disusun oleh:
FUAD IQBAL ELKA PUTRA
1318011075
TUTORIAL 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
II.
ISI
jenis, protein, juga tes kehamilan. Karena pada urin yang encer, kemungkinan tidak ditemukan
sedimen seperti eritrosit dan silinder (Koestadi, 1989).
c. Urin postpandrial
Urin yang diambil pertama kali 2-3 jam setelah makan. Digunakan untuk pemeriksaan glukosa
d. Urin tamping 24 jam
Urin yang ditampung satu hari penuh (24 jam) digunakan untuk pemeriksaan zat-zat urine secara
kuantitatif misalnya protein
e. Clean catch Midstream
mengambil urin pancaran tengah, meminimalisir kontaminasi dari meatus
f. Katerisasi
Diambil dari kateter, untuk kultur tapi memungkinkan untuk terkena kontaminasi
3. Kejernihan
Cara menguji kejernihan seperti menguji warna. Dinyatakan denganjernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Perlu dilihat kekeruhannyasewaktu dikeluarkan atau setelah dibiarkan,
karena urin normal akanmenjadi agak keruh bila dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan
ringantersebut disebut nubeculla, yaitu kekeruhan yang terjadi dari lender sel-selepithel dan
leukosit yang lambat laun mengendap (R.Gandasoebrata,1984).
Jika kekeruhan urin terjadi langsung setelah berkemih, kemungkinandisebabkan oleh
fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah yang besar, jugabisa disebabkan oleh eritrosit, leukosit,
sel-sel epithel, chyclus, lemak danbenda-benda koloid. Sedangkan kekeruhan yang timbul
setelah dibiarkandapat dipengaruhi oleh nubeculla, urat-urat amorf, fosfat amorf dan jugaoleh
bakteri-bakteri (R.Gandasoebrata, 1984).
4. Busa
Urin biasanya tidak berbusa, adanya billirubin dapat menyebabkanbusa berwarna kuning,
sedangkan meningkatnya kadar protein dalam urindapat menyebabkan busa berwarna putih
(Koestadi, 1989).
5. Bau
Bau dari urin erat hubungannya dengan kerusakan urin itu sendiri. Urin normal dan baru
berbau tidak keras, urin yang sduah lama berbauamoniak karena pemecahan ureum. Bila urin
berbau amoniak atau busuk,kemungkinan ini disebabkan oleh cystitis atau retensi urin. Bau yang
manis disebabkan oleh acetone dari penderita diabetes mellitus (Koestadi,1989).
.6. Berat jenis
Berat jenis urin sangat erat hubungannya dengan diuresis, makinbesar diuresis makin
rendah berat jenisnya, dan sebaliknya. Berat jenisurin 24 jam dari orang normal antara 1,016
1,022 (ditulis 1016 1022).Batas normal berat jenis urin antara 1005 1030. Tingginya berat
jenismemberi kesan tentang pekatnya urin, jika didapat berat jenis urin sewaktu (urin pagi) 1025
atau lebih, sedangkan reduksi dan protein dalam urinnegatif, menunjukkan faal pemekat ginjal
yang baik. Berat jenis yanglebih dari 1030 memberi isyarat adanya kemungkinan
glukosuri(R.Gandasoebrata, 1984). Pada pemeriksaan berat jenis terdapat 2 alat yang biasa
digunakan untuk melihat nilai berat jenis pasien yatu dengan refraktometer dan urinometer
(2.1) Refraktometer
(2.2) Urinometer
III.
KESIMPULAN
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. 1998. Fisiologi Kedokteran. Edisi XVI. Penerjemah: Widjajakusuma, M.D. EGC.
Jakarta
Jane Coad, 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Kidhri Muh, 2004. Biomedik 1. Makassar : Universitas Muslim Indonesia.
Kurniati, Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati.
Koestradi. 1998. Biologi Umum.Piranti: Jakarta
Poedjiadi, A., Suryati, FMT. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
S Tendean, SP Siregar - saripediatri.idai.or.id
Sudjadi, Bogod.,Siti Laiila. 2002. Biologi. Yudhis
Uliyah Musrifatul, 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika.