PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Penggunaan minyak bumi dewasa ini sudah menjadi bahan yang tidak bisa di hindarkan
dalam kehidupan sehari hari, dalam segala bidang seperti transportasi, industri, Dll. Pentingnya
bahan bakar tersebut membuat para pengusaha minyak mengeksploitasi minyak bumi secara
besar besaran. Hal itu membuat semakin menipisnya kandungan minyak bumi yang ada di dalam
bumi. hal itu membuat masyarakat berlomba lomba dalam mencari bahan bakar alternatif yg
ramah lingkungan.
Kebijakan energi yang tertuang pada instruksi Presiden No.1 dan Peraturan Presiden No.
5 tahun 2006 menempatkan energi alternatif, khususnya bahan bakar nabati (BBN/biofuel)
sebagai pengembangan energy nasional, oleh sebab itu kita karus pintar-pintar mencari alternatif
energy.
Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang
sangat bagus sebagai pengganti bahan bakar cair dan gasohol. Etanol dapat diproduksi dengan
sintesis kimia atau metode fermentasi. Tahun 1968 lebih dari 90% etanol diproduksi dengan
metode sintesis kimia dari etilen. Namun, kenaikan harga minyak mentah yang menjadi sumber
dari etilen, menyebabkan perhatian dunia beralih untuk memproduksi etanol dengan metode
fermentasi. Produksi etanol dengan metode fermentasi memiliki potensi menggantikan dua
kebutuhan penting, yaitu penyediaan bahan bakar dan bahan baku di industri kimia [Okafor,
2007]. Produksi etanol dengan metode fermentasi dapat dilakukan dengan berbagai macam
bahan baku yang mengandung gula reduksi. Salah satu bahan baku yang digunakan untuk
fermentasi memproduksi etanol adalah kulit nanas.
Nanas (Ananas comosus L. Merr) adalah salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia
yang pemasarannya cukup merata di daerah-daerah Indonesia. Berdasarkan hasil studi kasus di
lapangan, beberapa usaha olahan keripik nanas di Kualu Nanas, Pekanbaru, Riau memiliki
kapasitas rata-rata 12-15 kg/hari, dengan jumlah buah nanas yang digunakan sebagai bahan baku
sekitar 200 kg/hari. Tahir (2008) menyatakan limbah kulit nanas yang dihasilkan dari satu buah
nanas berkisar 21,73 24,48 %, sehingga limbah kulit nanas yang dihasilkan dapat mencapai 4050 kg/hari.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah kulit nanas adalah
metode Solid State Fermentation (SSF) untuk memproduksi etanol. Solid State
Fermentation (SSF) merupakan metode fermentasi dalam media padat yang sederhana dan lebih
hemat energi daripada metode Liquid State Fermentation (LSF), yaitu fermentasi dalam media
cair yang membutuhkan agitasi, aerasi dan pengontrolan busa.
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan produksi etanol dengan kulit nanas
sebagai bahan baku substrat, diantaranya Setyawati dan Astuti (2010), melakukan penelitian
bioetanol dari kulit nanas dengan variasi massa Saccharomyces cereviceae dan waktu fermentasi,
menggunakan fermentasi dalam media cair. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kadar etanol
tertinggi sebesar 3,965% pada penambahan 30 gram Saccharomyces cerevisiae dan waktu
fermentasi 10 hari. Febriyanti dan Rufita (2011), melakukan penelitian pembuatan etanol dari
limbah kulit nanas (Ananas comosus L. merr) dengan proses enzimasi dan fermentasi. Kadar
etanol tertinggi dengan proses fermentasi melalui enzimasi sebesar 49,2296% dengan lama
waktu fermentasi 3 hari. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi dengan metode SSF dengan
bahan baku kulit nanas menggunakan Zymomonas mobilis, untuk mengetahui waktu optimum
fermentasi dan mempelajari pengaruh ukuran partikel substrat terhadap kinetika pertumbuhan
selZymomonas mobilis.
Ada banyak metode yang digunakan dalam pembuatan bioethanol dari kulit nanas ini.
Namun yang paling sering digunakan yaitu dengan metode fermentasi, yaitu denngan
menggunakan ragi. Dalam proses ini juga terdapat beberapa faktor yang menjadi penentu
besarnya konsentrasi ethanol yang dihasilkan. Mulai dari metode, jenis ragi, banyaknya
penambahan ragi sampai jangka waktu melakukan fermentasi akan sangat mempengaruhi produk
yang dihasilkan.
Solid State Fermentation (SSF) merupakan metode fermentasi dalam media padat yang
sederhana dan lebih hemat energi daripada metode Liquid State Fermentation (LSF), yaitu
fermentasi dalam media cair yang membutuhkan agitasi, aerasi dan pengontrolan busa. Beberapa
peneliti sebelumnya telah melakukan produksi etanol dengan kulit nanas sebagai bahan baku
substrat, diantaranya Ahmat tabah dan Antonius (2010), melakukan penelitian bioetanol dari
kulit nanas dengan proses ekstraksi dengan perbandingan berat yeast dan waktu fermentasi
dengan menggunakan ragi Saccharomyces cereviceae, menggunakan fermentasi dalam media
cair. Dari hasil penelitian, seberat 400 gram kulit nanas menghasilkan etanol dengan kadar 15,45
%(b/b), yield 9,39 %, konversi glukosa sebesar 52,56% dengan waktu fermentasi selama 3 hari.
Indonesia sendiri memiliki struktur lokasi yang pas sebagai tempat budidaya nanas
bahkan produksi Indonesia sendiri sangat lah banyak hal ini dapat di manfaatkan ampas ampas
nanas seperti kulit nanas sebagai bahan baku bioethanol.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana cara pemanfaatan kulit nanas untuk menghasilkan bioetanol yang dapat dijadikan
substitusi bahan bakar minyak ?
2.
3.
Bagaimana cara mengoptimalkan kadar bioetanol yang berbahan baku kulit nanas?
4.
Berapa kadar bioetanol yang dihasilkan pada fermentasi kulit nanas dengan menggunakan
metode SSF ?
C. Tujuan
D. Manfaat
2.
Mengetahui komoditas daerah yaitu buah Nanas yanng dapat dmenjadi bioethanol diolah dan
tahap-tahap pengolaha fisis maupun kimia.
3.
Menambah wawasan mengenai sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan menjadi
sesuatu yang lebih bernilai ekonomis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Buah Nanas
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di
Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas
juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Dari berbagai macam
pengolahana nanas seperti selai, manisan, sirup, dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang
cukup banyak sebagai hasil sampingan.
:
:
:
:
Familia
Genus
Spesies
: Bromeliaceae
: Ananas
: Ananas comosus L.
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah
nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman,
seperti selai, buah dalam sirop, bahan baku industri pertanian dan lain-lain. Rasa buah nanas
manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas
mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim
protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan
untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi keluarga
berencana (Anonim, 2008).
Selama ini masyarakat Indonesia memanfaatkan nanas terbatas pada daging buahnya saja
atau sebatas tanaman konsumsi saja, sementara kulit dibuang tidak dimanfaatkan atau diolah
lebih lanjut karena struktur fisik kulitnya yang kasar dan keras. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 %
karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan
gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi.
Tanaman nanas merupakan salah satu tanaman komoditi yang banyak ditanam di
Indonesia. Prospek agrobisnis tanaman nanas sangat cerah, cenderung semakin meningkat baik
untuk kebutuhan buah segar maupun sebagai bahan olahan. Bagian utama yang bernilai ekonomi
penting dari tanaman nanas adalah buahnya, memiliki rasa manis sampai agak asam
menyegarkan, sehingga disukai oleh masyarakat luas.
Di samping itu buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Permintaan
nanas sebagai bahan baku industri pengolahan buah-buahan juga semakin meningkat misal untuk
sirup, keripik, dan berbagai produk olahan nanas seperti nata (Rukmana, 1996). Untuk
pemanfaatan nanas hanya terbatas pada daging buahnya saja, sementara kulit dan bonggolnya
dibuang. Padahal kulit dan bonggol nanas tersebut masih memiliki manfaat.
B.
kulit buah. Kulit buah nanas dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak yang disebut
silase. Selama periode 2000 2005 produksi nanas Indonesia rata-rata sebesar 6.145.382
ton(www.agribisnis.deptan.go.id). Dengan semakin meningkatnya produksi nanas, maka limbah
yang dihasilkan akan semakin meningkat pula. Di bawah ini merupakan tabel analisis proksimat
limbah kulit nanas:
TABEL I.
nanas terbatas pada daging buahnya saja atau sebatas tanaman konsumsi saja, sementara kulit
dibuang tidak dimanfaatkan atau diolah lebih lanjut karena struktur fisik kulitnya yang kasar dan
keras. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kulit nanas mengandung 81,72 % air;
20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat
kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui
proses fermentasi.
D. Kandungan Gizi Buah Nanas
TABEL II. KANDUNGAN GIZI BUAH NANAS DALAM 100 GRAM
Kandunga Gizi
Jumlah
Kalori
52 kal
Protein
0,40 g
Lemak
0,20 g
Karbohidrat
16 g
Fosfor
11 mg
Zat Besi
0,30 mg
Vitamin A
130 SI
Vitamin B1
0.08 mg
Vitamin C
24 mg
Air
85,3 g
53%
(Sumber : Buletin
Teknopro
Hortikultura Edisi
71 Juli 204)
1. Sifat Kimia
dan Fisika Buah
Nanas
1) Sifat Fisika
a. Buah
nenas
rasanya enak.
b. Rasa
manis
pada buah yang
masak dan rasa
asam pada buah
yang muda.
c. Daging buah berwarna kuning apabila telah masak dan kuning pucat keputih putihan untuk
buah yang muda.
d. Kandungan air 90%.
e. Bijinya kecil dan pengembangbiakan dengan mahkota, tunas batang, atau tunas ketiak daunnya.
f. Bentuk buah bulat panjang dan ada yang bulat, diameter buah dan bentuk buah tergantung
varietasnya.
g. Kulit mempunyai mata yang banyak berwarna hijau dan apabila telah masak berwarna kuning.
h. Kandungan gula cukup tinggi pada nenas yang masak.
i.
Dapat melunakkan daging.
1) Sifat Kimia
Berdasarkan sifat kimianya buah nanas mengandung beberapa senyawa sebagai berikut :
a. Vitamin A, C, B12,E
b. Ethanol
c. Kalsium
d. Fosfor
e. Magnesium
f. Besi
g. Kalium
h. Natrium
i.
Dekstrosa
j.
Sukrosa (gula tebu)
k. Enzim bromelin
l.
Zat phitochemical
m. Sulfur
n. Khlor
o. Asam
p. Selulose
q. Senyawa sterosapon
Sebagai salah satu tanaman hortikultura, nanas sangat cocok dibudidayakan di daerah
tropis yang cukup banyak turun hujan. Tanaman ini tidak akan tumbuh baik di tempat yang
terlalu kering maupun pada lahan yang airnya tergenang. Di Indonesia, hampir semua daerah
dapat dibudidayakan nanas, Pada zaman dahulu nanas dikenal sebagai buah istimewa. Buah ini
sering dipakai sebagai persembahan untuk raja-raja. Sekarang tanaman ini sudah tersebar di
mana-mana dan menjadi buah favorit yang selalu menghiasi hidangan-hidangan dimeja
makan. Buah ini sangat digemari karena enak rasanya, kandungan vitaminnya banyak, serta nilai
kalorinya tinggi sehingga sangat baik untuk kesehatan. Dalam sistematika tumbuhan tanaman
nanas termasuk keluarga Bromeliaceae. Dalam keluarga genus termasuk keluarga ananas,
dimana merupakan satu-satunya golongan yang cukup mempunyai nilai ekonomis. Nanas
dipisahkan dari golongan lain dalam keluarga ini terutama didasarkan atas tipe sinkarpus (daun
buah majemuk yang menyatu).
Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Buah
nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman,
seperti selai, buah dalam sirop, bahan baku industri pertanian dan lain-lain. Rasa buah nanas
manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nanas
mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nanas mengandung enzim bromelain, (enzim
protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan
untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi keluarga
berencana (Anonim, 2008).
Tanaman nanas merupakan salah satu tanaman komoditi yang banyak ditanam di
Indonesia. Prospek agrobisnis tanaman nanas sangat cerah, cenderung semakin meningkat baik
untuk kebutuhan buah segar maupun sebagai bahan olahan. Bagian utama yang bernilai ekonomi
penting dari tanaman nanas adalah buahnya, memiliki rasa manis sampai agak asam
menyegarkan, sehingga disukai oleh masyarakat luas. Di samping itu buah nanas mengandung
gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Permintaan nanas sebagai bahan baku industri pengolahan
buah-buahan juga semakin meningkat misal untuk sirup, keripik, dan berbagai produk olahan
nanas seperti nata (Rukmana, 1996). Untuk pemanfaatan nanas hanya terbatas pada daging
buahnya saja, sementara kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal kulit dan bonggol nanas tersebut
masih memiliki manfaat. Seluruh bagian nanas dapat dijadikan berbagai produk yang memiliki
nilai guna dan ekonomis lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya lihatlah diagram alir agro industri
nanas dibawah ini !
E.
Industri Nanas
Pohon
Jumlah (%)
Karbohidrat
Protein
Gula reduksi
Kadar air
Serat kasar
17,53
4,41
13,65
81,72
20,87
Rata-rata (%bb)
Air
Protein
Lemak
Abu
Serat basah
Karbohidrat
86,70
0,69
0,02
0,48
1,66
10,54
(barley), gandum, kentang, ubi jalar, jerusalem artichokes, ubi kayu, akar panah (arrowroot), dan
lain-lain.
3. Selulosa, Contoh selulosa seperti kayu, limbah kayu, kertas, jerami, batang jagung, tongkol
jagung, kapas dan lain-lain, yang mengandung material yang dapat dihidrolisis dengan asam,
enzim atau dengan kata lain dirubah menjadi gula yang dapat difermentasikan. Penggunaan
paling besar dari gula untuk fermentasi adalah molasesnya yang mengandung sekitar 35-40%
berat sukrosa, 15-20% berat gula invers seperti glukosa dan fruktosa, dan 28-35% berat padatan
bukan gula.
Molases diencerkan untuk memperoleh 10-20% berat gula. Setelah pH dijadikan 4-5
dengan asam mineral kemudian diinokulasikan dengan yeast dan difermentasi pada suhu 20320C selama kira-kira 1-3 hari. Fermentasi langsung nira gula tebu, nira gula bit, molases gula
bit, buah segar, sorghum, whey, susu skim digunakan untuk mendapatkan ethanol, tapi molasses
adalah bahan terbaik untuk menghasilkan ethanol (Othmer.,1978).
Dari uraian diatas dapat ditarik bahwa kulit nanas sangat erpotensi untuk diolah menjadi
bahan bakar biodiesel karena kulit nanas banyak mengandung karbohidrat. Karbohidrat inilah
yang dimanfaatkan sebagai bahan bakunya. Untuk lebih memahaminya akan dijelaskan di bab
pembahasan mengenai proses pengolahan bioetanol itu sendiri.
4. Komponen Kabohidrat (Disakarida)
Malto
sa
Sukrosa
Laktosa
Glukosa