PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan mengatur mengenai penerapan basis akrual untuk akuntansi entitas
pelaporan maupun entitas akuntansi pemerintahan. Implementasi dari Peraturan
Pemerintah tersebut dalam merupakan hal baru yang perlahan-perlahan diterapkan
di Indonesia, melalui akuntansi berbasis Cash to Acrual (CTA) sampai akhirnya
penerapan secara penuh basis akrual yang harus dilakukan pemerintah pada tahun
2015.
Salah satu aspek penting dari penerapan akuntansi basis akrual adalah aset. Sangat
diperlukan pemahaman yang tepat dan mendalam untuk dapat menangani aset
pemerintah untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran SAP yang dapat
menyebabkan kekeliruan penyajian item aset di Neraca.
Tulisan ini akan menyajikan informasi relevan yang sekira dapat digunakan
sebagai sarana pemahaman mengenai salah satu klasifikasi aset pemerintah, yaitu
aset lainnya. Berdasarkan Buletin Teknis SAP No.1 tentang Penyusunan Neraca
Awal Pemerintah Pusat, aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar,
investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Dalam tulisan ini akan
lebih lanjut diulas secara sistematis mengenai definisi aset lainnya, klasifikasi aset
yang termasuk dalam aset lainnya, pengakuan beserta pengukuran aset lainnya,
penyajian, dan tak lupa mengenai pengakuan aset lainnya.
2. Ruang Lingkup
Pembahasan yang akan diulas dalam tulisan ini mencakup:
1) Definisi aset dan aset lainnya;
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi dan Klasifikasi Aset Lainnya
1.1 Definisi Aset Lainnya
Dasar Hukum
AKRUAL
CTA
PMK 219/ PMK.05/ 2013 tentang Buletin Teknis No. 01: Penyusunan
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat Neraca Awal Pemerintah Pusat
dan
Permendagri
64
Tahun
2013
Pemerintah Daerah
Aset lainnya adalah aset pemerintah Aset
Lainnya
selain
adalah
aset
aset
lancar,
panjang, aset tetap, dana cadangan, dan investasi jangka panjang, aset tetap,
Klasifikasi
Perbendaharaan/
dengan
Pihak
Ketiga
5. Aset Lain-lain
Goodwill
dan
Royalti
tidak
CTA
Aset
Goodwill
Hak Paten dan Hak Cipta
Royalti
Software
Lisensi
Hasil Kajian/ Penelitian yang mempunyai
manfaat jangka panjang
Tidak
Berwujud
yang
Tidak
Berwujud
dalam
dibangun
atau
digunakan
untuk
merupakan
hak
pemerintah,
namun
dibatasi
pelaporan
sebagai
akibat
ketetapan/
perbendaharaan
merupakan
suatu
proses
dilakukan
terhadap
yang
bendahara
menuntut
Lainnya.
langsung
langsung
dari
ataupun
suatu
tidak
perbuatan
bendahara
tersebut
atau
kewajibannya.
Tuntutan ganti rugi merupakan
suatu
proses
yang
dilakukan
dengantujuan
untuk
pegawai
tersebut
atau
[SAMA]
karena
sedang
menunggu
proses
tetap
dari
yang
dimaksudkan
penggunaan
aktif
untuk
pemerintah
Kepada
PT
Perusahaan
restrukturisasi aset;
kerjasama dengan pihak lain dalam rangka
234/PMK.05/2011
dibuat
untuk
Negara.
Dengan
pertimbangan
telah
tentang
Penetapan
Neraca
XXX
XXX
10
Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan
oleh pegawai yang bersangkutan ke kas negara/kas daerah.
Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti
rugi adalah Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan bukti setor berupa STS
atau SSBP.
Jurnal untuk mencatat saldo awal Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
adalah sebagai berikut:
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
XXX
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
XXX
Contoh kasus:
Berdasarkan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM) nomor SK
01/SKTM/XYZ/2007 diperoleh informasi Pemda XYZ memiliki piutang kepada
pegawai atas hilangnya aset Pemda berupa kendaraan dinas seharga Rp
100.000.000. Pengawai yang bersangkutan menyanggupi untuk membayar
tuntutan ganti rugi tersebut dengan mengangsur bulanan.Sampai dengan akhir
Desember 2004 cicilan pembayaran TGR yang telah dilakukan oleh pegawai
tersebut adalah sebesar Rp 3.000.000.
Jurnal untuk mencatat tuntutan ganti rugi tersebut adalah sebagai berikut:
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
97.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
97.000.000
2.2 Acrrual Basis
Pada PSAP no 1 lampiran I di ilustrasi neraca Tagihan Penjualan Angsuran serta
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi diklasifikasikan pada aset lainnya
sesuai dengan ilustrasi di bawah ini:
11
pusat
Tagihan
Penjualan
Angsuran
serta
Tuntutan
12
3) Penyajian;
Piutang TPA yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan
disajikan pada neraca sebagai Piutang Jangka Panjang.
b. Piutang Tagihan TP/TGR
1) Pengakuan;
Piutang TP/TGR diakui apabila telah memenuhi kriteria:
a) Telah ditandatanganinya Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM)
b) Telah diterbitkan Surat Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian
Sementara (SKP2KS) kepada pihak yang dikenakan tuntutan Ganti Kerugain
Negara; atau
c) Telah ada putusan Lembaga Peradilan yang berkekuatan hukum tetap yang
menghukum seseorang untuk membayar sejumlah uang kepada Pemerintah.
2) Pengukuran;
Piutang TP/TGR dicatat sebesar tagihan sebagaimana yang ditetapkan dalam
surat keterangan/ketetapan/keputusan adanya kerugian negara.
3) Penyajian;
Tagihan TP/TGR yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan
disajikan pada neraca sebagai Piutang Jangka Panjang.
Berikut adalah ilustrasi penyajian Piutang TPA dan Tagihan TP/TGR
c. Ilustrasi Jurnal
Saat muncul Piutang Jangka Panjang, KPA pada Buku Besar Akrual membukukan
dengan jurnal:
13
xxx
xxx
14
komitmen untuk
dan/atau sarana,
berikut
fasilitasnya,
15
16
a. Aset
Kerjasama/Kemitraan
diakui
pada
saat
terjadi
perjanjian
Kerjasama/Kemitraan
fasilitasnya,
dalam
rangka
berupa
kerja
Gedung
sama
dan/atau
BSK,
sarana
diakui
berikut
pada
saat
17
18
Penyajian
dan
pengungkapan
Aset
Kemitraan
berdasarkan
PMK
hal
sebagian
dari
luas
aset
kemitraan
(tanah
dan
atau
19
PEMERINTAH ABC
NERACA
Per 31 Desember 20XX
URAIAN
JUMLAH
20
ASET
ASET LANCAR
ASET TETAP
..
ASET LAINNYA
KEWAJIBAN
EKUITAS
xxx
Untuk Permendagri No. 64/2013, penyajian Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
dalam Neraca adalah sebagai berikut:
21
PEMERINTAH ABC
NERACA
Per 31 Desember 20XX
N
O
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Uraian
20XX
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah Aset Lainnya
xxx
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
Debet
100.000.000
Kredit
100.000.000
22
untuk
pembangunan
rumah
sakit
tersebut
adalah
senilai
Rp100.000.000,00 Aset BSK tersebut telah selesai dibangun dan telah diserahkan
kepada pemerintah.
Jurnal untuk mencatat kemitraan dengan pihak ketiga dengan pola BSK tersebut
adalah sebagai berikut:
Uraian
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tetap Tanah
Utang Jangka Panjang Lainnya-Kemitraan
Debet
600.000.000
Kredit
100.000.000
500.000.000
ATB
harus
dipahami
dengan
baik
agar
aset
ini
dapat
23
sumber daya tak berwujud, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, rancangan dan
implementasi suatu sistem atau proses yang baru, dan kekayaan intelektual.
Berbagai entitas berupaya untuk terus melakukan riset dan pengembangan.
Terlebih bagi entitas yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan kegiatan riset
dan pengembangan sebagian besar anggarannya dialokasikan untuk riset dan
pengembangan.
4.1 Kriteria ATB
a. Dapat diidentifikasi
Dapat dipisahkan, artinya aset ini memungkinkan untuk dipisahkan atau
dibedakan secara jelas dari aset-aset yang lain pada suatu entitas. Oleh karena
aset ini dapat dipisahkan atau dibedakan dengan aset yang lain, maka ATB ini
dapat dijual, dipindahtangankan, diberikan lisensi, disewakan, ditukarkan, baik
secara individual maupun secara bersama-sama. Namun demikian tidak berarti
bahwa ATB baru diakui
Timbul dari kesepakatan yang mengikat, seperti hak kontraktual atau hak
hukum
lainnya,
tanpa
memperhatikan
apakah
hak
tersebut
dapat
dipindahtangankan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban
lainnya.
b. Pengendalian asset
Pengendalian merupakan syarat yang harus dipenuhi. Tanpa adanya
kemampuan untuk mengendalikan aset maka sumber daya dimaksud tidak
dapat diakui sebagai aset suatu entitas. Suatu entitas disebut mengendalikan
aset jika entitas memiliki kemampuan untuk memperoleh manfaat ekonomi
masa depan yang timbul dari aset tersebut dan dapat membatasi akses pihak
lain dalam memperoleh manfaat ekonomi dari aset tersebut. Kemampuan
untuk mengendalikan aset ini pada umumnya didasarkan pada dokumen
24
hukum yang sah dari lembaga yang berwenang, namun demikian dokumen
hukum ini bukanlah sebagai suatu prasyarat yang wajib dipenuhi karena
mungkin
masih
terdapat
cara
lain
yang
digunakan
entitas
untuk
25
Lisensi dapat diartikan memberi izin. Pemberian lisensi dilakukan jika ada
pihak yang memberi lisensi dan pihak yang menerima lisensi, melalui sebuah
perjanjian. Dapat juga merupakan pemberian izin dari pemilik barang/jasa
kepada pihak yang menerima lisensi untuk menggunakan barang atau jasa
yang dilisensikan. Franchise merupakan perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan
intelektual (HAKI) atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
e. Hak Paten, Hak Cipta.
Hak Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor
atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya
kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Hak cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Hak
cipta
merupakan
"hak
untuk
menyalin
suatu
ciptaan".
Hak
cipta
26
aset. Apabila hasil kajian tidak dapat diidentifikasi dan tidak memberikan
manfaat ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat diakui sebagai ATB.
g. ATB Lainnya
ATB lainnya merupakan jenis ATB yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
jenis ATB yang ada.
4.3 Pengakuan ATB
Untuk dapat diakui sebagai ATB maka suatu entitas harus dapat membuktikan
bahwa pengeluaran atas aktivitas/kegiatan tersebut telah memenuhi:
1. Kriteria ATB; dan
2. Kriteria pengakuan.
Persyaratan pengakuan tersebut berlaku untuk pengeluaran pada saat
pengakuan awal dan pengeluaran biaya setelah pengakuan awal. Pengakuan
awal sebesar biaya perolehan untuk ATB yang berasal dari transaksi
pertukaran atau untuk ATB yang dihasilkan dari internal entitas. Nilai wajar
digunakan untuk ATB yang diperoleh melalui transaksi bukan pertukaran.
Pengeluaran setelah pengakuan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk
menambah dan mengganti ATB yang memenuhi kriteria pengakuan ATB.
Sifat alamiah ATB, dalam banyak kasus, adalah tidak adanya penambahan
nilai terhadap ATB tertentu atau penggantian dari sebagian ATB dimaksud.
Oleh karena itu, kebanyakan pengeluaran setelah perolehan dari ATB mungkin
dimaksudkan untuk memelihara kemungkinan manfaat ekonomi di masa
datang atau jasa potensial yang terkandung dalam ATB dimaksud dan tidak
lagi merupakan upaya untuk memenuhi definisi ATB dan kriteria
pengakuannya. Dengan kata lain, seringkali sulit untuk mengatribusikan
secara langsung pengeluaran setelah perolehan terhadap suatu ATB tertentu
sehingga diperlakukan sebagai biaya operasional suatu entitas. Namun
demikian, apabila memang terdapat pengeluaran setelah perolehan yang dapat
27
1.
tersebut;
Kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan ATB tersebut;
Manfaat ekonomi dan atau sosial dimasa datang;
Ketersediaan sumber daya teknis, keuangan, dan lainnya yang cukup untuk
menyelesaikan pengembangan dan penggunaan atau pemanfaatkan ATB
6.
tersebut;
Kemampuan untuk mengukur secara memadai pengeluaran-pengeluaran
yang diatribusikan ke ATB selama masa pengembangan.
28
29
30
31
c. Penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal dan akhir periode,
termasuk penghentian dan pelepasan ATB.
5. Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Aset Lain-Lain
5.1 Pengertian
Aset lainnya merupakan aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka
panjang, aset tetap dan dana cadangan. Aset tetap yang dimaksudkan untuk
dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah direklasifikasi ke dalam Aset Lainlain. Hal ini dapat disebabkan karena rusak berat, usang, dan/atau aset tetap yang
tidak digunakan karena sedang menunggu proses pemindahtanganan (proses
penjualan, sewa beli, penghibahan, penyertaan modal).
5.2 Pengakuan
Pengakuan aset lain-lain diakui pada saat suatu aset tetap dihentikan dari
penggunaan aktif pemerintah dan direklasifikasikan ke dalam aset lain-lain.
5.3 Pengukuran
Aset tetap yang dimaksudkan untuk dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah
direklasifikasi ke dalam Aset Lain-lain menurut nilai tercatatnya. Pengukuran Aset
lainlain yang berasal dari reklasifikasi aset tetap disusutkan mengikuti kebijakan
penyusutan aset tetap. Proses penghapusan terhadap aset lain lain dilakukan
paling lama 12 bulan sejak direklasifikasi kecuali ditentukan lain menurut
ketentuan perundang-undangan.
5.4 Penyajian dan Pengungkapan
Aset Lain-lain disajikan di dalam kelompok Aset Lainnya dan diungkapkan secara
memadai di dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal yang perlu
diungkapkan antara lain adalah faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya
penghentian penggunaan, jenis aset tetap yang dihentikan penggunaannya, dan
informasi-informasi lainnya yang relevan.
32
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Menurut Buletin Teknis No. 01 SAP tentang Penyusunan Neraca Awal
Pemerintah Pusat, yaitu; Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset
lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan.
Aset lainnya antara lain terdiri dari :
a. Aset Tak Berwujud
b. Tagihan Penjualan Angsuran
c. Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR)
d. Kemitraan dengan Pihak Ketiga
e. Aset Lain-lain
2. Mengacu pada PMK 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Pusat yang berdasarkan SAP berbasis akrual pada penjelasan
terkait aset lainnya, dalam kebijakan akuntansi pemerintah pusat Tagihan
Penjualan Angsuran serta Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi tidak
masuk dalam penggolongan aset lainnya.
Berdasarkan PMK 219/PMK.05/2013 Tagihan Penjualan Angsuran serta
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi yang melebihi jangka waktu 12
bulan setalah tanggal pelaporan dimasukkan ke dalam klasifikasi Piutang
Jangka Panjang.
33
yang
tidak
digunakan
34
karena
sedang
menunggu
proses
DAFTAR PUSTAKA
35
36