MUTHIA SEPTIANI
062110048
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Makalah Seminar Tinjauan Pustaka ini.
Makalah
yang
ORGANOLEPTIK
berjudul
KARAKTERISTIK
DAN
UJI
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
ii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.4 Hipotesis.................................................................................................
2.2 Brownies.................................................................................................
10
10
11
11
12
2.3.5 Darkcookingchocolate..............................................................
12
12
12
13
13
13
14
14
14
15
ii
17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
19
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daya Simpan Tepung Ampas Kelapa..............................................
10
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tepung Ampas Kelapa................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Brownies merupakan salah satu jenis cake yang berwarna cokelat
kehitaman. Brownies ada dua macam yaitu brownies kukus dan brownies
panggang. Struktur brownies sama seperti cake yaitu ketika dipotong terlihat
keseragaman pori remah, berwarna menarik dan jika dimakan terasa lembut,
lembab dan menghasilkan flavor yang baik. Brownies mempunyai tekstur lebih
keras daripada cake karena brownies tidak membutuhkan pengembangan gluten
(Sulistiyo, 2006).
Bahan utama pembuatan brownies yang sudah umum adalah tepung terigu,
namun tepung terigu adalah produk impor karena produksinya di Indonesia belum
begitu berkembang. Permasalahan ini sebenarnya dapat ditekan dengan
memanfaatkan komoditi pangan lokal sebagai bahan baku yang bernilai gizi
dengan harga yang relatif murah, dapat menghasilkan produk baru yang bernilai
ekonomis, dan bergizi. Salah satunya adalah dengan menggunakan tepung ampas
kelapa .
Ampas kelapa merupakan hasil samping dari pembuatan santan. Dahulu
ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Padahal dengan modal
relatif kecil, ampas kelapa dapat diolah menjadi produk lain seperti tepung.
Seiring dengan perkembangan teknologi, ampas kelapa tidak hanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak melainkan sebagai bahan pangan manusia (Rosida et al.,
2008).
Ampas kelapa merupakan sumber protein yang baik. Sebagai pakan
ternak, ampas kelapa terbukti menghasilkan susu yang lebih kental dan relatif
enak (Kailaku et al., 2011). Sekarang ini telah ada upaya untuk mengolah ampas
kelapa menjadi bentuk tepung. Pengolahan ampas kelapa menjadi tepung
diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif untuk menambah nilai tambah
ampas kelapa. Di Indonesia sendiri, pengembangan berbagai jenis produk pangan
olahan berbahan baku tepung ampas kelapa belum begitu banyak dan belum
populer di kalangan masyarakat.
Salah satu pemanfaatan tepung ampas kelapa sebagai bahan baku produk
pangan olahan adalah sebagai pensubstitusi tepung terigu. Penelitian sebelumnya
telah berhasil melakukan subtitusi tepung terigu oleh tepung ampas kelapa pada
produk Roti 10%, Cake 15%, Biskuit coklat 38%, Biskuit gandum 25%, Siomay
1% dan Mie 10% (Kailaku et al., 2011)
Tepung ampas kelapa tidak mengandung gluten, sehingga dalam
pengembangan produk pangan olahan berbahan baku tepung ampas kelapa perlu
dipilih untuk produk-produk yang tidak membutuhkan pengembangan gluten.
Menurut Sulistiyo (2006), brownies merupakan cake yang tidak membutuhkan
pengembangan gluten. Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih brownies
sebagai produk pangan olahan yang akan disubtitusikan dengan tepung ampas
kelapa.
Penelitian tentang pemanfaatan tepung ampas kelapa dalam produk
pangan olahan perlu terus dilakukan. Bukan hanya sebagai subtitusi tetapi juga
sebagai bahan baku utama. Pada penelitian ini akan dibuat brownies kukus dengan
formula perbandingan tepung terigu : tepung ampas kelapa yaitu 100% tepung
terigu , 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, dan 100% tepung ampas kelapa.
1.2 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui karakteristik fisik dan perbedaan tingkat kesukaan brownies
tepung ampas kelapa melalui uji organoleptik.
b. Mengetahui karakteristik kimia brownies tepung ampas kelapa berdasarkan
analisis proksimat.
c. Mengetahui komposisi tepung ampas kelapa : tepung terigu yang dapat
menghasilkan brownies yang layak dikonsumsi dan acceptable.
d. Mengetahui perbedaan tekstur dari brownies standar (tepung terigu) dan
brownies tepung ampas kelapa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tepung Ampas Kelapa
Menurut Supriatna, et al. (2012) berbagai industri pengolahan daging
kelapa seperti industri santan dan minyak kelapa meninggalkan ampas kelapa
berupa daging kelapa parut. Ampas industri pengolahan daging kelapa memiliki
nilai gizi dan kandungan serat tinggi yang baik untuk kesehatan. Selama ini ampas
kelapa hanya dibuang dan dijadikan pakan ternak dengan harga pasar yang sangat
rendah.
Ampas kelapa merupakan sumber protein yang baik. Sebagai pakan
ternak, ampas kelapa terbukti menghasilkan susu yang lebih kental dan rasa yang
enak. Kandungan proteinnya sekitar 23%, lebih besar dibandingkan dengan
gandum, tetapi tanpa jenis protein spesifik yang ada pada tepung gandum, yaitu
gluten (Kailaku et al., 2011)..
Ampas kelapa dapat diolah menjadi tepung kelapa yang kemudian dapat
dimanfaatkan
sebagai
bahan
baku
dalam
industri
makanan.
Perluasan
pemanfaatan ampas kelapa dari pakan menjadi bahan pangan akan sangat
menguntungkan secara ekonomi bagi petani kelapa dan produsen pangan berbasis
kelapa, serta memberikan manfaat kesehatan dan gizi bagi masyarakat (Supriatna,
et al., 2012). Menurut putri (2010) tepung ampas kelapa dapat digunakan sebagai
bahan baku atau bahan dasar maupun bahan tambahan dalam pembuatan berbagai
makanan.
Dipress
Digiling
terlebih dahulu diperlukan perebusan ampas kelapa. Tujuan dari perebusan adalah
untuk memperlunak serat ampas dan menghilangkan sebagian kecil minyak.
Menurut Supriatna, et al. (2012) proses pembuatan ampas kelapa yaitu
pertama-tama ditimbang ampas kelapa sebanyak 1 kg, kemudian dimasukkan
kedalam panci perebusan yang terbuat dari bahan stainless steel dan selanjutnya
ditambahkan air sampai ampas kelapa dalam keadaan terendam (jumlah ampas :
jumlah air = 1:8). Ampas kelapa yang ditambah air tersebut kemudian direbus
diatas kompor dan setelah mendidih dibiarkan sampai 40 menit. Hasil ampas
kelapa yang telah direbus
Umur Simpan
20 0C
26 bulan
30 C
14 bulan
40 0C
Sumber : Kailaku et al. (2011)
9 bulan
Berdasarkan penelitian nilai gizi tepung ampas kelapa yang dikutip dari
Supriatna, et al. (2012) dibandingkan dengan nilai gizi tepung terigu yang dikutip
dari Salim (2011) dan Widianingrum, et al., (2005) kadar zat gizi makro dan
mikro tepung ampas kelapa dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Tabel 2 Perbandingan Tepung Ampas Kelapa Dan Tepung Terigu
Tepung Ampas
No
Kadar
Satuan
Kelapa***
3.28
1
Air
%
1,41
2
Abu
%
33,5
3
Lemak
%
13,2
4
Protein
%
48,6
5
Karbohidrat
%
40,6
6
Serat Kasar
%
35,44
7
Serat Pangan TakLarut
%
8
3,11
Serat Pangan Larut
%
*
Sumber : Salim, 2011
**
Sumber : Widianingrum, et al., 2005
***
Sumber : Supriatna, et al., 2012
Tepung
Terigu
12*
1,3*
1,5-2*
8-13*
69,3**
1,9**
Lengkapnya kandungan zat gizi pada tepung tepung hasil samping ampas
kelapa menyebabkan tepung tersebut dapat diolah menjadi berbagai produk
makanan seperti tepung panir yang digunakan untuk memanir nugget, lumpia dll,
tepung sebagai bahan dasar dan bahan substitusi pada kue kering atau cookies, roti
manis, roti tawar dll. (Putri, 2010).
Kandungan utama tepung kelapa yang menjadi keunggulannya adalah
serat pangan.Tepung ampas kelapa mengandung 60,9 1 gram total serat pangan
dalam setiap 100 gram sampel, yaitu 56% serat tidak larut dalam air (insoluble
fiber) dan 4% serat larut dalam air (soluble fiber). Jumlah ini secara signifikan
lebih besar dibandingkan kandungan serat pangan pada sumber-sumber serat
lainnya seperti tepung pisang, kasava, gandum dan beras (Trinidad, 2002 dalam
Kailaku et al., 2011). Selain itu, tepung kelapa baik digunakan sebagai pengganti
tepung gandum dalam produk makanan dimana kandungan gluten dalam tepung
gandum akan mengganggu. Hal ini juga merupakan keunggulan tersendiri tepung
ampas kelapa untuk sebagian masyarakat yang memiliki alergi terhadap gluten
atau sensitif terhadap gandum (Kailaku et al., 2011).
Dari segi rasa, brownies kukus lebih banyak digemari, karena teksturnya
lebih lembut, hal ini dikarenakan pengukusan brownies tidak menghilangkan
banyak uap air dalam adonan lain halnya dengan yang dipanggang teksturnya
cenderung kering karena proses pemanggangan yang lama (Pangki, 2009) dan
lebih gurih (Sari, et al., 2012). Dari segi kesehatan, yang dikukus lebih aman
karena tidak terbentuk radikal bebas, sedangkan yang panggang ada sedikit
peluang untuk terbentuk radikal bebas. (Anonim, 2013)
Kandungan Nutrisi brownies kukus ditinjau dari analisis proksimat
meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar karbohidrat
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari, et al., (2012) dan Febrial (2009)
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Kandungan Nutrisi Brownies Kukus Tepung Terigu
Brownies
No
Parameter
Satuan
Tepung Terigu *
Tepung Terigu **
1 Air
%
35,26
26,88
2 Abu
%
1,21
0,92
3 Lemak
%
39,87
19,59
4 Protein
%
6,57
5,94
5 Karbohidrat
%
17,68
46,67
* Sumber : Sari, et al., 2012
** Sumber : Febrial, 2009
Penelitian brownies kukus yang dibuat dari subtitusi tepung terigu dengan
tepung lain telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu pembuatan brownies kukus
dari tepung MOCAF (Sari, et al., 2012), tepung ubi jalar (Nisviaty, 2006) dan
tepung talas (Haliza et al., 2012). Perbandingan kandungan nutrisi brownies yang
dibuat dari tepung MOCAF, tepung ubi jalar,dan tepung talas dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan Kandungan Nutrisi Brownies dari Berbagai Tepung
Brownies
No
Parameter
Satuan
Tepung
Tepung
Tepung
Ubi Jalar*
MOCAF**
Talas ***
1 Air
%
34,65
15,2
22.44
2 Abu
%
1,19
1,66
1.83
3 Lemak
%
35,67
33,84
18.77
4 Protein
%
4,88
4,66
5.24
5 Karbohidrat
%
22,98
44,64
51.71
*
Sumber : Nisviaty, 2006
**
Sumber : Sari, et al., 2012
***
Sumber : Haliza et al., 2012
Brownies jugamengandungvitaminyangcukuplengkapsepertivitamin
C, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, vitamin B6, dan vitamin B12.
Kandungan mineralnya juga cukup lengkap seperti kalsium, besi, magnesium,
natrium,kalium,seng,tembaga,mangan,danselenium
2.3 Bahan-Bahan Pembuatan Brownies
Bahan dasar dari brownies kukus adalah tepung terigu, gula, telur, coklat dan
mentega (Pangki, 2009).
2.3.1 Tepung Terigu
Pada umumnya tepung yang digunakan untuk membuat brownies adalah tepung
terigu. Dalam adonan, tepung berfungsi sebagai pembentuk struktur dan tekstur
1.
Soft Wheat (tepung terigu lunak) mengandung protein 7-9%, biasa digunakan
untuk cake, biskuit, dan kue kering
10
2.
3.
Hard Wheat (tepung terigu keras) mengandung protein 11-13 %, biasa digunakan
untuk membuat roti dan mie.
Tepung terigu yang biasa digunakan untuk membuat brownies adalah terigu
lunak (Astawan, 2009). Digunakan tepung terigu lunak karena cenderung membentuk
adonan lebih lembut dan lengket. Selain itu, tepung jenis ini lebih mudah terdispersi dan
tidak punya daya serap air terlalu tinggi, sehingga dalam pembuatan adonan butuh sedikit
cairan (Astawan, 2009).
2.3.2Gula
Jenis gula yang paling baik digunakan untuk membuat brownies adalah gula
pasir dengan butiran yang halus, karena gula mudah larut sewaktu membuat adonan,
sehingga susunan brownies akan rata dan empuk. (Suhardjito, 2006). Secaraumum
gulapasirditambahkanpadaprodukuntukmemberikanrasamanis.Fungsigula
dalam pembuatan brownies, selain untuk memberikan rasa manis, juga
berpengaruh terhadap pembentukan strukturnya, memperbaiki tekstur dan
keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air, serta
merangsang pembentukan warna yang baik (Subarna, 1992 dalam Sulistiyo,
2006).Selainitu,gulayangditambahkandapatberfungsisebagaipengawet.Gula
dapat mengurangi kadar air bahan pangan, sehingga dapat menghambat
pertumbuhanmikroorganisme(Astawan, 2009).
2.3.3Lemak
Lemak merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan
brownies. Lemak yang biasanyadigunakanadalah butter ataumargarin. Butter
adalah lemak hewani hasil separasi antara fraksi lemak dan non lemak dari susu.
Margarin adalah lemak plastis yang dibuat dari proses hidrigenasi parsial minyak nabati
(Sulistiyo, 2006).
11
memberikanrasagurih,melembutkan,membuatproduktidakcepatmenjadikeras
dan lebih empuk. Selain itu, menambah nilai gizi dan rasa lezat brownies
(Sulistiyo, 2006).
2.3.4Telur
Telur dalam pembuatan brownies berfungsi untuk membentuk suatu
kerangkayangbertugassebagaipembentukstruktur.Telurjugaberfungsisebagai
pelembut dan pengikat. Fungsi lainnya adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan
menangkapudarapadasaatadonandikocok,sehinggaudaramenyebarratapada
adonan(Sulistiyo, 2006). Telur dapat mempengaruhi warna, aroma, dan rasa. Lisitin dan
pada kuning telur mempunyai daya pengemulsi, sedangkan lutein (pigmen kuning telur)
dapat membangkitkan warna produk (Astawan, 2009).
2.3.5Darkcookingchocolate
Dark cooking chocolate (cokelat blok) adalah cokelat batangan yang
khususdigunakanuntuk membentuk produkprodukbakerydanpalingbanyak
digunakan untukkuedan brownies (Fathullah, 2013). Darkcooking chocolate
berfungsi untukmemberikanrasadanwarna.Ditambahkanjugacokelatbubuk
yangberfungsiuntukmemperkuatrasa,aroma,danwarna(Sulistiyo, 2006).
2.3.6Bahanpengembang
MenurutWinarno(1992),Bahanpengembangmerupakansenyawakimia
yang akan terurai menghasilkan gas di dalam adonan mengembangkan dan
memperbaiki tekstur brownies. Bahan pengembang berfungsi untuk
mengembangkanprodukkarenadapatmenghasilkangasCO2.Bahanpengembang
yangdigunakanpadapembuatanbrowniesadalahsodakue.
2.3.7Emulsifier
Bahan tambahan lainnya adalah emulsifier. Fungsi emulsifier ini adalah untuk
mendorong pembentukan dan mempertahankan emulsi agar tetap stabil. Selain itu
emulsifier juga berperan sebagai pelembut tekstur (Febrial, 2009).
12
2.3.8Garam
Jumlah garam yang diperlukan relatif sedikit, namun garam mempunyai
fungsi yang sangat penting, antara lain; membangkitkan rasa lezat, menurunkan suhu
penggulalian (caramelize) dalam adonan sehingga mempengaruhi warna remah
maupun kerak. Penggunaan garam dalam adonan harus diusahakan setepat mungkin
sesuai resep. (Suhardjito, 2005 dalam Fathullah, 2013).
13
2.4.2 Pengukusan
Sebagian besar produk cake saat ini diolah dengan cara dipanggang. Cara
lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk cake adalah dengan cara
dikukus (to steam). Produk yang dihasilkan dengan cara pengukusan diantaranya
adalah brownies kukus (Sulistiyo, 2006).
Prinsip pengolahan dengan cara pengukusan adalah dengan menggunakan
uap air dari air panas bersuhu 100 0C dengan lama yang bervariasi sesuai dengan
sifat bahan. Kisaran waktu pada umumnya adalah 1-11 menit (Potter, 1973 dalam
Sulistiyo, 2006).
