (Dietary Approach to Stop Hypertension) merupakan pola
diet yang dipromosikan oleh NHLBI (National Heart, Lung, and
Blood Institute of United States) yang dimaksudkan untuk mencegah
dan megontrol hipertensi. Diet DASH merupakan diet yang kaya akan
buah, sayuran, gandum utuh, makanan berbasis susu rendah lemak,
termasuk kacang-kacangan, daging, ikan, disertai penurunan lemak,
daging merah, pemanis dan gula dalam minuman, serta dipilihnya
makanan yang kaya akan kalium, magnesium, kalsium, serat dan
penurunan total lemak, lemak saturasi dan kolesterol, dengan
penambahan protein dalam jumlah ringan (NHLBI, 2006).
DASH menunjukkan bahwa tekanan darah berkurang secara
signifikan dengan diet kaya sayuran dan buah-buahan yang tinggi
kalium (Farapti, 2013).

2.

Terapi komplementer
a. Defenisi
Terapi komplementer merupakan terapi alternatif yang dipakai
oleh tenaga praktisi dan yang lainnya dalam pengobatan sebagai terapi
pelengkap tindakan perawat (Achjar, 2010). Terapi komplementer
merupakan terapi tambahan di luar terapi utama (medis) dan berfungsi

24

sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan


kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan (Cassileth, 2004).
b. Macam-macam terapi komplementer
Menurut National Center for Complementary and Alternative
Medicine (NCAM) (2012), terapi komplementer diantaranya adalah
dengan terapi herbal, terapi nutrisi, meditasi, akupuntur, yoga, dan
terapi pijat.
c. Terapi herbal
Terapi herbal termasuk salah satu jenis terapi komplementer.
Terapi herbal yaitu terapi dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan dan
produk alam untuk pengobatan penyakit (Alleyne et., al, 2005).
Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam
menangani penyakit. Obat herbal telah diterima secara luas hampir
diseluruh negara di dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika,
Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap
pengobatan primer. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi
menggunakan

obat

herbal

untuk

pengobatan

primer.

WHO

merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal


dalam

pemeliharaan

kesehatan

masyarakat,

pencegahan,

dan

pengobatan penyakit (WHO, 2005). Khusus untuk obat herbal,

25

pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun


2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
Salah satu terapi herbal untuk mengobati penyakit hipertensi
adalah dengan menkonsumsi buah tomat atau produk olahan tomat
lainnya seperti jus tomat. Tomat adalah salah satu buah-buahan yang
mudah di dapat, harga yang relatif murah dan terjangkau, bentuk, rasa,
dan warnanya yang menarik serta kandungan gizinya yang baik untuk
kesehatan. Tomat memiliki berbagai vitamin dan senyawa anti
penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama likopen (Kailaku, 2007).

B. Rokok
1. Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, termasuk cerutu
atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum,
nicotiana rustica, dan spesies lainnya dimana sintesisnya mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sutiyoso, 2004).
Triswanto (2007) mengatakan bahwa rokok biasanya berbentuk silinder
terdiri dari kertas yang berukuran panjang 70 hingga 120 mm yang berisi
daun tembakau yang telah diolah. Jadi, rokok merupakan hasil olahan
tembakau yang dibungkus dengan kertas berbentuk silinder.

26

2.

Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunaan filter pada rokok (Yulianto, 2012).
Jenis rokok berdasarkan bahan pembungkus, yaitu :
1. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi rokok, yaitu :
1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi bahan tertentu untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
2. Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa
dan aroma tertentu.
3. Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau,

cengkeh,

dan

kemenyan

mendapatkan efek dan aroma tertentu.

yang

diberi

saus

untuk

27

Jenis rokok berdasarkan proses pembuatannya, yaitu :


1. Sigaret kretek tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu sederhana.
2. Sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sigaret kretek mesin dikategorikan ke dalam 2
bagian yaitu (a) SKM full flavor : rokok yang dalam proses
pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contohnya : gudang
garam filter internasional, djarum super, dan lain-lain. (b) SKM light
mild : rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang
rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas.
Contohnya : A mild, class mild, star mild, U mild, dan lain-lain.
Jenis rokok berdasarkan penggunaan filter, yaitu :
1. Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
2. Rokok non filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.

3. Tipe Perokok
Tipe perokok menurut jumlah rokok yang dihisap (Bustan, 2007) meliputi :
1. Perokok ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
2. Perokok sedang : apabila merokok 10-20 batang per hari.
3. Perokok berat : apabila merokok lebih dari 20 batang per hari.

28

4. Kandungan Rokok
Rokok mengandung ribuan bahan zat kimia. Beberapa ahli mengatakan
bahwa sebatang rokok yang dibakar akan mengeluarkan sekitar 4000 bahan
kimia berbahaya dan 43 diantaranya merupakan bahan penyebab kanker
(karsinogenik). Zat-zat tersebut antara lain :
1. Tar adalah substansi hidrokarbon, yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru dan mengandung bahan-bahan karsinogen yang dapat
menyebabkan kanker.
2. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran
darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paruparu yang mematikan. Nikotin menyebabkan perokok merasa rileks.
Nikotin adalah senyawa kimia organik dan merupakan sebuah alkaloid
yang ditemukan secara alami diberbagai macam tumbuhan seperti
tembakau. Kandungan nikotin bisa mencapai 0.3 % sampai 5 % dari
berat kering tembakau. Nikotin mengandung zat yang membuat orang
ketagihan dan menimbulkan ketergantungan.
3. Karbon monoksida (CO) adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam
darah, membuat darah darah tidak mampu mengikat oksigen. Dengan
demikian hal ini akan mempengaruhi pemenuhan oksigen ke seluruh
tubuh padahal oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme dalam
tubuh. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha

29

melakukan kompensasi dengan menyempitkan (spasme) pembuluh


darah.
4. Formaldehid yaitu sejenis gas yang sangat beracun terhadap semua
organisme hidup.
5. Naftalane yaitu bahan kapur barus.
6. Metanol yaitu cairan yang mudah menguap, diunakan sebagai pelarut
dan pembunuh hama.
7. Aceton yaitu bahan pembuat cat.
8. Fenol butance yaitu bahan bakar korek api, zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga
menghalangi aktifitas enzim.
9. Potassium nitrat yaitu bahan baku pembuatan bom dan pupuk.
10. H2S (asam sulfida) yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar
dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.
11. HCN (asam sianida) yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak memiliki rasa,. Zat ini merupakan zat yang paling ringan,
mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan
merusak saluran pernapasan.
12. Amonia yaitu bahan untuk pencuci lantai.
13. Cadmium yaitu asap dari knalpot kendaraan yang dapat meracuni
jaringan tubuh terutama ginjal.

30

14. Nitrous oxide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila dihisap
dapat menghilangkan rasa sakit.
15. Volatik nitrosamine yaitu jenis asap tembakau yang diklasifikasikan
sebagai karsinogen yang potensial (Jaya, 2009).

5. Hubungan Merokok dan Tekanan Darah


Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama
yang mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat
dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan
mempengaruhi tekanan darah. Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang
tidak baik seperti merokok. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah.

Namun rokok akan mengakibatkan

vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga


terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan menambah detak jantung
520 kali per menit. Dengan menghisap sebatang rokok maka akan
mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau
hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun
pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat
merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan
pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan
mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit)

31

lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping
kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah
akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO
dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan
oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena
gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya
di hemoglobin.

Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan

berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan


jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah.
Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh
darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis
(penyempitan) (Aula, 2010).
Selain itu, asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin merupakan dadah
yang kuat.

Nikotin bertindak terhadap pusat kepuasan di otak yang

menyebabkan perokok terangsang pada peringkat awal, tetapi keadaan ini


kemudiannya

disusuli

oleh

kemurungan.

Nikotin

meningkatkan

penghasilan bahan kimia yang dinamai dopamine dan berhubung rapat


dengan pusat-pusat emosi di otak. Nikotin mengganggu sistem saraf
simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain
menyebabkan

ketagihan

merokok.

Efek

nikotin

menyebabkan

perangsangan terhadap hormon epinefrin (adrenalin) yang bersifat memacu


peningkatan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen

32

jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung.

Jantung tidak

diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi,


berakibat timbulnya hipertensi. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak,
dan banyak bagian tubuh lainnya. Efek lain nikotin adalah merangsang
berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan
menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah
sempit akibat asap yang mengandung gas CO yang berasal dari rokok.
Dari gambaran diatas baik gas CO maupun nikotin berpacu menyempitkan
pembuluh darah dan menyumbatnya sekaligus.
Merokok menyebabkan hipertensi berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap per hari, dan bukan pada lama merokok. Seseorang yang merokok
lebih dari satu pak rokok sehari menjadi lebih rentan mendapat hipertensi.
Zat-zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis
racunnya akan mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala yang
ditimbulkannya (Sitepoe, 2002).

B. Terapi herbal menggunakan tomat


1. Definisi
Buah tomat (Lycopersicum esculentum) adalah buah khas Amerika, terdiri
dari berbagai bentuk dan dimensi. Tomat tergolong buah karena merupakan
bagian tanaman yang bisa dimakan, yang mengandung biji atau benih,

33

sementara sayuran adalah bagian daun, akar dan stem (batang) tanaman yang
bisa dimakan (Kailaku, 2007).

2. Kandungan buah tomat


Pigmen utama pada tomat adalah likopen dan karoten. Pada pembentukan
likopen, suhu mempunyai peranan yang penting, jika suhu naik maka likopen
akan semakin banyak terbentuk. Tomat memiliki berbagai vitamin dan
senyawa anti penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama likopen. Tomat
mengandung lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan
merupakan sumber serat dan protein yang baik. Selain itu tomat kaya akan
vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan likopen. Satu buah
tomat ukuran sedang mengandung hampir setengah batas jumlah kebutuhan
harian (required daily allowance/RDA) vitamin C untuk orang dewasa
(Franceschi et. Al., 1994).
Likopen adalah bahan alami yang ditemukan dalam jumlah besar pada
tomat dan buah-buahan berwarna merah lain seperti semangka, pepaya dan
jambu. Likopen merupakan kelompok karotenoid (seperti beta-karoten).
Walaupun ada sekitar 600 karotenoid, likopen adalah bentuk yang paling
banyak ditemukan dalam makanan (beta-karoten terbanyak kedua) (Kailaku,
2007).

34

Tabel 2.2 Kandungan Nutrisi Tomat Segar


Nutrien
Proksimat
- Air (g)
- Energi (kkal)
- Protein (g)
- Total
lemak
(g)
- Karbohidrat
(g)
- Serat (g)
- Abu (g)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Zat besi (mg)
- Magnesium
(mg)
- Fosfor (mg)
- Kalium (mg)
- Natrium (mg)
- Seng (mg)
- Tembaga mg)
- Mangan (mg)
- Selenium (mg)

Kandungan
per 100 g
93,76
21
0,85
0,33
4,64
1,1
0,42

5
0,45
11
24
222
9
0,09
0,074
0,105
0,4

Vitamin
- Vitamin
C 19,1
(mg)
- Tiamin (mg)
0,059
- Riboflavin
0,048
(mg)
- Niasin (mg)
0,628
- Asam
0,247

Nutrien
Asam Amino
- Triptofan (g)
- Treonin (g)
- Isoleusin (g)
- Leusin (g)
- Lisin (g)
- Metionin (g)
- Kistin (g)
- Fenilalanin (g)
- Tirosin (g)
- Valin (g)
- Arginin (g)
- Histidin (g)
- Alanin (g)
- Asam aspartat
(g)
- Asam glutamat
(g)
- Glisin (g)
- Prolin (g)
- Serin (g)

Kandungan
per 100 g
0,006
0,021
0,020
0,031
0,031
0,007
0,011
0,022
0,015
0,022
0,021
0,013
0,024
0,118
0,313
0,021
0,016
0,023

Asam Lemak
- Jenuh (g)
0,045
- Tak
jenuh 0,050
tunggal (g)
- Tak
jenuh 0,135
ganda (g)

35

pantotenat
(mg)
- Vit. B6 (mg)
0,080
- Vit. A (IU)
623
- Tokoferol
(mg)
0,34
Sumber : Kailaku (2007)

Tabel 2.3 Kandungan Likopen dalam Buah Segar dan Produk Olahan
Bahan
Pasta tomat
Saus spageti
Sambal
Saus tomat
Jus tomat
Sup tomat
Saus seafood
Semangka
Pink grapefruit
Tomat mentah
Sumber : Arab dan Steck (2000)

Kandungan Likopen
(mg/100g)
42,2
21,9
19,5
15,9
9,5
7,2
17,0
4,0
4,0
8,8

3. Pengaruh jus tomat terhadap hipertensi


Menurut Sanjiv dan Rao (2000) likopen merupakan salah satu antioksidan
yang potensial, dengan kemampuan meredam oksigen tunggal dua kali lebih
baik daripada beta-karoten dan sepuluh kali lebih baik daripada alfa-tokoferol.
Antioksidan adalah molekul yang sangat penting yang bertindak sebagai

36

pemusnah radikal bebas. Antioksidan bekerja menangkap radikal bebas dan


melepaskan elektronnya sendiri, sehingga mencegah oksidasi oleh radikal
bebas yang dapat merusak molekul-molekul lain. Tubuh kita secara alami
memiliki serangkaian jaringan antioksidan yang dapat membantu melindungi
tubuh. Namun, tubuh tidak dapat memproduksi jumlah yang cukup. Menu
makanan yang kaya buah dan sayuran merupakan sumber antioksidan yang
sangat baik, yang mengandung vitamin E, vitamin C dan berbagai karotenoid
seperti beta-karoten dan likopen.
Kandungan likopen pada tomat meningkat dalam tubuh jika tomat
diproses menjadi jus,saus dan lain-lain. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Shi dan Le Maguer (2000) menyebutkan bahwa sifat bioavailability likopen
meningkat setelah pemasakan, jadi produk olahan tomat seperti saus, jus dan
saus pizza memiliki lebih banyak likopen yang bersifat bioavailable
dibandingkan tomat segar. Tsang (2005) menjelaskan bahwa hal ini
disebabkan karena likopen terikat dengan struktur sel tomat dan perubahan
suhu dalam proses pengolahan dapat melepaskan likopen dari struktur sel
tersebut.
Aktivitas antiaterosklerosis likopen terjadi secara oksidatif dan non
oksidatif. Pada mekanisme oksidatif, likopen mencegah aterosklerosis dengan
memproteksi biomolekul seluler penting, seperti lipid dan lipoprotein. Dalam
mekanisme non oksidatif, efek antiaterosklerosis likopen menghambat laju
HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzim A) reduktase yang berperan

37

penting pada sintesis kolesterol, serta mengaktifkan reseptor LDL sehingga


bekerja sebagai agen hipokolesterolemik (Agarwal & Rao, 2000).
Kadar likopen lebih tinggi jika dikonsumsi sebagai jus tomat, likopen
diserap tubuh dengan lebih baik jika diproses menjadi jus daripada jika
dikonsumsi dalam bentuk alaminya. Hal ini dikarenakan likopen dalam buah
yang belum diproses tersedia dalam bentuk trans, yang merupakan bentuk
yang tidak mudah diserap tubuh. Sedangkan pengolahan tomat menjadi jus
akan mengubah likopen dalam bentuk trans menjadi cis, sehingga
meningkatkan penyerapannya oleh tubuh (Rao, 1997).
Selain likopen, zat yang berperan dalam penurunan tekanan darah di
dalam buah tomat adalah kalium. Kalium berfungsi sebagai natriuretik, yaitu
menyebabkan peningkatan pengeluaran natrium dan cairan. Kalium dalam jus
tomat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat
pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Renin
beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraijan
angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu angiotensin II dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme
(ACE). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat vasoconstrictor

dan dapat merangsang pengeluaran aldosteron.

Aldosteron meningkatkan tekanan darah dengan jalan retensi natrium. Retensi


natrium dan air menjadi berkurang dengan adanya kalium, sehingga terjadinya

38

penurunan volume plasma, curah jantug, tekanan perifer, dan tekanan darah
(Murray et. Al., 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2012) di Panti Werda
Pengayoman dan Panti Wredha Harapan Ibu Semarang tentang pengaruh
pemberian jus tomat terhadap tekanan darah pada wanita post menopause
hipertensif dengan jumlah subjek penelitian 34 orang, menunjukkan bahwa
pemberian 200 ml jus tomat sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7 hari
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,76 mmHg
(8,4%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82 mmHg (9,6%) pada wanita
postmenopause hipertensif. Sedangkan penelitian yang dilakukan Aiska
(2014) di Panti Wreda kota Semarang tentang perbedaan penurunan tekanan
darah sistolik lanjut usia hipertensi yang diberi jus tomat dengan kulit dan
tanpa kulit dengan jumlah subjek 34 orang, menyimpulkan bahwa terdapat
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10,00 mmHg pada kelompok
perlakuan I (jus tomat dengan kulit). Sedangkan pada kelompok perlakuan II
(jus tomat tanpa kulit) terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5,88
mmHg.

39

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori Penelitian


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di dalam arteri. Batas normal tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg (Iskandar, 2010). Hipertensi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Adib, 2009).
Salah

satu

faktor

penyebab

hipertensi

adalah

merokok.

Merokok

meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan Norepinefrin dari


ujung-ujung saraf adrenergik yang dipicu oleh nikotin. Risiko merokok berkaitan
dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, tidak tergantung pada lamanya
merokok (Nurrahmani, 2012).
Nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses ateriosklerosi, serta vasokontriksi pembuluh darah. Karbon
monoksida yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan
trombosit, sehingga menyebabkan peningkatan koagulasi, peningkatan viskositas
darah, meningkatkan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, yang
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah sehingga terjadilah hipertensi
(Mukamal, 2006).

40

Penanganan hipertensi di bagi dua bagian yakni secara farmakologis dan non
farmakologis. Penanganan secara farmakologis dengan menggunakan obatobatan seperti diuretik, simpatik, betabloker, dan vasodilator yang dapat
membantu menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, serta menurunkan
resiko terjadinya komplikasi akibat hipertensi (Davey, 2005). Penanganan secara
non farmakologis yaitu mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas
atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Hypertension) yang kaya akan kalium, aktifitas fisik, dan terapi komplementer
(Klodas, 2012).
Pengobatan alternatif menjadi pilihan untuk mengatasi hipertensi, salah
satunya dengan terapi herbal dengan manfaat yang tidak kalah dengan obat kimia
bahkan dengan keuntungannya yang tidak memiliki efek samping (Nurrahmani,
2012). Salah satu terapi herbal untuk mengobati penyakit hipertensi adalah
dengan menkonsumsi buah tomat atau produk olahan tomat lainnya seperti jus
tomat.
Tomat adalah salah satu buah-buahan yang mudah didapat, harga yang
relatif murah dan terjangkau, bentuk, rasa, dan warnanya yang menarik serta
kandungan gizinya yang baik untuk kesehatan. Tomat memiliki berbagai vitamin
dan senyawa anti penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama likopen (Kailaku,
2007). Aktivitas antioksidan liokopen dua kali lebih baik dari beta karoten.
Tomat mengandug lemak dan kalori dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan
merupakan sumber serat dan protein yang baik. Selain itu, tomat kaya akan

41

vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan likopen. Terdapat 9,27


mg likopen dalam 100 g tomat mentah. Sedangkan tomat matang mengandung
zat gizi bioaktif seperti tocopherols, phenolics, glycoalkaloids, flavonoids
(Engelman, dkk, 2011).

42

Faktor yang dapat

Faktor yang dapat dimodifikasi :

dimodifikasi :

Stress, berat badan, penggunaan

-Keturunan (genetik)

kontrasepsi oral pada wanita, kebiasaan

-Usia

merokok, asupan garam berlebihan,

-Jenis kelamin

asupan tinggi lemak dan penguat rasa


makanan

Hipertensi

Stroke

Infark
miokard

Farmakologi (Bloker ,
diuretik, simpatik dan
vasodilator)

Ensefalopati
(kerusakan otak)

Gagal ginjal

Non farmakologi :
Jus Tomat

Likopen

Kalium

Antioksidan

Natriuretik

Antiaterosklerosis,hipo
kolesterolemik,mengakt
ifkan resptor LDL
Sumber : Nurrahmani, 2012

Menurunkan tekanan
darah

43

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh pemberian jus tomat
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Secara skematis
dapat dilihat pada gambar berikut :

Variabel Independen
Pemberian jus
tomat

Variabel Dependen
Tekanan darah

B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini :
Ha : ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi perokok derajat 1 di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota
Padang tahun 2014.

44

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan quasi-eksperimen dengan pendekatan non
equivalen comparison group pretest-posttest design (Notoadmojo, 2005), yaitu
membandingkan 2 jenis kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen
(perokok kategori sedang) dan kelompok kontrol (tidak perokok). Pada kedua
kelompok tersebut, penderita hipertensi diberikan jus tomat sebanyak 200 ml
(200 gr tomat, 50 ml air dan 2 gr gula pasir) dengan frekuensi 1 x sehari selama 7
hari. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2 kali, sebelum diberikan
perlakuan baik pada kelompok eksperimen (perokok) maupun pada kelompok
kontrol (tidak perokok), dilakukan pengukuran tekanan darah awal (pretest).
Kemudian setelah diberikan perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah
akhir (posttest) pada hari ke-8.
Desain penelitian tersebut adalah sebagaai berikut :
Subjek

Pretest

Perlakuan

Posttest

KE

O1(E)

O2 (E)

KK

O1 (K)

O2 (K)

45

Keterangan :
KE

: Kelompok Eksperimen (perokok)

KK

: Kelompok Kontrol (tidak perokok)

O1 (E)

: pengukuran tekanan darah kelompok eksperimen sebelum


diberikan perlakuan

O2 (E)

: pengukuran tekanan darah kelompok eksperimen setelah diberikan


perlakuan

O1 (K)

: pengukuran tekanan darah kelompok kontrol sebelum diberikan


perlakuan

O2 (K)

: pengukuran tekanan darah kelompok kontrol setelah diberikan


perlakuan

: Pemberian jus tomat

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien laki-laki
yang menderita penyakit hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang dengan jumlah penderita sebanyak 230 orang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel yang diambil peneliti adalah klien

46

hipertensi yang melakukan kontrol di Puskesmas Andalas, yang memenuhi


kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah Non
Probability Sampling yaitu Purposive Sampling. Purposive sampling adalah
teknik penetapan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat
peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoadmodjo, 2012)
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, jumlah anggota sampel
antara 10-20 orang (Sugiyono, 2012). Jumlah sampel yang diambil peneliti
sebanyak 20 orang. Terdiri dari 10 orang kelompok eksperimen dan 10 orang
kelompok kontrol.
Kriteria inklusi yang harus dipenuhi oleh sampel adalah sebagai berikut :
a. Penderita yang bersedia menjadi responden dan mengikuti prosedur
penelitian sampai tahap akhir.
b. Penderita adalah perokok kategori sedang (kelompok eksperimen) dan
bukan perokok (kelompok kontrol).
c. Laki-laki berusia 36-55 tahun.
d. Memiliki tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99
mmHg (hipertensi derajat 1).
Kriteria ekslusi :
a. Responden yang mengundurkan diri atau menolak sebelum diberikan
terapi.
b. Sedang menggunakan terapi komplementer lainnya.

47

c. Penderita mengidap penyakit jantung dan diabetes melitus.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Oktober 2014 di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Kota Padang.

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional


Tabel Variabel dan Defenisi operasional
Variabel

Defenisi
Cara
operasional
pengukuran
Variabel
Pemberian
jus
indenpenden : tomat
sebanyak
pemberian jus 200 ml (150 gr
tomat
tomat, 50 ml air
dan 2 gr gula
pasir)
dengan
frekuensi
1 x
sehari selama 7
hari pada penderita
hipertensi

Variabel
Tekanan
darah
dependen
: yang diukur adalah
tekanan darah tekanan
darah
sistolik
dan
diastolik

Alat ukur

Mengukur
-Tensimeter
tekanan
aneroid
darah
-Stetoskop
sebelum
dan sesudah
intervensi

Skala

Rasio

Hasil ukur

Tekanan
darah
sebelum dan
sesudah
intervensi

48

E. Instrumen Penelitian
Instrumen

penelitian

adalah

alat-alat

yang

akan

digunakan

untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang dipergunakan dalam


penelitian ini yaitu :
1. Tensimeter aneroid
Tensimeter aneroid digunakan untuk mengukur tekanan darah pada penderita
hipertensi.
2. Lembar observasi/hasil pengukuran tekanan darah
Lembar hasil pengukuran tekanan darah terdiri dari data tentang karakteristik
pasien (nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menderita
hipertensi).
3. Daftar pengukuran tekanan darah
Daftar pengukuran tekanan darah berisi daftar tekanan darah pasien yang
diukur pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran pada hari ke-8
(posttest).
4. Jus tomat
a. Alat dan bahan
-

Blender

Pisau

Gelas / wadah jus tomat

Timbangan jarum

Buah tomat matang

49

Air

Gula pasir

b. Cara pembuatan
-

Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu

Cuci buah tomat sampai bersih

Buah tomat ditimbang 150 gr untuk 1 gelas jus

Tomat dipotong sampai ukuran kecil

Masukkan buah tomat ke dalam blender

Masukkan air sebanyak 50 ml dan gula pasir sebanyak 2 gr ke dalam


blender

Bahan tersebut diblender selama 1 menit sampai membentuk


cairan/jus

Masukkan jus ke dalam gelas/wadah.


(Sumber : Adi, 2008)

F. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin.
Pertama surat rekomendasi dari Dekan Fakultas Keperawatan Unand, setelah itu
izin meneliti dari Kepala Dinas Kesehatan Kota padang dan dilanjutkan ke
Pimpinan Puskesmas Andalas Kota padang.

50

Penelitian dilakukan dengan menekankan pada etika penelitian yang meliputi:


1. Informed Consent
Peneliti mengadakan dan memberikan surat persetujuan kepada responden
kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan
dilakukan, serta menjelaskan akibat atau manfaat yang akan diperoleh dan
hal-hal lain yang terkait dengan proses penelitian, jika responden bersedia,
maka responden akan menandatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika
menolak maka peneliti akan tetap menghormati hak mereka.
2. Anonymity
Peneliti tidak memberi atau mencantumkan nama responden pada instrumen
penelitian dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data dan
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Peneliti akan menjamin hak-hak subjektif penelitian dengan cara menjaga
kerahasiaan identitas dari subjek penelitian.

G. Metode Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data diperoleh dari:
1. Data primer
Data yang didapat dari pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
dengan mengukur tekanan darah penderita hipertensi/responden.

51

2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari keluarga dan sumber lain yang menunjang
penelitian, seperti data dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Langkah-langkah pengumpulan data:
a. Dari data yang diberikan oleh Puskesmas, peneliti menemui penderita
hipertensi satu per satu secara door to door.
b. Pasien yang terdiagnosa hipertensi yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan, dijadikan sebagai sampel setelah menyetujui lembar
persetujuan yang diajukan peneliti.
c. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian.
d. Sebelum dilakukan perlakuan peneliti memberikan penyuluhan agar
responden tidak menkonsumsi makanan yang mengandung garam
berlebih dan tidak menkonsumsi makanan tinggi lemak selama terapi
berlangsung selama 7 hari.
e. Responden dilakukan pengukuran tekanan darah awal (pretest) dan hasil
tersebut dicatat dalam lembar observasi hasil pengukuran.
f. Peneliti memberikan jus tomat sebanyak 200 ml kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setiap hari selama 7 hari.
g. Peneliti melakukan pemantauan setiap harinya. Hal yang diobservasi
adalah apakah responden selalu mengkonsumsi jus tomat, dan tidak
mendapatkan terapi herbal lainya.

52

h. Responden kembali dilakukan pengukuran tekanan darah (posttest)


setelah diberikan jus tomat (kelompok ekperimen dan kelompok kontrol)
pada hari ke-8. Hasil pengukuran tekanan darah dicatat pada lembar
observasi hasil pengukuran.

H. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing (pemeriksaan data)
Peneliti melakukan pemeriksaan lembaran observasi berkaitan dengan
kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian nilai tekanan darah dalam hasil
pengukuran penelitian.
2. Coding (mengkode data)
Lembar hasil pengukuran diberikan kode sehingga informasi dari data yang
terkumpul mudah dilacak dengan memberikan nomor urut dan inisial pada
lembar observasi.
3. Entry (memasukan data)
Data kemudian diproses dan dianalisa dengan cara memindahkan data dari
lembaran observasi ke master tabel. Kemudian data diolah dengan
menggunakan program SPSS. Data diolah dengan menggunakan uji Shapiro
Wilk untuk uji normalitas. Selanjutnya digunakan uji Paired Sample T Test
dan uji Independent T Test.

53

4. Cleaning (membersihkan data)


Data yang telah dimasukan ke dalam master tabel atau dientri dalam
komputer dilakukan pengecekan kembali untuk melihat apakah ada kesalahan
atau tidak.

I. Analisa Data
a. Analisa univariat
Analisa univariat menggambarkan distribusi dari masing-masing variabel
yang diteliti yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
pemberian jus

tomat. Analisa data yang disajikan adalah nilai statistik

deskriptif melipuri mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai


minimum dan pengukuran (sebelum dan sesudah pemberian jus tomat).
b. Analisa bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui perubahan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian
jus tomat. Sebelum dilakukan uji hipotesis peneliti melakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk menentukan jenis uji hipotesis
yang digunakan. Didapatkan nilai (p) >0,05 yang artinya data berdistribusi
normal, maka digunakan uji parametrik yaitu uji Paired Sample T Test.
Sedangkan perbedaan tekanan darah antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol di uji dengan menggunakan uji statistik yaitu uji
Independent T Test dimana nilai (p) >0,05 (Dahlan, 2013).

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian


Penelitian dilakukan terhadap penderita hipertensi derajat 1 di wilayah
kerja Puskesmas Andalas Kota Padang. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu
tanggal 27 September 03 Oktober 2014. Jumlah responden sebanyak 20
orang, yaitu 10 orang kelompok eksperimen (perokok) dan 10 orang
kelompok kontrol (tidak perokok).
Hasil penelitian disajikan berdasarkan karakteristik responden, dimana
didalamnya mencakup umur, pekerjaan, pendidikan, dan lama menderita
hipertensi. Selanjutnya data akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel
berdasarkan hasil analisa univariat dan analisa bivariat.

54

55

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik


Penderita Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014

Karakteristik
Reponden

Kategori

Umur

Dewasa akhir
Lansia awal

Jumlah
Pendidikan

Jumlah
Pekerjaan

SD
SMP
SMA
S1
PNS
Wiraswasta
Petani
Lain-lain

Jumlah

Kelompok
Eksperimen
f
%
6
60
4
40
10
100
0
0
2
20
6
60
2
20
10
100
2
20
4
40
1
10
3
30
10

100

Kelompok Kontrol
f
5
5
10
0
1
6
3
10
3
6
0
2

%
50
50
100
0
10
60
30
100
30
60
0
20

10

100

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik


responden penelitian. Berdasarkan umur, kelompok eksperimen dan kontrol
lebih banyak memiliki kategori dewasa akhir yaitu 60% dan 50%.
Berdasarkan pendidikan, kelompok eksperimen dan kontrol lebih banyak
memiliki riwayat pendidikan SMA yaitu 60%. Dilihat berdasarkan pekerjaan,
kelompok eksperimen dan kontrol lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai
wiraswasta, yaitu 40% dan 60%.

56

B. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi responden
berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi
yang dilakukan pemberian jus tomat.

Tabel 5.2 Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi
Pada Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014

Sistolik
Pretest
Postest
Diastolik
Pretest
Posttest
Penurunan
Sistolik
Diastolik

Mean

SD

Min

Max

149,5
139,9

4,673
4,701

144
134

159
149

91,6
85,9

2,591
1,853

90
84

96
90

9,6
5,2

0,843
1,229

8
11

3
8

Dari tabel 5.2 memperlihatkan tekanan darah sistolik dan diastolik


kelompok eksperimen. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan jus
tomat adalah 149,5 mmHg dan sesudah diberikan jus tomat adalah 139,9
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan jus tomat adalah
91,60 mmHg dan sesudah diberikan jus tomat adalah 96 mmHg. Sehingga
didapatkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 9,6 mmHg dan
diastolik adalah 5,2 mmHg.

57

Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Responden Berdasarkan


Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Penderita Hipertensi
Pada Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014

Sistolik
Pretest
Postest
Diastolik
Pretest
Posttest
Penurunan
Sistolik
Diastolik

Mean

SD

Min

Max

151,4
138,8

5,379
5,673

145
131

159
148

91,8
82,4

3,765
3,596

85
78

97
88

12,6
9,4

2,171
2,413

10
6

16
15

Dari tabel 5.3 memperlihatkan tekanan darah sistolik dan diastolik


kelompok kontrol. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan jus
tomat adalah 151,40 mmHg dan sesudah diberikan jus tomat adalah 138,80
mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum diberikan jus tomat adalah
91,80 mmHg dan sesudah diberikan jus tomat adalah 82,80 mmHg. Sehingga
didapatkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik adalah 12,6 mmHg dan
diastolik adalah 9,4 mmHg.

C. Analisa Bivariat
Setelah data diolah dengan analisa univariat, data selanjutnya diolah
dengan analisa bivariat menggunakan komputerisasi. Sebelum analisa bivariat
dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas untuk menentukan uji
yang akan dilakukan pada kelompok eksperimen dan kontrol.
Hasil uji normalitas pada tabel Shapiro-Wilk adalah pada kelompok
eksperimen didapatkan nilai p=0,182 (p>0,05) untuk tekanan sistolik pretest

58

dan p=0,434 (p>0,05) untuk tekanan sistolik posttest, dapat disimpulkan


bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan tekanan darah diastolik pretest
didapatkan p=0,000 (p<0,05) dan untuk diastolik posttest didapatkan p=0,005
(p<0,05), dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Pada
Kelompok kontrol didapatkan nilai tekanan sistolik pretest p=0,280 (p>0,05)
dan sistolik posttest p=0,542 (p>0,05). Sedangkan tekanan darah diastolik
pretest p=0,104 (p>0,05) dan diastolik posttest p=0,065 (p>0,05). Dapat
disimpulkan bahwa pada kedua kelompok data berdistribusi normal, maka uji
yang digunakan yaitu Paired Sample T Test. Untuk menggambarkan
perbedaan tekanan darah antara kelompok eksperimen dan kontrol digunakan
uji Independent T Test.

Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik


Kelompok Eksperimen dan Kontrol Pada Penderita
Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kota Padang Tahun 2014
Eksperimen

Kontrol

Pre

Post

Pre

Post

Sistolik

149,50

139,90

0,000

151,40

138,80

0,000

Diastolik

91,60

85,90

0,000

91,80

82,40

0,000

Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik


kelompok eksperimen sebelum diberikan jus tomat yaitu 149,50 mmHg dan
rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan jus tomat yaitu 139,90
mmHg. Pada uji Paired Sample T Test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05),

59

artinya terdapat penurunan bermakna tekanan darah sistolik setelah diberikan


jus tomat. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik kelompok eksperimen
sebelum diberikan jus tomat yaitu 91,60 mmHg dan rata-rata tekanan darah
diastolik setelah diberikan jus tomat yaitu 85,90 mmHg. Pada uji Paired
Sample T Test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat penurunan
bermakna tekanan darah diastolik setelah diberikan jus tomat.
Dari tabel 5.4 juga menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik
sebelum pada kelompok kontrol yaitu 151,40 mmHg dan rata-rata tekanan
darah sistolik setelah pada kelompok kontrol yaitu 138,80 mmHg. Pada uji
Paired Sample T Test diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat
penurunan bermakna tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol.
Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum pada kelompok kontrol
yaitu 91,80 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik setelah pada
kelompok kontrol yaitu 82,40 mmHg. Pada uji Paired Sample T Test
diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya terdapat penurunan bermakna
tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol.

60

Tabel 5.5 Perbedaan Rerata Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan


Diastolik pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun
2014
Eksperimen

Kontrol

Penurunan
Sistolik

9,60

12,60

0,002

Penurunan
Diastolik

5,20

9,40

0,000

Dari tabel 5.5 menunjukkan perbedaan tekanan darah sistolik dan


diastolik pada kelompok eksperimen dan kontrol pada penderita hipertensi
dilakukan dengan menggunakan uji Independent T Test. Hasil uji statistik
terhadap penurunan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p=0,002 (p<0,05)
dan didapatkan nilai untuk penurunan tekanan darah diastolik p=0,000
(p<0,05). Dari hasil uji statistik diatas maka dapat disimpulkan nilai p<0,05
yang berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada kelompok eksperimen dan kontrol, dimana penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik lebih besar terjadi pada kelompok kontrol (bukan
perokok) dibandingkan dengan kelompok eksperimen (perokok).

61

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Gambaran

Karakteristik

Penderita

Hipertensi

Derajat

Pada

Kelompok Eksperimen dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas


Andalas Kota Padang Tahun 2014
Berdasarkan gambaran karakteristik responden, secara persentase
didapatkan usia terbanyak penderita hipertensi baik kelompok eksperimen
maupun kontrol yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota
Padang adalah 36-45 tahun (dewasa akhir), yaitu 60% pada kelompok
eksperimen dan 50% pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian
Oktora (2007) didapatkan bahwa insiden hipertensi meningkat secara nyata
pada kelompok umur > 45 tahun yaitu sebesar 24,07%. Hal ini disebabkan,
setelah umur 45 tahun dinding arteri akan mengalami penebalan karena
adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Kumar, 2005).
Pada penelitian ini, responden paling banyak memiliki pendidikan SMA
yaitu sebanyak 60% pada kelompok eksperimen dan 60% pada kelompok
kontrol. Jenis pekerjaan responden terdiri dari PNS (20% pada kelompok
eksperimen dan 30% pada kelompok kontrol), wiraswasta (40% pada
kelompok eksperimen dan 60% pada kelompok kontrol), petani (10% pada
kelompok eksperimen dan 0% pada kelompok kontrol), dan lain-lain (30%
pada kelompok eksperimen dan 20% pada kelompok kontrol).

62

B. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok Eksperimen


Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014
Hasil analisa data penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik
mengalami penurunan sebanyak 9,60 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan
darah diastolik sebanyak 5,20 mmHg. Didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05)
untuk tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan dan nilai
p=0,000 (p<0,05) untuk tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
perlakuan yang berarti bahwa terdapat pengaruh pemberian jus tomat yang
bermakna terhadap penurunan tekanan darah pada kelompok eksperimen.
Pada kelompok eksperimen, responden adalah penderita hipertensi
perokok kategori sedang, yaitu responden yang menghisap 10-20 batang
rokok perhari. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun
pasif pada dasarnya menghisap CO (karbon monoksida) yang bersifat
merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan
pasokan jaringan berkurang.

