Anda di halaman 1dari 7

“MENJADI MANUSIA BERHATI EMAS”

Oleh:

B
eberapa waktu yang lalu, lebih tepat pada hari jumat tanggal 9 Oktober
2009 merupakan hari bersejarah bagi seluruh warga Rumah Sakit TNI
Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dan TNI Angkatan Laut pada umumnya.
Hal ini dikarenakan telah dilaksanakan serah terima jabatan (sertijab) Kepala
Rumkital Dr. Mintohardjo dari Laksamana Pertama TNI dr. Kusdinar Diyon, Sp.S
kepada Kolonel Laut (K) dr. Raharjo Ariyo Mataram. Upacara sertijab
berlangsung dengan penuh hikmat dan kesederhanaan tersebut memiliki makna
yang sangat luas bagi warga pengguna pelayanan kesehatan di Rumkital Dr.
Mintohardjo dan anggota rumah sakit itu sendiri.
Bagi pengguna pelayanan kesehatan khususnya anggota TNI AL dan
keluarganya, pergantian pucuk pimpinan rumah sakit ini memberikan harapan
baru bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, dari pada yang mereka
terima selama ini. Sangat diharapkan adanya terobosan-terobosan dan inovasi-
inovasi baru yang mampu mempertajam nilai-nilai kepuasan bagi pengguna
rumah sakit di berbagai bidang pelayanan kesehatan yang ada.

Dalam sambutannya pada acara “Jam Komandan” untuk yang pertama


kali, Kolonel Laut (K) dr. Raharjo Ariyo Mataram yang oleh beliau lebih senang
dipanggil dan diperlakukan sebagai seorang “Bapak” oleh anak buahnya. Beliau
memberikan penekanan secara “Bombastis” tentang bagaimana menggapai
tataran sebagai “Manusia Berhati Emas”.

Apa itu makna ”Manusia berhati emas”? Menurut Bapak berputra seorang
Letnan Dua Marinir ini, mendefinisikan bahwa perjalanan kehidupan manusia itu
harus kita kembalikan kepada jalan Tuhan. Artinya manusia hidup ini harus
mampu memancarkan keteduhan dan keindahan sehingga mendapatkan nilai
dan konduite tertinggi dari Tuhan. Apa wujud dari “Emas” tersebut? Wujud dari
emas tersebut adalah apa yang dinamakan “Inerbeauty”. Bagaimana dapat
memancarkan sinar inerbeauty tersebut, tidak lain adalah masuk ke dalam
wilayah-wilayah kearifan. Jadi secara sederhana, inerbeauty itu tidak selalu
terpancar oleh karena kepangkatan yang tinggi tetapi berasal dari ketulusan dan
keikhlasan hati setiap manusia.

Menurut Bapak yang selalu tampil penuh dengan senyuman ini, beliau
mengajarkan bahwa kita manusia itu terlahir dengan kelebihan dan kelemahan
serta keburukan-keburukan. Dimungkinkan seperempat sifat kita adalah
kebaikan (dianalogikan dengan symbol malaikat) dan tiga perempatnya adalah
syetan (keburukan). Bagaimana kita dapat memutarbalikan menjadi tiga
perempat kebaikan dan seperempatnya adalah keburukan?

Dalam kerangka menjawab pertanyaan tersebut Karumkit memberikan


ilustrasi tentang konsensus beliau yang selalu mengedepankan pendekatan
kekeluargaan dan kerakyatan dalam pengelolaan pekerjaan, termasuk dalam hal
ini sebagai seorang pimpinan sebuah rumah sakit besar. Beliau juga
menyampaikan tentang paradigma lama selama ini, bahwa manajemen di
lingkungan ketentaraan adalah selalu bernafaskan pemaksaan. Namun dalam
lingkungan rumah sakit, ke depan hal ini dijanjikan tidak akan pernah terjadi.
Semua permasalahan akan diupayakan dengan penuh kearifan dan di jalan
Tuhan. Jalan Tuhan inilah yang dinamakan Jalan Emas. Inilah yang dinamakan
jurus “Manusia berhati emas”.

Hal ini tidak berarti tidak mengandung konsekuensi, jika setelah diberikan
jurus-jurus manusia berhati emas tetap saja tidak berubah menjadi indah, maka
dengan sangat terpaksa akan digunakan tangan manusia untuk
menyadarkannya. Hal ini bisa diaktualisasikan dengan pembinaan khusus,
tegoran-tegoran serta hukuman-hukuman baik ringan sampai dengan yang
paling berat.

Oleh karena itu, disarankan pada setiap anggota untuk selalu meng-
upgrade diri ke wilayah Tuhan. Banyak cara untuk meng-upgrade-kan diri
tersebut, misal dari membaca buku-buku berkualitas, dari guru maupun dari
motivator-motivator ulung seperti Mario Teguh, Tung Dengsem Waringin dan lain
sebagainya. Dengan modal emas yang kita punya, niscaya akan lebih mudah
dilakukan pengembangan diri.
Beberapa kiat untuk mencapai “Manusia Berhati Emas” tersebut antara
lain adalah:

1. Menjadi orang yang penuh keikhlasan

Salah satu cara untuk masuk ke dalam wilayah ini adalah dengan
menanggalkan ego kita. Nawaitu dalam bekerja tidak semata-mata
mencari rejeki saja namun juga adalah karena ibadah. Kita harus
memikirkan dan mendahulukan kepentingan orang banyak di atas
kepentingan pribadi. Kita harus ikhlas berbagai rizki untuk bagian-bagian
lain yang selama ini minimalis. Kita harus yakin bahwa rizki itu sudah
diatur oleh Tuhan, bagaimana kita secara bersama-sama meraih rizki
dengan halal dan di jalan Tuhan. Bagaimana kemampuan kita untuk
memotivasi dan membuat seluruh staf kita menjadi hebat baik di mata
Tuhan maupun di mata manusia. Bagaimana membuat penilaian “baik”
dimata Tuhan maupun di mata orang lain. Dengan keberhasilan
menjawab dan mengamalkan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas,
niscaya rizki akan mengalir seirama kebaikan-kebaikan yang telah kita
perbuat. Limpahan rizki ini mungkin tidak harus secara langsung kita
sendiri yang menerima, mungkin secara tidak langsung ataupun jangka
panjang anak cucu kita yang mendapat berkahnya.

2. Mengurangi dominasi keinginan-keinginan manusia ke arah bukan


jalan Tuhan.

Keinginan-keinginan manusia di dunia lebih banyak didominasi oleh nafsu


duniawi. Sesuatu hal yang wajar, yang terpenting adalah bagaimana
mewujudkan keinginan-keinginan tersebut. Menurut beliau keinginan itu
harus diwujudkan dengan usaha-usaha yang gagah dan mengagumkan,
yakni usaha-usaha di jalan Tuhan.

3. Menghilangkan atau minimalisasi sifat-sifat dasar manusia yang


kurang baik

Sifat-sifat dasar manusia ini adalah arogansi, iri, dengki, keserakahan dan
lain sebagainya. Diingatkan bahwa kepuasan itu tidak ada batasnya,
kekuasaan yang kita dapatkan janganlah digunakan untuk berarogansi
mencari uang sebanyak-banyaknya ataupun digunakan untuk
mengkerdilkan orang lain. Sedapat mungkin gunakanlah untuk membuat
rakyat kecil menangis bahagia oleh karena perbuatan kita. Anggaplah
jabatan itu adalah amanah, bukan sebagai kekuasaan yang harus
dipancarkan. Bahagiakanlah orang lain, anggota, pasien dan pengguna
rumah sakit lainnya dengan tingkah laku, tingkah tindak dan tingkah
ucapan yang menyenangkan dalam pelayanan kita.
4. Defense mechanism

Defense mechanism dapat dimaknai sebagai mekanisme pembelaan diri.


Mekanisme pembelaan diri dalam kerangka melindungi kesalahan-
kesalahan yang tidak perlu seyogyakan jangan dipergunakan dalam
kedinasan. Kita harus secara ksatria dan disemangati oleh kejujuran,
harus berani mengakui kesalahan serta berjanji untuk melakukan
perbaikan-perbaikan.

5. Tip yang terakhir adalah bahwa dalam menghadapi segala cobaan


hidup, seyogyanya tidak perlu dirasakan sebagai sebuah kepahitan,
hadapi semua dengan penuh kewajaran dan kesabaran. Niscaya Tuhan
akan memberikan hikmah terbaik untuk kita.
Di akhir jam komandan, beliau mengajak kepada seluruh anggota
Rumkital Dr. Mintohardjo untuk selalu berusaha menghadirkan kebaikan-
kebaikan di semua lini, di semua bagian dan komponen-komponen pelayanan
rumah sakit dengan aura keindahan. Niscaya rizeki yang kita dambakan akan
mengalir seiring amal perbuatan kita. Amien.

Kata-kata mutiara yang berhasil disadur dari Karumkit pada arahan Jam
Komandan tersebut adalah sebagai berikut:

1. “Mari kita berlomba-lomba menjadi manusia berhati emas”

2. “Mari kita berusaha untuk selalu menjadi manusia yang “Plus”

(mempunyai nilai tambah)”

3. “Berbahagialah apabila kita melihat anak buah kecil kita menangis


bahagia, karena perbuatan-perbuatan kita” . @STO

Jakarta, 20 Oktober 2009

Anda mungkin juga menyukai