Pada waktu pengukusan, penyerapan air atau uap air oleh bahan yang
berukuran besar lebih cepat sehingga kadar air bahan bertambah besar. Bahan
yang dikukus dalam waktu yang lebih lama akan memberikan kesempatan pada
bahan tersebut untuk kontak dan menyerap uap air lebih besar sehingga
mengakibatkan peningkatan kadar air bahan (Lukman, 1992).
2.5 Karakteristik Brownies
2.5.1 Karakteristik Fisik
Fathullah
(2013)
menjelaskan
karakteristik
brownies
berdasarkan
14
Sebagian besar makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan
air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat
anorganik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik
terbakar namun zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Mineral terdiri
15
dari kalsium, natrium, klor, fosfor, belerang, magnesium, dan komponen lain
dalam jumlah kecil (Ainah, 2004). Jumlah garam dan mineral yang terdapat pada
produk dapat diinterpretasikan sebagai kadar abu produk. Kadar abu merupakan
unsur mineral sebagai sisa yang tertinggal setelah bahan dibakar sampai bebas
karbon (Lutfika, 2006). Kadar abu ditetapkan dengan metode Kjeldahl sesuai
dengan AOAC, 1995.
3. Kadar Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber citarasa dan memberikan tekstur yang
lembut pada produk. Selain itu, lemak juga merupakan sumber energi yang dapat
memberikan nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein, yaitu 9 kkal
per gram (Lutfika, 2006). Kadar lemak ditetapkan menggunakan metode soxhlet
sesuai AOAC, 1995.
4. Kadar Protein
Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh manusia, karena
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh dan juga sebagai bahan pembangun
dan pengatur (Winarno, 1992). Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode
mikro-Kjeldahl. Kadar protein yang diperoleh adalah kadar protein kasar karena
dihitung berdasarkan pada nitrogen yang terkandung dalam bahan (Lutfika, 2006).
Kadar Protein ditetapkan menggunakan metode Kjeldahl sesuai AOAC, 1995.
5. Kadar Karbohidrat
16
disamping
itu
mereka
juga
mengemukakan
tingkat
17
satu jenis atribut sensori. Uji ranking membutuhkan waktu yang lebih sedikit
dibandingkan metode lain dan sangat berguna jika sampel yang diranking akan
dianalisis lebih lanjut (Meilgard et al., 1999 dalam Nisviaty, 2006).
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
Studi pustaka
--------------------------------------------------------------------------------------------------Tahap 1
Persiapan bahan baku ampas kelapa
Uji organoleptik
Analisis proksimat
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan membandingkan tepung ampas kelapa
yang terbuat dari dua bahan baku ampas kelapa yang berbeda yaitu ampas kelapa
yang berasal dari pasar dan ampas kelapa yang berasal dari industri VCO.
Selanjutnya dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui karakteristik dari
tkedua tepung ampas kelapa tersebut. Dari penelitian pendahuluan ini diharapkan
didapatkan tepung ampas kelapa dengan karakteristik yang paling baik yang
selanjutnya akan digunakan dalam b brownies kukus.
20
F1
3 Butir
200 g
1 sdt
1,5 g
1/2 sdm
0,1 g
100 g
0g
20 g
100 g
100 g
21
F2
3Butir
200 g
1 sdt
1,5 g
1/2 sdm
0,1 g
75 g
25 g
20 g
100 g
100 g
Formulasi
F3
F4
3 Butir
3 Butir
200 g
200 g
1 sdt
1 sdt
1,5 g
1,5 g
1/2 sdm 1/2 sdm
0,1 g
0,1 g
50 g
25 g
50 g
75 g
20 g
20 g
100 g
100 g
100 g
100 g
F5
3 Butir
200 g
1 sdt
1,5 g
1/2 sdm
0,1 g
0g
100 g
20 g
100 g
100 g
A. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada penelitian ini yaitu pengamatan
karakteristik fisik brownies kukus dari tepung ampas kelapa dengan uji
organoleptik. Karakteristik kimia brownies kukus dari tepung ampas kelapa
dilakukan dengan uji proksimat melalui Analisa kadar protein, Analisa kadar
Lemak, Analisa kadar air, Analisa kadar abu, Analisa Karbohidrat dan Analisa
serat pangan (dietary fiber) serta uji daya simpan.
1. Uji organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap produk. Pada pengujian ini ada 20 orang panelis yang memberikan
penilaiannya berdasarkan tingkat kesukaannya terhadap produk meliputi
warna, aroma, tekstur dan rasa. Pengujian yang dilakukan adalah
menggunakan metode hedonik (uji kesukaan) dengan skala penilaian 1-7
yaitu (1) sangat tidak suka (2) tidak suka (3) agak tidak suka (4) netral (5)
agak suka (6) suka (7) sangat suka.
2. Analisa kadar protein
Kadar protein ditentukan dengan metode kjedahl menggunakan
destruksi Gerhardt Kjeldaterm. Prosedur kerja sebagai berikut:
1. Bahan ditimbang sebanyak 0,5 gram kemudian dimasukkan kedalam labu
kjeldahl 100 ml
2. Ditambahkan kurang lebih 1 gram campuran selenium dan 10 ml H 2SO4
pekat kemudian dihomogenkan.
3. Didestruksi dalam lemari asam sampai jernih. Bahan dibiarkan
dingin,kemudian dibuang kedalam labu ukur
dengan aquadest
4. Dibiarkan dingin kemudian ditambahkan aquadest sampai tanda tera.
Disiapkan penampung yang terdiri dari 10 ml HBO3 2% tambah 4 tetes
larutan indikator dalam Erlenmeyer 100 ml.
5. Dipipet 5 ml NaOH 30% dan 100 ml aquadest, di suling hingga volume
penampung menjadi kurang lebih 50 ml.dibilas ujung penyuling dengan
aquadest kemudian ditampung bersama isinya.
6. Dititrasi dengan larutan HCL atau H2SO4 0,02 N, perhitungan kadar
protein dilakukan sebagai berikut:
22
keterangan :
V1= volume titrasi contoh
N = Normalitas larutan HCL atau H2SO4 0,02 N
P = faktor pengenceran 100/5
3. Analisa Kadar Lemak
Kadar lemak ditentukan dengan metode soxhlet. Prosedur kerja
penentuan kadar lemak sebagai berikut:
1. Timbang dengan teliti 1 gram sampel,lalu dimasukkan kedalam tabung
reaksi berskala 10 ml, ditambahkan kloroform mendekati skala.
2. Kemudian ditutup rapat, dikocok dan dibiarkan semalam, himpitkan
dengan tanda skala 10 ml dengan pelarut lemak yang sama dengan
memakai pipet, lalu dikocok hingga homogen kemudian disaring dengan
kertas saring kedalam tabung reaksi.
3. Dipipet 5 cc ke dalam cawan yang telah ketahui beratnya( a gram ) lalu di
ovenkan suhu 1000C selama 3 jam.
4. Dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit,kemudian ditimbang (b
gram).
5. Dihitung kadar lemak kasar dengan rumus sebagai berikut:
23
didinginkan 3-5
24
DAFTARPUSTAKA
Ainah, N. 2004. Karakterisasi Sifat Fisik dan Kimia Tepung Biji Bunga Teratai
Putih (Nymphae pubescens Willd) dan Aplikasinya pada Pembuatan Roti.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
Ambarini. 2004. Brownies. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Anonim
2013.
Brownies
Kukus
Lebih
Sehat.
http://palembang-
pos.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=19831:brownies-kukus-lebihsehat-&catid=45:terapi-kesehatan&Itemid=60. Diakses pada 01 Januari
2014 pukul 20.08 WIB.
Anonim. 2013. Mengenal Lebih Jauh Tentang Usaha Tepung Ampas Kelapa.
http://usahatepungampaskelapa.blogspot.com/.
Diakses
pada
03
25
Devy.
2013.
Resep
Kue
Brownies
Panggang.
26
Reni
2011.
Brownies
Kukus.
http://renywidiasari.wordpress.com/2011/01/29/brownies-kukus/. Diakses
pada 14 Januari pukul 14.59 WIB.
Widaningrum, Sri Widowati dan Soewarno T. S. 2005. Pengayaan Tepung
Kedelai pada Pembuatan Mie Basah dengan Bahan Baku Tepung Terigu
yang Disubstitusi Tepung Garut. Jurnal Pascapanen Vol. 2, No. 1: 41-48.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
27