Anda di halaman 1dari 7

Tugas 3 Mata Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Perdesaan

KAJIAN KONSEPTUAL AGROPOLITAN


KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

IFAH LATIFAH
F451110071

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

I.

PENDAHULUAN
Agropolitan diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang tumbuh

dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis, yang diharapkan dapat
melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
sekitarnya.
Kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) merupakan kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu
melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya.
Kawasan sentra produksi pangan (agropolitan)terdiri dari kota pertanian dan desadesa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan
oleh batasan administratif pemerintah, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala
ekonomi kawasa yang ada.
Ciri-ciri Kawasan Sentra Produksi Pangan (Agropolitan) :
Suatu kawasan sentra produksi pangan (Agropolitan) yang sudah berkembang harus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
pertanian dan atau agribisnis dalam satu kesisteman yang utuh dan terintegrasi mulai
dari :
a. Subsistem hulu (up stream agribusiness) yang mencakup : mesin, peralatan
pertanian pupuk, dan lain-lain.
b. Subsitem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness) yang mencakup
usaha : tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan
kehutanan
c. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi : industriindustri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan
ekspor.
d. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi
agribisnis) seperti : perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian, dan
pengembangan,

pendidikan,

penyuluhan,

infrastruktur,

dan

kebijakan

pemerintah.
2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban rural linkage) yang bersifat
interdependensi/timbal-balik dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian di
perdesaan mengembangkan usaha budi daya (on farm) dan produk olahan skala

rumah tangga (off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya
usaha budi daya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian antara lain :
modal, teknologi, informasi, peralatan pertanian dan lain sebagainya.
3. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan
pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian,
perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor),
perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa
pelayanan.
4. Kehidupan masyarakat di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) sama dengan
suasana kehidupan di perkotaan, karena prasarana dan infrastruktur yang ada di
kawasan agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda dengan kota.

Gambar 1. Sistem kawasan agropolitan

II.

POTRET KAWASAN AGROPOLITAN PANGALENGAN

Kawasan agropolitan Pangalengan Kab. Bandung

A. Kondisi Komoditas Agribisnis


Komoditas di Pangalengan dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu : (1)
komoditas tanaman pangan dan hortikultura, (2) komoditas buah-buahan, (3)
komoditas perkebunan, (4) komoditas peternakan.
Komoditas tanaman hortikultura yang terdapat di Kecamatan Pangalengan
adalah : jagung, cabe, sawi, kentang, kubis, bawang daun, wortel, lobak, kacang
tanah, kacang panjang. Komoditas perkebunan terdapat di Kecamatan
Pangalengan adalah : teh dan kopi. Sapi perah, ayam, domba, kambing, bebek.

B. Kondisi Tata Ruang dan Kondisi Fisik Kawasan


Kecamatan Pangalengan terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung
Propinsi Jawa Barat. Jarak dari kota Bandung sebagai Ibu Kota Propinsi Jawa
Barat ke Pangalengan adalah 40 km, sedangkan dari Kecamatan Soreang
sebagai Ibu Kota Kabupaten Bandung adalah 31 km. Kecamatan Pangalengan
mempunyai luas areal sebesar 25.360,85 ha yang terbagi atas 13 desa, 31 dusun,
158 Rukun Warga dan 773 Rukun Tetangga.
Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Pangalengan mengacu pada data
curah hujan di Kabupaten Bandung, rata-rata curah hujan tahunan bervariasi dari
1.718 sampai 2.603 mm/tahun dan merupakan curah hujan tertinggi di Kabupaten
Bandung. Zona agroklimatnya termasuk ke dalam B1(7-9 bulan basah), B2 (bulan
kering 2-3 bulan), dan B3 (bulan kering lebih dari 3 bulan.

Temperatur udara rata-rata tahunan adalah 26 oC, sedangkan temperatur


maksimum rata-rata tahunan adalah 30.4 oC dan temperatur minimum rata-rata
tahunan adalah 21.7oC.
Kecamatan Pangalengan memiliki jenis tanah yang terdiri dari latosol,
andosol, regosol, dan litosol. Penggunaan lahan suatu wilayah dipengaruhi oleh
modifikasi

C. Kondisi Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Kawasan


1. Prasarana Transportasi
Prasarana transportasi yang digunakan untuk menjalankan aktifitas
masyarakat di kawasan Agropolitan Pangalengan adalah transportasi darat.
Jaringan jalan yang ada di wilayah Kecamatan Pangalengan terdiri dari
beberapa kelas jalan yaitu jalan propinsi dan jalan kabupaten yang
menghubungkan antara Kecamatan Pangalengan dengan wilayah lain. Pola
jaringan jalan di Kecamatan Pangalengan juga dibentuk dengan adanya
jaringan jalan lokal/desa yang membentuk pola melingkar serta menyebar.
2. Sarana Transportasi
Jalan desa yang terdapat di Kecamatan Pangalengan memegang
peranan penting dalam pergerakan komoditas dalam proses produksi,
pengolahan dan terutama pemasaran. Selain itu, sarana transportasi yang lain
diantaranya adalah jalan antar desa, jembatan desa, jembatan antar desa,
sarana transportasi darat.
3. Sarana Komunikasi (telepon umum, wartel)
4. Prasarana air bersih, terdiri dari sumur gali, mata air, MCK.
5. Prasaran kesehatan, terdiri dari puskesmas, poliklinik, apotik, posyandu, toko
obat, praktek dokter.
6. Sarana kesehatan ; dokter umum, dokter gigi, paramedis, bidan desa, dukun
terlatih.
7. Prasarana peribadatan ; Masjid, langgar, gereja.
8. Prasaran pendidikan; SLTA, SLTP, SD, TK, TPA, lembaga pendidikan
agama.
9. Prasarana ekonomi; koperasi, industri kerajinan, industri makanan, industri
alat rumah tangga, industri bahan bangunan, restoran, toko/swalayan,
warung/kelontong, angkutan, pasar, kelompok simpan pinjam.

D. Kondisi Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Agribisnis


1. Jalan ; terdiri dari jalan poros desa-kota (pusat kecamatan), jalan lingkar desa,
dan jalan di dalam desa. Kondisi saat ini, jalan-jalan tersebut masih
membutuhkan perbaikan.
2. Sarana, prasarana, dan fasilitas sistem produksi ; tempat pengeringan, sarana
pengawetan/ pendinginan, gudang penyimpanan
3. Sarana, prasarana, dan fasilitas sistem pengolahan ; tempat penggilingan,
tempat penyortiran, tempat pengemasan, tempat pembuatan produk rumah
tangga.
4. Sarana, prasarana, dan fasilitas perdagangan dan pemasaran ; pasar tradisional,
kios makanan/ oleh-oleh khas Pangalengan (belum representatif), terminal
agribisnis, terminal kecil (belum representatif), sarana promosi dan pusat
pengembangan agribisnis (belum ada)
5. Sarana penunjang ; dapur PLN, sarana air bersih untuk pembersihan dan
pengolahan hasil pertanian, sarana pembuangan limbah hasil olahan pertanian
(belum ada)

E. Kondisi Sumberdaya Manusia


Kecamatan

Pangalengan

mempunyai

kepadatan

penduduk

675

penduduk/km2,dengan rasio sex 93 artinya pada setiap populasi 1000 wanita


terdapat 930 jiwa laki-laki. Mata pencaharian utama masyarakat Pangalengan
adalah pertanian/peternakan/perikanan.

F. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian masyarakat Kecamatan Pangalengan akan dilihat dari
beberapa indikator, yaitu kepemilikan lahan masyarakat dan Produk Domestik
Desa Bruto. Dari 12.420 total rumah tangga, hanya 32% atau sekitar 9.120 RT
petani yang mempunyai tanah pertanian.

G. Kondisi Kelembagaan
Kelembagaan sosial yang terdapat di Kecmatan Pangalengan pada umumnya
adalah kelompok tani yang memfasilitasi berbagai kegatan terkait dengan
agribisnis. Sedangkan kelembagaan ekonomi yang terdapat di Kecamatan
Pangalengan terdiri dari Koperasi dan Bank. Namun sampai saat ini perkeonomian

di desa-desa Kecamatan Pangalengan masih dikuasai oleh Bandar sebagai pihak


yang mempunyai pengaruh terbesar dalam mengendalikan mekanisme harga.

III.

KESIMPULAN
1. Kecamatan Pangalengant didominasi oleh kegiatan pertanian dan atau
agribisnis dalam satu kesisteman yang utuh dan terintegrasi.
2. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban rural linkage) yang
bersifat interdependensi/timbal-balik dan saling membutuhkan.
3. Ruang kawasan dikategorikan dalam tiga struktur yaitu kawasan pusat
produksi, kawasan pusat pengolahan, kawasan pusat pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai