Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
BAB I
PENDAHULUAN
Liberalisme
pada
awalnya
muncul
saat
dunia
barat
memasukienlighment ages atau abad pencerahan sekitas abad ke 16 sampai
awal abad 19 yang mana pada saat itu, mulai muncul industri dan
perdagangan dalam skala besar yang berbasis teknologi baru. Untuk
mengelolala kedua hal tersebut muncullah kebutuhan-kebutuhan baru
seperti buruh yang bebas dalam jumlah banyak, ruang gerak yang leluasa,
mobilitas yang tinggi dan kekbebasan berkreasi. Namun kebutuhankebutuhan ini terbentur oleh peraturan-peraturan yang dibuat masa
pemrintahan yang feodal. Maka golongan intelektualyang mengendepankan
rasionalitas memunculkan paham liberal. Golongan intelektual ini merasakan
keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan
yang baru).
Ketika pasar bebas tak dapat terbendung dan pembentukan
regionalisme tiap daerah yang terdapat di setiap benua mulai berkembang,
maka globalisasi memang sedang merajalela dalam perekonomian dunia.
Jika memandang keadaan modern saat ini, sudah tak dapat dipungkiri lagi
bahwa sesungguhnya negara-negara yang masih berdiri harus menelan
material klasik yang kian melaju pesat, yang tak lain dikenal dengan
sebutan neoliberalisme. Sebagai teori yang makin kontemporer, paham
liberalisme yang sangat mengakar pada kehidupan historis ekonomi ini mulai
diterima dan dilaksanakan setiap negara. Krisis finansial Amerika Serikat
yang marak terjadi pun mampu memberikan dampak yang signifikan bagi
negara lain di seluruh penjuru bumi. Lantas, apakah paham liberalisme yang
disebarluaskan oleh AS ini mampu bertahan dan tetap menjadi solusi absolut
terhadap permasalahan ekonomi? Sejauh manakah raksasa liberalisme
mampu menaklukkan hati negara lain untuk menganut dan
memberlakukan paham tersebut?
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dengan demikian yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan makalah ini adalah :
Bagaimana proses Teori Liberalisme dan neoliberalisme dalam memberikan
pengaruh pada sebuah negara dalam menunjang kelangsungan hidup
masyarakat.
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses munculnya liberalisme dan neoliberalisme
b. Untuk menjelaskan perkembangan liberalisme dan neoliberalisme
pada negara yang menganutnya
c. Menjelaskan proses terbentuknya leberalisme dan neoliberalisme
1.4
Manfaat Penulisan
yang menjadi manfaat dalam makalah ini adalah :
memberikan suatu pengertian bahwa perlu adanya sebuah paham
liberalisme dan neoliberalisme dalam menunjang perkembangan kehidupan
masyarakat secara lokal maupun secara menyeluruh dalam menyikapinya
apakah paham tersebut memberikan dampak positif atau negatif.
Memberikan informasi bagi kalangan mahasiswa sebagai cendikiawan dan
masyarakat luas dalam memahami dan memiliki buah pemikiran yang
menjdi sebuah landasan berfikir dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Liberalisme
Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan
budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan
orang lain. Dan isme yang berati paham. Makna bebas kemudian menjadi
sebuah sikap kelas masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu
kebebasan berfikir (The old Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah
kata liberal berkembang sehingga mempunyai berbagai makna.
bermula pada 1776-1788, oleh Edward Gibbon, perkataan liberal mulai
diberi maksud yang baik, yaitu bebas dari prasangka dan bersifat toleran.
Maka pengertian liberal pun akhirnya mengalami perubahan arti dan
berkembang menjadi kebebasan secara intelektual, berpikiran luas, murah
hati, terus terang, sikap terbuka dan ramah.
Prinsip dasar liberalisme adalah keabsolutan dan kebebasan yang tidak
terbatas dalam pemikiran, agama, suara hati, keyakinan, ucapan, pers dan
politik. Di samping itu, liberalismme juga membawa dampak yang besar bagi
sistem masyarakat Barat, di antaranya adalah mengesampingkan hak Tuhan
dan setiap kekuasaan yang berasal dari Tuhan; pemindahan agama dari
ruang publik menjadi sekedar urusan individu; pengabaian total terhadap
agama Kristen dan gereja atas statusnya sebagai lembaga publik, lembaga
legal dan lembaga sosial.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Historis Perkembangan Liberalisme dan Neoliberalisme
Secara historis, Liberalisme muncul sebagai reaksi perlawanan
terhadap sikap penganut paham Merkantilis pada pertengahan abad XVIII. Di
Perancis, ahli ekonomi menyebut gerakan ini sebagai gerakan physiocrats
yang menuntut kebebasan produksi dan berdagang. Di Inggris, ahli ekonomi
Adam Smith menjelaskan dalam bukunya (the Wealth of Nations 1776)
mengenai keuntungan untuk menghapus pembatasan-pembatasan dalam
perdagangan. Berdasarkan the New Lexicon Websterss Dictionary of the
English Language, liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna
menganggap baik kebebasan individu, reformasi sosial, dan penghapusan
atas pembatasan-pembatasan dalam ekonomi. Dengan demikian, liberalisme
telah dipandang sebagai sebuah ideologi atau pandangan filsafat yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang
utama dan menerapkan sistem pasar yang bebas dan terbuka. Kebebasan
individu dijamin melalui mekanisme pasar. Lain halnya perspektif liberal
dalam ekonomi, merupakan pandangan yang mendorong kebebasan pasar
dan minimalisasi peran negara. Oleh sebab itu, perspektif liberal
menempatkan individu sebagai fokus utama dalam ekonomi agar dapat
meningkatkan efisiensi dan memaksimalisasi keuntungan. Argumentasi ini
diperkuat dengan suatu premis yang sangat mendasar dalam perspektif
liberal bahwa konsumen perseorangan, perusahaan, atau rumah tangga
merupakan basis dari perekonomian masyarakat. Individu-individu dianggap
rasional dan berusaha untuk memaksimalisasi atau memuaskan kebutuhankebutuhan mereka dengan tingkat biaya serendah-rendahnya.
Kaum liberalis memahami ekonomi politik internasional sebagai suatu
aplikasi teori dan metodologi ekonomi internasional yang memisahkan
interaksi antara ekonomi dan politik. Adanya peran kuat dan aktif dalam
mekanisme pasar telah memudarkan otoritas pemerintah sebagai aktor
utama negara. Ekonomi dan politik itu adalah dua arena yang seharusnya
dipisahkan dan masing-masing beroperasi menurut aturan-aturan serta
logika-logikanya sendiri. Karena orang-orang liberal percaya bahwa faktorfaktor ekonomi merupakan determinan dari semua proses sosial, maka
menurut mereka fenomena ekonomi politik internasional dapat di jelaskan
dengan berbagai teori yang ada dalam ilmu ekonomi. Peran dan Pengaruh
Liberalisme Terhadap Perekonomian Dunia Dalam perkembangan ekonomi
modern, perspektif liberalisme mulai bercampur dengan asas-asas
demokrasi yang pada akhirnya memunculkan teori neoliberalisme yang
dipelopori oleh Friedrich von Hayek (1899 1992). Walaupun perkembangan
neoliberalisme telah menduduki perekonomian internasional, esensi-esensi
historis liberal tetap menjadi pemegang kendali kehidupan ekonomi politik
saat ini. Mengutip pernyataan John Madison yang berbunyi : jika manusia
adalah malaikat, maka pemerintahan dan demokrasi tidak diperlukan.
Pada saat terjadi Revolusi Perancis tahun (1789) kebebasan mutlak dalam pemikiran,
agama, etika, kepecayaan, berbicara, pers dan politik sudah dicanangkan. Prinsip-prinsip
Revolusi Perancis itu bahkan dianggap sebagaiMagna Charta liberalisme. Konsekuensinya
adalah penghapusan Hak-hak Tuhan dan segala otoritas yang diperoleh dari Tuhan;
penyingkiran agama dari kehidupan publik dan menjadinya bersifat individual. Selain itu agama
Kristen dan Gereja harus dihindarkan agar tidak menjadi lembaga hukum ataupun sosial. Ciri
liberalisme pemikiran dan keagamaan yang paling menonjol adalah pengingkaran terhadap
semua otoritas yang sesungguhnya, sebab otoritas dalam pandangan liberal menunjukkan adanya
kekuatan diluar dan diatas manusia yang mengikatnya secara moral. Ini sejalan dengan doktrin
nihilisme yang merupakan ciri khas pandangan hidup Barat postmodern yang telah disebutkan
diatas.
3.3 Pencetus Aliran Liberalisme
Jhon Locke (1632-1704) ialah seorang filsuf yang disebut sebagai juru bicara
Liberalisme. Jhon Locke hidup dalam zaman yang penuh gejolak di Inggris.[1][2]Sebelum dia
lahir, terjadi perang saudara antara kaum Cavaliver, para pengikut raja Charles I, dan kaum yang
berada pada kekuatan dalam parlemen.Sementara itu, dalam parlemen terjadi perpecahan antara
fraksi para imam yang menghendaki pemerintahan teokratis elitis dan fraksi independen yang
menghendaki kebebasan politis bagi rakyat banyak. Dalam hidupnya, berbeda dengan Hobbes
membela Raja Charles I yang absolut,Locke berpihak pada pemberontakan borjuasi melawan
pemerintahan absolut, yang dikenal sebagai Glorious Revolution.
Locke dilahirkan dari keluarga yang memihak parlemen. Sikap puritan ayahnya sedikit
banyak memengaruhi pemikiran Locke yang tidak suka pada aristokrasi. Locke belajar di
Universitas Oxford dan disana ia menyukai fisiologi dan alergis terhadap filsafat skolastik. Ia
tidak begitu suka pada karya-karya klasik. Di satu pihak, pengaruh liberalisme tertanam kuat
didalam dirinya yang didukung oleh pengaruh John Own.[2][3] Karena dekat dengan keluarga
Shaftesbury yang dimusuhi raja, bersama keluarga itu ia dibuang ke negeri Belanda. Dalam
pengasingan itu, Locke menulis bukunyaAn Essay concerning Human Understanding. Dalam hal
ini, pemerintah selalu mengawasi gerak-geriknya. Locke juga menulis filsafat politik dalamThe
Second Treatise of Goverment. Dalam buku itu, berbeda dengan Hobbes yang memihak
Absolutisme, John Locke menjadi juru bicara Liberalisme. Pengaruh Locke dalam konstitusi
Amerika Serikat sangat besar. Gagasan-gagasannya menyebar dan dipelihara di Inggris dan
Amerika hingga dewasa ini.
Beberapa pemikiran Locke ialah sebagai berikut:
1. Usaha Memukul Ajaran tentang Idea-idea Bangsawan
John Locke mengagumi karya-karya Descrates, Akan tetapi, dia tidak setuju atas
rasionalisme Descrates yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh secara a priori.
Locke berusaha menghantam ajaran kuno itu dengan sebuah pendekatan filosofis yang berbeda
sama sekali dari rasionalisme. Menurut Locke anggapan para filsuf rasionalis bahwa idea-idea
tentang kenyataan itu sudah kita miliki sejak lahir adalah anggapan yang tidak terbukti dalam
kenyataan. Dengan demikian kebenaran dan kenyataan dipersepsi subjek melalui pengalaman
dan bukan bersifat bawaan. Segala prinsip a priori dan universal itu harus dikembalikan kepada
pengalaman terdahulu. Dapat dikatakan bahwa serangan Locke atas idea-idea bawaan berkaitan
dengan pandangan liberalnya tentang manusia dan masyarakat.
2. Proses pikiran, Idea simpleks dan Kompleks
menelan individu ke dalam struktur agensi birokratis yang terikat aturan dan hierarkris, yang
menggantikan wirausaha dengan administrator dan direktur profesional, dan memiskinkan
ketrampilan sebagian tenaga kerja. Proses kedua menambah kompleksitas masyarakat industri
sehingga kemampuan kita untuk memahami keragaman sosial yang muncul secara rasional
dalam kerangka moral yang kognitif tunggal merosot tajam. Semakin individu terjebak dalam
logika beragam peran dan fungsi sosial yang kadangkala sering bertentangan, dibanjiri informasi
dan sumber persuasi yang kerap berlawanan, semakin lemah pula kemampuan mereka untuk
menentukan orientasi secara otonom di dunia ini. Perkembangan-perkembangan ini mendistorsi
cita-cita pasar kaum liberal, dan menambah kekhawatiran kaum liberal terhadap demokrasi.
Lebih lanjut, perkembangan tersebut terkait erat dengan kemunculan buruh yang semakin
terorganisasi, yang dalam ancamannya terhadap dominasi sosio-ekonomi dan politk kelas
menengah berpotensi memunculkan tantangan terbesar bagi hegemoni liberal.
Menurut kaum liberal klasik, pasar bebas tidak menciptakan konflik sosial, tetapi
menyelesaikannya. Mekanisme tangan-yang-tak-tampak (invisible hand) dalam hukum
penawaran dan permintaan mendorong harmonisasi rencana hidup individu. Dengan alasan
serupa, mereka mendukung perdagangan bebas antar negara (globalisasi) sebagai cara terbaik
untuk mencapai perdamaian Internasional. Dari sudut pandang ini, cita-cita liberal bukan hanya
terbentuknya masyarakat yang terdiri dari orang-orang egois yang mengejar kepentingannya
sendiri, melainkan sekumpulan warga yang mandiri dan bertanggung jawab, yang bekerja sama
untuk mencapai kebaikan individu, sosial, moral, dam material. Namun, persaingan yang
sempurna dan cara kerja mekanisme harga yang mulus berasumsi bahwa konsumen sepenuhnya
memahami kebutuhan mereka dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhinya, dan mereka juga
sanggup merasakan permintaan mereka. Namun dalam kenyataannya, ukuran pasar, pembagian
kekayaan yang tidak adil, kontrol yang dijalankan oeh perusahaan besar dan organisasi buruh
atas supali barang, jasa, dan imformasi di wilayah tertentu menunjukkan bahwa individu jarang
memiliki pengetahuan semacam itu dan hanya dapat mempengaruhi ekonomi secara sangat tidak
sempurna, bahkan ketika mereka memiliki pengetahuan itu. Faktor-faktor tersebut
memperlihatkan bahwa ternyata ekonomi pasar tidak melahirkan masyarakat kerja sama yang
terdiri dari individu yang berkembang bersama-sama, tetapi dunia yang berisi kelompokkelompok kepentingan yang saling berlawanan dan bertentangan.
Penyebab-penyebab yang sama juga mengubah hakikat demokrasi. Hak pilih universal
menghancurkan pemuka masyarakat lokal dan menududukkan partai politik massa sebagai
pemain utama demokrasi. Pengaruh yang ditunjukkan organisasi itu membuat konsep-konsep
tradisional tentang demokrasi liberal menjadi usang. Pembicaraan tentang pemicaraan dan
kedaulatan dan perwakilan rakyat memiliki nilai yang terbatas apabila calon, penentuan agenda
pemilihan umum, dan pemungutan suara hampir berada di tangan berbagai tangan mesin partai.
Perkembangan ini juga menyurutkan pandangan konvensional kaum liberal perihal pembagian
kekuasaan, dimana lembaga eksekutif atas mayoritas yang passif di lembaga legislatif.
Kecenderungan partai massa modern untuk terikat pada kepentingan bukan pada pendirian, telah
merubah sifat politik liberal dari proses perdebatan yang rasional menuju sarana tawar-menawar
dan penyelesaian antara kelompok dan individu yang memiliki kepentingan sendiri (politik
dagang sapi). Perdebatan politik tidak lagi berkenaan dengan kualitas atau kebenaran argumen
lawan, tetapi manipulasi keinginan dankepentingan untuk membentuk mayoritas yang akan
memerintah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dengan demikian yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah kami
berpandangan bahwa konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan
merupakan solusi atas kegagalan liberalisme dan neoliberalisme sebagai
transformasi dari ideologi liberal pada masa posmodern maupun kegagalan
komunis dalam perang dingin. Liberalisme, neoliberalisme maupun sosialisdemokrat yang dikontruksikan oleh peradaban barat tersebut hanya semakin
memperluas kesempatan bagi praktek monopoli yang dilakukan oleh
multinasional korporasi pada berbagai belahan dunia.
Maka para pendiri negara ini telah membuat UUD 1945 pasal 33 yaitu :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nsional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi dengan
prinsip kebersamaan,efesiensi berkeadila, berkelanjutan berwawasan
lingkungan,
kemandirian,
serta
dengan
menjaga
keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Ditengah-tengah kondisi perekonomian dunia yang krisis tersebut, maka
pemberdayaan ekonomi kerakyatan hadir sebagai politik alternatif
pembangunan yang mengendepankan kearifan lokal, kesetaraan peran
dalam perekonomian, berorientasi pada kelestaarian alam serta
keseimbangan antara aspek materialisme dan spiritualisme.
4.2 SARAN
Sebagai warga negara marilah kita menjaga dan melestarikan alam ini
karena dari alam manusia dapat mencukupi kebutuhannya serta adanya
sinergis para stakeholders yang melanjutkan cita-cita bangsa dan negara
indonesia yang berlandaskan pancasila dan UUD RI 1945.
DAFTAR PUSTAKA
UUD RI 1945
Wicaksono, kristian ; (2006) Administrasi dan birokrasi pemerintahan;
Yogyakarta, Graha Ilmu.
Budiarjo, miriam; (2008) Dasar-dasar Ilmu Politik; Jakarta, Gramedia ,edisi
revisi.
Agustino, leo; (2007) Perihal Ilmu Politik ; Yogyakarta, Graha Ilmu .
Istianto, bambang; (2001) Demokratisasi ; Jakarta, Mitra Wacana Media.
Fadel, muhammad; (2008) Reinventing Local Government; Jakarta: Kompas
Gramedia