Anda di halaman 1dari 8

2

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

Pada pertemuan pertama kemarin, kita sudah membahas mengenai Definisi Bakat,
Faktor yang Mempengaruhi Bakat, Tujuan Mengetahui Bakat, Kedudukan Tes Bakat
dalam Klasifikasi Tes Psikologi, Sejarah Munculnya Tes Bakat, Faktor yang Diungkap
dalam Tes Bakat, dan Jenis-jenis Tes Bakat.
Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai Tes Kraeplin. Tes Kraeplin
merupakan salah satu jenis Tes Bakat dari kelompok Single Test, seperti yang
tergambar dalam gambar di bawah ini.

Tes Bakat

Kelompok Battery Test

Kelompok Single Test


Tes Sensori

Tes Artistik

Tes Klerikal

Tes Kreativitas

Kraeplin

Pauli

DAT

GATB

FACT

SEJARAH TES KRAEPLIN


Emil Kraeplin (Psikiater Jerman).
Pada akhir abad ke 19, Emil Kraepelin berhasil menciptakan alat tes
psikologi untuk mengungkap ketekunan, ketelitian dan daya tahan.
Pada awal pembuatan tes tersebut, ada beberapa aspek yang dapat
diungkap, yaitu : ingatan, hal-hal yang berhubungan dengan
kelelahan, distraksi atau gangguan.
Sebagai salah satu Tes Psikologi, Tes Kraeplin memiliki berbagai fungsi, sesuai dengan
konteks atau aplikasinya, yaitu :
1. Tujuan Awal Dalam Konteks Klinis. Sifat dari Tes Kraeplin pada awalnya adalah
klinis. Artinya, Tes Kraeplin digunakan dalam konteks klinis, yaitu untuk membuat
deskripsi dan membedakan antara manusia yang normal dan yang abnormal.
2. Mengalami Perkembangan Dalam Konteks Pendidikan atau Industri
Organisasi. Sesuai dengan perkembangan ilmu dan jaman, maka Tes Kraeplin tidak
hanya untuk membedakan manusia normal dan abnormal. Namun, Tes Kraeplin

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

berkembang menjadi Tes Bakat, dengan cara mengubah tekanan pada proses
skoring dan interpretasi.
3. Dalam Kondisi Saat Ini Dalam Konteks Klinis, Pendidikan, Industri
Organisasi. Dalam masa sekarang ini, Tes Kraeplin digunakan dalam banyak
konteks atau bidang, yaitu sebagai :
a. Tes Bakat atau Tes Sikap Kerja. Tes Kraeplin sebagai Tes Bakat atau Tes Sikap
Kerja lebih menekankan pada skoring dan interpretasi secara objektif, bukan
pada arti proyektif. Berdasarkan hasil perhitungan objektif dapat diungkap empat
faktor bakat (Marcham dalam Frida Mangunsong, 1990), yaitu : faktor kecepatan,
ketelitian, keajegan, dan ketahanan seseorang.
b. Tes Kepribadian untuk menentukan tipe performance seseorang. Tes Kraeplin
sebagai Tes Kepribadian dapat digunakan untuk melihat nilai proyektif. Misalnya:
Penjumlahan rendah dibawah normal, menunjukkan kemungkinan gejala

depresi.
Terjadinya kesalahan hitung terlalu banyak, menunjukkan kemungkinan

distraksi mental.
Terjadinya ritme terlalu tajam (grafik turun-naik secara tajam), menunjukkan
kemungkinan

epilepsi

atau

hilangnya

ingatan

sesaat

pada

waktu

mengerjakan tes.
Rentang ritme yang terlalu besar (titik tertinggi dan terendah terlalu jauh),
menunjukkan kemungkinan terjadinya gangguan emosional.

Sehingga, jika Sejarah Perkembangan Tes Kraeplin digambarkan dalam sebuah


gambar, maka hasilnya akan tampak seperti gambar dalam halaman berikut ini.

PERSPEKTIF PARA TOKOH MENGENAI TES KRAEPLIN

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

Ada beberapa tokoh yang memberikan pendapat atau pandangan mengenai Tes
Kraeplin ini, yaitu :
1. Marcham Darokah. Marcham menyebutkan bahwa Tes Kraeplin dapat mengungkap
empat faktor bakat, seperti kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan.
2. Guilford. Guilford menyatakan bahwa Tes Kraeplin ini dapat ditinjau dari dua sisi,
yaitu : (a) Dari Fungsi Mental, tes Kraeplin dengan penjumlahan item yang berupa
angka-angka satuan termasuk dalam kemampuan berpikir konvergen. Kemampuan
berpikir konvergen adalah kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah dengan
menggunakan suatu solusi yang benar dari informasi yang tersedia. Ellis dan Hunt
menyatakan bahwa berpikir konvergen adalah berpikir yang langsung mengarah
pada satu jawaban tunggal yang spesifik. Dengan perkataan lain, Guilford
menyatakan bahwa tes Kraeplin bukan termasuk kemampuan berpikir divergen.
Kemampuan berpikir divergen (kreativitas berpikir) adalah kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda, dengan banyak cara pemecahan atau ide ;
kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa ; (b) Dari
Isi Item, tes Kraeplin termasuk dalam faktor Numerical Ability, yaitu kecakapan atau
kemampuan menggunakan angka dengan cepat dan teliti.
3. Anastasi. Anastasi menyatakan bahwa item dalam tes Kraeplin mengandung salah
satu kemampuan mental primer yaitu faktor bilangan atau angka, dimana di
dalamnya terdapat keterampilan menghitung aritmatika sederhana dengan cepat
dan teliti. Konsep Kemampuan Mental Primer ini dikemukakan oleh Louis Leon
Thurstone dan Thelma Gwinn Thurstone. Mereka percaya bahwa tidak ada faktor g
dalam inteligensi. Mereka yakin bahwa inteligensi terdiri dari enam kemampuan
mental primer, yaitu : (a) Verbal : kata, kosakata, bahasa ; (b) Number : hitungan ;
(c) Spatial : mengenali bentuk visual ; (d) Word Fluency : mencerna cepat kata-kata
tertentu ; (e) Memory : mengingat ; (f) Reasoning : memecahkan masalah, menalar.

ADMINISTRASI TES KRAEPLIN


Dalam administrasi tes Kraeplin, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Bentuk Tes. Bentuk Tes Kraeplin berupa satu lembar kertas dobel kuarto
memanjang bolak-balik, yang terdiri atas empat halaman, yaitu : (1) Halaman
pertama berisi kolom identitas subjek dan contoh tes ; (2) Halaman kedua dan ketiga
berisi soal tes ; (3) Halaman keempat berisi kolom pembuatan grafik dan

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

interpretasi. Lembar tes Kraeplin ini adalah lembar tes yang hanya satu kali
penggunaan.
2. Alat Tambahan. Selain lembar tes, dalam pelaksanaan Tes Kraeplin dibutuhkan
juga stopwatch dan alat tulis.
3. Stimulus Tes. Stimulus dalam Tes Kraeplin berupa angka-angka, dari 0 sampai 9,
yang tersusun dalam 50 lajur atau deret.
4. Tugas Testee. Dalam Tes Kareplin, testee diminta untuk menjumlahkan angkaangka secara berurutan dari bawah ke atas, untuk dua angka yang berdekatan,
tanpa ada angka yang dilewati.
5. Waktu. Tes Kraeplin membutuhkan waktu sekitar 20 menit, dengan perincian
sebagai berikut : 4 menit untuk mengisi identitas, 2 menit untuk memberikan
instruksi, 1 menit untuk berlatih mengerjakan contoh tes, dan 12,5 menit untuk
mengerjakan tes yang sesungguhnya. Setiap deret atau lajur diberi waktu 15 detik,
dan setiap 15 detik tersebut akan ada aba-aba untuk segera pindah mengerjakan
deret atau lajur berikutnya.
6. Cara Penyajian. Tes Kraeplin dapat disajikan kepada testee, baik secara individual
atau Klasikal (Berkelompok).
7. Prosedur Tes. Tes Kraeplin memiliki prosedur pelaksanaan tes, yaitu :
a. Tester membagikan lembar tes Kraeplin kepada testee
b. Tester meminta testee mengisi identitas diri di halaman 1.
c. Tester mengingatkan testee untuk tidak membuka lembar tes sebelum ada
instruksi dari tester.
d. Tester memberikan contoh cara pengerjaan tes di halaman 1, kemudian meminta
testee mengerjakan bagian contoh sebagai latihan.
e. Tester memberikan Instruksi Tes Kraeplin : Dalam tes ini, anda akan
menghadapi angka-angka. Tugas anda adalah menjumlah angka dengan 1
angka di atasnya. Jadi anda menjumlahkan dari bawah ke atas. Dari hasil
penjumlahan, anda hanya tuliskan satuannya saja. Tuliskan angka satuan itu,
tepat di sebelah kanan, di antara dua angka yang anda jumlahkan tadi. Jika
anda membuat kesalahan penulisan jawaban, tidak perlu menghapus jawaban,
tetapi coret jawaban yang salah, kemudian perbaiki di sebelahnya. Setiap
beberapa saat, anda akan mendengar kata pindah. Itu artinya, anda harus
pindah ke lajur di sebelah kanan, untuk melakukan tugas yang sama.

SCORING TES KRAEPLIN


Dalam sebuah pengetesan dengan tes apapun, maka langkah kedua setelah
pelaksanaan tes adalah melakukan penilaian (scoring). Tidak terkecuali dalam hal ini

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

adalah Tes Kraeplin. Dalam Tes Kraeplin, ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
tahap Scoring, yaitu :
1. Tester memeriksa semua hasil penjumlahan angka dalam setiap lajur satu per satu.
Angka penjumlahan yang salah (errors) dan terlewati (skipped) diberi tanda sendiri.
2. Tester menghitung prestasi testee di kolom bawah ( Benar, Salah, dan skipped
3.
4.
5.
6.

pada masing-masing lajur).


Tester menghitung Benar pada keseluruhan lajur.
Tester menghitung Salah pada keseluruhan lajur.
Tester menghitung Skipped pada keseluruhan lajur.
Tester memasukkan Benar pada masing-masing lajur ke dalam kolom grafik di
halaman 4.

7. Tester mencari Skor Kecepatan Kerja (PANKER) dari testee.


Skor Kecepatan Kerja adalah jumlah hasil penjumlahan yang benar pada seluruh
lajur, dibagi dengan jumlah seluruh lajur. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score
/ Skor Kasar dari Kecepatan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale
Score. Untuk mengubah Raw Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel
PANKER, seperti yang terdapat di bawah ini.
Rumus Kecepatan Kerja : TB = Raw Score Scale Sore
50
Tabel PANKER
RS

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

SS

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

99

Rendah Sekali

Rendah

Ket

Agak

Sedang

Rendah
Kurang Sekali

Kurang

Cukup

Tinggi

Tinggi Sekali

Tinggi
Cukup

Baik

Baik Sekali

8. Tester mencari Skor Ketelitian Kerja (TINKER) dari testee.


Skor Ketelitian Kerja adalah jumlah kesalahan penjumlahan dan jumlah angka yang
terlewati. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score / Skor Kasar dari Ketelitian
Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score. Untuk mengubah Raw
Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel TINKER, seperti yang terdapat di
bawah ini. Rumus Ketelitian Kerja = ( error + skipped) = Raw Score SS
Tabel TINKER

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

RS

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

>20

SS

99

95

90

85

80

75

70

65

65

60

60

55

55

50

50

50

45

45

40

40

35

Tinggi Sekali

Tinggi

Cukup

Ket

Sedang

Agak rendah

Rendah

Rendah

Tinggi
Baik Sekali

Sekali

Baik

Cukup

Kurang

Kurang
Sekali

9. Tester mencari Skor Keajegan Kerja (JANKER) dari testee.


Skor Keajegan Kerja dapat dilihat dari grafik di halaman 4. Selain itu, Skor Keajegan
Kerja dapat diketahui dengan melihat jarak antara jumlah benar tertinggi dikurangi
jumlah benar terendah. Skor yang diperoleh merupakan Raw Score / Skor Kasar dari
Keajegan Kerja testee. Raw Score ini akan diubah ke Scale Score. Untuk mengubah
Raw Score menjadi Scale Score, diperlukan Tabel JANKER, seperti yang terdapat di
bawah ini. Rumus Keajegan Kerja = B tertinggi - B terendah = RS SS.
Tabel JANKER
RS

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

>20

SS

99

99

95

90

85

80

75

70

65

60

55

50

50

45

40

35

30

25

20

15

10

Tinggi Sekali

Tinggi

Cukup

Ket

Sedang

Agak

Tinggi
Baik Sekali

Rendah

Rendah Sekali

Rendah

Baik

Cukup

Kurang

Kurang Sekali

10. Tester mencari Skor Ketahanan Kerja (HANKER) dari testee.


Skor Ketahanan Kerja dapat dilihat dari grafik di halaman 4. Selain itu, Skor
Ketahanan Kerja dapat diketahui dengan menjumlahkan Scale Score Panker
dengan Scale Score Janker, kemudian hasil penjumlahan tersebut dibagi dua. Skor
yang diperoleh merupakan Scale Score Ketahanan Kerja. Untuk mengetahui
kategori ketahanan kerja testee, maka dibutuhkan Tabel HANKER, seperti yang
terdapat di bawah ini.
Rumus Ketahanan Kerja = Scale Score Panker + Scale Score Janker
2
Tabel HANKER
SS

99

95

90

Tinggi Sekali

85

80

Tinggi

75

70

Cukup

65

60

Sedang

55

50

Agak

45

40

Rendah

35

30

25

20

15

10

Rendah Sekali

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi
Ket

Diah

Tinggi
Baik Sekali

Baik

Rendah
Cukup

Kurang

Kurang Sekali

INTERPRETASI TES KRAEPLIN


Langkah ketiga setelah proses penilaian, maka tester perlu melakukan interpretasi hasil
tes. Tes Kraeplin mengungkap empat aspek, yaitu :
1. Kecepatan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana tempo kerja dari testee.
2. Ketelitian. Dari aspek ini, tester dapat mengetahui bagaimana kualitas dan
konsentrasi kerja testee. Jika testee memperoleh Raw Score > 8, maka skor ini
menunjukkan kecenderungan testee untuk bersikap tidak teliti, ceroboh, atau kurang
berkonsentrasi dalam bekerja. Jika testee memperoleh Raw Score < 8, maka skor ini
mengindikasikan bahwa testee memiliki ketelitian, kualitas kerja, dan konsentrasi
yang baik.
3. Keajegan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana stabilitas emosi dari
testee. Stabilitas emosi adalah kemampuan mempertahankan emosi dan tidak
mudah terpengaruh oleh hal di sekitar yang mengganggu. Jika testee memperoleh
Raw Score > 8, maka skor ini menunjukkan bahwa testee cenderung memiliki emosi
yang tidak stabil. Jika testee memperoleh Raw Score < 8, maka skor ini
menunjukkan bahwa testee cenderung memiliki emosi yang stabil.
4. Ketahanan. Dari aspek ini, tester dapat melihat bagaimana daya tahan testee
terhadap situasi menekan (stres). Dari grafik, tester juga dapat melihat bagaimana
ketahanan kerja testee. Jika grafik tinggi dan cenderung stabil, maka ketahanan
kerja testee cenderung tinggi. Jika grafik rendah, maka ketahanan kerja testee
LAPORAN TES KRAEPLIN
cenderung rendah. Jika grafik menanjak, maka motivasi testee dalam menghadapi
situasi menekan dan motivasi berprestasi semakin besar. Jika grafik menurun, maka
Pemeriksaan
motivasiTujuan
testee
dalam menghadapi: situasi menekan dan motivasi berprestasi
:
semakinTanggal
rendah.Pemeriksaan
Setelah melakukan interpretasi, maka tester dapat membuat kesimpulan dari hasil tes
A. IDENTITAS SUBJEK
Kraeplin berdasarkan empat aspek tersebut. Dengan kesimpulan ini, tester dapat
Nama dan kelemahan testee.
:
melihat kekuatan
Jenis Kelamin
:
Tempat/Tanggal Lahir
:
PELAPORAN
Alamat HASIL TES: KRAEPLIN
Langkah terakhir
yang diperlukan :tester adalah membuat laporan, dengan format
Suku/Agama
Pendidikan
:
tertentu, misalnya
seperti format di halaman
berikut ini.
B. INTERPRETASI HASIL TES
______________________________________________________________
______________________________________________________________
C. KESIMPULAN
______________________________________________________________
9
______________________________________________________________

Single Test - Kraeplin


Widiawati, M.Psi

Diah

Daftar Pustaka
Aiken, L.R & Groth-Marnat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi, Jilid 2,
Edisi Kedua Belas. Jakarta : Indeks
Anastasi, A & Urbina, S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta : PT
Indeks.
Sugiyanto, dkk (1984). Informasi Tes, Khusus untuk Profesi Psikologi, Edisi Kedua.
Yogyakarta : Unit Pengembangan Alat Tes Psikodiagnostika, Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada

Mari kita sama-sama memegang Kode Etik Psikologi,


dengan cara :
Tidak menyebarluaskan file ini kepada pihak-pihak
yang tidak berkepentingan.
Tidak melakukan manipulasi dalam pelaksanaan tes,
scoring, dan interpretasi tes.

Anda mungkin juga menyukai