Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

HIPERTENSI

OLEH:
Ida Ayu Febiana M. Surya
(1002105060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UINVERSITAS UDAYANA
2014
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI


PADA KELUARGA Tn. KA KHUSUSNYA Tn. KA

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan


Hari/Tanggal

: Kamis, 16 Oktober 2014

Waktu

: 30 menit

Tempat

: Rumah Tn. KA di Jln. Pulau Yapen nomor 1

Sasaran

: Keluarga Tn KA

Topik Kegiatan

: Penyakit Hipertensi

Sub Topik

: 1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan Gejala Hipertensi
4. Cara Perawatan Hipertensi
5. Nutrisi pada Penderita Hipertensi
6. Obat tradisional Hipertensi jus mentimun
7. Demonstrasi teknik relaksasi otot progresif

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals
atau disingkat dalam MDGs), hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189
negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang telah dijalankan mulai September 2000
lalu, memiliki beberapa poin sasaran salah satunya yaitu tercapainya kesejahteraan rakyat
dan pembangunan masyarakat pada 2015 (Bappenas, 2004). Pencapaian kesejahteraan
rakyat tentunya didukung oleh kesehatan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat.
Salah satu komponen masyarakat yang cukup rentan terhadap penurunan kondisi
kesehatan adalah kaum lansia, karena adanya peningkatan usia dan penurunan
kemampuan fisik. Hal ini mendasari perlunya perhatian khusus terhadap kesehatan lansia.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada
Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian (Nugroho, 2008).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke
atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah
ini meningkat menjadi 8 juta (5,5%) dari 12 jumlah penduduk dan pada tahun 1990,
jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan
meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah
ini diperkirakan meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%). Pada tahun 2005-2010, jumlah
lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa ( 9%) dari
jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat
Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan
Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).
Salah satu penyakit yang banyak diderita lansia adalah hipertensi. Hipertensi
menjadi salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit
kardiovaskular dan diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang
10-30 persen penduduk disemua negara mengalami hipertensi (Elokdyah, 2007).
Hipertensi ini disebut sebagai pembunuh diam-diam atau silence killers karena
umumnya orang yang mengalami hipertensi tidak merasakan efek sampingnya (tidak
merasakan keluhan).
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan data
bahwa salah satu anggota keluarga Tn. DR yaitu Ny. AR yang merupakan orang tua dari
Tn. DR menderita penyakit hipertensi dan keluarga belum mengetahui mengenai penyakit
Hipertensi, untuk itu diperlukan adanya suatu pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn.
DR khususnya Ny. AR mengenai hipertensi untuk lebih meningkatkan pemahaman
mengenai penyakit hipertensi sehingga diharapkan nantinya keluarga dapat merawat Ny.
AR dan Ny. AR dapat mengontrol tekanan darahnya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan sasaran
dapat mengerti dan memahami mengenai penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, sasaran dapat:
a) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian Hipertensi
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

b) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai penyebab Hipertensi


c) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai tanda dan gejala Hipertensi
d) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai komplikasi dan cara perawatan
Hipertensi
e) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai nutrisi untuk penderita
Hipertensi
f)

Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai obat tradisional Hipertensi

g) Mampu meredemonstrasi teknik relaksasi otot progresif


C. TEMPAT
Pendidikan kesehatan pada Tn. DR akan dilaksanakan di Rumah Tn. DR di Jln. Saelus
Gg. 5 No. 7 Banjar Pande Kelurahan Pedungan
D. WAKTU
Kegiatan akan berlangsung selama 30 menit yaitu pukul 16.00 WITA sampai dengan
pukul 16.30 WITA
E. SASARAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Keluarga Tn. DR
F. PENYELENGGARA PENDIDIKAN KESEHATAN
Penyelenggara pendidikan kesehatan pada Keluarga Tn. DR adalah mahasiswa semester
IX Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
G. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

H. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap
Pembukaan

Waktu
2 menit

Kerja

Penutup

Kegiatan
Penyaji mengucapkan salam

Penyaji melakukan perkenalan diri

Penyaji menyampaikan maksud dan tujuan

10 menit

Penyaji mengadakan kontrak waktu


Menyampaikan materi mengenai penyakit

5 menit

Hipertensi
Demonstrasi teknik relaksasi dan pembutan jus

5 menit
5 menit
3 menit

mentimun
Redemonstrasi
Tanya jawab
Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan
dan mengevaluasi jalannya ceramah.
Mengakhiri kontrak
Melakukan evaluasi kegiatan
Salam penutup