Hal ini dikarenakan gas CO mempunyai

kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah
(eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok
disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel
darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut
adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan

63

oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh


darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya
tekanan darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka
pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis
(penyempitan) (Aula, 2010).
Aktivitas antiaterosklerosis likopen di dalam jus tomat terjadi secara
oksidatif dan non oksidatif. Pada mekanisme oksidatif, likopen mencegah
aterosklerosis dengan memproteksi biomolekul seluler penting, seperti lipid
dan lipoprotein. Dalam mekanisme non oksidatif, efek antiaterosklerosis
likopen menghambat laju HMG-CoA (3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzim
A) reduktase yang berperan penting pada sintesis kolesterol, serta
mengaktifkan

reseptor

LDL

sehingga

bekerja

sebagai

agen

hipokolesterolemik (Agarwal & Rao, 2000).


Selain likopen, zat yang berperan dalam penurunan tekanan darah di
dalam jus tomat adalah kalium. Kalium berfungsi sebagai natriuretik, yaitu
menyebabkan peningkatan pengeluaran natrium dan cairan. Kalium dalam jus
tomat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan menghambat
pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan ekskresi natrium dan air. Renin
beredar dalam darah dan bekerja dengan mengkatalisis penguraijan
angiotensin menjadi angiotensin I. Angiotensin I berubah menjadi bentuk
aktifnya yaitu angiotensin II dengan bantuan Angiotensin Converting Enzyme
(ACE). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat vasoconstrictor

dan dapat merangsang pengeluaran aldosteron.

64

Aldosteron meningkatkan tekanan darah dengan jalan retensi natrium. Retensi


natrium dan air menjadi berkurang dengan adanya kalium, sehingga
terjadinya penurunan volume plasma, curah jantug, tekanan perifer, dan
tekanan darah (Murray et. Al., 2009).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa adanya penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi setelah pemberian jus tomat. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dikemukakan oleh Lestari (2012) di Panti Werda
Pengayoman dan Panti Wredha Harapan Ibu Semarang tentang pengaruh
pemberian jus tomat terhadap tekanan darah pada wanita post menopause
hipertensif dengan jumlah subjek penelitian 34 orang, yang menunjukkan
bahwa pemberian 200 ml jus tomat sebanyak 1 kali dalam sehari selama 7
hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,76
mmHg (8,4%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82 mmHg (9,6%) pada
wanita postmenopause hipertensif.
Pada penelitian ini, penurunan tekanan darah sistolik tertinggi setelah
pemberian jus tomat adalah 11 mmHg dan untuk tekanan darah diastolik
adalah 8 mmHg. Dilihat dari karakteristik, responden berada pada kelompok
usia <50 tahun. Hal ini berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah jika
dilihat dari segi usia. Usia lebih muda mempunyai elastisitas pembuluh darah
yang lebih baik, dinding pembuluh darah arteri yang lebih sedikit elastis dan
mudah berdistensi akan melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
dapat dengan mudah diturunkan (Price & Wilson, 2006).

65

Selama penelitian, peneliti melakukan wawancara langsung kepada


responden kelompok eksperimen. Peneliti menanyakan tentang keluhan yang
dirasakan responden meminum jus tomat selama 1 minggu. Banyak
responden mengeluhkan seringnya BAK. Ini merupakan salah satu peranan
kalium yg berperan sebagai natriuretik yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan pengeluaran natrium dan cairan berupa urine.

C. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Kelompok Kontrol


Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalas Kota Padang Tahun 2014
Hasil analisa data penelitian didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik
mengalami penurunan sebanyak 12,60 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan
darah diastolik sebanyak 9,40 mmHg. Didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05)
untuk tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah dan nilai p=0,000 (p<0,05)
untuk tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah yang berarti bahwa
terdapat penurunan bermakna tekanan darah pada kelompok kontrol.
Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok kontrol lebih
banyak dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
Pada penelitian ini, kelompok kontrol merupakan kelompok dengan
responden tidak perokok. Pada kelompok kontrol proses aterosklerosis akibat
rokok tidak terjadi. Sehingga tekanan darah lebih mudah diturunkan melalui
peran senyawa likopen yang bertindak sebagai antiaterosklerosis.

66

Penurunan tekanan darah sistolik tertinggi pada kelompok kontrol adalah


16 mmHg sedangkan penurunan tekanan darah diastolik tertinggi adalah 15
mmHg. Dilihat dari karakteristik, responden berada pada kelompok usia <50
tahun. Hal ini berhubungan dengan elastisitas pembuluh darah jika dilihat
dari segi usia. Usia lebih muda mempunyai elastisitas pembuluh darah yang
lebih baik, dinding pembuluh darah arteri yang lebih sedikit elastis dan
mudah berdistensi akan melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah
dapat dengan mudah diturunkan (Price & Wilson, 2006).
Pada penelitian sebelumnya oleh Yechiel (2005) tentang Antioksidan
alami dari ekstrak tomat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
derajat 1, dengan subjek penelitian sebanyak 31 orang yang diberikan kapsul
ekstrak tomat 250 mg Lyc-O-Mato selama 4 minggu menyimpulkan bahwa
terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 10,00 mmHg dan tekanan
darah diastolik sebesar 4,0 mmHg.

D. Perbedaan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Antara Kelompok


Eksperimen dan Kontrol Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014
Dari hasil analisa data didapatkan rata-rata penurunan tekanan darah
sistolik pada kelompok eksperimen adalah 9,60 mmHg, dengan standar
deviasi 0,843 dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah 5,20
mmHg, dengan standar deviasi 1,229. Selanjutnya rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol adalah 12,60 mmHg, dengan

67

standar deviasi 2,171 dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik adalah
9,40 mmHg, dengan standar deviasi 2,413.
Semua responden adalah hipertensi derajat 1. Menurut Joint National
Committe VII (2003), hipertensi derajat 1 memiliki tekanan darah sistolik
140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik diantara 90-99 mmHg. Setelah
diberikan tomat, terdapat beberapa responden yang mengalami penurunan
derajat hipertensi dari hipertensi derajat 1 menjadi pra hipertensi. Menurut
Joint National Committe VII (2003), pra hipertensi memiliki tekanan darah
sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg. Setelah
diberikan jus tomat terdapat 4 responden yang mempunyai tekanan darah
sistolik <140 mmHg, dan 9 responden yang mempunyai tekanan darah
diastolik <90 mmHg. Pada kelompok kontrol terdapat 6 responden yang
mempunyai tekanan darah sistolik <140 mmHg, dan 10 responden yang
mempunyai tekanan darah diastolik <90 mmHg.
Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan
bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi. Perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik pada kelompok eksperimen dan kontrol pada penderita hipertensi
dilakukan dengan menggunakan uji Independent T Test. Hasil uji statistik
terhadap penurunan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p=0,002 (p<0,05)
dan didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) untuk penurunan tekanan darah
diastolik. Dari hasil uji statistik tersebut disimpulkan nilai p<0,05 yang berarti
terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada

68

kelompok eksperimen dan kontrol, dimana penurunan tekanan darah sistolik


dan diastolik lebih besar terjadi pada kelompok kontrol dibandingkan dengan
kelompok eksperimen.

69

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh pemberian
jus tomat terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi perokok
derajat 1 di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh pemberian jus tomat yang bermakna terhadap tekanan
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi perokok derajat 1 di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014.
2. Terdapat perbedaan penurunan tekanan darah bermakna antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada penderita hipertensi derajat 1,
dimana penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih besar terjadi
pada kelompok kontrol (tidak perokok) dibandingkan dengan kelompok
eksperimen (perokok).

70

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Puskesmas
Sebagai masukan bagi manajemen keperawatan dalam memberikan terapi
non farmakologi yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
2. Bagi Penderita Hipertensi
Jus tomat dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan dan menjaga
kestabilan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Namun penderita
hipertensi juga harus menjaga pola makan dan gaya hidup serta
menghindari faktor resiko hipertensi agar tidak terjadi komplikasi yang
lebih berat.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian lain dapat mengembangkan variasi dalam pengolahan
tomat sebagai terapi alternatif hipertensi seperti pasta tomat, sup tomat,
kombinasi tomat dengan buah-buahan lain dan lain sebagainya.

71

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H. (2010). Aplikasi praktis asuhan keperawatan keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.
Adi LK. (2008). Tanaman obat dan jus untuk mengatasi penyakit jantung,
hipertensi, kolesterol, dan stroke. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Adib, M. (2009). Cara mudah memahami & menghindari hipertensi, jantung &
stroke. Yogjakarta: Dianloka Pustaka Populer.
Adib, M. (2011). Pengetahuan praktis ragam penyakit mematikan yang paling
sering menyerang kita. Yogjakarta: Buku Biru.
Agarwal, S. And A. V. Rao. (2000). Tomato lycopene and its role in human
health and chronic diseases. Canadian Medical Association Journal. 163(6):
739-744.
Aiska GS, Chandra A. (2014). Perbedaan penurunan tekanan darah sistolik
lanjut usia hipertensi yang diberi jus tomat (lycopersicum commune) dengan
kulit dan tanpa kulit. Journal of Nutrition College. 3(1): 158-162.
Alleyne, T., Roache, S., Thomas, C., Shirley, A. (2005). The control of
hypertension by use coconut water and mauby two tropical food drinks. West
Indian Med J, 54(1), 3.
Arab, L. And S. Steck. (2000). Lycopene and cardiovaskular disease. American
Journal of Clinical Nutrition. 71: 1691-1695.
Aula, LE. (2010). Stop merokok. Yogyakarta: Gara Ilmu.

72

Borzecki A.M., Kader B., dan Berlowitz D.R. (2010). The epidemiology and
management of severe hypertension. Journal of Human Hypertension, 24, 918.
Brunner, L dan Suddarth, D. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (H.
Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan). (Ed.8) Vol 2. Jakarta:
EGC.
Bustan, MN. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Edisi Kedua. Jakarta:
Rineka Cipta.
Cassileth, BR., Deng G. (2004). Complementary and alternative therapies for
cancer. The oncologist. 9(80), 9.
Corwin. (2009). Hipertensi. Jakarta : EGC.
Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Davey, P. (2005). At a glance medicine. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman teknis penemuan
dan tatalaksana penyakit hipertensi. Jakarta: H.14-28.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2014). Profil Kesehatan Kota Padang Tahun
2013. Padang : DKK Padang
Engelman NJ, Clinton SK, Erdman-Jr JW. (2011). Nutritional aspect of phytoene
and phytofluen, carotenoid procussors to lycopene. Adv. Nutr. 2: 51-61.
Farapti, Sayogo, S., Siregar, P. (2013). Effect of tender coconut water on systolic
and diastolic blood pressure in prehypertensive women. Health Science
Indones, 4(2), 65-67.

73

Franceschi, S., E. Bidoli, C. LaVeccia. R. Talamini, B. DAvanzo, and E. Negri.


(1994). Tomatoes and risk of digestive-tract cancers. International Journal of
Cancer. 59: 181-184.
Hengli. (2013). Hubungan antara merokok dan aktivitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada pria di wilayah kerja puskesmas siantan hulu kecamatan
pontianan utara. Pontianak: Medical School Faculty of Medicine
Tanjungpura University.
Jaya, M. (2009). Pembunuh berbahaya itu bernama rokok. Samarinda: Rizma.
Junaidi, I. (2010). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.
Kailaku SI, Dewandari KT, Sunarmani. (2007). Potensi likopen dalam tomat
untuk kesehatan. Buletin teknologi pasca panen pertanian. Vol.3.
Klodas, E., MD., FACC. (2012). Complementary and alternative treatments for
high blood pressure. Diakses pada tanggal 10 Februari 2014 dari
http://www.webmd.com/hypertension-high-bloodpressure/guide/hypertension-complementary-alternative-treatments?page=2.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N. (2005). Hypertensive vascular disease.
Philadelpia: Elseiver Saunders.
Lestari AP, Rahayuningsih HM. (2012). Pengaruh pemberian jus tomat
(Lycopersicum commune) terhadap tekanan darah wanita postmenopause
hipertensif. Journal of nutrition collage. 1(1): 26-37.
Mukamal KJ. (2006). The effects of smoking on cardiovascular desease.
Departement of Harvard Medical School. Boston: 29(23).H.199.

74

Mukamal, KJ. (2006). The effect of smoking on cardiovascular desease.


29(23).H.199. Boston: Departement of Harvard Medical School.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Rodwell VW, Weil PA.
(2009). Harpers illustrated biochemistry. 28th Edition. USA: Mc.Graw-Hill
Companies.
National Institute of Health. (2006). National heart lung and blood institute. U.S:
Departement of Health and Human Service.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurrahmani, Ulfa. (2012). Stop! Hipertensi. Yogjakarta: Famili Pustaka Keluarga.
Price, S.A., Wilson, Lorraine, M.C. (2006). Patofisiologi Clinical Concepts of
Disease Process. Jakarta: EGC
Puskesmas Andalas Padang. (2013). Laporan puskesmas andalas tahun 2013.
Padang: Puskesmas Andalas.
Rao, AV. (1997). Antioxidant lycopene works better when tomatoes are
processed.

Diakses

pada

tanggal

05

September

2014

di

http://www.lycopene.org.
Shah RS, Cole JW. (2010). Smoking and stroke: the more you smoke the more you
stroke. Expert Rev Cardiovasc Ther: H.5.
Shah, RS, Cole, JW. (2010). Smoking and stroke: the more you smoke the more
you stroke. H5. Expert Rev Cardiovasc Ther.
Sitepoe, M. (2002). Kekhususan rokok di indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana.

75

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung:


Alfabeta.
Suheni Y. (2007). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada pria usia 40 tahun ke atas di badan rumah sakit daerah cepu.
Universitas Negeri Semarang.
Sutiyoso. (2004). PP RI no.19 tahun 2003 tentang pengamatan rokok bagi
kesehatan.

Diakses

pada

tanggal

15

September

2014

di

http://tempointeraktif.com.
Toor RK, Savage GP. (2005). Antioxidant activity in different fractions of
tomatoes. Food Res Int. 38(5): 487-494.
Triswanto, S. (2007). Stop smoking. Sleman: Progresif Books.
WHO. (2013). A global brief on hypertension silent killer, global public crisis.
Geneva: WHO Press.
Yechiel, N. Engelhard, MD. Benny, GMD. Esther, P. (2006). Natural antioxidant
from tomato extract reduce blood pressure in patients with grade 1
hypertension. American Heart Journal. Volume 151. No.1.
Yulianto, H. (2012). Jenis rokok. Diakses pada tanggal 15 September 2014 di
http://www.scribd.com/Hermanyulianto/d/30889043-jenis-rokok.

Lampiran 1
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NAMA
NO. BP

: ILHAM SANJAYA
: 1010321012

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI PEROKOK DERAJAT 1 DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG TAHUN 2014
No

Kegiatan

1
2
3
4
5
6
7
8

Pengajuan judul penelitian


Acc judul penelitian
Penyusunan proposal penelitian
Persiapan seminar proposal penelitian
Seminar proposal penelitian
Perbaikan proposal penelitian
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan, analisis data, dan penyusunan hasil
penelitian
Ujian skripsi
Perbaikan dan penggandaan skripsi

9
10

Pembimbing I

Ns. Leni Merdawati, S.Kep, M.Kep

Maret
2014

April
2014

Mei
2014

Juni
2014

Juli
2014

Agustu
s 2014

Septem Oktobe
ber
r 2014
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pembimbing II

Heppi Sasmita, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa

Lampiran 2
Anggaran Dana Penelitian

No.

Keterangan

Biaya (Rp)

Pengetikan proposal

100.000

Penggandaan proposal dan instrument

300.000

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan dan analisa data

300.000

Penyusunan skripsi

200.000

Konsumsi ujian

300.000

Penggandaan skripsi

400.000

Transportasi

200.000
Jumlah

1.000.000

2.800.000

K:EIENTERIAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


FAKULTAS KEPER WATAN UNIVERSITAS ANDALAS
Kampus Llmau Manis Padang,25163 Telp(0751)779233 Fax(0751)779233
websle l http:fkep unand ac d/emaili sekretattat@fkep unand ac id

Nomor

| ?qB /LrNl6.13/PLl20l4

Lamp

:-

Hal

: Izin Pengambilan

30 4ei 2014

data dan penelitian

Kepada yth.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang

di
Tempat
Dengan hormat,

Bersama ini disampaikan, bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
namanya tersebut dibawah ini, memerlukan data dari instansi Saudara untuk memenuhi
persyaratan tugas akhir penyusunan skripsi :

Nama

:1lham Sttaya

Noo BP

:1010321012

Judul proposal:Pengaruh pemberianjus tomat(lyCOpersicum esculentllm)terhadap penllrunan


tekanan darah padapenderLahipeiensi dettat l di Wilayah ke a PuSkesmas
Andalas kota Pttang tahlln 2014
Oleh karena itu dimohon bantuan Saudara agar yangbersangkutan dapat melaksanakan tugasnya
sebagaimana mestinya.

Demikian disampaikan agar dapat dikabulkan dan atas izin serta kerjasama yang baik, diucapkan
terima kasih

1111

'

IFF

li ti

172001121001
Tembusan:

l.

Puskesmas Andalas Kota Padang

PEMER:NTAH KOTA PADANG

DINAS KESEHATAN

tt

rBaghf,o

Aziz

Qfian

Nomor : 8ya le

Lamp :

lie

aac afr

).ra

%FP r 75 62619

Aafuag

Padang,14 Juli 2014

iSDM/DKK/vrv2ot4

Perihal : Izin Pengambilan Data dan Penelitian

Kepada Yth:
Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan UNAND

Dengan hormat,
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor:

898ArN16.l3lPU20l4 tanggal 30 Mei

2014 perihal yang sama pada pokok surat di atas, pada prinsipnya kami tidak keberatan

memberikan

izin mahasiswa Saudara untuk pengambilan data penelitian

guna

pembuatan Skripsi di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang.

NO
1

Nama
Ilham Sanjaya

BP
1010321012

Judul

Peng Pemberian Jus Tomat


eycopersictm

E sculenm)

terhadap Penunman Tekanan Darah

pada Penderita Hipertensi DcraJat I

di Wilayah Ktta PuSkesmas


Andalas Kota Padang Talitm 2014

Dengan ketentuan sebagai berikut:


1.

Tidak menyimpang dari kerangka acuan penelitian

2. Mematuhi semua peratuan yang berlaku

I Demikian disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tembusan: disampaikan kePada Yth

LKa,Bid.....

....."...Kota Padang
2,Ka. Puskesmas Andalas Kota Padang
3.Arsip

KARTU BIMBINGAN PROPOSAL

\
Nama

ilLuau s/lNlAYA
toto3zl0tz

No BP
Judul

Pembimbing I
Pertemuan

ftn9aruh prrrberian Jus .torrnct (Aycoprcicurrt rculeohtrn) terhochp


-teklnon dorah
hi pc,tanci dorcrlc k 1 di
FfiJruncrn
Fdo prnderitc
'Kch
uritcryoh terjc PcrrNpew,qs Anchlc.s
Pcrdo,g Tahun ror4 .
fvl"Kep
S.k"p
,
Ns. Leni lvlerdawati,
Topik

Tanggal

5/

"

tl

Tanpp Tangan

1
ml`t ri

28 ttt

lv

) /1

t I

4q tt

KARTU BIMBINGAN PROPOSAL


Nama

:ILI IAM SANJAYA

No 13P

Judul

:1010321012
rs

)terhadap
:Pen h pemberianjustomat hS

penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi dettat l di Wilayah keJa Puskesmas

Andalas Kota Padang Tahun 2014.

Pembimbhg

:Heppi Sasmit S.Kep,M.Kep,Sp.Jiwa

.31

Moi 014

Kor.auFqk.n f,zrlswavtt, Pna({'ia*n

PerbdF,

Tanda Tangan

Topik

Tanggal

Pertemuan

Babl,I,!I ,lon tv

du 2014

?oru^n t)*b I . ll tu

tt,ti 20t4

Per\rr{tri latz.r bei..c.ng

Bab

21

tl

{V

\tt dr.,'1 \V

per hrtif.

Ay\", zcrf

h^

Cnertr.i

(,.r,.,-

Ae. g tJ4- 1 pr.,prro

KARTU BI IBINGAN SKRIPSI

Nama
No

BP

ILHAM SANJAYA

: 1010321012

Judul

Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum Esculentum) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Perokok Derajat I Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014.

Pembimbing

Ns. LENI MERDAWATI. S.Kep, M.Kep

Pertemuan

Topik

4.

Tanggal

t7
%

' _1

44

,rl

/-ann-

\ Al /-

Tan$)Tangan

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama
No

BP

Judul

ILHAM SANJAYA

: 1010321012

Pengaruh Pemberian Jus Tomat (.Lycopersicum Esculentum) Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Perokok Derajat 1 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2014.

Pembimbing II: HEPPI SASMITA, S.Kep, M.Kep, Sp.Jiwa

Pertemuan

Topik

Tanggal

Od

2011

Oh+ zot{

Or d

l
Acc/

O14

'

1 9k

lS

Tanda Tangan

Lampiran 5

PERMOHONAN KEPADA CALON RESPONDEN


Kepada Yth,
Bapak/Ibu Calon Responden Penelitian
di
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas semester IX:
Nama

: Ilham Sanjaya

No Bp

: 1010321012

Alamat

: Kampus Unand Limau Manih Padang

Akan mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Jus


Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Perokok
Derajat 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang. Penelitian ini
tidak akan merugikan Bapak/Ibuk, karena kerahasiaan semua informasi yang di
berikan akan dijaga.
Apabila Bapak/Ibuk menyetujui, dengan ini saya memohon kesediaan
Bapak/Ibuk untuk menandatangani lembar persetujuan dan melaksanakan hal-hal
yang termasuk didalam kegiatan penelitian.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibuk sebagai responden, saya ucapkan
terima kasih.
Padang, September 2014
Peneliti

Ilham Sanjaya

Lampiran 6

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN


(Informed Consent)

Setelah di jelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden


dalam penelitian yang di lakukan oleh saudara Ilham Sanjaya, Mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas semester IX dengan judul Pengaruh
Pemberian Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Perokok Derajat 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota
Padang.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa
paksaan dari siapapun.

Padang, September 2014

Responden

Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum


Esculentum) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
PEROKOK DERAJAT 1 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS ANDALAS
KOTA PADANG
TAHUN 2014

No. Responden
Karakteristik Sampel
1. Nama Insial

2. Umur

3. Jenis Kelamin

4. Alamat

5. Pekerjaan

6. Pendidikan

7. Lama menderita hipertensi

Pengukuran Tekanan Darah


Variabel yang
diteliti
Tekanan darah

Sebelum
Intervensi

Sesudah
Intervensi
(Hari ke-8)

MASTER TABEL
No
Resp

Kelompok

Umur

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Eksperimen
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol
Kontrol

45
47
44
44
53
50
45
41
41
44
48
46
49
40
44
42
44
39
39
47

Jenis
Pendidikan Pekerjaan
Kelamin
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki

S1
SMA
S1
SMA
SMA
SMP
SMP
SMA
SMA
SMA
SMP
SMA
SMP
SMA
SMA
S1
SMP
SMA
SMA
SMA

PNS
Wiraswata
PNS
Wiraswasta
Wiraswasta
Lain-lain
Petani
Lain-lain
Lain-lain
Wiraswasta
PNS
Wiraswasta
PNS
Wiraswasta
Wiraswasta
PNS
Lain-lain
Wiraswasta
Lain-lain
Wiraswasta

Pre
Sistole

Pre
Diastole

Post
Sistole

Post
Diastole

150
155
146
145
150
159
146
150
150
144
152
155
148
156
146
145
145
158
150
159

96
90
90
90
95
95
90
90
90
90
90
95
90
90
90
95
85
96
90
97

140
145
135
135
141
149
138
141
141
134
137
145
136
140
136
131
132
148
138
145

88
85
85
85
84
90
85
85
87
85
80
85
84
80
80
80
78
88
81
88

Penurunan
Sistole
10
10
11
10
9
10
8
9
9
10
15
10
12
16
10
14
13
10
12
14

Penurunan
Diastole
8
5
5
5
6
5
5
5
3
5
10
10
6
10
10
15
7
8
9
9

Distribusi
Frequencies
Statistics

pre sistole

pre sistole

pre diastole

pre diastole

eksperimen

kontrol

eksperimen

kontrol

Valid

10

10

10

10

Missing

10

10

10

10

Mean

149.50

151.40

91.60

91.80

Median

150.00

151.00

90.00

90.00

4.673

5.379

2.591

3.765

21.833

28.933

6.711

14.178

Skewness

.927

.131

1.079

-.165

Std. Error of Skewness

.687

.687

.687

.687

Minimum

144

145

90

85

Maximum

159

159

96

97

Std. Deviation
Variance

Statistics

post sistole

post sistole

post diastole

post diastole

eksperimen

kontrol

eksperimen

kontrol

Valid

10

10

10

10

Missing

10

10

10

10

Mean

139.90

138.80

85.90

82.40

Median

140.50

137.50

85.00

80.50

4.701

5.673

1.853

3.596

22.100

32.178

3.433

12.933

Skewness

.592

.318

1.491

.686

Std. Error of Skewness

.687

.687

.687

.687

Minimum

134

131

84

78

Maximum

149

148

90

88

Std. Deviation
Variance

Frequency Table
pre sistole eksperimen
Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

144

5.0

10.0

10.0

145

5.0

10.0

20.0

146

10.0

20.0

40.0

150

20.0

40.0

80.0

155

5.0

10.0

90.0

159

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

pre sistole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

145

10.0

20.0

20.0

146

5.0

10.0

30.0

148

5.0

10.0

40.0

150

5.0

10.0

50.0

152

5.0

10.0

60.0

155

5.0

10.0

70.0

156

5.0

10.0

80.0

158

5.0

10.0

90.0

159

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

pre diastole eksperimen


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

90

35.0

70.0

70.0

95

10.0

20.0

90.0

96

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

pre diastole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

85

5.0

10.0

10.0

90

25.0

50.0

60.0

95

10.0

20.0

80.0

96

5.0

10.0

90.0

97

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

post sistole eksperimen


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

134

5.0

10.0

10.0

135

10.0

20.0

30.0

138

5.0

10.0

40.0

140

5.0

10.0

50.0

141

15.0

30.0

80.0

145

5.0

10.0

90.0

149

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

post sistole eksperimen


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

134

5.0

10.0

10.0

135

10.0

20.0

30.0

138

5.0

10.0

40.0

140

5.0

10.0

50.0

141

15.0

30.0

80.0

145

5.0

10.0

90.0

149

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

post sistole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

131

5.0

10.0

10.0

132

5.0

10.0

20.0

136

10.0

20.0

40.0

137

5.0

10.0

50.0

138

5.0

10.0

60.0

140

5.0

10.0

70.0

145

10.0

20.0

90.0

148

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

post diastole eksperimen


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

84

5.0

10.0

10.0

85

30.0

60.0

70.0

Missing

87

5.0

10.0

80.0

88

5.0

10.0

90.0

90

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

post diastole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

78

5.0

10.0

10.0

80

20.0

40.0

50.0

81

5.0

10.0

60.0

84

5.0

10.0

70.0

85

5.0

10.0

80.0

88

10.0

20.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

Penurunan Tekanan Darah


Frequencies
Statistics
penurunan

penurunan

sistole

penurunan

diastole

penurunan

eksperimen

sistole kontrol

eksperimen

diastole kontrol

Valid

10

10

10

10

Missing

10

10

10

10

9.60

12.60

5.20

9.40

10.00

12.50

5.00

9.50

Std. Deviation

.843

2.171

1.229

2.413

Variance

.711

4.711

1.511

5.822

Minimum

10

Mean
Median

Statistics
penurunan

penurunan

sistole

penurunan

diastole

penurunan

eksperimen

sistole kontrol

eksperimen

diastole kontrol

Valid

10

10

10

10

Missing

10

10

10

10

9.60

12.60

5.20

9.40

10.00

12.50

5.00

9.50

Std. Deviation

.843

2.171

1.229

2.413

Variance

.711

4.711

1.511

5.822

Minimum

10

Maximum

11

16

15

Mean
Median

Frequency Table
penurunan sistole eksperimen
Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

5.0

10.0

10.0

15.0

30.0

40.0

10

25.0

50.0

90.0

11

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

penurunan sistole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Percent

Valid Percent

Percent

10

15.0

30.0

30.0

12

10.0

20.0

50.0

13

5.0

10.0

60.0

14

10.0

20.0

80.0

15

5.0

10.0

90.0

16

5.0

10.0

100.0

Missing

Total

10

50.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

100.0

penurunan diastole eksperimen


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

5.0

10.0

10.0

35.0

70.0

80.0

5.0

10.0

90.0

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

penurunan diastole kontrol


Cumulative
Frequency
Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

5.0

10.0

10.0

5.0

10.0

20.0

5.0

10.0

30.0

10.0

20.0

50.0

10

20.0

40.0

90.0

15

5.0

10.0

100.0

Total

10

50.0

100.0

System

10

50.0

Total

20

100.0

UJI NORMALITAS
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

pre sistole eksperimen

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

pre diastole eksperimen

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

post sistole eksperimen

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

post diastole eksperimen

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

pre sistole kontrol

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

pre diastole kontrol

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

post sistole kontrol

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

post diastole kontrol

10

50.0%

10

50.0%

20

100.0%

Descriptives
Statistic
pre sistole eksperimen
95% Confidence Interval for
Mean

Std. Error

Mean

149.50

Lower Bound

146.16

Upper Bound

152.84

5% Trimmed Mean

149.28

Median

150.00

Variance

21.833

Std. Deviation

4.673

Minimum

144

Maximum

159

Range
Interquartile Range

1.478

15
6

Skewness

.927

.687

Kurtosis

.553

1.334

Mean

91.60

.819

95% Confidence Interval for

Lower Bound

89.75

Mean

Upper Bound

93.45

5% Trimmed Mean

91.44

pre diastole eksperimen

Median

90.00

Variance

6.711

Std. Deviation

2.591

Minimum

90

Maximum

96

Range

Interquartile Range

Skewness

1.079

.687

Kurtosis

-1.006

1.334

Mean

139.90

1.487

95% Confidence Interval for

Lower Bound

136.54

Mean

Upper Bound

143.26

5% Trimmed Mean

139.72

Median

140.50

Variance

22.100

post sistole eksperimen

Std. Deviation

4.701

Minimum

134

Maximum

149

Range
Interquartile Range

15
7

Skewness

.592

.687

Kurtosis

.092

1.334

Mean

85.90

.586

95% Confidence Interval for

Lower Bound

84.57

Mean

Upper Bound

87.23

5% Trimmed Mean

85.78

Median

85.00

Variance

3.433

Std. Deviation

1.853

post diastole eksperimen

Minimum

84

Maximum

90

Range

Interquartile Range

Skewness

1.491

.687

Kurtosis

1.594

1.334

Mean

151.40

1.701

95% Confidence Interval for

Lower Bound

147.55

Mean

Upper Bound

155.25

5% Trimmed Mean

151.33

Median

151.00

Variance

28.933

pre sistole kontrol

Std. Deviation

5.379

Minimum

145

Maximum

159

Range

14

Interquartile Range

11

Skewness

.131

.687

-1.682

1.334

Mean

91.80

1.191

95% Confidence Interval for

Lower Bound

89.11

Mean

Upper Bound

94.49

5% Trimmed Mean

91.89

Median

90.00

Kurtosis
pre diastole kontrol

Variance
Std. Deviation

14.178
3.765

Minimum

85

Maximum

97

Range

12

Interquartile Range

Skewness

-.165

.687

Kurtosis

-.601

1.334

Mean

138.80

1.794

95% Confidence Interval for

Lower Bound

134.74

Mean

Upper Bound

142.86

5% Trimmed Mean

138.72

Median

137.50

Variance

32.178

post sistole kontrol

Std. Deviation

5.673

Minimum

131

Maximum

148

Range

17

Interquartile Range

10

Skewness

.318

.687

Kurtosis

-.947

1.334

Mean

82.40

1.137

95% Confidence Interval for

Lower Bound

79.83

Mean

Upper Bound

84.97

5% Trimmed Mean

82.33

Median

80.50

post diastole kontrol

Variance

12.933

Std. Deviation

3.596

Minimum

78

Maximum

88

Range

10

Interquartile Range

Skewness
Kurtosis

.686

.687

-1.037

1.334

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

pre sistole eksperimen

.257

10

.059

.893

10

.182

pre diastole eksperimen

.432

10

.000

.628

10

.000

post sistole eksperimen

.207

10

.200

.929

10

.434

post diastole eksperimen

.386

10

.000

.764

10

.005

.910

10

.280

pre sistole kontrol

.148

10

.200

pre diastole kontrol

.284

10

.022

.871

10

.104

post sistole kontrol

.163

10

.200

.939

10

.542

post diastole kontrol

.251

10

.073

.854

10

.065

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
N

Missing

Percent

Total

Percent

Percent

Penurunan SIstolik

20

66.7%

10

33.3%

30

100.0%

Penurunan Diastolik

20

66.7%

10

33.3%

30

100.0%

Descriptives
Statistic
Penurunan SIstolik

Mean

11.10

95% Confidence Interval for Lower Bound

10.06

Mean

Upper Bound

.497

12.14

5% Trimmed Mean

11.00

Median

10.00

Variance

4.937

Std. Deviation

2.222

Minimum

Maximum

16

Range

Interquartile Range

Skewness

.884

.512

-.202

.992

Mean

7.30

.637

95% Confidence Interval for Lower Bound

5.97

Mean

8.63

Kurtosis
Penurunan Diastolik

Std. Error

Upper Bound

5% Trimmed Mean

7.11

Median

6.50

Variance

8.116

Std. Deviation

2.849

Minimum

Maximum

15

Range

12

Interquartile Range

Skewness
Kurtosis

.953

.512

1.164

.992

Tests of Normality
a

Kolmogorov-Smirnov
Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

Penurunan SIstolik

.290

20

.000

.880

20

.180

Penurunan Diastolik

.190

20

.056

.888

20

.250

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Paired Sample T Test


Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1

Pair 2

Pair 3

Pair 4

Std. Deviation

pre sistole eksperimen

149.50

10

4.673

1.478

post sistole eksperimen

139.90

10

4.701

1.487

pre diastole eksperimen

91.60

10

2.591

.819

post diastole eksperimen

85.90

10

1.853

.586

pre sistole kontrol

151.40

10

5.379

1.701

post sistole kontrol

138.80

10

5.673

1.794

pre diastole kontrol

91.80

10

3.765

1.191

post diastole kontrol

82.40

10

3.596

1.137

Paired Samples Correlations


N
Pair 1

pre sistole eksperimen & post

Correlation

Sig.

10

.984

.000

10

.546

.102

10

.924

.000

sistole eksperimen
Pair 2

pre diastole eksperimen &


post diastole eksperimen

Pair 3

Std. Error Mean

pre sistole kontrol & post


sistole kontrol

Paired Samples Correlations


N
Pair 1

Correlation

pre sistole eksperimen & post

Sig.

10

.984

.000

10

.546

.102

10

.924

.000

10

.786

.007

sistole eksperimen
Pair 2

pre diastole eksperimen &


post diastole eksperimen

Pair 3

pre sistole kontrol & post


sistole kontrol

Pair 4

pre diastole kontrol & post


diastole kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences

Mean
Pair 1

pre sistole eksperimen - post

Std. Deviation

Std. Error Mean

9.600

.843

.267

5.700

2.214

.700

12.600

2.171

.686

9.400

2.413

.763

sistole eksperimen
Pair 2

pre diastole eksperimen post diastole eksperimen

Pair 3

pre sistole kontrol - post


sistole kontrol

Pair 4

pre diastole kontrol - post


diastole kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
Pair 1

pre sistole eksperimen - post

Upper
8.997

10.203

4.116

7.284

11.047

14.153

7.674

11.126

sistole eksperimen
Pair 2

pre diastole eksperimen post diastole eksperimen

Pair 3

pre sistole kontrol - post


sistole kontrol

Pair 4

pre diastole kontrol - post


diastole kontrol

Paired Samples Test

Pair 1

pre sistole eksperimen - post

df

Sig. (2-tailed)

36.000

.000

8.143

.000

18.357

.000

12.319

.000

sistole eksperimen
Pair 2

pre diastole eksperimen post diastole eksperimen

Pair 3

pre sistole kontrol - post


sistole kontrol

Pair 4

pre diastole kontrol - post


diastole kontrol

Uji Independent T Test


Group Statistics
kelompok
penurunan sistole

penurunan diastole

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

eksperimen

10

9.60

.843

.267

kontrol

10

12.60

2.171

.686

eksperimen

10

5.20

1.229

.389

kontrol

10

9.40

2.413

.763

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality

Variances

of Means

F
penurunan sistole

Sig.
9.587

t
.006

-4.074
-4.074

penurunan diastole

1.979

.177

-4.905

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality of

t-test for Equality

Variances

of Means

Sig.

penurunan sistole

9.587

.006

-4.074
-4.074

penurunan diastole

1.979

.177

-4.905
-4.905

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means

df
penurunan sistole

Equal variances assumed


Equal variances not assumed

penurunan diastole

Equal variances assumed


Equal variances not assumed

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

18

.001

-3.000

11.656

.002

-3.000

18

.000

-4.200

13.377

.000

-4.200

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
Std. Error
Difference
penurunan sistole

penurunan diastole

Lower

Upper

Equal variances assumed

.736

-4.547

-1.453

Equal variances not assumed

.736

-4.610

-1.390

Equal variances assumed

.856

-5.999

-2.401

Equal variances not assumed

.856

-6.045

-2.355

Lampiran 10

KURIKULUM VITAE

Nama

: Ilham Sanjaya

Tempat/tanggal lahir : Koto Baru Hiang, 26 November 1992


Pekerjaan

: Mahasiswa Fkep Unand

Status

: Belum menikah

Nama Bapak

: Jasman

Nama Ibu

: Hayati

Riwayat pendidikan : 1. SDN No.22/III Koto Baru Hiang tahun 2004


2. SMPN 1 Sitinjau Laut tahun 2007
3. SMAN 1 Sitinjau Laut tahun 2010
4. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai