Anda di halaman 1dari 13

Afifah Haris

1102014003
Sasaran Belajar
1. M M Cairan dan Larutan dalam Tubuh
1.1 Pengertian cairan dan larutan
Cairan tubuh adalah air dalam tubuh dan zat-zat yang terlarut di dalamnya.
Komponen pelarut (air) disebut solven, sedangkan komponen terlarut disebut solute.
Ada 2 macam solute didalam tubuh, yaitu:
Komponen non elektrolit, misalnya glukosa, ureum dll.
Komponen elektrolit, al: ion Natrium (Sodium), Kalium (Potasium), Calsium, Magnesium,
Chloride, Bikarbonat, dll.
Elektrolit tubuh adalah senyawa senyawa yang terlarut dalam larutan tubuh yang dapat terurai
menjadi ion-ion (atom yang bermuatan listrik). Reaksi pelepasan ion disebut reaksi ionisasi, contoh:
NaCl Na+ + ClLARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masingmasing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan
pelarut.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik.
Ada 2 macam ion, yaitu:
1
2

Kation (ion yang bermuatan positif), antara lain: Na +, K+, Ca++, Mg++
Anion (ion yang bermuatan negatif), antara lain: Cl -, HCO3-, PO4---, SO4--, protein, asam-asam
organik.

1.2 Perbedaan cairan dan larutan


1.3 Faktor yang mempengaruhi kelarutan cairan dan larutan
Banyak faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu, misalnya :
pengadukan dan suhu. Pengadukan merupakan salah satu cara mekanik yang dapat
mempengaruhi kelarutan suatu zat. Pada saat melarutkan gula pasir ke dalam air dingin,
pengadukan diperlukan agar gula pasir cepat larut. Kenaikan suhu umumnya dapat mempercepat
pelarutan, misalnya pelarutan kopi. Pelarutan kopi dalam air dingin kurang larut, tetapi larut
dengan baik dalam air panas. Berbeda dengan pelarutan padatan, umumnya gas kurang larut
dalam suhu tinggi. Gas oksigen kurang larut dalam air yang suhunya tinggi, sedangkan dalam air
dingin kelarutannya cukup besar.
Selain pengadukan dan suhu, tekanan pun merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan. Tekanan dapat mempengaruhi kelarutan gas dalam zat cair. Semakin
besar tekanan yang diterapkan terhadap gas, semakin tinggi kelarutan gas tersebut di dalam zat
cair. Adapun tekanan tidak berpengaruh terhadap kelarutan zat padat dalam cairan.

2. M M Keseimbangan cairan tubuh


2.1 Kompartemen cairan tubuh
Seluruh cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen utama yaitu:

Kompartemen Cairan Intraseluler (CIS)

Kompartemen Cairan Ekstraseluler (CES)

KOMPARTEMEN CAIRAN INTRASELULAR (CIS)


Cairan tubuh yg terdapat dlm sel, 2/3 cairan tubuh (67%)
Komposisi :
Ion Kalium (K) berkonsentrasi tinggi, ion Natrium (Na) berkonsentrasi rendah
Konsentrasi protein dalam sel: tinggi, sekitar 4x konsentrasi dlm plasma.
KOMPARTEMEN CAIRAN EKSTRASELULAR (CES)
Cairan tubuh yg terdapat di luar sel, 1/3 cairan tubuh (33%)
Distribusi Sub Kompartemen:

Cairan Interstisial > cairan di sekitar tubuh, limfe >cairan dlm pembuluh limfatik. Gabungan
keduanya mencapai CES.

Plasma Darah adalah bagian cair dr darah ( CES)

Cairan transeluler (1-3% berat badan), meliputi seluruh cairan tubuh yg dipisahkan dr CES o/
lapisan sel epitel, antara lain : keringat, cairan cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan
intraokuler,dan sekresi cairan cerna, dsb.

Komposisi cairan ekstrasellular (CES):

Plasma darah & cairan interstisial memiliki isi yg sama, yi ion Natrium (Na+) & Klorida (Cl-)
serta ion bikarbonat (HCO3-) dlm jumlah besar

Ion Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Magnesium (Mg+), fosfat (HPO42-), sulfat (S042-), & asam
organik.

Protein pd plasma > protein pd cairan interstisial

2.2 Sumber-sumber cairan tubuh (input & output)


Asupan (intake) cairan harus seimbang dgn keluaran (out put) cairan

Sumber asupan cairan

Makanan dan minuman

proses metabolisme (karbohidrat)

Sumber keluaran cairan

Penguapan melalui paru (pernapasan)

Penguapan melalui kulit

Feces

Produksi urin

2.3 Mekanisme keseimbangan cairan tubuh


Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi
kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari makanan
dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di
dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH), Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Pengaturan keseimbangan air oleh ginjal dan otak disajikan pada diagram berikut :
Ginjal

Otak

ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau
tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air kembali
dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh,
semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan
tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan
protein di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin.
Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik.
Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin.
Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan
lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.

3. M M Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh


3.1 Dehidrasi
3.1.1 Definisi
Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau terganggu
yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al, 2009). Dehidrasi terjadi karena
kehilangan air (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Cairan
yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk., 2005).
Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit bibir dan lidah
kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis, gelisah
kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan
jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan
pernapasan kussmaul (Latief, dkk., 2005).
3.1.2 Derajat
Untuk menilai derajat Dehidrasi (kekurangan cairan) dapat digunakan skor WHO dibawah ini:

Yang dinilai
Keadaan umum
Mata
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Skor: 6
7 12
13

1
Baik

SKOR
2
Lesu/haus

Biasa
Cekung
Biasa
Kering
< 30 x/menit
30-40 x/menit
Baik
Kurang
< 120 x/menit
120-140 x/menit
: tanpa dehidrasi
: dehidrasi ringan-sedang
: dehidrasi berat

3
Gelisah,
lemas,
mengantuk hingga
syok
Sangat cekung
Sangat kering
> 40 x/menit
Jelek
> 140 x/menit

3.1.3 Mekanisme dan Penyebab


Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain :
1.
2.

Rasa haus untuk meningkatkan pemasukan cairan yang diikuti dengan


Penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal mungkin cairan yang keluar. Air seni
akan tampak lebih pekat dan berwarna gelap.

Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mulut kering.
Berkurangnya air mata.
Berkurangnya keringat.
Kekakuan otot.
Mual dan muntah.
Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.

Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu
koma dan kegagalan multi organ. Bila ini terjadi maka akan sangat sulit untuk menyembuhkan dan
dapat berakibat fatal.

Terdapat dua mekanisme pengeluaran cairan dari tubuh, yaitu pengeluaran yang dapat dilihat
(muntah berkemih, serta buang air besar) dan pengeluran cairan yang tidak dapat terlihat (melalui kulit
dan saluran pernapasan). Peningkatan kedua mekanisme tersebut, ataupun kurangnya pemasukan
cairan dapat menimbulkan kondisi dehidrasi. Berikut adalah beberapa kondis yang dapat menyebabkan
peningkatan pengeluaran cairan dan penurunan pemasukan cairan, yaitu meliputi:

1. Penyebab eksternal atau berhubungan dengan stres:


Aktivitas fisik berkepanjangan tanpa mengkonsumsi air yang cukup;
Paparan lama terhadap lingkungan panas dan udara kering;
Kehilangan darah atau hipotensi akibat trauma fisik;
Kehilangan cairan akibat luka bakar;
Menangis;

Diare;
Demam tinggi;
Mual dan muntah;
Penggunaan methamphetamine, amphetamine serta obat stimulan lainnya;
Konsumsi berlebihan minuman beralkohol.

2. Penyakit infeksi:
Kolera;
Gastroenteritis;
Shigellosis;
Demam kuning.

3. Malnutrisi:
Gangguan elektrolit;
Kadar garam natrium yang tinggi dalam darah atau hipernatremia (juga dapat disebabkan oleh
dehidrasi);
Kadar garam natrium yang rendah dalam darah atau hiponatremia (terutama akibat diet rendah
garam);
Berpuasa;
Penurunan berat badan yang cepat;
Menolak makan dan minum;
Ketidak-mampuan untuk menelan (obstruksi esofagus).

4. Penyebab lain:
Kadar gula darah yang tinggi atau hiperglikemia berat (terutama diabetes mellitus);
Diabetes insipidus;
Pengonsumsian obat diuretik yang berlebih.

3.1.4 Penanganan dan Penatalaksaan Dehidrasi


Penanganan untuk kasus dehidrasi ringandapat dilakukan dengan memperbanyak pengonsumsian
air. Jika belum membaik setalah 24 jam, maka disarankan untuk mengonsumsi larutan isotonik
(seperti oralit dan pedialit). Dalam kasus yang lebih berat, yaitu pada kondisi dehidrasi sedang,
koreksi keadaan dehidrasi dilakukan dengan terapi rehidrasi melalui pemasangan infus
(intravena). Jenis cairan yang digunakan untuk rehidrasi intravena harus bersifat isotonik ataupun
hipotonik. Pada kasus dehidrasi berat yang disertai penurunan kesadaran, penanganan yang cepat
perlu dilakukan. Pada kondisi ini, idealnya terapi rehidrasi dilakukan bersamaan dengan
pemantauan secara ketat dari status elektrolit.
Selain penanganan awal yang disebutkan sebelumnya, perlu juga diselidiki penyebab dari
terjadiny dehidrasi. Setelah diketahui penyebabnya, maka hal tersebut harus segera diatasi
sehingga tidak menyebabkan keadaan dehidrasi yang lebih lanjut.

3.1.5 Pencegahan
Jauhi kafein
Jauhi minuman berkafein sebisa mungkin. Kafein cenderung menghalangi manfaat air bagi tubuh
Hal ini terjadi karena kafein justru menghilangkan kelembaban. Jika Anda membutuhkan
minuman hangat, lebih baik memilih teh herbal seperti teh hijau atau chamomile. Teh hijau
mengandung antioksidan yang bagus dan mampu membersihkan tubuh. Teh chamomile
memberikan efek menenangkan. Jika Anda tak suka minum teh herbal panas, masukkan teh
tersebut ke dalam kulkas dan minum setelah dingin.
Jus tomat
Tomat mengandung kadar air yang tinggi. Dengan rajin minum jus tomat, tubuh bukan cuma
mendapat asupan buah. Segelas jus tomat setiap hari merupakan cara asyik untuk mendongkrak
jumlah cairan tubuh.
Sup
Sup secara umum berbahan dasar air. Di tengah musim hujan seperti sekarang ini, manfaatkan
semangkuk sup hangat sebagai alasan untuk mengkonsumsi cairan dengan cara yang lezat.
Tambahkan sepotong Lemon
Jika Anda merasa bahwa air mineral membosankan untuk diminum, cobalah tambahkan lemon
atau jeruk nipis (atau kedua-duanya) ke dalam segelas air air. Hal ini akan menambahkan rasa di
air yang Anda minum, tetapi tidak menambah gula atau zat lainnya.
Perbanyak makanan kaya air
Pilihlah buah-buahan yang mengandung banyak air seperti semangka dan cranberi. Semangka
mengandung 90 persen air dan nutrisi penting lainnya seperti vitamin C dan vitamin A.
3.2 Hipovolemik
3.2.1 Definisi
Syok Hipovolemik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah secukupnya dalam menyediakan oksigen yang cukup untuk keseluruh
tubuh dikarenakan volume darah yang rendah. Hal ini biasanya disebabkan oleh kehilangan darah
yang banyak atau dehidrasi berat. Gejala seperti gelisah, kulit yang lembab, lengket dan dingin
dan berkeringat tidak muncul sampai total volume darah yang hilang sebesar 10-20%. Syok
hipovolemik adalah suatu kedaruratan medis yang membutuhkan perawatan secepatnya karena
kehilangan cairan yang parah akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kematian.

3.2.2 Derajat

3.2.3 Mekanisme dan Penyebab


Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting untuk
menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan lansung. Syok hipovolemik akibat
kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam
kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan
status mental.
Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai
pada semua pasien.
Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan
memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi
kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor)
Jika sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri
Tanda vital, sebelum dibawa ke unit gawat darurat sebaiknya dicatat.
Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri yang menjalar ke punggung.
Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyebabkan nyeri perut, nyeri punggung, atau nyeri
panggul.
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, mengumpulan keterangan tentang hematemesis,
melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti-inflamasi non steroid yang lama, dan
koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah sangat penting.
o Kronologi muntah dan hematemesis harus ditentukan.
o Pada pasien dengan hematemesis setelah episode berulang muntah yang hebat kemungkinan
mengalami Sindrom Boerhaave atau Mallory-Weiss tear, sedangkan pasien dengan riwayat
hematemesis sejak sejak awal kemungkinan mengalami ulkus peptik atau varises esophagus.
Penyebab-penyebab syok hemoragik adalah trauma, pembuluh darah, gastrointestinal, atau
berhubungan dengan kehamilan
Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda tumpul. Trauma
yang sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan ruptur miokard,
laserasi pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan femur, dan
laserasi pada tengkorak.
Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah antara lain
aneurisma, diseksi, dan malformasi arteri-vena.
Kelainan pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan syok hemoragik antara lain: perdarahan
varises oesofagus, perdarahan ulkus peptikum, Mallory-Weiss tears, dan fistula aortointestinal.
Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu kehamilan ektopik terganggu, plasenta
previa, dan solutio plasenta. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik umum terjadi. Syok
hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan tes kehamilan negatif jarang terjadi,
tetapi pernah dilaporkan.
3.2.4 Penanganan dan Penatalaksanaan Hipovolemik
Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah
kembalinya darah ke jantung.
Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan.
Jangan diberikan apapun melalui mulut.
Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.
Obat-obatan diberikan secara intravena.

Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung
menurunkan tekanan darah.
Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau
hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan
lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan
pembuluh darah.
Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke
jaringan.
Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk
memperbaiki kinerja jantung.
Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu).
Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin.
Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.
Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta, yang untuk sementara
waktu bisa meredakan syok.
Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan
untuk memperbaiki kelainan jantung.
Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa
jantung yang tidak memadai dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner
transluminal perkutaneus darurat guna membuka arteri yang tersumbat.
Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.
Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan
obat-obat yang mengkerutkan pembuluh darah.

3.2.5 Pencegahan
4. M M Gangguan keseimbangan elektrolit
4.1 Hiponatremia
4.1.1 Definisi
Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalahrendah
abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalamdan di
sekitar sel-sel tubuh. Satu atau lebih faktor, mulai dari kondisi medis yang mendasariuntuk
minum terlalu banyak air selama olahraga dapat menyebabkan natrium dalam tubuhmenjadi
encer.Ketika kondisi tersebut terjadi, kadar cairan tubuh meningkat, dan sel-sel dapat
mulaimembengkak. Pembengkakan ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, dari
ringanhingga parah. Pengobatan hiponatremia ditujukan untuk menyelesaikan kondisi
yangmendasarinya. Pengobatan hiponatremia tergantung pada penyebabnya.

4.1.2 Etiologi
Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah dilarutkan oleh terlalu banyaknya air
dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi pada orang yang minum air dalam jumlah yang
sangat banyak (seperti yang kadang terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang
dirawat di rumah sakit, yang menerima sejumlah besar cairan intravena. Jumlah cairan yang
masuk
melebihi
kemampuan
ginjal
untuk
membuang
kelebihannya.
Asupan cairan dalam jumlah yang lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan
hiponatremia pada orang-orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada gagal
ginjal. Hiponatremia juga sering terjadi pada penderita gagal jantung dan sirosis hati, dimana
volume darah meningkat. Pada keadaan tersebut, kenaikan volume darah menyebabkan
pengenceran natrium, meskipun jumlah natrium total dalam tubuh biasanya meningkat juga.
Hiponatremia terjadi pada orang-orang yang kelenjar adrenalnya tidak berfungsi
(penyakit Addison), dimana natrium dikeluarkan dalam jumlah yang sangat banyak. Pembuangan
natrium ke dalam air kemih disebabkan oleh kekurangan hormon aldosteron.
Penderita Syndrome of Inappropriate Secretion of Antidiuretik Hormone (SIADH) memiliki
konsentrasi natrium yang rendah karena kelenjar hipofisa di dasar otak mengeluarkan terlalu
banyak hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik menyebabkan tubuh menahan air dan
melarutkan
sejumlah
natrium
dalam
darah.
Penyebab SIADH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Meningitis dan ensefalitis


Tumor otak
Psikosa
Penyakit paru-paru (termasuk pneumonia dan kegagalan pernafasan akut)
Kanker (terutama kanker paru dan pankreas)
Obat-obatan:
- chlorpropamide (obat yang menurunkan kadar gula darah)
- Carbamazepine (obat anti kejang)
- Vincristine (obat anti kanker)
- Clofibrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol)
- Obat-obat anti psikosa
- Aspirin, ibuprofen dan analgetik lainnya yang dijual bebas
- Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan).
4.1.3 Manifestasi
Beratnya gejala sebagian ditentukan oleh kecepatan menurunnya kadar natrium darah. Jika
kadar natrium menurun secara perlahan, gejala cenderung tidak parah dan tidak muncul sampai
kadar natrium benar-benar rendah. Jika kadar natrium menurun dengan cepat, gejala yang timbul
lebih parah dan meskipun penurunannya sedikit, tetapi gejala cenderung timbul.
Otak sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi natrium darah. Karena itu gejala awal dari
hiponatremia adalah letargi (keadaan kesadaran yang menurun seperti tidur lelap, dapat
dibangunkan sebentar, tetapi segera tertidur kembali). Sejalan dengan makin memburuknya

hiponatremia, otot-otot menjadi kaku dan bisa terjadi kejang. Pada kasus yang sangat berat, akan
diikuti dengan stupor (penurunan kesadaran sebagian) dan koma.
4.1.4 Lab
4.2 Hipokalemia
4.1.1 Definisi
Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah kita. Kalium kita ketahui juga
sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutama fungsi sel otot
jantung. Obat Herbal Hipokalemia. Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah)
merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
4.1.2 Etiologi
Penyebab lain hipokalemia meliputi:
1. Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
2. Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia.
Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid,
licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
3. Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang
disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. Obat
yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.
4. Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
5. Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron adalah
hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti
aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium.
6. Miskin diet asupan kalium
(Price & Wilson, 2006)
Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang, diare
kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik).
(Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209)
4.1.3 Manifestasi
Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang lebih
berat (kurang dari 3 mEq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan otot, kejang otot dan bahkan
kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal, terutama pada penderita penyakit jantung.
4.1.4 Lab

5. M M Etika minum dalam islam


5.1 Hadits dan Ayat Al-quran
Dari Anas: Bahwasanya Rasul SAW, sewaktu makan menggunakan tiga jari, dan
sabdanya: Ketika suapan seseorang dari kamu jatuh, hendaklah diambil, dibersihkan dari
kotorannya, lalu dimakan, jangan dibiarkan syetan yang makan. Dan beliau SAW, menyuruh
membersihkan sisa makanan di piring dengan sabdanya: Kalian tiada mengetahui secara pasti
di mana letak berkah pada makanan (HR. Muslim)
Janganlah sekali sekali salah seorang di antara kamu makan dengan tangan kirinya dan jangan

pula minum dengan tangan kiri karena setanlah yang makan dan minum dengan tangan kiri (HR
Muslim)
Dari Annas dan Qatadah bahwa Rasulullah SAW melarang seseorang minum sambil berdiri.
Qatadah berkata, Bagaimana dengan makan? Beliau (Rasul) menjawab, Itu lebih buruk
lagi (HR Muslim, Tirmidzi)
Jangan meniup makanan/minuman (HR Tirmidzi)

5.2 Tata cara minum


Kesimpulan adab makan minum menurut hadits-hadits:
- Rasul makan dengan tiga jari (ibu jari, telunjuk dan jari tengah)
- Usahakan makanan jangan sampai jatuh
- Jika makanan jatuh, ambillah lalu makanlah. Jangan biarkan dimakan setan
- Jangan menyisakan makanan, karena mungkin berkahnya pada sisa itu
- Jangan makan minum dengan tangan kiri
- Jangan makan minum sambil berdiri
- Jangan meniup makanan atau minuman

Anda mungkin juga menyukai