I. MEDIA DAN ALAT


1. Leaflet
2. Flip card
3. Alat demontrasi (juicer)
J. SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:
1. Penyuluh

2. Asisten

3
3

3. Peserta

K. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Mahasiswa PSIK FK UNUD
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

Peserta : keluarga Tn. KA


L. KRITERIA EVALUASI
1.

Evaluasi Struktur
a) Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan
b) Kontrak sudah dilakukan sebelumnya
c) Sarana prasarana seperti leaflet, flip card dan alat demontrasi disiapkan dua hari
sebelum pelaksanaan kegiatan.

2.

Evaluasi Proses
a)

Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai


Hipertensi berlangsung tepat waktu.

b)

Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan


minimal berjumlah 3 orang.

c)

Peserta yang aktif bertanya mencapai 3 orang.

3.

Evaluasi Hasil
Sasaran pendidikan Kesehatan:
a) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian Hipertensi
b) Mengetahui dan mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab Hipertensi
c) Mengetahui dan mampu menyebutkan 5 dari 10 tanda dan gejala Hipertensi
d) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai komplikasi dan cara perawatan
Hipertensi
e) Mengetahui dan mampu menyebutkan 7 dari 10 nutrisi untuk penderita Hipertensi
h) Mengetahui dan mampu mendemontrasikan mengenai obat tradisional (jus
mentimun) Hipertensi
f)

Mampu meredemonstrasi teknik relaksasi otot progresif

M. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Materi
2. Leaflet
3. Alat demontrasi

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

Lampiran Materi
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
PENYAKIT HIPERTENSI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan
sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai
akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doengoes,
2000).
Klasifikasi
JNC VI membuat klasifikasi hipertensi sebagai berikut:
Category
Optimal
Normal
Normal Tinggi
Hipertensi Derajat 1
Hipertensi Derajat 2
Hipertensi Derajat 3

Systole (mmHg)
< 120
< 130
130 139
140 159
160 179
180

dan
dan
atau
atau
atau
atau

Diastole (mmHg)
< 80
< 85
85 89
90 99
100 109
110

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas (JNC VI).
Hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hypertension) didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg.
B. PENYEBAB HIPERTENSI
Menurut Lany Gunawan (2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya diketahui, menunjukkan


gejala dan keluhan yang jelas,di sebabkan oleh penyakit lain antara lain ;
a. Penyakit jantung : koartasi aorta.
b. Penyakit endokrin : peokhromositoma, tumor katekolamin.
c. Penyakit ginjal : glomerulonefritis, penyempitan arteri renalis.
d. Kehamilan : toksemia gravidarum.
e. Otak : trauma, peningkatan TIK.
f. Pengaruh sekunder obat obatan tertentu seperti kontrasepsi oral.
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 40 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress
dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).
C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

Sakit kepala

Epistaksis

Pusing / migrain

Rasa berat ditengkuk

Sukar tidur

Mata berkunang kunang

Lemah dan lelah

Muka pucat

Suhu tubuh rendah

D. PENANGANAN HIPERTENSI
Prinsip penatalaksanaan hipertensi yaitu:
1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang
masih dapat ditoleransi penderita.
2. Meningkatkan kemungkinan kualitas dan harapan hidup penderita.
3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal
mungkin komplikasi yang sudah terjadi.
Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi adalah:
1.

Penatalaksanaan Diet
Tujuan penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Prinsip diet pada penderita hipertensi
adalah sebagai berikut:
a Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
b Jenis dan komposisi makanan yang disukai dengan kondisi penderita
c Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan
dalam daftar diet. Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium yang
terdapat dalam hamper semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan
tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok
teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
Menurut Anie kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu:
1) Mengatur menu makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami
stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa,
b

gajih)
Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit, craker,

keripik, dan makanan kering yang asin)


Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink)


Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)


Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam.


Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco,

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar
dengan menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan
bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan
dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja
makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.
Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam
jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
a) Diet rendah garam I: untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak
menambahkan garam dapur dalam makanan.
b) Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114
mmHg). Garam dianjurkan sendok teh garam dapur.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA

c) Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole
kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan sendok teh.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari) dapat
memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian
kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah
natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159
mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg
kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg
kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk memcegah dan mengobati hipertensi : 2-3
gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi
kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata
808 mg.
2) Pengendalian Faktor Risiko
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling
berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko
yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi
pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi
pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian
obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan.
Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh ) per hari pada
saat memasak.
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi progresif dilakukan dalam mengontrol hipertensi :
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 10

rasa tida nyaman atau nyeri,stress fiisk, dan emosi pada nyeri. Teknik
relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit.
Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi, dan latihan
relaksasi progresif (Perry, Potter ; 2005)
Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernapasan yang
terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Relaksasi
progresif pada seluruh tubuh memakan waktu sekitar 15 menit. Klien
memberikan perhatian pada tubuh, memperlihatkan daerah ketegangan.
Klien

mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan

diafragma, sehingga memungkinkan diafragma, sehingga memungkinkan


abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Perry, Potter ;
2005)
Terapi relaksasi progresif, memiliki beberapa efek terhadap tubuh,
yaitu penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan. Penurunan konsumsi
oksigen, penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolisme,
peningkatan kesadaran global, kurang perhatian terhadap stimulus
lingkungan, tidak ada perubahan posis yang volunter, dan persaan damai
sejahtera (Perry, Potter ; 2005)
Langkah langkah melakukan terapi relaksasi progresif
Posisi tubuh untuk relaksasi:
a. Duduk

Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi


Letakkan kaki datar pada lantai
Letakkan kaki terpisah satu sama lain
Gantungkan lengan pada sisi atau letakkan pada lengan kursi
Pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 11

b.

Berbaring
Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak

meregang lurus kea rah luar


Letakkan lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi tubuh
Pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang
Gunakan bantal yang tipis dan kecil di bawah kepala
(Potter & Perry, 2005: 1530-1531)
Relaksasi bertahap dapat dilakukan dengan berbaring
atau duduk di kursi dengan kepala ditopang. Setiap otot atau
kelompok otot dikontraksikan selama 5-7 detik dan relaksasi 1220 detik dan dapat diulang beberapa kali. Relaksasi progresif

pada seluruh tubuh memakan waktu sekitar 15 menit.


Tabel. 1 Gerakan Relaksasi Otot Progresif
No
1

Duduk

Posisi
pada

kursi

sandaran

Gerakan
Genggam tangan kiri sambil membuat suatu
kepalan. Kepalan dibuat semakin kuat, sambil

merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.


Lepaskan kepalan, kemudian rileks selama 10
detik. Prosedur serupa juga dilatihkan pada

Duduk pada kursi

sandaran

tangan kanan.
Gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang, dilakukan dengan cara menekuk
kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari

Duduk pada kursi

sandaran

menghadap ke langit-langit.
Untuk melatih otot-otot Biceps.

Diawali

dengan menggenggam kedua tangan sehingga


menjadi kepalan kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps

Duduk pada kursi


sandaran

akan menjadi tegang.


Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakanakan bahu akan dibawa hingga menyentuh
kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini
adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu,
punggung atas, dan leher.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 12

Duduk pada kursi

sandaran

Untuk

melemaskan

otot-otot

di

wajah..

Kerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya

terasa dan kulitnya keriput.


Menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-

otot yang mengendalikan gerakan mata.


Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit
gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-

Duduk pada kursi

otot rahang.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga

akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut


Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat,

sandaran

kemudian tekankan kepala pada permukaan


bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang

leher dan punggung atas.


Bawa kepala ke muka, kemudian benamkan
dagu ke dada. Sehingga dapat merasakan

Duduk pada kursi

ketegangan di daerah leher bagian muka.


Angkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian

sandaran

punggung

Duduk pada kursi

dada.
Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru

sandaran

dilengkungkan,

lalu

busungkan

dengan udara sebanyak-banyaknya. Rasakan


ketegangan di bagian dada kemudian turun ke

10

Duduk pada kursi

perut
Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian

sandaran

menahannya sampai perut menjadi kencang

Duduk pada kursi

dan keras.
Luruskan kedua belah telapak kaki sehingga

sandaran

otot

paha

terasa

tegang.

Gerakan

ini

dilanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian


sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis.
World of Psychology : 2011
Gambar 1. Langkah langkah relaksasi Otot Progresif
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 13

d. Melakukan olahraga teratur


Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 40-45 menit
sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol
tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat
memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah
dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan
proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 14

artereosklerosis

pada

seluruh

pembuluh

darah.

Merokok

juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke


otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara
yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok.
3) Suplementasi anti oksidan
a Vitamin dan penurunan homosistein:
Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-faktor
enzim yang esensial untuk metabolism homosistein. Peningkatan kadar
homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner.
Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko
aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan
rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi
homosistein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan
b

penyakit vaskuler.
Kacang kedelai dan isoflavon
Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki
aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna
menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa
mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Dianjurkan mengonsumsi protein
kedelai 20-50 gram/hari, dengan modifikasi diet pada penderita kadar

kolesterol yang tinggi.


Tempe
Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi,
dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan
untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.
Nilai Gizi Tempe :
(1)

Protein
Enzim-enzim yang dihasilkan kaping, menghasilkan asam amino
bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein
kedelai.

(2)

Karbohidrat
Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan
rifinosa (2 terakhir menyebabkan pembentukan gas dalam perut).
Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.

(3)

Lemak

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 15

Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2%
menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5%
menjadi 21%.
(4)

Mineral
Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose,
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh

(5)

Vitamin
Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum),
Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam
nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk
pertumbuhan kaping dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang
tidak ada dalam produk nabati lainnya.

(6)

Tempe
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita
hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya
penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak
tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk
mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare
(Salmonella sp dan Shigella sp).

Asam lemak omega 3


Satu porsi ikan yang tinggi lemak atau minyak ikan mengandung omega 3
(EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl. Makanan yang mengandung Omega 3

dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.


Serat
Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara beberapa jenis
serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol total, namun belum
ada bukti langsung yang menunjukan hubungan antara suplemen serat dengan

penurunan penyakit kardiovaskular.


4) Garam natrium
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 16

Garam natrium terdapat secara alamiah pada bahan makanan atau ditambahkan
pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan
biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Garam natrium yang ditambahkan berupa ikatan, yaitu:
a Natrium klorida atau garam dapur
b Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
c Natrium Bikarbonat atau soda kue
d Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging
seperti Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam natrium antara lain :
a Pada ikan asin direndam dan dicuci terlebuh dahulu
b Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur
margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair
dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan
memasukan panic kedalam kulkas. Margarine akan mengeras kembali dan
buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
2.

Obat-obatan

3. Terapi Penunjang
Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,
diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi,
terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan
kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta
mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.
E. TERAPI TRADISIONAL HIPERTENSI
Daun Seledri
1.

Ambillah segenggam daun seledri ( 16 batang) lalu tumbuk sampai halus

2.

Kemudian campur dengan air matang dan saringlah pada sebuah kain bersih / saringan
halus. Usahakan air saringan sampai satu gelas

3.

Diamkan selama satu jam baru diminum dengan sedikit ampas.

4.

Minum secara rutin setiap pagi dan sore

5.

Penggunaan daun seledri tidak boleh lebih dari 1-10 gr per hari, karena dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 17

Mengkudu
1.

Ambillah 3 buah mengkudu kemudian parut dan peras airnya

2.

Usahakan airnya sampai satu gelas

3.

Minum setiap pagi dan sore

Belimbing wuluh
Masak 25 gr biji belimbing wuluh yang telah dihaluskan dalam 4 gelas air, tambahkan 3 buah
belimbing wuluh segar. Saring dan dinginkan lalu minum 1 gelas sehari. Atau rebus 3 buah
belimbing wuluh yang sudah dipotong-potong dengan 3 gelas air, biarkan mendidih hingga
tersisa 1 gelas. Dinginkan dan saring, minum setelah makan pagi.
Sambiloto
Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 cangkir air panas.
Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan
sehari 3 kali.
Sambung Nyawa
Daun segar 4 lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah atau dijus
dan diminum, atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar dan dimakan sehari
sekali.
Daun cincau hijau
Sediakan 20 helai daun cincau hijau lalu dicuci bersih. Remas-remas lalu beri 1 gelas air
minum dingin lalu saring dengan kain. Tambahkan jeruk nipis sesuai selera. Biarkan di
tempat dingin sampai menjadi agar-agar. Taruh di dalam gelas dan beri madu, atau sirup atau
gula aren cair yang sudah dimasak dengan pandan lalu diminum.
Bawang putih
Cara Pertama:
Kupas 1 atau 2 siung bawang putih lalu kunyah-kunyah sampai halus kemudian ditelan.
Setelah itu minumlah 1 cangkir air hangat. Lakukan 3 kali dalam sehari.
Cara Kedua :
2 siung bawang putih dipanggang di atas api lalu dimakan setiap pagi selama tujuh hari
berturut-turut.
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 18

Cara Ketiga :
Tumbuk halus 3 siung bawang putih tambahkan air secukupnya.Peras dan saring lalu
minum secara teratur.
Jeruk nipis
Cuci dan potong-potong 2 buah jeruk nipis, 20 kuntum bunga jeruk nipis dan 30 lembar daun
jeruk nipis. Rebus dengan 3 gelas air, biarkan mendidih hingga air tersisa sebanyak 2 1/4
gelas saja. Saring dan dinginkan lalu bagi menjadi 3 bagian. Tambahkan sedikit madu lalu
minum setiap hari secara rutin.
Kumis kucing
Ramuan ini membutuhkan daun kumis kucing yang basah dan kering masing-masing
sebanyak 50 gr. Rebus daun kumis kering dengan air secukupnya. Daun yang segar diseduh
dengan air panas. Campur kedua ramuan lalu saring. Minum 1 gelas sehari.
Kemangi
Rebus daun kemangi dan belimbing wuluh secukupnya dengan 2 gelas air hingga air tersisa 1
gelas. Minum sekaligus sampai habis.
Kunyit
Parut rimpang kunyit seukuran 1/2 jari. Tambahkan 1 sdm madu lalu remas-remas. Peras dan
saring. Minum 2 - 3 kali sehari.
Mentimun
Rebus 150 gr mentimun dengan air secukupnya lalu minum air rebusan tersebut secara teratur
setiap hari Atau parut 2 buah mentimun yang sudah dicuci bersih. Lalu diperas dan disaring.
Minum air perasan tersebut 2 - 3 kali dalam sehari.
Cara Pembuatan Jus:
1.

Bahan: 200 gram labu siam 200 gram ketimun.


Cara membuat : kedua bahan dicuci dan dipotong-potong, dimasukkan ke dalam juicer,
airnya/sarinya diminum.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 19

2.

Bahan: 100 gram seledri jenis kecil, 100 gram selada air, 100 cc air dingin
Cara membuat : semua bahan dicuci dan dimasukkan ke dalam juicer atau diblender dan
disaring, airnya diminum untuk 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

3.

Bahan: 250 gram belimbing manis yang matang, 250 gram semangka.
Cara membuat : semua bahan dijus, airnya diminum. lakukan secara teratur 2 kali sehari.

4.

Bahan:

250

gram

wortel,

50

gram

seledri,

siung

bawang

putih

100 cc air dingin.


Cara membuat : semua bahan dijus atau diblender dan disaring, airnya/sarinya diminum.
5.

Bahan: 100 gram pisang ambon, 150 gram tomat, 150 gram jeruk mandarin
100 cc air dingin.
Cara membuat : semua bahan diblender, diminum.

6.

Bahan: 2 buah mengkudu matang.


Cara membuat : mengkudu dijus, sarinya diminum.

7.

Bahan: 60 gram pegagan segar, 100 cc air matang


Cara membuat : pegagan dicuci bersih, diblender hingga halus, disaring. Diminum
airnya.

*Catatan : pilih salah satu resep/terapi jus dan lakukan setiap hari secara teratur. resep dapat
diganti-ganti.

DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Sagung Seto
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Husada, Bakti. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI
Ismayadi. 2004. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.files.wordpress.com/2012/01/
perkembangan-lansia.pdf (Akses : 24 Juli 2012)

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 20

Kurniawan, Anie. 2002. Gizi seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada
Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Direktorat Gizi
Masyarakat (Akses: 23 Juli 2012)
Pauline.

2008.

Hipertensi.

Dalam:

http://sehatkita.com/artikel.php?

kategori=Hipertensi&idartikel=0. (Akses: 23 Juli 2012)


Ririn. 2008. Epidemiologi Hipertensi. Dalam: http://yienmail.wordpress.com/2008/11/
19/epidemiologi-hipertensi/. (Akses: 23 Juli 2012)
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugiyanto, Edi. 2007. Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.4/157 Edisi Juli - Agustus 2007 :
Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Jakarta : Grup PT. Kalbe Farma Tbk.
Subhan. 2007. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/9/
[Akses : 23 Juli 2012]

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 21

Anda mungkin juga menyukai