Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RINGKASAN
Pengusul
a.
b.
1.2.
b.
Sistem
perencanaan
Rainwater
pada
II.
PENDAHULUAN
2.1.
Latar Belakang
Air hujan sumber daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal dan
2.2
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
Dari rumusan masalah yang sudah ditentukan, ada batasan masalah pada
penelitian ini agar penelitian dapat berjalan dengan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Tempat yang menjadi lokasi peneltian pada Universitas Islam Indonesia
namun untuk lokasi perencanaan Rainwater Harvesting pada Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
2) Perencanaan sistem jaringan perpipaan air hujan, penampungan air hujan dan
filtrasi untuk Rainwater Harvesting.
2.4.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari Tugas Akhir ini yaitu perencanaan Rainwater Harvesting pada
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta yaitu
:
1) Mengetahui potensi air hujan yang bisa dimanfaatkan untuk non potable
water untuk pemakain air ditoilet dengan Rainwater Harvesting pada atap
gedung - gedung Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
2) Merencanakan sistem Rainwater Harvesting pada Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta untuk sebagai sumber
air cadangan untuk kebutuhan air bersih.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
penangkapan
air
hujan
(collection
area)
merupakan
tempat
penangkapan air hujan dan bahan yang digunakan dalam konstruksi permukaan
tempat penangkapan air hujan mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air
hujan. Bahan - bahan yang digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak
beracun dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air
hujan (UNEP, 2001). Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat
seperti alumunium, besi galvanis, beton, fiberglass shingles, dll. Gambar 3.1
menunjukkan skema ilustrasi sistem PAH dengan menggunakan atap dan permukaan
tanah.
Sistem PAH yang diterapkan pasca bencana tsunami di Banda Aceh tersebut
merupakan sistem PAH yang sederhana, mudah dan murah dalam konstruksi. Sistem
ini sangat membantu masyarakat yang terkena bencana dan mengalami kesulitan
memperoleh air bersih pasca tsunami (Amin dan Han, 2009).
Tinggi curah hujan tahunan (mm) x Luas tangkapan hujan (m2 ) = Total air hujan
yang ditangkap (m3)
Effisiensi air hujan yang ditangkap ditentukan oleh koefisien tangkapan air
hujan, dimana koefisien ini merupakan presentase air hujan yang ditangkap dari
sistem PAH yang memperhitungkan kehilangan air. Koefisen ini bergantung dari
desain sistem PAH dan pemanfaatan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air. Untuk
kebutuhan indoor koefisien efisiensi sebesar 75-90%, sedangkan untuk kebutuhan
outdoor sebesar 50% (UNEP, 2001).
(5) penyaringan air hujan dengan menggunakan saringan pasir lambat (slow sand
filter) (Li et al., 2010);
(6) pasteurisasi merupakan metode pengolahan dengan menggunakan sinar
ultraviolet dan panas dari sinar matahari. Metode sangat efektif jika suhu
pemanasan mencapai 50oC dan air mengandung konsentrasi oksigen yang
cukup (Horn dan Helmreich, 2009).
3.7
setiap musim hujan dan berpotensi untuk mengurangi tekanan terhadap pemakaian
sumber air bersih (fresh water sources). Penampungan air hujan yang berasal dari
atap rumah biasanya merupakan alternatif air terbersih yang dapat digunakan sebagai
sumber air bersih dan hanya membutuhkan pengolahan yang sederhana sebelum air
digunakan.
Di Singapura (Nanyang Technological University Campus) penggunaan air
bersih dapat ditekan sebesar 12.4% untuk penyiraman toilet karena air bersih
tersebut digantikan oleh air hujan (Appan, 1999). Studi di beberapa kota di Australia
menyebutkan penggunaan air hujan dapat menghemat air bersih sampai 29.9%
(Perth) dan 32.3% (Sydney) (Zang et al., 2009). Di Jordan pemanfaatan air hujan
oleh penduduk sebagai alternatif sumber air bersih dapat mengurangi pemakaian air
(potable water) hingga 19.7%. Selain untuk keperluan minum dan memasak, air
hujan digunakan untuk perawatan taman, kebersihan di dalam dan di luar rumah.
Untuk keperluan makan dan minum tentu membutuhkan pengolahan lebih lanjut
walaupun tidak terlalu rumit (Abdulla et al., 2009). Ghisi et al (2009) menyatakan
bahwa pemakaian air hujan di bebarapa SPBU di Brasil menghemat pemakaian air
bersih (potable water) sebesar 32,770%. Selain untuk kebutuhan toilet dan taman,
air tersebut digunakan untuk pencucian kendaraan di SPBU (Ghisi et al., 2009).
IV.
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
4.2
Pengumpulan Data
Data Primer
Observasi
Pada penelitian ini observasi dilakukan untuk mengamati jaringan perpipaan
air hujan eksisting, aliran air hujan dan reservoar eksisting.
4.2.2
-
Data Sekunder
Data Curah Hujan
Pada penelitian ini, data curah hujan didapatkan dari Badan Meteorologi,
Klimatologi, Geofisika (BMKG) apabila data masih dibutuhkan pengolahan
data maka dapat dilakukan dengan analisis hidrologi dan data curah hujan
diperlukan untuk mengetahui berapa besar potensi hujan yang dapat
Catchment Area
Catchment area pada penelitian ini yaitu pada atap atap gedung FTSP, data
luas catchment area digunakan untuk mengeahui seberapa besar air hujan
yang dapat dimanfaatkan dan data catchment area atau luas atap FSTP
-
hujan, sample air hujan langsung dibawa ke Laboraturium Kualitas Air Teknik
Lingkungan UII agar kulitas air sampel hujan tidak mengalami perubahan. Parameter
yang diujikan yaitu parameter fisik adalah Bau, Rasa, Suhu, Warna, pH, Kekeruhan,
Zat Padat Terlarut (TDS), parameter kimia adalah Besi (Fe), Nitrat (NO 3-),Sulfat
(SO4), Zat Organik (KmnO4) dan parameter biologi adalah E.Coli dan Total
coliform. Pengujian sampel air hujan ini mengacu dari Permenkes No 416 Tahun
1990.
4.3.2
(BMKG) apabila data masih dibutuhkan pengolahan data maka dapat dilakukan
dengan analisis hidrologi dan untuk data catchment area didapatkan dari Badan
Pengelola Aset (BPA) FTSP. Setelah didapatkan data curah hujan dan catchment area
maka akan diketahui seberapa besar potensi air hujan yang dapat dimanfaatkan.
Cara yang dapat digunakan untuk menghitung volume air hujan yang
dibutuhkan adalah menggunakan curah hujan tahunan dikalikan dengan luasan
tangkapan air hujan, dengan rumus dibawah ini
V=xxIxAxt
...... (4.1)
Dimana
: Volume (m3)
: Koefisien limpasan
: Koefisien distribusi
4.3.3
sihingga dapat merencanakan bagaimana jaringan perpipaan air hujan (talang) pada
perencanaan Rainwater Harvesting untuk dialirkan penampungan air hujan.
4.3.4
dibandingkan dengan air hujan yang ditangkap untuk sebagai opsi pemakaian air
hujan yang akan dimanfaatkan sebagai non-potable water.
Rainwater
Harvesting.
3. Setelah melakukan perhitungan pada volume air hujan yang ditangkap, maka
dapat menentukan besar volume tampungan air hujan pada perencanaan
Rainwater Harvesting.
4.
Setelah didapatkan data sampling air hujan dan volume air hujan yang
ditangkap, sehingga dapat menentukan Filter yang digunakan untuk perencanaan
RainwaterHarvestin
5.3
Nama
Kertas A4 80 gram
Tinta Print
fotocopy dan jilid
Sampling Kualitas Air
E.coli
Nitrat
Besi
Bau
Warna
Residu Terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Temperatur
pH
Zat Organik (KmnO4)
Sulfat (SO4)
Biaya Transportasi
Jumlah
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
10
Jumlah
Satuan
rim
set
buah
Harga (Rp)
35000
60000
50000
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
sample
liter
61760
31000
52800
5000
20400
22600
12600
5000
5400
12000
23200
23200
6500
Total (Rp)
70000
60000
150000
185280
93000
158400
15000
61200
67800
37800
15000
16200
36000
69600
69600
65000
1123480
V.
N
o
Rincian Kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
6
7
8
9
Studi Literatur
Penyusunan Proposal
TA
Seminar Proposal TA
Revisi Proposal TA
Pengambilan Sampel
Analisis Data
Penyusunan Laporan TA
Revisi Laporan TA
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Latif, 2012. Pemanfaatan Air Hujan Melalui Teknologi Water Bank Untuk
Memenuhi Ketersediaan Air Bersih Disalah Satu Desa Kabupaten
Bandung Barat. Bandung.
Abdulla Fayez A., AW Al-Shareef.2009. Roof rainwater harvesting systems for
household water supply in Jordan. Desalination 243: 195-207
Ahmad Saiful F, 2013. Perencanaan Sistem Rainwater Harvesting. Studi Kasus :
Hotel Novotel Yogyakarta. Yoyakarta.
Amin M.T, dan M.Y. Han. 2009. Water environmental and sanitation status in
disaster relief of Pakistans 2005 earthquake. Desalination 248 (2009)
436445.
Anie Yulistyorini. 2011. Pemanenan Air Hujan Sebagai Alternatif Pengelolaan
Sumber Daya Air Perkotaan. Teknologi Dan Kejuruan, VOL. 34, NO.
1, :105-114
Appan, A., 1999. A dual-mode system for harnessing roofwater for nonpotable uses.
Urban Water 1 (4): 317321.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta.
Ghisi Enedir, Davi da Fonseca Tavares dan Vinicius Luis Rocha. 2009. Rainwater
harvesting in petrol stations in Brasilia: Potential for potable water
saving and investment feasibility analysis. Resources, Conservation
and Recycling 54:7985.
Helmreich, B. dan H.Horn. 2009. Opportunities in rainwater harvesting. Desalination
248:118-124.
Kahinda Jean-marc Mwenge, Akpofure E.Taigbenu dan Jean R.Boroto. 2007.
Domestic rainwater harvesting to improve water supply in rural South
Africa. Physics and Chemistry of the Earth 32: 1050-1057.
Li Zhe, Fergal Boyle dan Anthony Reynolds. 2010. Rainwater harvesting and
greywater treatment system for domestic application in Ireland.
Desalination 260:1-8.
Mahmud Achmad, Mp, 2011. Hidrologi Teknik . Universitas Hasanuddin. Makasar.
Pradnya Paramitha. Bandung.