Petrol Ogi
Petrol Ogi
BATUAN BEKU
2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku
Merupakan kumpulan mineral-mineral baik yang sejenis maupun yang
tidak sejenis yang terbentuk dari pembekuan magma (kristalisasi) magma.
Magma sendiri merupakan larutan silikat panas yang mengandung senyawa
oksida, sulfide dan gas-gas (volatile). Bila temperature magma turun hingga
mencapai titik beku, maka magma akan mulai mengkristal. Umumnya mineralmineral yang sukar larut akan mengkristal dahulu kemudian diikuti mineralmineral yang mudah larut.
Mineral utama pembentuk batuan mengkristal mengikuti suatu pola
perurutan kristalisasi. Pola perurutan kristalisasi disebut deret Bowen. Tetapi
walaupun demikian deret Bowen tidak selalu berlaku. Pada deret Bowen
ditunjukkan bahwa mineral pertama terbentuk cenderung mengandung silica yang
rendah. Pada seri menerus (continius) mineral terbenuk pertama adalah
Plagioklas- Ca akan terus menerus bereaksi dengan larutan sisa magma selama
proses pendinginan berlangsung, maksudnya disini adalah terus terjadi
penggantian (substitusi) unsur Ca dengan unsur Na. Sedangkan pada seri yang
tidak menerus (discontinius) terdiri dari mineral yang kaya unsur Fe dan Mg,
disebut juga mineral Ferromagnesium. Mineral yang pertama terbentuk adalah
mineral Olivin kemudian dilanjutkan oleh pembentukan mineral selanjutnya
dengan larutan sisa magma yang ada tanpa terjadi reaksi antara larutan sisa
magma dengan mineral yang telah terbentuk.
Mineral yang kaya akan unsur Fe dan Mg disebut mineral mafic (mineral
gelap), sedangkan kandungan yang rendah Fe dan Mg serta kaya akan silikat
disebut mineral felsic (mineral terang). Ciri-ciri batuan beku :
1)
Batuan yang memiliki kenampakan yang seragam disepanjang tubuhnya.
2)
Bila batuan intrusi akan memotong (diskordan) atau sejajar (konkordan)
3)
Petrologi
a). Differensiasi magma
Magma adalah cairan atau silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mobile, bersuhu antara 9000 11000 dan berasal dari kerak bumi bagian
bawah atau selubung bumi bagian atas (Vide F.F. Grosts, 1974, Turner &
Verhoogen, 1960, H. Williams, 1962).
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang
bakal membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral
tersebut tidak terbentuk bersamaan karena tergantung pada fase silikat dengan
kondisi tertentu. Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperature
dan kondisi tertentu.
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally,
1933, Winkler vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat berubah
menjadi magma yang bersifat lain, oleh proses-proses yang disebut :
Hibridasi : ialah pembentukan magma baru, karena percampuran dua
magma yang berlainan jenisnya.
Sinteksis : ialah proses pembentukan magma karena proses asimilasi
dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
Anateksis : ialah pembentukan magma dari peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi
magmatik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar
menjadi batuan beku dengan komposisi yang bervariasi (Huang, 1962). Proses
tersebut antara lain :
lebih ringan.
Liquid immisibility: ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan
tekanan yang tinggi, pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksinasi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -2
Petrologi
gelembung gas yang membawa serta komponen volatile seperti sodium
dan potassium.
Gambar 2.2. Seri reaksi Bowen dan jenis batuan beku yang terbentuk
seperti
mineral-mineral
Amphibol
dan
Mika
yang
disebut Hydratogenetik.
Tidak ada pembagian yang jelas akan konsolidasi dari magma.Banyak
nama-nama yang masih di buat untuk tahapan pembekuan magma namun baru
sedikit pengakuan pemakaian nama-nama tersebut.
2.4 Analisa Komposisi dan Mineral Batuan Beku
Menurut Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga
kelompok mineral yaitu :
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -3
Petrologi
2.4.1. Mineral utama (Essential Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk langsung dari kristalisasi
magma. Berdasarkan warna / magma dan densitasnya (H. Williams, 1982) dapat
dikelompokkan menjadi :
a)
Mineral felsik : antara lain kuarsa, albit, feldspatoid.
b)
Mineral mafik : antara lain olivin, piroksin, amphibol.
2.4.2. Mineral sekunder (Secondary Mineral)
Merupakan mineral-mineral tambahan atau mineral ubahan dari mineral utama
(hasil rekristalisasi magma) dapat juga hasil pelapukan, reaksi kimia atau hasil
metamorfisme. Contoh : kalsit, magnesit, siderite, kaolin, serpentine.
2.4.3. Mineral tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, tetapi
kehadirannya adalah dalam jumlah sedikit (kurang dari 50%) dan tidak
menentukan nama dari sifat batuan. Contoh: hematite, kromit, muscovite.
2.5. Identifikasi Tekstur
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau
kenampakan yang erat antara unsure-unsur mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur
tergantung pada kecepatan orde kristalisasi. Dimana keduanya sangat bergantung
pada temperature, komposisi, kandungan gas, viskositas magma dan tekanan.
Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan suatu
batuan.
2.5.1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan bagaimana proporsi antara massa
kristal dan massa gelas didalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi
yaitu :
Holokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya massa
kristal.
Hipokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun oleh massa kristal
dan massa gelas.
Holohialin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya oleh massa
gelas.
2.5.2. Granularitas
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -4
Petrologi
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dengan dua kelompok tekstur ukuran
butir yaitu fanerik dan afanitik.
Fanerik, apabila batuan mempunyai ukuran butir kasar, dibedakan atas :
- Fanerik sangat kasar, apabila diameter berukuran > 3 cm.
- Fanerik kasar, apabila diameter berukuran 5 mm 3 cm.
- Fanerik sedang, apabila diameter berukuran 1 mm 5 mm.
- Fanerik halus, apabila diameter berukuran < 1 mm.
- Afanitik, apabila ukuran butir individu kristal sangat halus sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun atas massa kristal. Massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula
istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut kristalin apabila tidak dikenal
dengan menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
1)
sebagian
besar
mineralnya
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -5
Petrologi
2)
berukuran halus.
Vitroferi, yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa
gelas.
c) Porfiro afanitik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar
d)
3)
afanitik
Felsoferik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -6
Petrologi
2.6. Struktur
Struktur merupakan kenampakan tekstur dalam skala besar, yang dapat
jelas di lapangan. Macam-macam struktur batuan beku adalah :
Masif yaitu struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan
adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukkan adanya
silica.
Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen
batuan yang masuk atau tertanam dalam batuan beku. Struktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan
samping didalam magma yang menerobos.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -7
Petrologi
2) Batuan beku intermedier, bila batuan beku tersebut mengandung 52% 66% SiO2. contoh : diorite, andesit.
3) Batuan beku basa, bila mengandung 45% - 52% SiO2. contoh : gabro.
4) Batuan beku ultrabasa, jika mengandung kurang dari 45% SiO 2. contoh :
peridotit, dunit.
2.7.2. Klasifikasi berdasarkan tempat terjadinya
Klasifikasi batuan beku bedasarkan tempat terjadinya dibedakan atas :
A. Batuan beku plutonik, yaitu
batuan beku yang terbentuk di dalam permukaan.Secara umum, magma yang
dihasilkan jauh di dalam bumi mulai meningkat karena mereka kurang padat dari
batuan padat di sekitarnya.Ketika mereka naik mereka mungkin mengalami
kedalaman atau tekanan dimana gas terlarut tidak lagi dapat diselenggarakan
dalam larutan dalam magma, dan gas mulai membentuk fase terpisah (yakni
membuat gelembung seperti di botol minuman berkarbonasi ketika tekanan adalah
dikurangi).
B. Batuan beku vulkanik, yaitu
batuan beku yang terbentuk di atas permukaan.umumnya tubuh intrusif
jauh lebih besar yang telah diterobos jauh lebih dalam di kerak. Meskipun mereka
mungkin menunjukkan kontak yang tajam dengan batuan sekitarnya di mana
mereka diterobos, pada tingkat yang lebih dalam di kerak kontak sering
bergradasi.
2.7.3. Klasifikasi berdasarkan mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral
mafik dan felsik. S.J. Shand, 1943 membagi empat macam batuan, yaitu :
1) Leucrocatic rocks, mengandung kurang 30% mineral mafik.
2) Mesocratic rocks, mengandung 30% - 60% mineral mafik.
3) Melanocratic rocks, mengandung 60% - 90% mineral mafik.
4) Hipermelanic rocks, mengandung lebih 90% mineral mafik.
Sedangkan S. Jellis, 1948 membagi empat golongan pula yaitu :
1)
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang 10%
2)
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10 40%
3)
Mafelsic, dengan indeks warna 40% - 70%
4)
Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih 70%.
2.7.4. Klasifikasi yang dipakai di laboratorium petrologi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -8
Petrologi
Pengamatan megaskopis terutama dilakukan terhadap komposisi mineral
dan kemas, maka klasifikasi yang dipakai mengikuti klasifikasi yang
dikemukakan oleh W.T. Huang 1962, yaitu berdasarkan kandungan kuarsa bebas
atau silica serta kemas batuan tersebut. Disamping juga mempertimbangkan
proporsi alkali feldspar dan plagioklas serta mineral utama lain. Klasifikasi lain
yaitu dengan menggunakan segitiga Streckeisen, 1974. Mengetahui nama batuan
dengan cara menjumlahkn persen kuarsa, plagioklas dan orthoklas kemudian
dibagi 100%. Hasil dari perhitungan tersebut di plot ke gambar segitiga,
pertemuan dari ketiga titik tersebut adalah merupakan nama batuan yang
didiskripsi.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -9
Petrologi
Penamaan batuan adalah salah satu dari tujuan kita dari praktikum batuan
beku ini, berikut ini adalah tahap-tahap cara untuk pemerian nama pada batuan
beku asam , antara lain:
- Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuan adalah batuan
beku asam.
- Warna terang dengan ukuran butir fanerik (kasar) berukuran 5mm 3cm, dengan
contoh batuan Granit, Adamelit dan Granodiorit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (halus) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Dasit, Rio dasit dan Riolit.
- Komposisi mineral umumnya mengandung mineral biotit, kuarsa, plagioklas
asam dan orthoklas dengan komposisi mineral yang dominan hadir adalah
plagioklas asam dengan kuarsa yang termasuk golongan silika (SiO 2) dengan
presentase > 66% dalam batuan.
- Dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa bebas serta menghitung proporsi
secara relatif didalam batuan.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus diketahui kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama yang
lainnya.
2.8.2. Tahap Penamaan Batuan Beku Intermedier.
Penamaan batuan adalah salah satu dari tujuan kita dari praktikum batuan
beku ini, berikut ini adalah tahap-tahap cara untuk pemerian nama pada batuan
beku intermedier, antara lain:
- Jika kuarsa kurang dari 10%, maka jenis batuannya intermedier.
- Warna relatif terang jika dibandingkan dengan batuan basa dengan ukuran butir
fanerik (kasar) berukuran 5mm 3cm, dengan contoh batuan Diorit, Monsonit
dan Syenit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (sedang) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Andesit, Andesit trakhit, dan Trakhit.Berdasarkan komposisi mineral,
batuan jenis ini mengandung mineral silika dengan komposisi sebesar 52 66%.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -10
Petrologi
- Batuan intermedier dicirikan dengan melimpahnya orthoklas dan plagioklas
asam, dimana plagioklas asam relatif lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas
basa, walaupun dalam kenyataan mikroskopis kita sulit membedakannya.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus menentukan kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran proporsi antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama
lainnya.
- Setelah kelompok diketahui, maka untuk mengetahui nama batuannya kita
tinggal mengetahui relasinya dari batuannya.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -11
Petrologi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -12
Petrologi
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -13
Petrologi
dari asal yang berbeda (W.T. Huang, 1962, William, 1982). Material tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi ataupun rework
oleh air serta es.
2)
3)
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -14
Petrologi
Endapan piroklastik
Ukur
an
Piroklas Tefra
terkonsolidasi)
(tak Batuan
piroklastik
(terkonsolidasi)
Aglomerat,
piroklastik
2 64 lapili
mm
Batulapili
(lapillistone)
Tuf kasar
<
1/16
mm
tuf halus
breksi
pendiskripsian
batuan
piroklastik,
komposisi
batuannya
Mineral-mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -15
Petrologi
B.
Mineral-mineral Ferromagnesia
Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg
silikat dan kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat. Mineral-mineral tersebut
hadir berupa kelompok :
Olivine, mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silikat.
C.
Mineral Tambahan
Mineral-mineral tambahan lainnya yang sering hadir :
Hornblende
Biotit
Magnesite
Ilmenite
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -16
Petrologi
Mekanisme pembantukan endapan fargmen-fragmen piroklastik dapat
dibedakan atas :
1)
2)
3)
2)
Menyudut (angular)
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -17
Petrologi
3)
Membundar (rounded)
4)
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -18
Petrologi
Scoria, yaitu struktur seperti vesikuler namun tidak memiliki arah yang
teratur.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -19
Petrologi
Breksi piroklastik, bila batuan tersusun oleh
gelas.
mineral kristal.
litik
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -20
Petrologi
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
4.1. Tinjauan Umum Batuan Sedimen
Perbedaan antara batuan beku, batuan sediment dan batuan metamorf
terutama didasarkan atas genetiknya (Cara terjadinya). Batuan sedimen
diendapkan lapisan demi lapisan di permukaan litosfer, dalam temperature dan
tekanan yang rendah. Sebaliknya, kebanyakan batuan beku dan metamorf terjadi
di bawah permukaan bumi, dalam temperature dan tekanan yang tinggi.
Lapisan demi lapisan batuan sediment terendapkan secara kontiniu
sepanjang waktu geologi dan berasal dari batuan yang telah ada lebih dahulu,
seperti batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sediment yang lain. Oleh
proses pelapukan, gaya-gava oleh air, pengikisan oleh angin, batu-batuan tersebut
dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan di tempat-tempat yang rendah
letaknya misalnya di laut. Tetapi karena makin tebalnya lapisan-lapisan sediment
itu, maka temperature dan tekananannya menjadi bertambah, dan oleh proses
diagenesis maka sedimen yang lunak tadi akan menjadi keras, sehingga sifat
fisika-kimia dari batuan itu berbeda dari ketika batuan itu mulai diendapkan.
Pasir yang gembur dapat menjadi batu pasir yang keras, lempung menjadi
batu lempung. Proses diagenesis ini dapat merupakan kompaksi, yaitu pemadatan
karena tekanan dari lapisan-lapisan yang ada diatasnya, atau sementasi yaitu
perekatan batu-batuan lepas menjadi batuan yang keras. Kadang-kadang sukar
untuk membedakan antara batuan sediment dengan bauan metamorf, kecuali bila
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -21
Petrologi
pengaruh tekanan dan panas sangat memainkan peranan dalam batu-batuan
tersebut. Misalnya slate dalah batuan metamorf, sedangkan shale adalah batuan
sediment.
Harus kita bedakan antara batuan pirokslatik sebagai hasil dari letusan
gunung api (Vulkanik Explotion) dan batuan epiklastik sebagai hasil erosi dan
pengendapan dari puing-puing batuan.
Menurut WILLIAM, maka lapisan-lapisan batuan yang dihasilkan dari
bahan-bahan letusan gunung api seperti tuff, tuff-breksi vulkanik, dimasukkan
dalam golongan batuan beku, sedangkan beberapa ahli memasukkannya kedalam
batuan sediment.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -22
Petrologi
(disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung, sediment mulai mengalami diagenesa,
yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperature rendah di
dalam suatu sediment, selama dan sesudah lithifikasi terjadi (W.T. Huang, 1962).
Lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu sediment menjadi batuan
keras.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -23
Petrologi
ini Rijang (chert), Radiolaria, don Tanah diatom. Batuan golongan ini
tersebamya hanya sedikit don terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup, dan untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang
memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Yang termasuk golongan ini
adalah Gypsum, Anhidrit, Batugaram.
6. Golongan Batubara
Batuan sediment ini terbentuk dari unsur-unsur organic yaitu dari
tumbuh-tumbuhan, dimana sewaktu tumbuhan itu mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak
memungkinkan untuk terjadinya pelapukan.
4.3. Tahap Pendiskripsian
4.3.1. Tekstur dan Struktur Sedimen Klasik
4.3.1.1. Tekstur
Sedimen klasik mempunyai tekstur yang dibedakan atas beberapa macam,
yaitu :
1. Ukuran Butir (Grain size)
Pemberian ukuran butir mengacu pada skala Wenworth, seperti tabel
dibawah.
Tabel 4.1. Pembagian ukuran butir menurut skala Wenworth
Ukuran butir
Gravel
Sand
Silit
Clay
Boulders
Cobbles
Pebbles
Granules
Very coarse
Coarse
Medium
Fine
Very fine
Diameter
>256
256-64
64-4
4-2
21
1 - 0,5
0,5 0,25
0,25 0,125
0,125 0,062
0,062 0,005
< 0,005
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -24
Petrologi
Menyudut (anguler)
Menyudut tanggung (sub anguler)
Membulat tanggung (sub rounded)
Membulat (runded)
Sangat membulat (well rounded)
2. Pemilihan (Sortasi)
Merupakan tingkat keseragaman ukuran butir penyusun batuan, dibedakan
atas :
Terpilah sangat baik (Very well sorted)
Terpilah baik (well sourted)
Terpilah sedang (Moderatly sorted)
Terpilah buruk (Pooly sorted)
Terpilah sangat buruk (Very pooly sorted)
3. Kemas
Kemas adalah menyatakan hubuangan antar butir penyususn batuan,
dimana hal ini dikontrol oleh tingkat diagnase yang dialami oleh batuan yang
dibedakan menjadi :
Kemas terbuka, bila kontak antar butir tidak saling bersentuhan
(Flooating).
Kemas tertutup, bila kontak antar butir saling bersentuhan, dibagi atas
beberapa macam, yatiu :
Point contac, bila kontak antar butir dalam bentuk titik.
Long contac, bila kontak antar butir membentuk garis
Concavoconvec contac, bila kontak antar butir
membentuk
4.3.1.2. Struktur
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -25
Petrologi
Pengertian struktur tidak jauh berbeda dengan tekstur, hanya saja dalam
pengamatan struktur harus dalam skala yang luas (tidak cukup hanya dan hand
spescement).
Perlapisan (Beds)
Perlapisan, tebal antara 1 cm 3 m
Laminasi, ketebalan antara < 0,3 - < 1cm
Cross lamination
Injection structures (sand dikes)
Struktur permukaan
Massive (struktureles)
Ripple mark/Current ripple
Mud cracks
Erisional mark
Struktur dalam
Load casts
Flute cast
Groove cast
Organik structure
4.3.2. Tekstur dan Struktur Sedimen non-Klastik
4.3.2.1. Tekstur
Berdasarkan proses pembentukannya maka tekstur batuan karbonat
dibedakan atas empat, yaitu tekstur kerangka, klastik dan tekstur kristain/afanitik.
Secara umum unsur tekstur/material penyusun batu gamping dibedakan atas;
Butiran/kerangka
Semen
Massa dasar
1. Butiran/kerangka
Jenis-jenis butiran/kerangka :
Kerangka organik, merupkan struktur tumbuh dan gamping sebagai
bangunan-bangunan yang tak lepas, sebagai proses alamiah dari
organisme dan membentuk jaringan. Disebut juga skeletal atau frame
builder (Nelson at all)
Bioklastik, terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang-cangakang
binatang yang lepas-lepas (klastik), seperti coqcuina, foraminifera,
koral dll.
Intraklastik (fragmen non-organik), dibentuk ditempat ataupun
ditranspot sebagai hasil dari batuan atau gamping sebelumnya.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -26
Petrologi
Chemiklastik (non-fragmeter) merupakan butir-butir yang dibentuk
ditempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, penggumplan dll.
Contoh, oolit, pisolit, dll.
2. Massa dasar
Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga
dan terbentuk pada waktu sedimentasi.
Biasanya berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak
dapat diidentifikasi.
Dibawah mikroskop kenampakan hampir opak.
Hadirnya matriks diantara butir-butir menunjukkan lingkungan
pengendapannya adalah air yang tenang.
Dapat dihasilkan dari
Pengendapan langsung secara kimia biokimia, sebagai jarum aragonit
yang kemudian berubah menjadi kalsit.
Merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk sebelumnya.
Misalnya koral algae dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan pukulan
gelombang dan merupakan tepung klasik, dimana tepung tersebut
membentuk lumpur (limemud) dan umumnya diendapkan di daerah
yang tenang.
3. Semen/Sparit
Terdiri dari hablur-hablur klsik yang jelas.
Disebut spar/spary calcite (Folk, 1952,1962)
Terbentuk pada diagnesa pengisian rongga-rongga oleh larutan yang
mengendapkan klasik sebagai hablur yang jelas.
Sukar dibedakan dengan klasit hasil rekristalisasi yang biasanya lebih
halus dan disebut microspar. Unsur tekstur yang dapat diamati adalah
ukuran butir dan porositas.
4. Ukuran Butir
Untuk ukuran butir dapat mengacu pada klasifikasi Wentworth, F.L.
Folk maupun Grabau.
Ukuran butir menurut Wentworth
8,0
mm
.
Breccia Conglomerat
4,0
mm
2,0
mm
Very coarse-grained
0,1
mm
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -27
Petrologi
Coarse Grained
mm ...
Medium grained
0,25 mm .
Find Grained
0,125 mm
Finely Micrograined
0,004 mm
0,002 mm
Criptograined
0,001 mm
5. Porositas
Porositas batuan karbonat dibedakan atas dua, yaitu :
Porositas primer, terbentuk pada sedimentasi didaerah/zona :
Terumbu
Porositas antar partikel, antar cangkang/kerangka
Sedimentasi kompelatif, (Fosil terjebak dalam Lumpur gamping, jika
0,5
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -28
Petrologi
3. Tipe Gamping Afantik dan Mikrokristalin, umumnya disusun oleh
mikrit.
4. Tipe Gamping Kristalin, umumnya semen/sparit atau hasil rekristalisasi.
4.4. Dasar Penamaan
a. Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen klastik lebih ditekankan pada ukuran dan
bentuk butir (skala Wentworth), dengan perincian sebagai berikut :
1. Untuk butiran yang sama atau lebih kecil dari pasir :
Batupasir
: Butiran yang berukuran pasir
Batulempung : Butiran yang berukuran lempung
Serpih
: Batu lempung yang menunjukkan struktur fisility (sifat
belah)
2. Untuk butiran yang lebih besar dari pasir
Konglomerat : Jika butirannya berbentuk membulat
Brekasi
: Jika butirannya berbentuk runcing
Untuk penamaan batuan sedimen yang lebih detail dapat digunakan
diagram segitiga pada gambar
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -29
Petrologi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -30
Petrologi
2. Tipe Gamping Klastik, umumnya disusun oleh butiran, bioklastik,
intraklastik,dan chemiklastik.
3. Tipe Gamping Afanitik dan mikrokristalin, umumnya disusun oleh
mikrit.
4. Tipe Gamping Kristalin, umumnya semen/sparit atau hasil reksristalisasi.
Selain itu penamaan batu gamping dapat dilakukan dengan mengacu dari
beberapa klasifikasi yang ada.
1. Klasifikasi menurut A.W. Grabaw (1904), batugamping ini dibedakan atas :
a. Batugamping organik atau biogenetik, terutama terdiri dari fosil utuh yang
belum berpindah dari habitnya.
b. Batugamping klastik, jenis batugamping ini dibedakan berdasarkan ukuran
butirnya, yaitu :
- Kalsilutit, batugamping dengan ukuran lempung (<1/16mm)
- Kalkarenit, batugamping dengan ukuran pasir (2-1/16mm
- Kalsidurit, batugamping dengan ukuran gravel (>2mm)
2. Klasifikasi R.J. Dunham
Pembagian batugamping berdasarkan proporsi antara lumpur karbonat
(mikrit0 terhadap butiran, secara umum dipisahkan atas :
a. Batugamping didukung oleh Lumpur karbonat, yaitu mudstone dan
wackestone
b. Batugamping yang didukung oleh butiran, yaitu packstone dan grainstone
c. Batugamping yang disusun dominan fosil/kerangka organik disebut
bounstone
d. Batugamping yang kristalin
3. Klasifikasi F.L.Folk, 1959
Sama seperti Durham, namun dibedakan atas jenis butiran maupun lumpur
karbonatnya dan secara umum dibedakan atas :
a. Allocemical/butiran dengan Lumpur karbonatnya sparit/sparry
b. Allochemica/butiran dengan Lumpur karbonatnya mikrit
c. Batugamping yang dominan kristal-kristal kalsit, disebut mikrit
d. Batugamping terumbu, disebut biolitit
4. Klasifikasi Ebrie dan Klovan (1975), terutama kerangka yang berasosiasi
dengan terumbu.
Dimana pengklasifikasian diddasarkan pada kehadiran Lumpur karbonat
di antara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka, yaitu :
a. Frame Stone, batuan ini terdiri dari kerangka organik seperti koral,
bryozoa, ganggang, kehadiran matrik kurang sekali (<10%) dan kurang
b.
ruang antar kerangka mungkin kosong atau disemen oleh sparry calcitel.
Bindstone, batuannya terdiri dari kerangka atau pecahan-pecahan kerangka
organik, serperti koral, bryozoa, tetapi telah diikat dengan kerak lapisan-
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -31
Petrologi
lapisan (encrustation) gamping yang dikeluarkan oleh ganggang merah.
c.
d.
e.
oleh jenis organisme yang membentuknya. Secara umum terdapat dua komponen
penyusun gamping kerangka, yaitu :
1. Komponen utama, dimana organisme pembentuk kerangka berupa koral
madrepora, bryozoa, koral stromaporoiod, rudist, algae (ganggang).
2. Komponen lainnya, biasanya berupa bioklas seperti foraminifera terutama
foram besar dan molluska ataupun fragmen-fragmen lainnya yang ikut
terinkorporasi di dalamnya.
BAB V
BATUAN METAMORF
5.1. Tinjauan Umum Batuan Metamorf
Selain batuan beku dan batuan sedimen dikenal pula jenis batuan yang lain
yaitu batuan metamorf (batuan malihan). Batuan metamorf merupakan batuan
hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -32
Petrologi
pada fase padat (solid slate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan
kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers & Blatt, 1982).
Batuan beku dan batuan sedimen terbentuk sebagai akibat adanya proses,
kimia fisika dan atau proses biologis pada kondisi permukaan maupun kondisi
dalam bumi. Karena bumi merupakan suatu sistem yang dinamik, setelah
terbentuk batuan dapat mengalami suatu kondisi baru yang dapat megakibatkan
perubahan tekstur, struktur maupun komposisi mineral. Jika perubahan ini terjadi
pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu diatas kondisi terjadinya diagenesis
dan dibawah kondisi terjadinya pelelhan maka perubahan tersebut dikenal sebagai
metamorfosa. Ciri utama metamorfosa ini adalah perubahan tersebut terjadi saat
batuan tetap pada kondisi padat sedangkan kondisi kimianya terletak dibawah
zona pelapukan dan sementasi (Ehlers & Blatt, 1982). Menurut Bucher dan
Frey (1994), metamorfosa merupakan suatu proses yang mengakibatkan
perubahan komposisi mineral dan atau struktur dan atau komposisi kimia batuan.
perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi fisik dan atau kimia yang berbeda
dengan yang umumnya terjadi pada zona pelapukan, sementasi dan diagenesis.
5.1.1. Tipe Metamorfosa
Pada dasarnya tipe metamorfosa dapat digolongkan menjadi :
5.1.1.1. Tipe metamorfiosa lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada
daerah yang sempit berkisar antara bebereapa meter sampai kilometer saja. Jenis
metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
5.1.1.1.1 Metamorfosa kontak/Thermal
Terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh
magma (intrusi), dengan lebar antara 2 3km. Pada tipe metamorfosa ini
faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur tinggi.
5.1.1.1.2. Metamorfosa dislokasi / kataklastik / dinamo / kinematik.
Jenis metamorfosa ini dijumpai pada daerah yang mengalami
dislokasi. Misalnya pada daearah sesar besar, dimana proses metamorfosa
terjadi pada lokasi dimana massa batuan tersebut mengalami penggerusan.
5.1.1.2. Tipe metamorfosa regional
Metamorfosa regional atau disebut juga metamorfosa dinamothermal
merupakan metamorfosa
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -33
Petrologi
Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam, dimana faktor
yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi dan
proses metamorfosa akan lebih intensif jika diikuti oleh orogenesa. Tubuh
batuan metamorfosa ini dijumpai dengan penyebaran yang luas sekali
(ratusan sampai ribuan kilometer).
5.1.1.2.2. Metamorfosa beban / burial.
Istilah ini diberikan oleh Combs, 1961. metamorfosa ini tidak ada
hubungannya dengan orogenesa ataupun intrusi. Tetapi terjadi pada daerah
geosinklin (cekungan sedimentasi yang dasarnya terus menurun), sehingga
akibat adanya pembebanan sedimen yang tebal dibagian atas maka lapisan
sedimen yang berada dibawah cekungan akan mengalami proses
metamorfosa.
5.1.2. Struktur Batuan Metamorfosa
Struktur pada batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar, yaitu:
5.1.2.1. Struktur Foliasi
Yaitu struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini mencakup :
1. Struktur Skitosa (Schistosity)
Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (biotit, muskovit, felspar)lebih
dominan dibandingkan mineral butiran. Karena banyaknya mineral pipih ini
maka pada batuan terlihat adanya kesan sejajar dan penjajaran mineral pipih
yang berbutir, keadaan ini disebut segregation bending. Struktur biasanya
dihasilkan oleh proses metamorfosa regional, bisa juga metamorfosa kontak
bila magmanya mempunya kekuatan injeksi yang maksimal (Turner, 1954).
2. Struktur Gneisik (Gnessic)
Suatu struktur dimana jumlah mineral yang granular / berbutir relatif lebih
banyak dari mineral pipih. Sehingga kenampakan kesejajaran adalah dari
mineral yang granular.
3. Struktur Slatycleavage
Dalam struktur ini hampir sama dengan struktur skistosa, hanya mineralmineralnya berukuran dan kesan kesejajaran mineralnya halus sekali (dari
mineral lempung).
4. Struktur Phyllitic
Struktur ini hampir mirip dengan slatycleavage, hanya mineralnya dan
kesan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
5.1.2.2. Struktur non Foliasi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -34
Petrologi
Adalah struktur pada batuan metamorf dimana tidak terlihat adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur
foliasi adalah :
1.
Struktur Hornfelsik
Dicirikan adanya butiran-butitan mineral yang seragam. Terbentuk akibat
metamorfosa thermal.
2.
Struktur Kataklastik
Adalah struktur yang berkembang oleh adanya penghancuran terhadap
batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.
3.
Struktur Milonitik
Struktur ini hampir sama dengan struktur pilonitik, hanya butirannya lebih
halus lagi, serta dibedakan oleh adanya liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel, sedang pada milinit liniasinya ditunjukkan oleh adanya
orientasi butiran yang berbentuk lentikuler.
4.
Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe struktur pada filit (pilonit = filit milonit).
5.
Struktur Flaser
Seperti struktur kataklastik duimana struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada massa dasar milonit.
6.
Struktur Augen
Seperti struktur falser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam massa dasar yang lebih halus.
7.
Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
8.
Struktur Liniasi
Adalah struktur yang diperlihatkan oleh kumpulan mineral yang berbentuk
seperti jarum (fibrous).
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -35
Petrologi
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -36
Petrologi
Contoh :
Mica
Trenmolit aktinolit
Hornblende
Serpentine
Sillimenite
Klanit
Zeolit
Glaukovan
Klorit
Epidote
Staurolit
Antofilit
c.
d.
regional).
Basic Metamorphic Rock
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -37
Petrologi
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa
dan menengah. Serta tufa atau batuan sedimen yang bersifat napalan dengan
e.
BAB VI
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -38
Petrologi
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan
a. Batuan Beku
-
b.
c.
- Untuk struktur pada semua jenis batuan beku (asam, beku, ultrabasa)
adalah berupa struktur massive.
b. Batuan Piroklastik
-
b.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -39
Petrologi
c. Batuan Sedimen
-
b.
d. Batuan Metamorf
-
b.
c.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -40
Petrologi
VI.2. Saran
a.
Untuk
memudahkan
mahasiswa
dalam
melakukan
mendukung
kelancaran
Hendaknya
fasilitas
yang
d.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -41
Petrologi
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN
6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik mengenai
keterdapatannya maupun cara terbentuknya di permukaan bumi.
b. Penamaan batuan beku dan piroklastik didasarkan pada komposisi mineral
dan tekstur yang nampak dan terkandung dalam suatu batuan.
c. Setelah komposisi, tekstur dan strukturnya diketahui maka batuan tersebut
dikelompokkan apakah termasuk batuan beku (asam, intermedier, basa,
ultrabasa) ataupun piroklastik.
d. Apabila langkah-langkah diatas telah diakukan maka pemberian nama
batuan didapat dari persen dominan mineral yang hadir dengan cara
melihat tabel W.T. Huangh, 1962 atau segitiga Streckeisen 1974, untuk
batuan beku sedangkan untuk batuan piroklastik dari segitiga W.T.G, 1954
dan Fischer, 1966 serta Schmid, 1981.
e. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan
yang terbentuk sebelumnya (batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen
itu sendiri). Terbentuk dipermukaan pada temperatur dan tekanan yang
rendah.
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -42
Petrologi
f. Material penyusun batuan sedimen dapat berupa material detritus
(allogenik dan material autogenik).
g. Berdasarkan tekstur (genesanya) maka batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non
klastik (kristalin).
h. Batuan sedimen klastik adalah akumulasi partikel-partikel yang berasal
dari pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati.
i. Sedimen kristalin adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh proses
kimia.
j. Batuan karbonat mempunyai tekstur yang dibedakan atas dua yaitu tekstur
primer dan tekstur sekunder.
k. Berdasarkan tekstur batuan karbonat, maka batu gamping dibedakan
menjadi beberapa tipe/jenis, yaitu: gamping kerangka, gamping kastik,
gamping aphanitik, gamping kristalin.
l. Batuan sedimen kristalin atau non klastik dapat dibedakan atas : sedimen
karbonat, sedimen silika dan sedimen batubara.
m. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proes ubahan/malihan
dari batuan asal baik batuan beku, sedimen maupun metamorf. Yang
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang tinggi.
n. Berdasarkan proses pembentukannya, maka batuan metamorf dibedakan
menjadi empat macam, yaitu: metamorf regional, metamorf beban,
metamorf kontak dan metamorf kataklastik.
6.2. Saran
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -43
Petrologi
a. Di lab terlihat keterbatasan batuan, oleh sebab itu hendaknya dari pihak
jurusan bisa menambahkan lagi batuannya.
b. Penulis menginginkan kedisiplinan dari praktikan maupun asistennya
sendiri.
Ketegasan dari asisten perlu ditingkatkan lagi, agar pembelajaran lebih
nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -44