Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mailani Silviana Sitorus

NIM : 131524134
Hal

: 502-503

Antidiabetes + Salisilat
Aspirin dan salisilat lainnya dapat menurunkan kadar gula darah, tetapi dalam dosis kecil
aspirin dan salisilat dapat memberikan efek analgesic yang merugikan pada pasien penderita diabetes.
Dosis yang lebih besar dari salisilat memiliki lebih banyak efek samping yang lebih spesifik dan
peringatan yang harus diperhatikan.
Keterangan Klinis
a) Insulin
12 orang anak dengan diabetes tipe 1 mengalami penurunan glukosa darah rata-rata 15% (dari
10,4 sampai 8,8 mmol/L) ketika mereka diberikan aspirin (pasien dibawah 27,2 kg diberi 1,2 g sehari,
pasien diatas 27,2 kg diberi 2,4 g sehari) selama 1 minggu. Terlihat tidak ada perubahan signifikan
terhadap kebutuhan insulin yang diperlukan.
8 orang pasien menerima 12 sampai 48 unit suspense zink insulin sehari ketika mereka
sedang dalam pengobatan selama 2 sampai 3 minggu dan diberikan aspirin dosis 3,5 sampai 7,5 g
sehari, untuk dosis yang besar cukup diberikan terapi dengan serum salisilat mulai dari 2,5 sampai 3,3
mmol/L. 6 orang pasien lainnya mengalami penurunan insulin antara 20 dan 65%.
b) Chlorpropamide
Efek yang lebih rendah dari chlorpropamide dan sodium salisilat terhadap gula darah
ditetapkan oleh 5 bidang kesehatan. Selanjutnya penelitian di 6 bidang lainnya menemukan bahwa
chlorpropamide 100 mg yang diberikan dengan sodium salisilat 1,5 g dapat menurunkan kadar gula
darah sebanyak chlorpropamide dengan dosis 200 mg atau sodium salisilat saja sebanyak 2 g.
Kadar gula darah dari pasien yang menerima chlorpropamide 500 mg sehari turun sebanyak
2/3 dan sama dengan pemberian aspirin sebanyak 1,9 mmol/L.
c) Glibenklamid (Gliburid)
16 cabang kesehatan menetapkan bahwa 5 mg glibenklamid yang dikonsumsi dengan aspirin
975 mg empat kali sehari selama 4 hari dapat menurunkan Auc 0-4 dari glibenklamid sebanyak 68%
dan menurunkan kadar serum sebanyak 35%. Efek toleransi glukosa dan respon insulin sangat sulit
untuk dilihat, tetapi tidak ada fakta yang menyebutkan bahwa terjadi perubahan klinis yang relevan.
Mekanisme
Telah diketahui selama 100 tahun bahwa aspirin dan salisilat berefek pada hipoglikemik dan
dosis besar dapat digunakan untuk terapi diabetes. Penjelasan sederhana untuk interaksi dengan
antidiabetes adalah bahwa dia dapat menurunkan kadar gula darah tetapi fakta lain menunjukkan
bahwa mekanismenya dapat berganti. Aspirin dapat menaikkan kadar serum chlorpropamide, dengan
mempengaruhi ekskresi tubular, dan efek chlorpropamid dapat berubah.

Penanganan
Interaksi antara sulponilurea atau insulin dan salisilat dapat terjadi tetapi jarang.

Data

menunjukkan bahwa pemakaian pada hipoglikemik dapat menimbulkan efek analgesic. Dosis besar
dari salisilat dapat dipakai untuk diabetes. Informasi tentang antidiabetik lain tidak cukup banyak,
namun mereka memiliki kemiripan.
Antidiabetics + Analog Somatostatin
Octreotid menurunkan resistensi insulin sehingga dosis insulin dapat menurun, ketoasidosis
diabetes yang fatal terjadi pada satu pasien ketika octreodtid turun, octreotid muncul tanpa fungsi
dengan cadangan insulin lengkap (diabetes tipe 2 dan dengan penurunan sekresi insulin dan toleransi
glukosa pada pasien non diabetes, octreotid tercatat menurunkan induksi sulphonilurea pada
hypoglikemia. Lanreotide juga berefek terhadap glukosa pada pasien diabetes.
Keterangan Klinis
Perubahan dalam toleransi glukosa dapat terjadi pada pasien dengan akromegali yang diberi
analog somastatin. Ditemukan bahwa 24 pasien akromegali diberi octreotide atau lanreotide kerja
panjang terjadi penurunan resistensi insulin, tetapi terjadi penurunan pada homeostatis sekresi insulin
pada pasien non diabetes. Dari 16 pasien dengan toleransi glukosa normal sebelum diterapi dengan
octreotide, 4 mengalami kenaikan toleransi glukosa. 7 pasien dengan penurunan toleransi glukosa, 4
meningkat, 1 stabil, 2 menurun diabetes melitusnya. Pada kasus lain pada pasien dengan akromegali
yang diberi octreotide, penurunan toleransi glukosa meningkat hingga setengah dari 55 pasien yang
memiliki toleransi glukosa, tetapi toleransi glukosa naik pada 3 dari 11 pasien diabetes. Hal serupa
dilaporkan di kasus lain, walaupun octreotide lebih mengakibatkan kerusakan metabolism glukosa
daripada lanreotide.
a. Insulin
Ketika 7 pasien dengan DM tipe 1 dengan metabolism yang buruk diberi octreotide 50 mcg s.c 3
kali sehari (pada jam ke- 5, 15, dan 23) atau secara terus-menerus melalui infus s.c (62,5 atau 112,5
mcg selama 24 jam, kadar glukosa darahnya sekitar 50% lebih rendah daripada ketika hanya diberi
insulin. Efek octreotid terhadap kadar glukosa darah sebenarnya sama besarnya pada pemberian dose.
Penelitian lain pada 6 pasien dengan DM tipe 1 juga ditemukan bahwa octreotid 50 mcg s.c sebelum
makan terjadi penurunan insulin harian sebanyak 50%, dan penelitian lain menyimpulkan bahwa
octreodtid memberikan reaksi yang sama. Sebuah catatan isolasi menunjukkan kemajuan klinis dan
biokimia dari lanreotid 30 mg i.m selama 10 hari, pada pasien diabetes akromegali yang mengalami
penurunan glukosa darah sangat kecil dengan insulin. Walaupun demikian, dia menyebabkan
hipoglikemia ketika lanreotid diganti dengan octreotid 20 mg s.c dan dia dapat menurunkan dosis
insulin 30-50% pada minggu pertama setelah injeksi octreotid. Pada catatan lain, dijelaskan bahwa
toleransi glukosa berperan penting pada kematian penderita ketoasidosis diabetes meningkat ketika
octreotid dihentikan pada pasien dengan akromegali dan resistensi insulin pada DM. 9 kasus DM tipe
2 yang tidak dapat dikontrol oleh penggunaan obat diabetes oral dan membutuhkan insulin, tidak

menunjukan peningkatan yang signifikan pada kadar glukosa darah ketika mereka diberi octreotid 25
mcg. Octreotid menurunkan 6 pasien DM tipe 2 dengan gagal ginjal kronis, tetapi tidak secara
signifikan pada pasien dengan glikemi dengan ginjal yang normal. Efek ini lebih efektif menurunkan
kadar glucagon pada gagal ginjal.
b. Antidiabetes Oral
Octreotide tidak menunjukkan manfaat klinis yang relevan atau efek yang membahayakan pada
penurunan kadar glukosa darah dari obat antidiabetes oral seperti glibenklamid (globurid) pada pasien
dengan DM tipe 2, walaupun beberapa perubahan metabolit dapat terjadi termasuk penekanan kadar
serum insulin postprandial. Sebuah kajian lampau pada 9 pasien dengan hipoglikemia menunjukkan
hasil dari sulfonylurea yang meningkat (dengan glibenklamid atau glipzid) ditemukan bahwa ada
perubahan yang signifikan terhadap hipoglikemia setelah pemberian octreotid (29 tahap sebelum
pemberian dengan 2 tahap setelah diberikan octreotid).
Mekanisme
Octreotid adalah sebuah analog dari hormone somastatin, dan secara persis menurunkan kadar
glukosa darah karena dia dapat menghambat aksi dari glucagon dan hormone pertumbuhan (dengan
peningkatan kadar glukosa darah), dank arena dia dapat memperlambat absorbs dari karbohidrat pada
usus. Walaupun demikian, somastatin juga merupakan diabetogenik, karena dia dapat menekan
pelepasan insulin. Pada DM tipe 1, karena tidak ada insulin endogen,penurunan glukosa darah lebih
menonjol. Pada non diabetes dan diabetes tipe 2, aksinya tertunda atau dapat memperendah
pengontrolan glikemik. Octreotid lebih rendah efeknya untuk menekan pelepasan insulin daripada
somastatin, tetapi dia tetap penting untung cadangan insulin.
Lanreotid, seperti somastatin dan analognya, dapat menghambat produksi dan sekresi insulin
dan glucagon, tetapi lanreotid mempunyai afinitas rendah untuk menemukan reseptor di pancreas dan
sangat mungkin untuk menghasilkan respon yang berbeda dari octreotid.
Sulfonylurea menurunkan kadar glukosa darah dengan memfasilitasi pelepasan insulin dari
sel beta pancreas, dan octreotid dapat menghambatnya dengan menghambat sekresi insulin dari
pancreas.
Penanganan
Interaksi antara insulin dan octreotid tidak dapat terjadi dan hipoglikemi dapat terjadi. Jika
kedua obat tersebut digunakan, antisipasi dibutuhkan untuk menurunkan dosis insuluin. Penelitian di
atas menunjukkan bahwa penurunan dapat terjadi hingga 50%.
Octreotid dapat terjadi pada antidiabetik oral pada DM tipe 1. Pada DM tipe 2, octreotid
terbukti dapat menaikkan prandial pada glikemia, tetapi pasien yang diberi glibenklamid tidak
menunjukkan keuntungan apapun pada glikeminya. Walaupun demikian, octreotid dapat menurunkan
induksi sulponilurea pada hipoglikemia. Octreotid dapat berefek pada sekresi insulin dan toleransi
glukosa. Lanreotid juga direkomendasikan untuk penurunan kadar glukosa darah.

Anda mungkin juga menyukai