Makalah Demam Berdarah
Makalah Demam Berdarah
Fase Demam Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD,
bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau
nyeri perut yang berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu diberikan. Antipiretik
kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DBD, Parasetamoi direkomendasikan untuk mengatasi hal
tersebut. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah jus buah, air teh manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6
jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
naikkan tetes menjadi 10ml/kgBB/jam. Bila dalam 12 jam belum ada perbaikan
klinis naikkan menjadi 15ml/KgBB/jam dan evaluasi 12jam lagi. Apabila nafas
lebih cepat, Ht naik dan tekanan nadi < 20 mmHg maka berikan cairan koloin 2030 ml/KgBB/jam, namu bila Ht menurun, berikan transfusi darah segar
10ml/KgBB/jam, Bla keadaan membaik berikan cairan sesuai butir 2.
c. DBD Derajat III dan IV atau kasus Sindrom Syok Dengue (SSD) :
1. Segera infus kristaloid (Ringer Laktat,Ringer Asetat, atau NaCl 0,5%)
20ml/KgBB dalam waktu 30 menit (Bolus) dan Oksige 2 liter/menit. Untuk SSD
berat (Derajat IV) berikan RL dan 20 ml/KgBB/jam dan kolod. Observasi
tensidan nadi tiap 15 menit, Ht dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan
gula darah.
2. Setelah 30 menit syok belum teratasi, lanjutkan Rl 20ml/KgBB dan tambah
plasma (fresh Frozen plasma) atau koloid (Dekstran 40) sebanyak 1020ml/KgBB, maksimal 30ml/KgBB. Observasi keadaan umum dan tanda vital
tiap 15 menit dan periksa Ht, trombosit tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit
dan gula darah.
Bila syok teratasi serta Hb/Ht turun, tek nadi >20mmHg, nadi kuat, kurangi
tetesan jadi 10ml/KgBB/jam. Pertahankan sampai 24 jam atau klinis membaik
dan Ht turun <40%. Lalu turunkan cairan 7ml/KgBB hingga klinis dan Ht stabil,
kemudian secara bertahap turunkan 5ml hingga 3ml/KgBB/jam. Dianjurkan
pemberian cairan tidak lebih 48 jam setelah syok teratasi. Obsrvasi klinis, tanda
vital, tiap jam, usahakan urin >1ml/KgBB/jam dan pemeriksaan Ht dan trombosit
4-6 jam sampai keadaan membaik.
Bila syok belum teratasi dan Ht belum turun (Ht>40%), berikan darah dalam
volume kecil 10ml/KgBB. Apabila tampak perdarahan masif, berikan darah segar
20ml/KgBB dan lanjutkan cairan kristaloid 10ml/KgBB/jam.
Kreteria Memulangkan Pasien Pasien, dapat dipulang apabila memenuhi semua keadaan
dibawah ini :
2. PROGNOSIS DBD
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD mortalitasnya cukup
tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan
bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak.
DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik, penatalaksanaan yang
cepat, tepat akan menentukan prognosis. Umumnya DBD Derajat I dan II tidak
menyebabkan komplikasi sehingga dapat sembuh sempurna.
DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana pasien jatuh
kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Prognosis sesuai
penetalaksanaan yang diberikan Dubia at bonam.
Rujukan meliputi transfer sebagian atau seluruh tanggung jawab penanganan pasien,
biasanya bersifat sementara atau untuk tujuan tertentu misalnya pemeriksaan tambahan,
penanganan atau penatalaksanaan yang berada diluar kompetensinya. Biasanya seorang
dokter akan merujuk pada dokter lainnya yang lebih berkompetensi.
Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat
menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat lain karena
alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat bersama atau alih
rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi
penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh usaha
ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan dalam
rawat bersama harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama. Dokter yang merujuk
dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan segala informasi tentang kondisi
pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis serta bersifat rahasia.
Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada seorang pasien yang diketahui
sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang memeriksa harus
menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang hasil pemeriksaan, pengobatan,
dan tindakan penting lainnya demi kepentingan pasien.
Dispepsia
Febris
Gastroenteritis
Diabetes mellitus
Anemia
Hipertensi
Hipoglikemia
Intoksikasi
DM tipe II
Cardiac hear failure