Anda di halaman 1dari 3

Garnis Yoga PNP [071311233027]. Globalisasi dan Strategi Individu Week II.

Kelas A

Antitesis Wolf untuk Kaum Antiglobalis


Jay Mazur (dalam Wolf, 2005) menyatakan bahwa globalisasi secara dramatis telah meningkatkan
ketidaksetaraan antara dan di dalam negara, bahkan karena menghubungkan orang yang belum pernah
sebelumnya. Pun Ignacio Ramonet juga menyatakan bahwa globalisasi dan neoliberalisasi yang disertai
dengan pertumbuhan dan ketidakmerataan telah mendorong terjaidnya kemiskinan dan pengangguran (Wolf,
2005). Pertumbuhan ekonomi seringkali memunculkan antitesis bila dikaitkan dengan konsep equality,
ditambah dengan dukungan kaum anti globalis yang justru menganggap globalisasi semakin membawa
ketimpangan ekonomi internasional. Konsep tentang ekonomi yang tinggi dapat menjamin kesejahteraan
ditolak mentan-mentah dan dirasa tidak akan pernah terjadi tanpa adanya pemerataan. Terlebih dengan
adanya globalisasi yang menjadi penyebab semakin tidak setaranya masyarakat, A world in which the
assets of the 200 richest people are greater than the combined income of the more than 2 billion people at
the other end of the economic ladder should give everyone pause(Mazur dalam Wolf, 2005). Namun tidak
berhenti di situ, Wolf (2005)

dalam tulisannya yang berjudul Incensed about Inequality berusaha

menganalisis dan menolak anggapan tersebut. Bagi Wolf, globalisasi merupakan sebuah media bantuan
untuk menurunkan ketidaksetaraan yang ada.
Dalam tulisannya, Wolf mengungkapkan adanya tujuh proposisi yang tidak sepenuhnya benar dan
muncul pada era globalisasi-neo-liberal, yaitu: (1) perbandingan pendapatan rata-rata di negara kaya dan
negara miskin terus meningkat. (2) kesenjangan dalam hal standar kualitas hidup antara negara kaya dan
miskin juga terus meningkat. (3) ketidakmerataan global antar individu meningkat. (4) jumlah orang yang
hidup dalam kemiskinan bertambah. (5) perbandingan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan pada
populasi penduduk dunia juga ikut bertambah (6) kondisi penduduk miskin dunia memburuk bukan hanya
dalam hal pendapatan saja tetapi juga aspek lain yang menyangkut indikator kesejahteraan manusia. (7)
peningkatan ketidakmerataan pendapatan meningkat di setiap negara, khususnya di negara-negara yang
membuja diri terhadap integrasi ekonomi internasional (Wolf, 2005). Proposisi tersebut kemudia dijawab
Wolf ke dalam aspek-aspek yang terdiri dari pertumbuhan dan globalisasi, pertumbuhan dan
ketidakmerataan,

pertumbuhan

dan

kemiskinan,

kemiskinan

dan

kesejahteraan

manusia,

serta

ketidakmerataan di negara-negara (Wolf, 2005). Pada aspek pertumbuhan ekonomi dalam globalisasi,
walaupun di era globalisasi acapkali diafiliasikan dengan semakin meningkatnya ketidakmerataan, Wolf
tetap percaya bahwa adanya ketidakmerataan itu bukan disebabkan adanya globalisasi melainkan karena
adanya penolakan bahkan ketidakmampuan negara untuk berpartisipasi dalam globalisasi sehingga negara
itu semakin tertinggal (Wolf, 2005). Padahal, negara-negara yang mampu bersaing dalam globalisasi justru
memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih menjanjikan, sebut saja Cina dan India dengan luas
wilayah serta jumlah penduduk yang besar mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi
angka kemiskinan.

Garnis Yoga PNP [071311233027]. Globalisasi dan Strategi Individu Week II. Kelas A
Cina di masa Mao Zedong menghilangkan kebebasan ekonomi, namun liberalisasi agrikultur yang
dilakukan Cina di tahun 1970-an telah menjadikan Cina sebagai salah satu negara yang mengalami
perkembangan yang sangat cepat. Begitupula dengan India di masa Indira Gandhi, tidak ada perusahaan
yang secara signifikan diizinkan untuk memproduksi, melakukan investasi dan impor tanpa seizin
pemerintah. Namun setelah kontrol pemerintah tersebut dihilangkan, pertumbuhan ekonomi Indiapun
mengalami percepatan. Dengan semakin terintegrasi dengan pasar dunia, negara-negara berkembang di
dunia yang lebih terglobal menurut Bank Dunia akan tumbuh secara cepat dari 2,9 % di tahun 1970-an
menjadi 5 % di tahun 1990-an (Wolf, 2005). Kemudian pada aspek pengentasan kemiskinan, Wolf
menuliskan bahwa globalisai dapat mengatasi masalah kemiskinan terbukti dari data World Bank pada tahun
2000 yang menunjukkan bahwa kemiskinan menurun dengan sangat tajam di negara Asia Timur yang
dinamis, dari 386 juta di tahun 1990 menjadi 279 juta di tahun 1999 (Wolf, 2005). Sedangkan adanya
masalah kemiskinan di Afrika atau negara lainnya lebih disebabkan karena ketidakmampuan negara tersebut
dalam mengambil keuntungan dari globalisasi. Lebih lanjut, Wolf (2005) menjelaskan bahwa fenomena ini
terjadi karena kegagalan pemerintah menyediakan hal-hal mendasar untuk melakukan pembangunan seperti
stabilitas ekonomi dan keamanan. Selain itu, masih banyaknya terjadi perang sipil dan kompetisi di antara
tuan tanah juga turut menyebabkan negara tersebut semakin terjebak dalam kemiskinan di saat negaranegara lain di dunia tengah berkompetisi dan mengambil keuntungan dari globalisasi (Wolf, 2005).
Berlanjut pada aspek berikutnya yaitu pertumbuhan dan kemiskinan. Wolf (2005) menjelaskan
bahwa pertumbuhan melalui integrasi ekonomi dan globalisasi telah berhasil menurnkan ketidakmerataan,
hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa pada tahun 1980 ke atas masalah ketidakmerataan mulai menurut
seiring pesatnya globalisasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga dikaitkan dengan keberhasilan negara di
dalam meningkatkan pendapatan riil rata-ratanya. Misalnya Cina yang berhasil mengurangi kesenjangannya
terhadap Amerika Serikat secara signifikan pada tahun 2000 karena Cina mengalami peningkatan kualitas
standar hidup dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, begitupula Jepang di tahun 1960-an dan 1970-an
(Wolf, 2005). Dengan demikian, globalisasi bisa dikatakan sukses dalam pemerataan ekonomi terutama
dalam ukuran kesatuan negara. Hal ini karena globalisasi akan terlihat keberhasilan pemerataan ekonominya
apabila pemerataan secara keseluruhan negara. Tetapi jika dilihat dari pemerataan perkepala, diakui Wolf
bahwa ada ketidaksetaraan antara masyarakat satu dengan lainnya (Wolf, 2005). Wolf menjelaskan,
walaupun begitu dari sini tetap terlihat adanya pertumbuhan meski hanya sedikit dan lebih baik daripada
tidak sama sekali.
Bagi penulis sendiri, argumen Wolf belum bisa dikatakan benar sepenuhnya mengingat negara yang
dilibatkan oleh Wolf adalah negara tertentu, sedangkan masih sangat banyak negara yang termarginalkan
akibat globalisasi seperti Zimbabwe, Sierra Leone dan lain sebagainya. Bahkan, di tahun 2015 di mana
globalisasi sudah sangat bisa dinikmati semua orang Malawi dinobatkan sebagai negara paling miskin di
dunia. Bahkan menurut nyasatimes.com Malawi termasuk ke dalam negara yang akan bangkrut dengan
pendapatan per kapita 1 US$ setiap hari (dalam bisnis.liputan6.com).

Penulis melihat, negara yang

Garnis Yoga PNP [071311233027]. Globalisasi dan Strategi Individu Week II. Kelas A
dinyatakan mampu berkembang akibat adanya globalisasi seperti Cina sebenarnya juga memiliki aliansi
dengan negara besar sedangkan negara negara di Afrika misalnya semakin tertinggal dengan fenomena
globalisasi ini sendiri. Oleh karena itu, yang harus kita pikirkan saat ini adalah bagaimana cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai konsep kesetaraan tersebut. Mungkin penulis setuju dengan pernyataan Mazur
seperti yang telah dikutip di atas, A world in which the assets of the 200 richest people are greater than
the combined income of the more than 2 billion people at the other end of the economic ladder should give
everyone pause. Setiap negara yang sudah sangat mapan sebaiknya berhenti sejenak agar negara lain
dapat mengejar ketertingalannya.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Wolf menolak pernyataan tentang globalisasi
yang semakin meningkatkan ketidakmerataan bahkan menyebabkan kesenjangan ekonomi dan
pengangguran. Sebaliknya, menurut Wolf justru dengan adanya globalisasi semakin mempermudah negara
untuk meningkatkan kesejahteraan dan menjadi setara dengan negara lain seperti Cina dan India yang
dicontohkan Wolf. Wolf juga menjabarkan adanya tujuh proposisi yang tidak sepenuhnya benar dan muncul
pada era globalisasi-neo-liberal. Bagi Wolf bukan globalisasi yang menyebabkan suatu negara semakin
mundur melainkan tidak mampunya negara tersebut untuk beradaptasi dan memanfaatkan momen yang ada.
Globalisasi bisa dikatakan sukses dalam pemerataan ekonomi terutama bila dalam kesatuan negara namun
tidak untuk perkepala. Walaupun begitu dari sini tetap terlihat adanya pertumbuhan meski hanya sedikit dan
lebih baik daripada tidak sama sekali.
Referensi:
Wolf, Martin, 2005. Incensed about Inequality, dalam Why Globalization Works. New Haven: Yale Notabene,
pp. 138-172
http://bisnis.liputan6.com/read/2181120/malawi-dinobatkan-jadi-negara-termiskin-di-dunia?photo=817085
[diakses 1 Maret 2015].

Anda mungkin juga menyukai