Anda di halaman 1dari 26

Complex

Reaction
Mechanisms
Rizky Ardias D (21030112140170)
Dinar Masruri Ulama(21030140174)

Mekanisme reaksi merupakan uraian secara rinci


mengenai
tahap-tahap
reaksi
kimia
yang
menjelaskan perubahan dari reaktan awal (yang
teramati) menjadi produk reaksi (yang teramati)
secara keseluruhan, ditinjau dari aspek molekuler.
Mekanisme reaksi terdiri dari sejumlah tahap
reaksi elementer Mekanisme reaksi bersifat
dugaan
(postulat),
yang
merupakan
hasil
pemikiran secara induktif.
Reaksi elementeradalah reaksi pemecahan paling
sederhana dan hasil dari reaksi ini tidak memiliki
produk samping. Kebanyakan reaksi yang
berhasil
ditemukan
saat
ini
adalah
pengembangan dari reaksi elementer

Contoh Sebuah reaksi (observed): 2O3(g) 3O2(g)


Mekanisme reaksi yang dapat terjadi memiliki 2 tahap
Reaksi Elementer yaitu:
O3(g) O(g) + O2(g)
O3(g) + O(g) 2O2(g)

Dimana O(g) merupakan intermediate


Mekanisme reaksi melibatkan spesies-spesies lain
dalam sistem reaksi (yang bukan reaktan maupun
produk reaksi) yang tidak muncul pada persamaan
stoikiometri reaksi keseluruhan. Spesies-spesies ini
biasa disebut sebagai intermediet (zat antara).

Lindemann Mechanism
Teori Lindemann mengasumsikan bahwa molekul
reaktan teraktivasi oleh tumbukan satu sama lain,
yaitu dengan tumbukan bimokuler. Dia
mempostulasikan bahwa ada selang waktu (time
lag), antara aktivasi dan reaksi dari molekulmolekul berenergi ini untuk memberikan produk.

M
P
k
*
1
**k2

Mekanisme Teori
Lindemann
for unimolecular reaction AP

A * adalah activated reactant, diproduksi oleh


tabrakan dengan M.
A * kemudian deactivated oleh tabrakan lain atau
berubah menjadi produk P.

d[A
]t
kdP
[t
A
]kM
[[A
]

k
M
A

k
[
A
]

k][A
]M
k
*1*
*
*
1
2

1
2
*
2
1
22

Lindemann Rate Law


using the steady state approximation

Lindemann Rate Law


Pada
tekanan tinggi k-1[M] >> k2 memberikan

V= {A}
Pada tekanan rendah k-1[M] << k2 dihasilkan
= k1[A][M]
Dimana, reaksi orde satu terhadap baik A dan M. Oleh karenanya
laju reaksi diekspresikan dengan
= k[A]
dimana k adalah koefisien laju orde satu yang memiliki batas
nilai pada tekanan tinggi k1k2/k-1 dan pada tekanan rendah k1[M]
atau secara umum diberikan oleh
K=
diubah
=
Suatu plot 1/k versus 1/[M] adalah linier, memperlihatkan bahwa
gas inert yang ditambahkan dapat menggantikan molekul
reaktan sebagai aktivator atau deaktivator. Eksperimen ini
mengilustrasikan penguatan dasar mekanisme Lindemann untuk
reaksi unimolekuler.

Catalysis
Katalisismerupakan proses yang terjadi akibat
adanya peran darikatalis. Katalis
merupakansenyawa kimia yang dapat
mempercepat reaksi tanpa perubahan
bentuk/struktur dari katalis tersebut. Cara kerjanya
yaitu dengan menempel pada bagiansubtrat
tertentu dan pada akhirnya dapat
menurunkanenergi pengaktifan dari reaksi,
sehingga reaksi berlangsung dengan cepat.
Katalisadalah suatu zat yang mempercepatlaju
reaksireaksi kimiapada suhu tertentu, tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu
sendiri . Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi
bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

S
C

S
C

P
k
1

k2

Substrate-Complex
Kinetics

S adalah substrat yang berikatan dengan katalis C


SC adalah kompleks substrat-katalis.
P adalah produk

Substrate-Complex Rate
Law

d [ SC ]
k1[ S ][C ] k 1[ SC ] k 2 [ SC ] 0
dt
k1[ S ][C ] [ S ][C ]
[ SC ]

k 1 k 2
Km
k 2 [ S ][C ]
rate k 2 [ SC ]
Km
Km = =

k 1 k 2
k1

Enzyme Kinetics
Mekanisme Michaelis-Menten
Persamaan Michaelis-Menten ini menjelaskan bagaimana
hubungan konsentrasii substrat dengan laju reaksi. Dalam
keadaan sebenarnya, pada makhluk hidup dalam suatu saat
tertentu jumlah enzim nisbi tetap, sedangkan jumlah substrat
yang diolah berubah-ubah sesuai dengan proses
metabolisme.

E S k1 ES
ES E S
k 1

ES k 2 P E
E adalah enzyme, yang bertindak sebagai katalis
S adalah substrat
ES adalah kompleks enzim substrat
P adalah produk

Mekanisme MichaelisMenten

Persamaan Michaelis-Menten ini menjelaskan


bagaimana
hubungan
konsentrasi
substrat
dengan laju reaksi. an jika di alurkan dalam grafik,
akan diperoleh kurva yang berupa suatu
hiperbola. Kurva ini secara empiric dengan
menggunakan berbagai konsentrasi substrat dan
pada setiap konsentrasi di ukur laju reaksinya,

Km = konstante Michaelis Menten

Vmax [ S ]
V
K M [S ]

1/2 Vmax

Apabila konsentrasi enzim tetap dan


substrat meningkat, V akan
meningkat mula-mula dan
proporsional dengan peningkatan
[S], tapi pada [S] yang lebih tinggi,
laju peningkatan V menurun secara
perlahan-lahan hingga kemudian V
V
Vmax tergantung pada [S].
hampir
tidak

KM

[S]

Gambar 2.2.
Hubungan antara
kecepatan reaksi (V)
dengan konsentrasi
substrat ([S]) pada
reaksi yang
Vmax [ S ]
V oleh
dikatalisis
K M [S ]
suatu enzim

Lineweaver-Burk Plot

Lineweaver-Burk
Plot
Grafik hubungan 1/vdan 1/[S] merupakan suatu garis
lurus
denganslope
Km/Vmdaninterceptsumbu
y
1/Vm.Double-reciprocal plotmemberikan estimasi yang
baik dalam menentukan hargaVm, tetapi tidak untuk
hargaKm. Karenaerror yang didapatkan pada data
setiap titik untukdouble-reciprocal plottidak simetri,
penggunaan analisis regresi (least square) harus
dilakukan dengan hati-hati. Data yang diperoleh pada
konsentrasi substrat rendah lebih mempengaruhi
perubahanslopedaninterseptdibandingkan
dengan
data yang diperoleh pada konsentrasi substrat tinggi.

Inhibitor
Inhibitoradalahmolekulyang
dapat
menghambat
bahkan
menghentikanreaksi
enzimatikdengan mengotori permukaankatalis.
Berdasarkan kestabilannya, inhibitor dibedakan
menjadiinhibitor
reversibledaninhibitor
irreversible Inhibitor
Inhibitor reversibleadalah inhibitor yangreaksi kimianya
berjalan dua arah atau dapat balik dan bersifat tidak
stabil, di mana ketika inhibitor mengikat sisi aktifenzim,
maka inhibitor ini dapat dipisahkan lagi dari ikatannya.
Inhibitor irreversibleadalah inhibitor yang reaksi
kimianya berjalan satu arah, di mana setelah inhibitor
mengikat enzim, inhibitor tidak dapat dipisahkan dan
bersifat stabil

Inhibitor
Inhibitor reversibledibedakan menjadi inhibitor
kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Inhibitor kompetitifadalah molekul penghambat yang
bersaing dengansubstratuntuk mendapatkan sisi aktif
enzim.[Namun setelah inhibitor menempati sisi aktif,
enzim bebas dan produk tidak segera terbentuk,
sehingga jumlah enzim atau kompleks enzim substrat
berkurang
Inhibitor non-kompetitifadalah
penghambat
yang
dapat berikatan dengan enzim maupun dengan
kompleks enzim-substrat.[1]Jika inhibitor menempel
pada enzim, maka struktur sisi aktif enzim akan
berubah namun substrat masih bisa menempel pada
sisi aktif, tetapi kerja enzim tidak dapat terlaksana

Tipe katalis
KATALIS HOMOGEN
Katalis ini mempunyai kesamaan phase dengan
reaktan dan persentuhannnya tak mempengaruhi
laju reaksi, keaddaan yang demikian disebut katalis
homogen. Sebagai contoh :

KATALIS HETEROGEN
Katalis heterogeneous adalah katalisis terjadi
dalam fase yang lebih dari satu, katalis dapat
berupa padatan dalam cairan atau padatan dalam
gas. Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah
zeolit, CaO, MgO, dan resin penukar ion.

Langmuir Model
Irving
Langmuir
(1918)
menggunakan
model
sederhana untuk mendeskripsikan jerapan molekul
pada
permukaan
padatan,
dan
menurunkan
persamaan untuk isoterm. Langmuir Menganggap
bahwa padatan mempunyai permukaan yang sama,
molekul yang di adsorpsi ditempatkan pada tempat
yang spesifik, energi permukaan tidak tergantung
pada ditempati atau tidaknya permukaan, dan molekul
yang diadsorpsi hanya membentuk satu lapis

Grafik Persamaan
Langmuir
C/X

Slope = 1/Xm
1/bXm

Reaksi Radikal Bebas


Radikal
bebasadalahmolekul
yang
kehilangan
satu
buahelektrondaripasangan elektron bebasnya, atau merupakan
hasil pemisahanhomolitik suatu ikatankovalen. Akibat pemecahan
homolitik, suatu molekul akan terpecah menjadi radikal bebas yang
mempunyai elektron tak berpasangan. Elektron memerlukan
pasangan untuk menyeimbangkan nilaispinnya sehingga molekul
radikal menjadi tidak stabil dan mudah sekali bereaksi dengan
molekul lain, membentuk radikal baru.
Dalam reaksi kimia,radikal bebas sering dituliskan sebagai titik
yang ditempatkan pada simbol atom atau molekul. Contoh penulisan
radikal bebas berikut sebagai hasil dari pemecahan homolitik:
Cl2 Cl + Cl

Reaksi rantai melibatkan radikal bebas yang biasanya dibagi


menjadi tiga tahap, meliputi inisiasi, propagasi dan terminasi.
Contoh dalam hal ini adalah reaksi klorinasi metana.

Reaksi Percabangan
Inisiasi
Inisiasi adalah tahap pembentukan awal radikal-radikal bebas. Hal ini menyebabkan
jumlah radikal bebas meningkat pesat. Dalam klorinasi metana, tahap inisiasi adalah
pemutusan secara homolitik ikatan Cl-Cl.
Cl2 Cl + Cl
Propagasi
Propagasi adalah reaksi yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebas
akan tetap sama. Setelah terbentuk, radikal bebas klor akan menjalani sederetan reaksi.
Tahap propagasi yang pertama adalah radikal bebas klor yang merebut sebuah atom
hidrogen dari dalam molekul metana, menghasilkan radikal bebas metil dan HCl.
Cl + H:CH3+ 1 kkal/mol H:Cl + CH3
Radikal bebas metil juga sangat reaktif. Dalam tahap propagasi kedua, radikal bebas
metil merebut sebuah atom klor dari dalam molekul Cl2
Terminasi
Terminasi adalah reaksi yang berujung pada turunnya jumlah radikal bebas. Umumnya,
penurunan ini diakibatkan oleh adanya penggabungan radikal bebas yang masih tersisa.
Cl + CH3 CH3Cl

Polimerisasi Radikal
Bebas
Polimerisasi
radikal
bebasadalah
metode
polimerisasi dimana suatupolimer terbentuk dari
penambahan berturut-turutradikal bebas gugus
atau atom-atom membentuk molekul. Radikal
bebas
dapat
dibentuk
melalui
sejumlah
mekanisme yang berbeda biasanya melibatkan
molekul inisiator terpisah. Setelah penciptaan
radikal bebas monomerunit, rantai polimer
tumbuh pesat dengan penambahan berurutan
dari bangunan gugus ke situs radikal bebas.

explosion
Chain-branching explosion: : reaksi di mana
jumlah radikal reaktif meningkat secara
eksponensial. Ledakan disebabkan oleh
pencabangan rantai oleh karena itu terjadi saat
konsentrasi radikal bebas dalam sistem
meningkat dengan cepat.
Thermal explosion : reaksi eksotermis yang
membebaskan panas lebih cepat daripada panas
dapat hilang. Jika panas yang dilepaskan oleh
reaksi eksotermik tidak dihilangkan dengan cepat,
temperatur akan meningkat. Karena laju reaksi
meningkat secara eksponensial dengan
temperatur, ledakan termal dapat serta merta
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai