Anda di halaman 1dari 44

BAB II

BATUAN BEKU
2.1. Tinjauan Umum Batuan Beku
Merupakan kumpulan mineral-mineral baik yang sejenis maupun yang
tidak sejenis yang terbentuk dari pembekuan magma (kristalisasi) magma.
Magma sendiri merupakan larutan silikat panas yang mengandung senyawa
oksida, sulfide dan gas-gas (volatile). Bila temperature magma turun hingga
mencapai titik beku, maka magma akan mulai mengkristal. Umumnya mineralmineral yang sukar larut akan mengkristal dahulu kemudian diikuti mineralmineral yang mudah larut.
Mineral utama pembentuk batuan mengkristal mengikuti suatu pola
perurutan kristalisasi. Pola perurutan kristalisasi disebut deret Bowen. Tetapi
walaupun demikian deret Bowen tidak selalu berlaku. Pada deret Bowen
ditunjukkan bahwa mineral pertama terbentuk cenderung mengandung silica yang
rendah. Pada seri menerus (continius) mineral terbenuk pertama adalah
Plagioklas- Ca akan terus menerus bereaksi dengan larutan sisa magma selama
proses pendinginan berlangsung, maksudnya disini adalah terus terjadi
penggantian (substitusi) unsur Ca dengan unsur Na. Sedangkan pada seri yang
tidak menerus (discontinius) terdiri dari mineral yang kaya unsur Fe dan Mg,
disebut juga mineral Ferromagnesium. Mineral yang pertama terbentuk adalah
mineral Olivin kemudian dilanjutkan oleh pembentukan mineral selanjutnya
dengan larutan sisa magma yang ada tanpa terjadi reaksi antara larutan sisa
magma dengan mineral yang telah terbentuk.
Mineral yang kaya akan unsur Fe dan Mg disebut mineral mafic (mineral
gelap), sedangkan kandungan yang rendah Fe dan Mg serta kaya akan silikat
disebut mineral felsic (mineral terang). Ciri-ciri batuan beku :
1)
Batuan yang memiliki kenampakan yang seragam disepanjang tubuhnya.
2)
Bila batuan intrusi akan memotong (diskordan) atau sejajar (konkordan)
3)

dengan batuan sekitarnya.


Terdapat mineral-mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan

magma seperti kuarsa, plagioklas, K-feldspar.


4)
Bila terdapat batuan ekstrusi (lava) maka akan memiliki struktur khas
seperti amikdoloidal, vesikuler dan lain-lain.
2.2. Proses Pembentukan Batuan Beku

Petrologi
a). Differensiasi magma
Magma adalah cairan atau silikat pijar yang terbentuk secara alamiah,
bersifat mobile, bersuhu antara 9000 11000 dan berasal dari kerak bumi bagian
bawah atau selubung bumi bagian atas (Vide F.F. Grosts, 1974, Turner &
Verhoogen, 1960, H. Williams, 1962).
Magma sebagai larutan silikat alam mengandung semua ion-ion yang
bakal membentuk semua mineral-mineral pembentuk batuan, namun mineral
tersebut tidak terbentuk bersamaan karena tergantung pada fase silikat dengan
kondisi tertentu. Dalam arti mineral tertentu akan mengkristal pada temperature
dan kondisi tertentu.
Pada umumnya diterima pendapat bahwa magma asli bersifat basa (Dally,
1933, Winkler vide W.T. Huang, 1962). Tetapi sifat magma dapat berubah
menjadi magma yang bersifat lain, oleh proses-proses yang disebut :
Hibridasi : ialah pembentukan magma baru, karena percampuran dua
magma yang berlainan jenisnya.
Sinteksis : ialah proses pembentukan magma karena proses asimilasi
dengan batuan samping atau terlarutnya batuan asing kedalam magma.
Anateksis : ialah pembentukan magma dari peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diferensiasi
magmatik, ialah semua proses yang mengubah magma homogen berskala besar
menjadi batuan beku dengan komposisi yang bervariasi (Huang, 1962). Proses
tersebut antara lain :

Fraksinasi : ialah pemisahan kristal dari larutan pada waktu terjadi


pendinginan magma atau kristal-kristal pada waktu pendinginan magma
tidak dapat mengikuti perkembangan komposisi larutan magma yang baru.
Proses fraksinasi ini merupakan proses diferensiasi yang paling utama.

Gravitational settling: ialah pengendapan kristal-kristal oleh gaya


gravitasinya, sehingga mineral yang berat akan memperkaya bagian
dasarnya (waduk magma) dan posisinya berada dibawah mineral yang

lebih ringan.
Liquid immisibility: ialah larutan magma yang mempunyai suhu dan
tekanan yang tinggi, pada suhu rendah akan pecah menjadi fraksinasi

larutan yang masing-masing membeku membentuk batuan yang heterogen.


Vesiculation: ialah suatu proses dimana magma yang mengandung
CO2, SO2, H2O, sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -2

Petrologi
gelembung gas yang membawa serta komponen volatile seperti sodium
dan potassium.

Gambar 2.2. Seri reaksi Bowen dan jenis batuan beku yang terbentuk

2.3 Bentuk Batuan Beku


Mineral-mineral pertama yang terbentuk dari magma biasanya mineral yang
anhidrous, pada temperatur tinggi yang hanya mengandung sedikit bahan-bahan
atau unsur volatil. Mineral-mineral semacam ini disebut mineral-mineral
pyrogenetik.
Setelah pembentukan mineral-mineral tersebut maka sisa magma akan relatif
kaya akan bahan-bahan volatil dan selanjutnya terbentuklah mineral Hidroksil.
Mineral

seperti

mineral-mineral

Amphibol

dan

Mika

yang

disebut Hydratogenetik.
Tidak ada pembagian yang jelas akan konsolidasi dari magma.Banyak
nama-nama yang masih di buat untuk tahapan pembekuan magma namun baru
sedikit pengakuan pemakaian nama-nama tersebut.
2.4 Analisa Komposisi dan Mineral Batuan Beku
Menurut Walter T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga
kelompok mineral yaitu :

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -3

Petrologi
2.4.1. Mineral utama (Essential Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk langsung dari kristalisasi
magma. Berdasarkan warna / magma dan densitasnya (H. Williams, 1982) dapat
dikelompokkan menjadi :
a)
Mineral felsik : antara lain kuarsa, albit, feldspatoid.
b)
Mineral mafik : antara lain olivin, piroksin, amphibol.
2.4.2. Mineral sekunder (Secondary Mineral)
Merupakan mineral-mineral tambahan atau mineral ubahan dari mineral utama
(hasil rekristalisasi magma) dapat juga hasil pelapukan, reaksi kimia atau hasil
metamorfisme. Contoh : kalsit, magnesit, siderite, kaolin, serpentine.
2.4.3. Mineral tambahan (Accesory Mineral)
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, tetapi
kehadirannya adalah dalam jumlah sedikit (kurang dari 50%) dan tidak
menentukan nama dari sifat batuan. Contoh: hematite, kromit, muscovite.
2.5. Identifikasi Tekstur
Tekstur dalam batuan beku dapat diterangkan sebagai hubungan atau
kenampakan yang erat antara unsure-unsur mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa yang merata dari batuan. Selama pembentukan tekstur
tergantung pada kecepatan orde kristalisasi. Dimana keduanya sangat bergantung
pada temperature, komposisi, kandungan gas, viskositas magma dan tekanan.
Dengan demikian tekstur merupakan fungsi dari sejarah pembentukan suatu
batuan.
2.5.1. Derajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan bagaimana proporsi antara massa
kristal dan massa gelas didalam batuan beku. Dikenal tiga kelas derajat kristalisasi
yaitu :
Holokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya massa
kristal.
Hipokristalin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun oleh massa kristal
dan massa gelas.
Holohialin, yaitu apabila batuan tersebut tersusun seluruhnya oleh massa
gelas.
2.5.2. Granularitas

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -4

Petrologi
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi
dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dengan dua kelompok tekstur ukuran
butir yaitu fanerik dan afanitik.
Fanerik, apabila batuan mempunyai ukuran butir kasar, dibedakan atas :
- Fanerik sangat kasar, apabila diameter berukuran > 3 cm.
- Fanerik kasar, apabila diameter berukuran 5 mm 3 cm.
- Fanerik sedang, apabila diameter berukuran 1 mm 5 mm.
- Fanerik halus, apabila diameter berukuran < 1 mm.
- Afanitik, apabila ukuran butir individu kristal sangat halus sehingga tidak
dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat
tersusun atas massa kristal. Massa gelas atau keduanya. Selain itu dikenal pula
istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut kristalin apabila tidak dikenal
dengan menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.

2.5.3. Kemas (Fabrik)


Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan antar butir kristal
dalam batuan beku. Ditinjau dari pandangan dua dimensi / secara individu
bentuk butir mineral atau secara individu bentuk butir mineral dibedakan atas :
a) Subhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna.
b) Euhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, yaitu apabila bentuk kristal dari butiran mineral tidak dibatasi

1)

oleh bidang kristal yang tidak sempurna.


Sedangkan fabric (kemas) dibedakan atas :
Granular atau equigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir
yang relatif sama atau seragam, terdiri dari :
a)
Panidiamorfik granular, yaitu
b)

sebagian

besar

mineralnya

mempunyai ukuran butir relatif seragam dan euhedral.


Hipidiamorfik granular yaitu apabila sebagian besar mineralnya

berukuran relative seragam dan subhedral.


c)
Allotriamorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineralnya
berukuran relatif seragam dan anhedral.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -5

Petrologi
2)

Inequigranular, yaitu apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak


sama, antara lain :
a) Porfiritik, yaitu tekstur batuan beku dimana kristal-kristal besar
tertanam dalam massa dasar yang lebih halus, dapat berupa butir kristal
b)

berukuran halus.
Vitroferi, yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa

gelas.
c) Porfiro afanitik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar
d)
3)

afanitik
Felsoferik yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa

pertumbuhan bersama (intergrowth) antara feldspar dan kuarsa


Tekstur khusus adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara
bentuk dan ukuran butir juga ada yang menunjukkan pertumbuhan bersama
antara mineral-mineral yang berbeda, terdiri dari :
a) Ofitik, tekstur dimana plagioklas intergrowth dengan piroksin, dimana
diameter butir plagioklas lebih kecil daripada piroksin.
b) Sub ofitik, sama dengan ofitik hanya diameter plagioklas lebih besar dari
piroksin.
c) Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksin,
disini piroksin tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksin.
d) Intergranular, tekstur dimana ruang antar kristal-kristal plagioklas
ditempati oleh kristal-krisal piroksin, olivine atau bijih besi.
e) Intersertal, hamper sama dengan intergranular, hanya disini ruang antar
plagioklas diisi oleh massa gelas, kriptokristalin ataupun mineral-mineral
sekunder dan mineral tambahan.
f) Poikilitik, tekstur dimana suatu kristal besar / fenokris menginklusi
mineral-mineral lain yang lebih kecil.
g) Trakhitik, tekstur dimana fenokris atau mikrolit alkali feldspar
menunjukkan pola terarah / kesejajaran.
h) Hialopilitik, sama dengan trakhitik hanya disini ruang antar plagioklas
diisi oleh gelas.
i) Pertit, tekstur dimana alkali feldspar tumbuh bersama dengan plagioklas
(albit), dalam hal ini alkali feldspar berkembang lebih besar.
j) Antipertit, hamper sama dengan pertit, hanya disini plagioklas
berkembang lebih besar.
k) Grafik, tekstur dimana alkali feldspar tumbuh bersama dengan kuarsa,
disini kuarsa mempunyai bentuk butir seperti huruf kuno/ runcing.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -6

Petrologi

2.6. Struktur
Struktur merupakan kenampakan tekstur dalam skala besar, yang dapat
jelas di lapangan. Macam-macam struktur batuan beku adalah :
Masif yaitu struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan
adanya sifat aliran atau jejak gas, atau tidak menunjukkan adanya

fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.


Pillow lava atau lava bantal yaitu merupakan struktur khas pada batuan

vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.


Joint yaitu struktur yang ditandai dengan adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat

berkembang menjadi columnar joint.


Vesikuler yaitu merupakan struktur yang ditandai adanya lubanglubang dengan arah teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas

pada waktu pembekuan berlangsung.


Scoria, seperti vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur.
Amikdoloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi
mineral-mineral sekunder seperti : zeolith, karbonat dan bermacam

silica.
Xenolith yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen
batuan yang masuk atau tertanam dalam batuan beku. Struktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan
samping didalam magma yang menerobos.

2.7. Klasifikasi Batuan Beku


Berbagai klasifikasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, sehingga
kadang-kadang satu batuan pada klasifikasi lain namanya bias berlainan pula.
Dengan demikian seorang petrologi harus benar-benar mengerti akan dasar
penamaan yang diberikan pada suatu batuan beku.
2.7.1. Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam geologi (C.J. Hughes, 1962),
dan dibagi dalam empat golongan, yaitu :
1) Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2,
contoh : granit, riolit.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -7

Petrologi
2) Batuan beku intermedier, bila batuan beku tersebut mengandung 52% 66% SiO2. contoh : diorite, andesit.
3) Batuan beku basa, bila mengandung 45% - 52% SiO2. contoh : gabro.
4) Batuan beku ultrabasa, jika mengandung kurang dari 45% SiO 2. contoh :
peridotit, dunit.
2.7.2. Klasifikasi berdasarkan tempat terjadinya
Klasifikasi batuan beku bedasarkan tempat terjadinya dibedakan atas :
A. Batuan beku plutonik, yaitu
batuan beku yang terbentuk di dalam permukaan.Secara umum, magma yang
dihasilkan jauh di dalam bumi mulai meningkat karena mereka kurang padat dari
batuan padat di sekitarnya.Ketika mereka naik mereka mungkin mengalami
kedalaman atau tekanan dimana gas terlarut tidak lagi dapat diselenggarakan
dalam larutan dalam magma, dan gas mulai membentuk fase terpisah (yakni
membuat gelembung seperti di botol minuman berkarbonasi ketika tekanan adalah
dikurangi).
B. Batuan beku vulkanik, yaitu
batuan beku yang terbentuk di atas permukaan.umumnya tubuh intrusif
jauh lebih besar yang telah diterobos jauh lebih dalam di kerak. Meskipun mereka
mungkin menunjukkan kontak yang tajam dengan batuan sekitarnya di mana
mereka diterobos, pada tingkat yang lebih dalam di kerak kontak sering
bergradasi.
2.7.3. Klasifikasi berdasarkan mineralogi
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral
mafik dan felsik. S.J. Shand, 1943 membagi empat macam batuan, yaitu :
1) Leucrocatic rocks, mengandung kurang 30% mineral mafik.
2) Mesocratic rocks, mengandung 30% - 60% mineral mafik.
3) Melanocratic rocks, mengandung 60% - 90% mineral mafik.
4) Hipermelanic rocks, mengandung lebih 90% mineral mafik.
Sedangkan S. Jellis, 1948 membagi empat golongan pula yaitu :
1)
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang 10%
2)
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10 40%
3)
Mafelsic, dengan indeks warna 40% - 70%
4)
Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih 70%.
2.7.4. Klasifikasi yang dipakai di laboratorium petrologi

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -8

Petrologi
Pengamatan megaskopis terutama dilakukan terhadap komposisi mineral
dan kemas, maka klasifikasi yang dipakai mengikuti klasifikasi yang
dikemukakan oleh W.T. Huang 1962, yaitu berdasarkan kandungan kuarsa bebas
atau silica serta kemas batuan tersebut. Disamping juga mempertimbangkan
proporsi alkali feldspar dan plagioklas serta mineral utama lain. Klasifikasi lain
yaitu dengan menggunakan segitiga Streckeisen, 1974. Mengetahui nama batuan
dengan cara menjumlahkn persen kuarsa, plagioklas dan orthoklas kemudian
dibagi 100%. Hasil dari perhitungan tersebut di plot ke gambar segitiga,
pertemuan dari ketiga titik tersebut adalah merupakan nama batuan yang
didiskripsi.

Gambar 2.7.4. klasifikasi batuan beku

2.8 Tahap Penamaan Batuan Beku


Dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa bebas serta menghitung
proporsi secara relatif dalam batuan. Jika kuarsa hadir dan mencapai 10 % atau
lebih, maka jenis batuan adalah batuan beku asam. Batuan beku intermedier
dicirikan dengan orthoklas dan plagioklas asam relatif lebih cerah dibandingkan
dengan plagioklas basa. Tetapi pada kenyataaannya secara megaskopis kita sulit
untuk membedakan dengan mata kasar.
Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan lebih
dahulu harus menentukan kelompok batuannya yaitu membandingkan kehadiran
dan proporsi antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama lainnya.
Kelompok telah diketahui, untuk mengetahui nama batuannya tinggal mengetahui
relasinnya.
2.8.1

Tahap Penamaan Batuan Beku Asam

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -9

Petrologi
Penamaan batuan adalah salah satu dari tujuan kita dari praktikum batuan
beku ini, berikut ini adalah tahap-tahap cara untuk pemerian nama pada batuan
beku asam , antara lain:
- Jika kuarsa hadir dan mencapai 10% atau lebih maka jenis batuan adalah batuan
beku asam.
- Warna terang dengan ukuran butir fanerik (kasar) berukuran 5mm 3cm, dengan
contoh batuan Granit, Adamelit dan Granodiorit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (halus) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Dasit, Rio dasit dan Riolit.
- Komposisi mineral umumnya mengandung mineral biotit, kuarsa, plagioklas
asam dan orthoklas dengan komposisi mineral yang dominan hadir adalah
plagioklas asam dengan kuarsa yang termasuk golongan silika (SiO 2) dengan
presentase > 66% dalam batuan.
- Dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa bebas serta menghitung proporsi
secara relatif didalam batuan.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus diketahui kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama yang
lainnya.
2.8.2. Tahap Penamaan Batuan Beku Intermedier.
Penamaan batuan adalah salah satu dari tujuan kita dari praktikum batuan
beku ini, berikut ini adalah tahap-tahap cara untuk pemerian nama pada batuan
beku intermedier, antara lain:
- Jika kuarsa kurang dari 10%, maka jenis batuannya intermedier.
- Warna relatif terang jika dibandingkan dengan batuan basa dengan ukuran butir
fanerik (kasar) berukuran 5mm 3cm, dengan contoh batuan Diorit, Monsonit
dan Syenit.
- Juga ada yang berbutiran afanitik (sedang) berukuran < 1mm dengan contoh
batuan Andesit, Andesit trakhit, dan Trakhit.Berdasarkan komposisi mineral,
batuan jenis ini mengandung mineral silika dengan komposisi sebesar 52 66%.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -10

Petrologi
- Batuan intermedier dicirikan dengan melimpahnya orthoklas dan plagioklas
asam, dimana plagioklas asam relatif lebih cerah dibandingkan dengan plagioklas
basa, walaupun dalam kenyataan mikroskopis kita sulit membedakannya.
- Setelah jenis batuan telah diketahui, untuk menentukan nama batuan terlebih
dahulu harus menentukan kelompok batuannya, yaitu dengan membandingkan
kehadiran proporsi antara alkali feldspar dengan plagioklas serta mineral utama
lainnya.
- Setelah kelompok diketahui, maka untuk mengetahui nama batuannya kita
tinggal mengetahui relasinya dari batuannya.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -11

Petrologi

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -12

Petrologi

BAB III
BATUAN PIROKLASTIK

3.1. Tinjauan Umum Batuan Piroklastik


Batuan piroklstik secara harfiah berarti pyro = pijar, dan klastik =
pecahan material. Jadi batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari
letusan suatu gunung api atau erupsi gunung api. Oleh karena itu batuan ini sering
juga disebut dengan material vulkanik.
Pada kenyataannya bahwa batuan hasil letusan gunung api sering berupa
lelehan berupa lava yang merupakan salah satu jenis batuan beku yaitu batuan
effusive. Dari hasil letusan gunung api sering berupa produk letusan (explotion)
yang bersifat fragmental dari semua bentuk cair, padat dan gas.
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang
merupakan hasil dari erupsi gunung api yang eksplosif dengan material penyusun

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -13

Petrologi
dari asal yang berbeda (W.T. Huang, 1962, William, 1982). Material tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi ataupun rework
oleh air serta es.

Gambar 3.1. Proses Pembentukan Batuan Piroklastik


3.2. Material Penyusun Batuan Piroklastik
Komposisi atau material penyusun batuan piroklastik berupa :
1)

Juvenile (essential), merupakan material penyusun yang berasal dan


langsung dikeluarkan dari magma, terdiri dari padatan, cairan dan kristal
(mineral).

2)

Cognate (accessory), dimana material penyusunnya berupa bahan


hablur (hasil rekristalisasi magma) dari letusan sebelumnya.

3)

Accidental, material penyusunnya berupa bahan hamburan dari batuan


non gunung api atau dari batuan dasar yang beragam komposisinya baik
berupa batuan beku, sediment atau metamorf.
Material-material penyusun batuan piroklastik tersebut hadir dalam bentuk

fragmen-fragmen (piroklas) dari letusan gunung api secara langsung.


Fragmen piroklastik berdasarkan ukuran butirnya oleh Fisher (1961) dan
Schmid (1981) dibedakan atas tiga, yaitu :

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -14

Petrologi

Endapan piroklastik
Ukur
an

Piroklas Tefra
terkonsolidasi)

(tak Batuan
piroklastik
(terkonsolidasi)

> 64 Bom, blok Lapisan bom / blok


mm
Tefra bom atau blok

Aglomerat,
piroklastik

2 64 lapili
mm

Batulapili
(lapillistone)

Lapisan lapili atau


Tefra lapili

1/16 Abu/debu Abu kasar


2 mm kasar

Tuf kasar

<
1/16
mm

tuf halus

Abu/debu Abu/debu halus


halus

breksi

Gambar 3,2.. fragmen piroklastik


Dalam

pendiskripsian

batuan

piroklastik,

komposisi

batuannya

berdasarkan proporsi ukuran butir penyusun batuan dibedakan atas :

Butiran, merupakan fragmen yang berukuran relative kasar,


dapat berupa juvenile, cognate ataupun accidentil.

Matriks (massa dasar), merupakan fragmen yang berukuran


lebh halus, dapat berupa juvenile, cognate accidentil.

3.3. Komposisi Mineral Penyusun Batuan Piroklastik


A.

Mineral-mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -15

Petrologi

Kuarsa (SiO2) yang hanya ditemukan pada gunung api yang


kaya akan kandungan silikat atau bersifat asam.

Feldspar, baik K-feldspar, Na-feldspar, maupun Ca-feldspar.

Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika


kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh akan
kandungan silica.

B.

Mineral-mineral Ferromagnesia
Merupakan kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg
silikat dan kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat. Mineral-mineral tersebut
hadir berupa kelompok :

Piroksin, merupakan mineral yang penting didalam batuan gunung


api.

Olivine, mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silikat.

C.

Mineral Tambahan
Mineral-mineral tambahan lainnya yang sering hadir :

Hornblende

Biotit

Magnesite

Ilmenite

3.4. Endapan Piroklastik

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -16

Petrologi
Mekanisme pembantukan endapan fargmen-fragmen piroklastik dapat
dibedakan atas :
1)

Endapan piroklastik jatuhan (Pyroclastic Fall), merupakan endapan


piroklastik yang diendapkan melalui udara yang dikontrol gravitasi.
Penyebaran menutupi topografi dan umumnya berlapis (graded bedding) atau
besortasi baik.

2)

Endapan piroklastik aliran (Pyroclastic Flow), merupakan endapan


piroklastik hasil aliran langsung dari pusat erupsi berupa hot avalanche,
glowing avalanche dan hot ash avalanche yang bersuhu 500 0 6500C.
Penyebaran dan bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi, bagian
bawahnya memperlihatkan batas morfologi asalnya sedangkan bagian atasnya
umumnya datar.

3)

Endapan piroklstik surge (Pyroclastic Surge), merupakan endapan


piroklastik hsil campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai
rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen
diatas permukaan. Menunjukkan perlapisan yang acak atau low-angle
stratification.

3.5. Tekstur Batuan Piroklastik


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa batuan piroklastik
mempunyai tekstur klastik dimana unsur-unsur teksturnya berupa :
1)

Ukuran butir, dapat berukuran bom, blok, lapilli dan ash.

2)

Bentuk butir / kebundaran, yaitu bentuk permukaan butir dibedakan atas :

Menyudut (angular)

Menyudut tanggung (sub angular)

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -17

Petrologi

3)

Membundar tanggung (sub rounded)

Membundar (rounded)

Sangat membundar (sub rounded)

Sortasi atau pemilahan dibedakan atas :

Sortasi baik, bila ukuran butir penyusun batuannya relative


seragam.

Sortasi buruk, bula ukuran butir penyusun batuannya relative tidak


seragam

4)

Kemas, menunjukkan hubungan antar butir dibedakan atas :

Kemas terbuka, bila kontak antar butiran tidak saling bersentuhan

Kemas tertutup, bila kontak antar butiran saling bersentuhan.

3.6. Struktur Batuan Piroklastik


Adapun struktur batuan piroklastik adalah :
Amikdoloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang sebagian hasil akhir
dari keluarnya gas berisi oleh mineral-mineral sekunder seperti rhiolit,
kaolin, atau bentonit.

Gambar 3.6.1. Struktur amikdoloidal

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -18

Petrologi
Scoria, yaitu struktur seperti vesikuler namun tidak memiliki arah yang
teratur.

Gambar 3.6.2. Struktur scoria


Vesikuler, yaitu struktur yang ditandai dengan adanya lubang-lubang
sebagai hasil dari keluarnya gas dan mempunyai arah yang teratur.

Gambar 3.6.3. Struktur vesikuler

3.7. Penamaan Batuan Piroklastik


Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
1.

Klasifiksi berdasarkan fragmen piroklastiknya (Fisher,


1966 dan Schmid, 1981), dibedakan atas :

Aglomerat, bila batuan tersusun atas fragmen


piroklastik dominan berupa bom yang berukuran >64mm.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -19

Petrologi
Breksi piroklastik, bila batuan tersusun oleh

fragmen piroklastik dominan berupa blok yang berukuran >64mm.


Breksi tufa, bila batuan tersusun oleh pencampuran

fragmen piroklastik blok maupun ash.


Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik

berupa ash dan lapilli dimana ash lebih dominan.


Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen

piroklastiknya berupa lapilli dan ash dimana lapilli lebih dominan.


Oleh Schmid (1981). Tufa lapilli disebut juga lapilli.
2.

Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun


tufa (William, Turner, Gilbert, 1954), dibedakan atas :
Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh mineral

gelas.

Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh

mineral kristal.

Tufa litic, tufa yang dominan disusun oleh mineral

litik

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -20

Petrologi

BAB IV
BATUAN SEDIMEN
4.1. Tinjauan Umum Batuan Sedimen
Perbedaan antara batuan beku, batuan sediment dan batuan metamorf
terutama didasarkan atas genetiknya (Cara terjadinya). Batuan sedimen
diendapkan lapisan demi lapisan di permukaan litosfer, dalam temperature dan
tekanan yang rendah. Sebaliknya, kebanyakan batuan beku dan metamorf terjadi
di bawah permukaan bumi, dalam temperature dan tekanan yang tinggi.
Lapisan demi lapisan batuan sediment terendapkan secara kontiniu
sepanjang waktu geologi dan berasal dari batuan yang telah ada lebih dahulu,
seperti batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sediment yang lain. Oleh
proses pelapukan, gaya-gava oleh air, pengikisan oleh angin, batu-batuan tersebut
dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan di tempat-tempat yang rendah
letaknya misalnya di laut. Tetapi karena makin tebalnya lapisan-lapisan sediment
itu, maka temperature dan tekananannya menjadi bertambah, dan oleh proses
diagenesis maka sedimen yang lunak tadi akan menjadi keras, sehingga sifat
fisika-kimia dari batuan itu berbeda dari ketika batuan itu mulai diendapkan.
Pasir yang gembur dapat menjadi batu pasir yang keras, lempung menjadi
batu lempung. Proses diagenesis ini dapat merupakan kompaksi, yaitu pemadatan
karena tekanan dari lapisan-lapisan yang ada diatasnya, atau sementasi yaitu
perekatan batu-batuan lepas menjadi batuan yang keras. Kadang-kadang sukar
untuk membedakan antara batuan sediment dengan bauan metamorf, kecuali bila

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -21

Petrologi
pengaruh tekanan dan panas sangat memainkan peranan dalam batu-batuan
tersebut. Misalnya slate dalah batuan metamorf, sedangkan shale adalah batuan
sediment.
Harus kita bedakan antara batuan pirokslatik sebagai hasil dari letusan
gunung api (Vulkanik Explotion) dan batuan epiklastik sebagai hasil erosi dan
pengendapan dari puing-puing batuan.
Menurut WILLIAM, maka lapisan-lapisan batuan yang dihasilkan dari
bahan-bahan letusan gunung api seperti tuff, tuff-breksi vulkanik, dimasukkan
dalam golongan batuan beku, sedangkan beberapa ahli memasukkannya kedalam
batuan sediment.

Gambar 4.1. Proses Pembentukan Batuan Sedimen


4.2. Klasifikasi Batuan Sedimen
Berbagai penggolongan telah dikemukakan oleh beberapa ahli, baik
berdasarkan genetic maupun deskriptif. Secara genetic disimpulkan dalam dua
golongan yaitu:
Tabel 4.1. Klasifikasi batuan Sedimen

a. Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau
pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf dan
sediment. Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -22

Petrologi
(disintegrasi) maupun secara kimiawi (dekomposisi), kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Setelah pengendapan berlangsung, sediment mulai mengalami diagenesa,
yakni proses perubahan-perubahan yang berlangsung pada temperature rendah di
dalam suatu sediment, selama dan sesudah lithifikasi terjadi (W.T. Huang, 1962).
Lithifikasi ini merupakan proses yang mengubah suatu sediment menjadi batuan
keras.

Gambar 4.2. Salah Satu Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik


b. Batuan Sedimen non Klastik
Batuan sediment yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
basil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal
dari agregat yang terpresipitasi dan replacement).
Sedangkan untuk penggolongan lain menurut R.P.Koesoemadinata,1980,
menemukakan bahwa ada enam golongan utama batuan sediment yaitu :
1. Golongan detritus kasar
Batuan sediment ini diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk
dalam golongan ini antara lain, Breksi, Konglomerat, don Batupasir.
Lingkungan tempat diendapkannya batuan ini dapat di lingkungan sungai,
danau atau Laut.
2. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya diendapkan di
lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan
ini Batulanau, Serpih, Batulempung, don Napal.
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska,
algae, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan
karbonat ini banyak sekali jenisnya tergantung dari material penyusunnya,
misalnya Batugamping terumbu
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara proses organic
don proses kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -23

Petrologi
ini Rijang (chert), Radiolaria, don Tanah diatom. Batuan golongan ini
tersebamya hanya sedikit don terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut
yang tertutup, dan untuk terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang
memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Yang termasuk golongan ini
adalah Gypsum, Anhidrit, Batugaram.
6. Golongan Batubara
Batuan sediment ini terbentuk dari unsur-unsur organic yaitu dari
tumbuh-tumbuhan, dimana sewaktu tumbuhan itu mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak
memungkinkan untuk terjadinya pelapukan.
4.3. Tahap Pendiskripsian
4.3.1. Tekstur dan Struktur Sedimen Klasik
4.3.1.1. Tekstur
Sedimen klasik mempunyai tekstur yang dibedakan atas beberapa macam,
yaitu :
1. Ukuran Butir (Grain size)
Pemberian ukuran butir mengacu pada skala Wenworth, seperti tabel
dibawah.
Tabel 4.1. Pembagian ukuran butir menurut skala Wenworth
Ukuran butir
Gravel

Sand

Silit
Clay

Boulders
Cobbles
Pebbles
Granules
Very coarse
Coarse
Medium
Fine
Very fine

Diameter
>256
256-64
64-4
4-2
21
1 - 0,5
0,5 0,25
0,25 0,125
0,125 0,062
0,062 0,005
< 0,005

1. Bentuk/Tinkat kebundaran (Roundness)


Tingkat kebundaran dikontrol oleh transformasi dan bentuk kebundaran ini
tergantung pada bentuk dari material/mineral asalnya. Jadi pemberian untuk
kebundaran adalah dengan melihat sifat permukaan dari butiran, dibedakan
atas :

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -24

Petrologi

Menyudut (anguler)
Menyudut tanggung (sub anguler)
Membulat tanggung (sub rounded)
Membulat (runded)
Sangat membulat (well rounded)

2. Pemilihan (Sortasi)
Merupakan tingkat keseragaman ukuran butir penyusun batuan, dibedakan
atas :
Terpilah sangat baik (Very well sorted)
Terpilah baik (well sourted)
Terpilah sedang (Moderatly sorted)
Terpilah buruk (Pooly sorted)
Terpilah sangat buruk (Very pooly sorted)
3. Kemas
Kemas adalah menyatakan hubuangan antar butir penyususn batuan,
dimana hal ini dikontrol oleh tingkat diagnase yang dialami oleh batuan yang
dibedakan menjadi :
Kemas terbuka, bila kontak antar butir tidak saling bersentuhan
(Flooating).
Kemas tertutup, bila kontak antar butir saling bersentuhan, dibagi atas
beberapa macam, yatiu :
Point contac, bila kontak antar butir dalam bentuk titik.
Long contac, bila kontak antar butir membentuk garis
Concavoconvec contac, bila kontak antar butir

membentuk

lengkungan baik cekung maupun cembung.


Sutured, bila kontak antar butir sudah saling meningkat.
4. Porositas
Dimasukkan dalam tingkat/kemampuan batuan untuk menyerap air yang
dibedakan atas :
Porostitas baik, bila batuan mampu untuk menyerap air.
Porostitas buruk, bila batuan tidak dapat menyerap air.
Porostitas sedang, bila kemampuan batuan menyerap air diantara baik dan
buruk.

4.3.1.2. Struktur

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -25

Petrologi
Pengertian struktur tidak jauh berbeda dengan tekstur, hanya saja dalam
pengamatan struktur harus dalam skala yang luas (tidak cukup hanya dan hand
spescement).
Perlapisan (Beds)
Perlapisan, tebal antara 1 cm 3 m
Laminasi, ketebalan antara < 0,3 - < 1cm
Cross lamination
Injection structures (sand dikes)
Struktur permukaan
Massive (struktureles)
Ripple mark/Current ripple
Mud cracks
Erisional mark
Struktur dalam
Load casts
Flute cast
Groove cast
Organik structure
4.3.2. Tekstur dan Struktur Sedimen non-Klastik
4.3.2.1. Tekstur
Berdasarkan proses pembentukannya maka tekstur batuan karbonat
dibedakan atas empat, yaitu tekstur kerangka, klastik dan tekstur kristain/afanitik.
Secara umum unsur tekstur/material penyusun batu gamping dibedakan atas;
Butiran/kerangka
Semen
Massa dasar
1. Butiran/kerangka
Jenis-jenis butiran/kerangka :
Kerangka organik, merupkan struktur tumbuh dan gamping sebagai
bangunan-bangunan yang tak lepas, sebagai proses alamiah dari
organisme dan membentuk jaringan. Disebut juga skeletal atau frame
builder (Nelson at all)
Bioklastik, terdiri dari fragmen-fragmen atau cangkang-cangakang
binatang yang lepas-lepas (klastik), seperti coqcuina, foraminifera,
koral dll.
Intraklastik (fragmen non-organik), dibentuk ditempat ataupun
ditranspot sebagai hasil dari batuan atau gamping sebelumnya.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -26

Petrologi
Chemiklastik (non-fragmeter) merupakan butir-butir yang dibentuk
ditempat sedimentasi karena proses coagulasi, akresi, penggumplan dll.
Contoh, oolit, pisolit, dll.
2. Massa dasar
Merupakan butir-butir halus dari karbonat yang mengisi rongga-rongga
dan terbentuk pada waktu sedimentasi.
Biasanya berukuran sangat halus, sehingga bentuk-bentuk kristal tidak
dapat diidentifikasi.
Dibawah mikroskop kenampakan hampir opak.
Hadirnya matriks diantara butir-butir menunjukkan lingkungan
pengendapannya adalah air yang tenang.
Dapat dihasilkan dari
Pengendapan langsung secara kimia biokimia, sebagai jarum aragonit
yang kemudian berubah menjadi kalsit.
Merupakan hasil abrasi dari gamping yang telah terbentuk sebelumnya.
Misalnya koral algae dierosi dan abrasi kembali oleh pukulan pukulan
gelombang dan merupakan tepung klasik, dimana tepung tersebut
membentuk lumpur (limemud) dan umumnya diendapkan di daerah
yang tenang.
3. Semen/Sparit
Terdiri dari hablur-hablur klsik yang jelas.
Disebut spar/spary calcite (Folk, 1952,1962)
Terbentuk pada diagnesa pengisian rongga-rongga oleh larutan yang
mengendapkan klasik sebagai hablur yang jelas.
Sukar dibedakan dengan klasit hasil rekristalisasi yang biasanya lebih
halus dan disebut microspar. Unsur tekstur yang dapat diamati adalah
ukuran butir dan porositas.
4. Ukuran Butir
Untuk ukuran butir dapat mengacu pada klasifikasi Wentworth, F.L.
Folk maupun Grabau.
Ukuran butir menurut Wentworth
8,0
mm
.
Breccia Conglomerat
4,0
mm
2,0
mm

Very coarse-grained
0,1
mm

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -27

Petrologi
Coarse Grained
mm ...
Medium grained
0,25 mm .
Find Grained
0,125 mm

Fery Fine Grained


0,0625 mm
.
Coarselly Mikrograined
0,0312 mm

Finely Micrograined
0,004 mm

0,002 mm
Criptograined
0,001 mm
5. Porositas
Porositas batuan karbonat dibedakan atas dua, yaitu :
Porositas primer, terbentuk pada sedimentasi didaerah/zona :
Terumbu
Porositas antar partikel, antar cangkang/kerangka
Sedimentasi kompelatif, (Fosil terjebak dalam Lumpur gamping, jika
0,5

pengendapan bioklas lebih cepat dari Lumpur, maka terjadi


pororitas).
Pororitas sekunder, merupakan lubang-lubang pori yang terbentuk
lama setelah proses sedimentasi selesai, seperti oleh peraturan, retakanratakan oleh aktivitas organik :
Cetakan (Mold), pelarutan dari butiran/fosil.
Saluran (Cjannelling)
Gerowong (Vug)
Lubang bor organisme
Retakan desikasi/breksi
Retakan tektonik/kekar, dsb.
Berdasarkan tekstur batuan karbonat, maka batu gamping dibedakan
atas beberapa tipe/jenis, yaitu :
1. Tipe Gamping Kerangka, umumnya disusun oleh butiran kerangka
organik.
2. Tipe Gamping Klastik, umumnya disusun oleh butiran, bioklastik,
intraklastik dan cemiklastik.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -28

Petrologi
3. Tipe Gamping Afantik dan Mikrokristalin, umumnya disusun oleh
mikrit.
4. Tipe Gamping Kristalin, umumnya semen/sparit atau hasil rekristalisasi.
4.4. Dasar Penamaan
a. Batuan Sedimen Klastik
Penamaan batuan sedimen klastik lebih ditekankan pada ukuran dan
bentuk butir (skala Wentworth), dengan perincian sebagai berikut :
1. Untuk butiran yang sama atau lebih kecil dari pasir :
Batupasir
: Butiran yang berukuran pasir
Batulempung : Butiran yang berukuran lempung
Serpih
: Batu lempung yang menunjukkan struktur fisility (sifat
belah)
2. Untuk butiran yang lebih besar dari pasir
Konglomerat : Jika butirannya berbentuk membulat
Brekasi
: Jika butirannya berbentuk runcing
Untuk penamaan batuan sedimen yang lebih detail dapat digunakan
diagram segitiga pada gambar

4.1. (Picarad M.D. 1971) dan gambar 4.2.

(Folk,1954), dimana penamaan didasarkan pada persentase dari masing-masing


ukuran butir penyusun batuan.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -29

Petrologi

Gambar 4.1. Penamaan batuan sedimen berdasarkan ukuran butir sand


clay-silt (M.D. Picard)
Bila dalam penamaan batuannya diperoleh nama batuan berupa batu pasir,
selanjutnya dapat ditentukan variasi batupasir dapat ditentukan dengan
menggunakan diagram segitiga menurut William, Turner dan Gilbert (1954) pada
gambar dibawah ini.

a. Batuan Sedimen non-Klastik


Penamaan batuan sedimen non-klastik sangat tergantung oleh jenis
mineral penyusunnya, dan karena pembentuknya disebabkan oleh larutan kimia
maupun organis maka sedimen non-klastik ini bersifat mono mineral.
Contoh penamaan batuan :
- Batugips : Jika tersusun oleh mineral gipsum
- Rijang : Jika tersusun oleh mineral kalsedon
- Batubara
: Jika tersusun oleh mineral karbon
Berdasarkan tekstur batuan berkarbonat, maka batugamping dibedakan
atas beberapa tipe/jenis yaitu :
1. Tipe Gamping Kerangka, umumnya disusun oleh butiran kerangka
organik.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -30

Petrologi
2. Tipe Gamping Klastik, umumnya disusun oleh butiran, bioklastik,
intraklastik,dan chemiklastik.
3. Tipe Gamping Afanitik dan mikrokristalin, umumnya disusun oleh
mikrit.
4. Tipe Gamping Kristalin, umumnya semen/sparit atau hasil reksristalisasi.
Selain itu penamaan batu gamping dapat dilakukan dengan mengacu dari
beberapa klasifikasi yang ada.
1. Klasifikasi menurut A.W. Grabaw (1904), batugamping ini dibedakan atas :
a. Batugamping organik atau biogenetik, terutama terdiri dari fosil utuh yang
belum berpindah dari habitnya.
b. Batugamping klastik, jenis batugamping ini dibedakan berdasarkan ukuran
butirnya, yaitu :
- Kalsilutit, batugamping dengan ukuran lempung (<1/16mm)
- Kalkarenit, batugamping dengan ukuran pasir (2-1/16mm
- Kalsidurit, batugamping dengan ukuran gravel (>2mm)
2. Klasifikasi R.J. Dunham
Pembagian batugamping berdasarkan proporsi antara lumpur karbonat
(mikrit0 terhadap butiran, secara umum dipisahkan atas :
a. Batugamping didukung oleh Lumpur karbonat, yaitu mudstone dan
wackestone
b. Batugamping yang didukung oleh butiran, yaitu packstone dan grainstone
c. Batugamping yang disusun dominan fosil/kerangka organik disebut
bounstone
d. Batugamping yang kristalin
3. Klasifikasi F.L.Folk, 1959
Sama seperti Durham, namun dibedakan atas jenis butiran maupun lumpur
karbonatnya dan secara umum dibedakan atas :
a. Allocemical/butiran dengan Lumpur karbonatnya sparit/sparry
b. Allochemica/butiran dengan Lumpur karbonatnya mikrit
c. Batugamping yang dominan kristal-kristal kalsit, disebut mikrit
d. Batugamping terumbu, disebut biolitit
4. Klasifikasi Ebrie dan Klovan (1975), terutama kerangka yang berasosiasi
dengan terumbu.
Dimana pengklasifikasian diddasarkan pada kehadiran Lumpur karbonat
di antara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka, yaitu :
a. Frame Stone, batuan ini terdiri dari kerangka organik seperti koral,
bryozoa, ganggang, kehadiran matrik kurang sekali (<10%) dan kurang
b.

ruang antar kerangka mungkin kosong atau disemen oleh sparry calcitel.
Bindstone, batuannya terdiri dari kerangka atau pecahan-pecahan kerangka
organik, serperti koral, bryozoa, tetapi telah diikat dengan kerak lapisan-

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -31

Petrologi
lapisan (encrustation) gamping yang dikeluarkan oleh ganggang merah.
c.

Batuan ini digolongkan juga pada Boundstone (Durham, 1962)


Baffeston, batuan ini dari kerangka organic, seperi koral (misalnya jenis
banching coral) sering dalam posisi tumbuh berdiri (growth position) dan
diselimuti oleh lumpur gamping. Kerangka organiknya berperan sebagai

d.

baffe yang menjebak lumpur gamping.


Floatstone, batuan yang terdiri dari potongan-potongan kerangka organik
(misalnya dari branching coral), yang mengamabang dalam Lumpur
karbonat (matrik). Jenis gamping ini sulit digolongkan ke dalam gamping
kerangka apalagi Boundstone, tetapi jelas masih berasosiasi dengan

e.

dengan gamping kerangka.


Rudstone, batuan ini termasuk dalam jenis gamping klastik yang sangat
kasar (calcirudit dari Grabaw atau Biosparudit dari Folk, 1962) sebagai
basil rombakan suatu kerangka/gamping kerangka dan terkumpul setempat
atau ditransport oleh gaya berat. Sulit dimasukkan ke dalam gamping
kerangka atau Boundstone, tetapi jelas masih berasosiasi dengan terumbu,
tanpa adanya Lumpur gamping/karbonat diantara fragmen- ragmennya.
Dalam gamping kerangka, bentuk serta jaringan kerangkanya dikontrol

oleh jenis organisme yang membentuknya. Secara umum terdapat dua komponen
penyusun gamping kerangka, yaitu :
1. Komponen utama, dimana organisme pembentuk kerangka berupa koral
madrepora, bryozoa, koral stromaporoiod, rudist, algae (ganggang).
2. Komponen lainnya, biasanya berupa bioklas seperti foraminifera terutama
foram besar dan molluska ataupun fragmen-fragmen lainnya yang ikut
terinkorporasi di dalamnya.

BAB V
BATUAN METAMORF
5.1. Tinjauan Umum Batuan Metamorf
Selain batuan beku dan batuan sedimen dikenal pula jenis batuan yang lain
yaitu batuan metamorf (batuan malihan). Batuan metamorf merupakan batuan
hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -32

Petrologi
pada fase padat (solid slate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan
kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers & Blatt, 1982).
Batuan beku dan batuan sedimen terbentuk sebagai akibat adanya proses,
kimia fisika dan atau proses biologis pada kondisi permukaan maupun kondisi
dalam bumi. Karena bumi merupakan suatu sistem yang dinamik, setelah
terbentuk batuan dapat mengalami suatu kondisi baru yang dapat megakibatkan
perubahan tekstur, struktur maupun komposisi mineral. Jika perubahan ini terjadi
pada kondisi temperatur dan tekanan tertentu diatas kondisi terjadinya diagenesis
dan dibawah kondisi terjadinya pelelhan maka perubahan tersebut dikenal sebagai
metamorfosa. Ciri utama metamorfosa ini adalah perubahan tersebut terjadi saat
batuan tetap pada kondisi padat sedangkan kondisi kimianya terletak dibawah
zona pelapukan dan sementasi (Ehlers & Blatt, 1982). Menurut Bucher dan
Frey (1994), metamorfosa merupakan suatu proses yang mengakibatkan
perubahan komposisi mineral dan atau struktur dan atau komposisi kimia batuan.
perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi fisik dan atau kimia yang berbeda
dengan yang umumnya terjadi pada zona pelapukan, sementasi dan diagenesis.
5.1.1. Tipe Metamorfosa
Pada dasarnya tipe metamorfosa dapat digolongkan menjadi :
5.1.1.1. Tipe metamorfiosa lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada
daerah yang sempit berkisar antara bebereapa meter sampai kilometer saja. Jenis
metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
5.1.1.1.1 Metamorfosa kontak/Thermal
Terjadi pada zona kontak atau sentuhan langsung dengan tubuh
magma (intrusi), dengan lebar antara 2 3km. Pada tipe metamorfosa ini
faktor yang paling berpengaruh adalah temperatur tinggi.
5.1.1.1.2. Metamorfosa dislokasi / kataklastik / dinamo / kinematik.
Jenis metamorfosa ini dijumpai pada daerah yang mengalami
dislokasi. Misalnya pada daearah sesar besar, dimana proses metamorfosa
terjadi pada lokasi dimana massa batuan tersebut mengalami penggerusan.
5.1.1.2. Tipe metamorfosa regional
Metamorfosa regional atau disebut juga metamorfosa dinamothermal
merupakan metamorfosa

yang terjadi pada daaerah yang sangat luas.

Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :


5.1.1.2.1. Metamorfosa Regional/dinamothermal.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -33

Petrologi
Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam, dimana faktor
yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi dan
proses metamorfosa akan lebih intensif jika diikuti oleh orogenesa. Tubuh
batuan metamorfosa ini dijumpai dengan penyebaran yang luas sekali
(ratusan sampai ribuan kilometer).
5.1.1.2.2. Metamorfosa beban / burial.
Istilah ini diberikan oleh Combs, 1961. metamorfosa ini tidak ada
hubungannya dengan orogenesa ataupun intrusi. Tetapi terjadi pada daerah
geosinklin (cekungan sedimentasi yang dasarnya terus menurun), sehingga
akibat adanya pembebanan sedimen yang tebal dibagian atas maka lapisan
sedimen yang berada dibawah cekungan akan mengalami proses
metamorfosa.
5.1.2. Struktur Batuan Metamorfosa
Struktur pada batuan metamorf terbagi atas dua golongan besar, yaitu:
5.1.2.1. Struktur Foliasi
Yaitu struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini mencakup :
1. Struktur Skitosa (Schistosity)
Adalah suatu struktur dimana mineral pipih (biotit, muskovit, felspar)lebih
dominan dibandingkan mineral butiran. Karena banyaknya mineral pipih ini
maka pada batuan terlihat adanya kesan sejajar dan penjajaran mineral pipih
yang berbutir, keadaan ini disebut segregation bending. Struktur biasanya
dihasilkan oleh proses metamorfosa regional, bisa juga metamorfosa kontak
bila magmanya mempunya kekuatan injeksi yang maksimal (Turner, 1954).
2. Struktur Gneisik (Gnessic)
Suatu struktur dimana jumlah mineral yang granular / berbutir relatif lebih
banyak dari mineral pipih. Sehingga kenampakan kesejajaran adalah dari
mineral yang granular.
3. Struktur Slatycleavage
Dalam struktur ini hampir sama dengan struktur skistosa, hanya mineralmineralnya berukuran dan kesan kesejajaran mineralnya halus sekali (dari
mineral lempung).
4. Struktur Phyllitic
Struktur ini hampir mirip dengan slatycleavage, hanya mineralnya dan
kesan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
5.1.2.2. Struktur non Foliasi

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -34

Petrologi
Adalah struktur pada batuan metamorf dimana tidak terlihat adanya
penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur
foliasi adalah :
1.
Struktur Hornfelsik
Dicirikan adanya butiran-butitan mineral yang seragam. Terbentuk akibat
metamorfosa thermal.
2.
Struktur Kataklastik
Adalah struktur yang berkembang oleh adanya penghancuran terhadap
batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.
3.
Struktur Milonitik
Struktur ini hampir sama dengan struktur pilonitik, hanya butirannya lebih
halus lagi, serta dibedakan oleh adanya liniasi dari belahan permukaan yang
berbentuk paralel, sedang pada milinit liniasinya ditunjukkan oleh adanya
orientasi butiran yang berbentuk lentikuler.
4.
Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe struktur pada filit (pilonit = filit milonit).
5.
Struktur Flaser
Seperti struktur kataklastik duimana struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada massa dasar milonit.
6.
Struktur Augen
Seperti struktur falser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam massa dasar yang lebih halus.
7.
Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
8.
Struktur Liniasi
Adalah struktur yang diperlihatkan oleh kumpulan mineral yang berbentuk
seperti jarum (fibrous).

Gambar 5.1. Struktur-struktur pada batuan metamorf

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -35

Petrologi

5.1.3. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur dibatuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan
antar mineralnya, dibedakan atas :
5.1.3.1. Tekstur Kristaloblastik
Yaitu tekstur yang terbentuk oleh proses metamorfosa, dibedakan atas :
a) Lapidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih yang relatif
terorientasi, seperti mineral mika group (muskovit, biotit).
b) Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral prismatik yang relatif
terorientasi, seperti mineral plagioklas, K-felspar, piroksin.
c) Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensiona)
yang relatif terorientasi, seperti mineral kwarsa. Biasanya memperlihatkan
batas-batas sutura (tidak teratur) dengan bentuk mineral yang anhedral.
d) Porfiriblastik, tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan
ukuran yang lebih besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.
5.1.3.2. Tekstur Palimset
Yaitu tekstur sisa atau tekstur yang memperlihatkan tekstur batuan asalnya,
dibedakan atas :
a) Blastopsefitik, tekstur dengan ukuran butir lebih besar dari pasir (gravel).
b) Blastopsemit, tekstur dengan ukuran butir pasir.
c) Bastopelitik, tekstur dengan ukuran butir lempung.
d) Blastoporfiritik, tekstur sisa dari batuan asal yang porfiritik.
5.1.3.3. Tekstur lain pada batuan metamorf adalah:
a) Tekstur heteroblastik, bila batuan metamorf mempunyai lebih dari satu
tekstur, seperti lepidoblastik dan granuloblastik.
b) Tekstur homeoblastik, bila batuan metamorf hanya mempunyai satu
tekstur saja.
5.1.4. Komposisi Mineral Batuan Metamorf
5.1.4.1. Mineral Stress
Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dimana mineral
dapat terbentuk pipih/tabular, prismatik, maka mineral tersebut akan tumbuh tegak
lurus terhadap arah gaya/stress.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -36

Petrologi
Contoh :

Mica
Trenmolit aktinolit
Hornblende
Serpentine
Sillimenite
Klanit

Zeolit
Glaukovan
Klorit
Epidote
Staurolit
Antofilit

5.1.4.2. Mineral Antistress


Adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dan biasanya
berbentuk equidimensional.
Contoh : Kuarsa
Kalsit
Felspar
Kordierit
Garnet
Selain mineral stress dan antistress ada juga mineral yang khas dijumpai
pada batuan metamorf, antara lain :
Contoh : Sillimenit (1)
Garnet (1)
Kianit (1)
Grafit (2)
Epidote (3)
Klorit (3)
Keterangan : (1) Mineral khas dari metamorfosa regional
(2) Mineral yang khas dari metamorfosa thermal
(3) Mineral yang khas yang dihasilkan oleh efek larutan kimia.
5.2. Klasifikasi Batuan Metamorf
5.2.1. Berdasarkan komposisi kimia
Disini ditinjau terhadap unsur-unsur kimia yang terkandung didalam
batuan metamorf, yang akan mencirikan batuan asal sebelum batuan metamorf
tersebut terbentuk. Berdasarkan komposisi kimianya, maka batuan metamorf
terbagi menjadi lima kelompok, yaitu:
a.
Calcic Metamophic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang bersifat kalsik
(kaya unsur Al), umumnya terdiri dari batu lempung dan serpih. Contoh : batu
b.

sabak dan phylitic.


Quartz Feldpathic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur
kuarsa dan felspar, batuan asal umumnya terdiri dari batu pasir, batuan beku

c.

basa dan lain-lain. Contoh : Gneiss.


Calcareous Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batu gamping dan dolomit.
Contoh : marmer (batu gamping termetamorfosikan secara kontak maupun

d.

regional).
Basic Metamorphic Rock

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -37

Petrologi
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, semi basa
dan menengah. Serta tufa atau batuan sedimen yang bersifat napalan dengan
e.

kandungan unsur-unsur K, Al, Fe, dan Mg.


Magnesian Metamorphic Rock
Adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan yang kaya akan unsur
Mg. Contoh : Serpentinit, skiss, Klorite.

5.2.2. Berdasarkan asosiasi di lapangan


Dipakai kriteria lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur yang
berhubungan dengan nature, dan penyebab tekanan dan temperatur. Misalnya pada
suatu zona sesar kita dapatkan batuan metamorf dengan struktur kataklstik, maka
dari sini kita bisa memperkirakan jenis metamorfosanya.
5.4. Dasar Penamaan
Penamaan batuan metamorf dapat didasarkan pada :
a) Berdasarkan tekstur dan struktur. Contoh: batu sabak/slate, filit, gneiss,
skiss, granulit.
b) Berdasarkan komposisi mineral penyusun yang dominan. Contoh: kwarsit,
aphiboit, marmer.
c) Berdasarkan jenis batuan asal dengan menambahkan kata meta
didepannya. Contoh: meta batupasir, meta batugamping.

BAB VI

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -38

Petrologi
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan
a. Batuan Beku
-

Untuk tekstur pada jenis batuan beku yaitu pada :


a.

Derajat kristalisasinya umumnya berupa holokristalin

b.

Granularitas pada batuan beku umumnya berupa fanerik


kasar

c.

Kemas pada batuan beku umumnya disusun oleh


equigranular (hypidiamorfik granular)

- Untuk struktur pada semua jenis batuan beku (asam, beku, ultrabasa)
adalah berupa struktur massive.
b. Batuan Piroklastik
-

Untuk tekstur pada batuan piroklastik, yang terbagi dalam :


a.

Untuk piroklastik jatuhan, ukuran butir yang dominan


adalah ash, bentuk butirannya adaah menyudut tanggung, sortasi /
kemas baik tertutup dan terbuka dan porositasnya baik.

b.

Untuk piroklastik aliran, ukuran butirannya yang dominan


adalah lapili, bentuk butirannya membulat tanggung, sortasi/kemas
buruk terbuka dan porositasnya baik.

Untuk struktur pada batuan piroklastik pada prinsipnya sama


dengan struktur pada batuan beku, seperti struktur scoria, vesicular,
maupun amikdoloidal maupun struktur batuan sedimen, yaitu struktur
perlapisan gradded bedding maupun cross bedding.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -39

Petrologi
c. Batuan Sedimen
-

Untuk sediment pada batuan sediment dibagi dalam :


a.

Pada sedimen klastik, ukuran butirnya dominan clay


daripada silt, dominan sand daripada gravel, tetapi pada mineral
lempung dominan silt (100%). Untuk pemilahan baik, pada tingkat
kebundaran adalah membuat tanggung, kemas tertutup, porositasnya
buruk dan kekompakan batuannya padat.

b.

Pada sedimen non-klastik, ukuran butirannya adalah


berupa fine grained, porositasnya buruk, massa dasarnya berupa
lumpur karbonat, semen kalsit.

Untuk struktur pada batuan sedimen (klastik/non-klastik) dominan


berupa struktur massive dan perlapisan

d. Batuan Metamorf
-

Untuk tekstur pada batuan metamorf dibagi dalam :


a.

Kristaloblastik (lepidoblastik), Palimset (blastopellitik)


dan Heteroblastik (granoblastik dan lepidoblastik)

b.

Ukuran butir berupa mud dan sand

c.

Bentuk butir dominan berupa hypidioblastik


Untuk struktur pada batuan metamorf dibagi dua yaitu struktur

foliasi (phillitik, gneisose, slatycleavage) dan struktur non-foliasi


(marmer).

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -40

Petrologi
VI.2. Saran
a.

Untuk

memudahkan

mahasiswa

dalam

melakukan

mendukung

kelancaran

praktikum, sebaiknya alat peraga supaya diperbanyak.


b.

Hendaknya

fasilitas

yang

praktikum, misalnya buku-buku yang berhubungan dengan praktikum


diperbanyak.
c.

Pada saat menerangkan bahan praktikum, hendaknya para


asisten tidak terlalu tergesa-gesa, karena banyak mahasiswa yang kurang
mengerti pada saat praktikum tersebut dan menyebabkan mereka tidak
mengerti pada saat pendiskripsian.

d.

Pada waktu praktikum, disiplin waktu hendaknya


diterapkan.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -41

Petrologi

BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan, baik mengenai
keterdapatannya maupun cara terbentuknya di permukaan bumi.
b. Penamaan batuan beku dan piroklastik didasarkan pada komposisi mineral
dan tekstur yang nampak dan terkandung dalam suatu batuan.
c. Setelah komposisi, tekstur dan strukturnya diketahui maka batuan tersebut
dikelompokkan apakah termasuk batuan beku (asam, intermedier, basa,
ultrabasa) ataupun piroklastik.
d. Apabila langkah-langkah diatas telah diakukan maka pemberian nama
batuan didapat dari persen dominan mineral yang hadir dengan cara
melihat tabel W.T. Huangh, 1962 atau segitiga Streckeisen 1974, untuk
batuan beku sedangkan untuk batuan piroklastik dari segitiga W.T.G, 1954
dan Fischer, 1966 serta Schmid, 1981.
e. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan
yang terbentuk sebelumnya (batuan beku, metamorf, atau batuan sedimen
itu sendiri). Terbentuk dipermukaan pada temperatur dan tekanan yang
rendah.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -42

Petrologi
f. Material penyusun batuan sedimen dapat berupa material detritus
(allogenik dan material autogenik).
g. Berdasarkan tekstur (genesanya) maka batuan sedimen dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non
klastik (kristalin).
h. Batuan sedimen klastik adalah akumulasi partikel-partikel yang berasal
dari pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati.
i. Sedimen kristalin adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh proses
kimia.
j. Batuan karbonat mempunyai tekstur yang dibedakan atas dua yaitu tekstur
primer dan tekstur sekunder.
k. Berdasarkan tekstur batuan karbonat, maka batu gamping dibedakan
menjadi beberapa tipe/jenis, yaitu: gamping kerangka, gamping kastik,
gamping aphanitik, gamping kristalin.
l. Batuan sedimen kristalin atau non klastik dapat dibedakan atas : sedimen
karbonat, sedimen silika dan sedimen batubara.
m. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proes ubahan/malihan
dari batuan asal baik batuan beku, sedimen maupun metamorf. Yang
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan yang tinggi.
n. Berdasarkan proses pembentukannya, maka batuan metamorf dibedakan
menjadi empat macam, yaitu: metamorf regional, metamorf beban,
metamorf kontak dan metamorf kataklastik.

6.2. Saran

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -43

Petrologi
a. Di lab terlihat keterbatasan batuan, oleh sebab itu hendaknya dari pihak
jurusan bisa menambahkan lagi batuannya.
b. Penulis menginginkan kedisiplinan dari praktikan maupun asistennya
sendiri.
Ketegasan dari asisten perlu ditingkatkan lagi, agar pembelajaran lebih
nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Appriannisa, 1995, Geologi dan Mineralogi Tanah, Malang


Blatt, M. Mildton, E. Murray. R, 1979, Origin of Sedimentary Rock, Pretice Hall,
Eaglewood, Cliffs.
Buku Penuntun Praktikum Petrologi, 2010 Institut Teknologi Medan
Huang, W.T., 1962, Petrology, McGraw Will Book Company, New York, San
Fransisco, Toronto, London
Projosunarto, Parwoto, 1990, Diktat Kuliah Petrologi Jurusan Geologi,
Universitas Padjajaran
Staf Asisten Mineralogi /Petrologi, 1995, Diktat Praktikum Petrologi,
Laboratorium Bahan Galian, Jurusan Geologi UGM.

Dedi Mizwar/13307005
BAB II Batuan beku -44

Anda mungkin juga menyukai