Anda di halaman 1dari 5

TEORI HARGA KEYNES

Laksmi Mahendrati Dwiharja


(147925011)

Sesungguhnya dunia dan segenap perekonomiannya diatur oleh jumlah uang,


kecepatan pendapatan dan peredarannya. Keynes berpendapat bahwa seharusnya pembagian
perekonomian terdiri dari Teori Industri atau Badan Usaha Individual beserta upah serta
alokasi sumber dayanya, dan Teori Hasil produksi dan Kesempatan Kerja. Jika kita berbicara
mengenai apa yang menentukan hasil produksi dan kesempatan kerja sebagai satu kesatuan,
maka kita memerlukan pemahaman lengkap tentang Ekonomi Moneter.
Perlu dipahami bahwa pandangan-pandangan tentang masa depan memiliki dampak
yang cukup berpengaruh terhadap keadaan sekarang, dan koneksi yang kita pakai saat ini
adalah uang menghubungkan masa kini dan masa depan. Kita mempertimbangkan
pengalokasian-pengalokasian sumber daya manakah yang konsisten dan seimbang terhadap
kondisi perekonomian, dimana kita senantiasa percaya terhadap vision mengenai masa
depan. Namun untuk menghindari kegagalan vision, kita mempelajari tentang sifat-sifat
khas uang. Teori moneter tetaplah hanya merupakan teori mengenai nilai dan pembagian,
bukanlah Teori mengenai Uang secara independen. Selama terdapat harta yang memiliki ciriciri uang,tetap dapat menimbulkan permasalahan ekonomi moneter.
Pada industri tertentu, sebagian tingkat harga bergantung pada upah untuk faktorfaktor produksi sebagaimana termasuk dalam biaya marginalnya dan sebagian lagi
bergantung pada skala hasil produksinya. Sebagian tingkat harga secara umum bergantung
pada tingkat upah bagi faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam biaya marginalnya dan
sebagian lagi bergantung pada faktor produksi pada besarnya kesempatan kerja. Selanjutnya
perubahan penting yang harus kita perhatikan adalah perubahan-perubahan dalam permintaan
baik yang mempengaruhi biaya maupun volume.
Jika diasumsikan lebih sederhana, tingkatan-tingkatan upah untuk berbagai faktor
produksi yang termasuk dalam biaya marginal tersebut, semuanya berbanding setara dengan
satuan upah. Maka kesimpulannya tingkat harga secara umum sebagian bergantung pada
satuan upah dan sisanya bergantung pada kesempatan kerja. Dan, jumlah uang memiliki
pengaruh terhadap satuan upah serta kesempatan kerja.
Asumsikan (1) Keseluruhan sumber daya yang tak tepakai adalah homogen dan dapat
saling menggantikan terkait efisiensinya, serta (2) faktor-faktor produksi yang termasuk
dalam biaya marginal tersebut bersedia menerima upah yang sama (walau dalam prakteknya

tidak mungkin selalu sama) dan sepanjang masih ada sisa faktor produksi yang masih
menganggur. Kita mengetahui bahwa menurunnya tingkat upah juga berarti penurunan biaya
marginal untuk menghasilkan output. Dengan kata lain, jika salah satu variabel inputnya
lebih murah, maka biaya marginal secara otomatis akan ikut menurun, sehingga kurva
penawaran agregat akan bergeser ke bawah. Jika masih ada pengangguran secara terusmenerus, maka tingkat upah akan terus menurun dan kurva agregat juga semakin turun ke
bawah. Penurunan-penurunan tersebut akan berhenti ketika tercapai full employment yang
menimbulkan keseimbangan baru. Jika masih terdapat penawaran elastis sempurna selama
masih ada pengangguran, dan penawaran inelastis sempurna dalam kondisi full employment,
dan jika perubahan permintaan efektif sebanding dengan banyaknya jumlah uang, maka
menurut Teori Kuantitas Uang, selama terdapat pengangguran, maka perubahan kesempatan
kerja akan sebanding dengan jumlah uang. Sedangkan jika pada kondisi full employment,
maka harga-harga akan sebanding dengan jumlah uang.
Teori mengenai harga, merupakan analisis keterkaitan antara perubahan-perubahan
dalam tingkatan harga sehubungan dengan penentuan elastisitas harga-harga terhadap
perubahan jumlah uang. Untuk lebih jauhnya, mari kita bahas beberapa asumsi yang saling
berkaitan sebagai penyederhana :
(1) Permintaan efektif tidak akan mengalami perubahan sebanding terhadap jumlah uang.
Dampak yang pertama kali timbul ketika jumlah uang berubah terhadap perubahan
permintaan efektif adalah mengenai pengaruhnya atas tingkat bunga. Jika perubahan tingkat
bunga menjadi satu-satunya reaksi, maka pengaruh kuantitatif terjadi pada rincian preferensi
likuiditas terhadap penyerapan uang oleh holder,rincian efisiensi marginal terhadap bunga,
dan multiplier terhadap permintaan efektif. Akan tetapi, menurut Keynes, sesungguhnya
keliru, karena ketiganya juga bergantung pada asumsi (2),(3),(4) dan (5) yang akan diuraikan
setelah ini. Ketiga unsur di atas tidak salah, namun belumlah lengkap. Rasio antara jumlah
permintaan efektif dengan jumlah uang berkaitan erat terhadap kecepatan pendapatan uang,
kecuali jika permintaan efektif sesuai dengan pendapatan yang diharapkan. Permintaan
efektif tersebut sesuai dengan pendapatan kotor, bukan dengan pendapatan bersihnya.
(2) Karena sumber daya tersebut tidaklah homogen, maka akan ada penurunan (yang tidak
konstan) dan pengembalian berupa kesempatan kerja.
Perbandingan antara turun atau tetapnya return sebagian bergantung pada apakah
karyawan mendapat upah yang sesuai dengan efisiensinya. Jika demikian, maka kita akan
mendapatkan kenaikan konstan biaya tenaga kerja seiring penambahan tenaga kerja. Namun
bila upah pekerja beragam, terlepas dari efisiensi perorangan, maka akan diperoleh

peningkatan biaya tenaga kerja. Umumnya harga penawaran akan meningkat bila hasil
produksi dari peralatan dinaikkan. Jadi, kenaikan hasil produksi juga berkaitan dengan
kenaikan harga, terlepas dari pengaruh satuan upah.
(3) Karena sumber daya tersebut tidak dapat saling menggantikan, maka beberapa komoditas
akan mencapai kondisi penawaran elastis, sementara masih tersedia sumber daya yang
menganggur untuk memproduksi barang lain.
Anggaplah bahwa penawaran adalah elastis tidak sempurna. Jika terdapat
keseimbangan penuh masing-masing jumlah sumber daya, maka titik full employment akan
tercapai secara bersamaan. Namun umumnya pada tingkat tertentu permintaan akan berada
pada kondisi permintaan elastis sempurna. Sementara masih terdapat kelebihan sumber daya
yang belum terpakai. Jadi, sementara hasil produksi akan terus mengalami peningkatan, akan
terjadi serangkaian kemacetan secara berturut-turut. Pada saat itu penawaran tidak lagi
elastis, dan harganya akan terus naik hingga tingkatan tertentu dan permintaan akan beralih
ke yang lain. Namun, sebagian elastisitas penawaran bergantung pada waktu. Jika tersedia
waktu yang cukup bagi kuantitas peralatan untuk berubah, maka elastisitas penawaran akan
makin meningkat.
(4) Satuan upah dapat meningkat sebelum tercapai full employment,dan jelas secara ceteris
paribus pekerja akan mengalami kenaikan upah.
Sekiranya sudah jelas bahwa jika secara ceteris paribus seharusnya terjadi kenaikan
upah tenaga kerja, maka mau tidak mau pengusaha akan mengikutinya agar produksinya
tetap berjalan. Oleh karena itu sebagian dari tiap pertambahan permintaan efektif akan
diserap untuk penambahan satuan upah. Jadi, untuk memenuhi permintaan efektif yang
diukur dalam uang, maka upah haruslah bertambah sebading dengan kenaikan harga. Namun,
kita ketahui bawa kenaikan permintaan efektif juga meningkatkan satuan upah meski tidak
selalu berbanding penuh terhadap kenaikan harga, begitu pula sebaliknya. Akan tetapi
ketidaksinambungan tersebut ditentukan oleh psikologi pekerja dan kebijakan serikat kerja.
(5) Tingkat remunerasi dari berbagai faktor berdasarkan ukuran uang akan menunjukkan
derajat ketegaran yang bervariasi, dan juga bisa disebabkan oleh adanya elastisitas-elastisitas
penawaran yang berbeda-beda sebagai respon terhadap upah uang yang ditawarkan.
Kita mengasumsikan bahwa upah dari berbagai faktor yang termasuk dalam biaya
marginal mengalami perubahan yang sebanding. Namun kenyataannya tingkat upah yang
berbeda itu akan menunjukkan berbagai macam derajat ketegaran. Mungkin pula terdapat
elastisitas-elastisitas penawaran yang berbeda terhadap perubahan upah uang. Jika tidak ada

hal demikian, maka dapat kita katakan bahwa tingkatan harga tersusun atas dua faktor, yaitu
satuan upah dan banyaknya kesempatan kerja.
Kita dapat mengambil rata-rata upah yang termasuk dalam biaya marginal dan
menamakannya satuan biaya, dimana satuan ini dapat dijadikan standar nilai pokok.
Sedangkan tingkatan harga, akan bergantung pada sebagian satuan biaya dan sisanya pada
skala hasil produksi. Tingkat harga tersebut akan meningkat, peningkatannya lebih dari
kenaikan tiap satuan upah yang sebanding.
Selanjutkan mari kita uraikan pokok bahasan dengan simbol. Kita dapat menuliskan
secara matematis bahwa MV=D, dimana M adalah jumlah uang, dan V adalah kecepatan
pendapatannya, dan D adalah permintaan efektif. Bila V konstan, maka harga-harga akan
berubah sebanding dengan jumlah uang apabila : ep ( = Ddp/pdD) = 1. Keadaan ini dicapai
bila eo = 0 atau ew = 1. ew = 1 berarti peningkatan satuan upah sebanding dengan permintaan
efektif, oleh karena ew = DdW/WdD; sedangkan eo = 0 berarti bahwa hasil produksi tidak lagi
bereaksi terhadap kenaikan permintaan efektif, dikarenakan eo = DdO/OdD. Oleh karena halhal tersebut, maka output tidaklah berubah.
Selanjutnya, kita bisa menghadapi kecepatan pendapatan yang tidak konstan, dengan
memahami elastisitas lebih jauh yakni elastisitas permintaan efektif terhadap perubahan
jumlah uang :
ed = MdD/DdM .

Selanjutnya kita dapatkan


Sehingga

Mdp/pdM = ep.ed dimana ep = 1 - ee.eo (1 - ew)


e = ed - (1 - ew)ed . ee.eo
= ed (1 - ee. eo + ee.eo.ew)

Dimana e tanpa akhiran ( = Mdp/pdM) merupakan puncaknya dan mengukur reaksi


harga-harga uang terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah uang. Hal ini dapat dikatakan
generalisasi dari Teori Kuantitas Uang. Keynes menyatakan bahwa perhitungan tersebut
berguna untuk mengupas kerumitan kaitan antara harga dengan jumlah uang secara formal.
Jika masyarakat menyimpan sebagian pendapatannya dalam bentuk uang, maka ed = 1;
jika upah uang tetap, maka ew = 0; jika terdapat return konstan sehingga return marginal sama
dengan return rata-rata, maka eeeo = 1; dan jika terdapat full employment baik bagi pekerja
maupun perlatan, maka eeeo = 0. Kemudian, e = 1, bila ed = 1 dan ew = 1; atau jika ed = 1, ew =
0 dan ee.eo = 1; atau bila ed = 1 dan eo = 0. Dan dengan jelas terdapat berbagai kasus khusus
lainnya dimana e = 1. Namun secara umum e bukanlah menyatakan kesatuan. Mungkin lebih
tepat sebagai generalisasi berdasarkan berbagai asumsi yang relevan terjadi di dunia, kecuali

kasus flight from the currency dimana ed dan ew meninggi, maka e pada dasarnya e adalah
pengurangan dari kesatuan.
Kita berfokus pada perubahan jumlah uang yang berpengaruh terhadap harga-harga
dalam jangka pendek, namun, bagaimanakah kaitannya secara sederhana dengan efek jangka
panjangnya? Untuk jangka panjang, kecenderungannya ada pada preferensi likuiditas, yakni
keinginan masyarakat untuk memegang uang. Misalnya, ada bagian pendapatan yang
berlebih untuk kurun waktu yang lama, yang otomatis tidak dikehendaki untuk terus menerus
nganggur. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat bunga, yang secara ceteris
paribus akan meningkatkan permintaan efektif. Permintaan akan meningkatkan satuan upah,
sehingga juga berakibat meningkatkan harga-harga. Jadi, pengaruh akhir dari fluktuasifluktuasi tersebut selama kurun waktu tertentu adalah tercapainya angka perbandingan stabil
antara pendapatan nasional dan jumlah uang, tergantung ke mana psikologi masyarakat
terkait preferensi likuiditasnya.
Sebaliknya, bagaimana jika jumlah uang mengalami penurunan dalam jangka waktu
yang cukup lama? Maka jalan keluarnya adalah dengan pemberlakuan sistem moneter.
Meningkatkan jumlah uang daripada memaksa agar satuan upah menurun, mengakibatkan
penambahan beban hutang. Jadi, sesungguhnya bagaimapun juga harga-harga akan terus ke
atas, karena bila jumlah uang relatif berlimpah, maka satuan upah juga otomatis akan
meningkat. Oleh karena itu jika uang relatif langka, diharapkan pihak yang memiliki
kewenangan agar mengeluarkan kebijakan moneter untuk meningkatkan peredaran uang
dengan efektif.
Ada kalanya satuan upah, atau sistem moneter mengalami penyesuaian, untuk
menjamin jumlah uang mencukupi preferensi likuiditas normal sehingga tingkat bunga tidak
sampai jauh di bawah standar. Lazimnya kecenderungan satuan upah memang selalu ke atas,
namun efisiensi tenaga kerja juga mengalami peningkatan. Sistem moneter yang ada kalanya
berubah-ubah serta cukup konservatif, berguna untuk memberikan kesempatan bagi bunga
agar dapat diterima oleh para pemilik kekayaan sesuai preferensi likuiditas mereka.
Unsur paling stabil yang tak tergantikan masa kini adalah tingkat bunga minimal yang
secara umum dapat diterima oleh para pemilik kekayaan. Selanjutnya kembali pada
kesimpulan mengenai hubungan jangka panjang antara pendapatan nasional dan jumlah uang
adalah bergantung pada preferensi likuiditas. Bagaimanakah perilaku masyarakat mengenai
preferensi likuiditasnya, dan untuk apakah likuiditas tersebut dimanfaatkan. Sedangkan stabil
tidaknya harga bergantung pada kekuatan trend satuan upah (satuan biaya) dibandingkan
peningkatan efisiensi sistem produksi.

Anda mungkin juga menyukai