Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian pada pasien mola hidatidosa masih cukup
tinggi di negara berkembang yaitu berkisar antara 2,2% dan %
dan 5,7%. Sedangkan di negara maju kematian mola hampir
sudah tidak ada lagi. Frekuensi mola umumnya pada wanita Asia
lebih tinggi (1 atas 20 kehamilan) daripada wanita di negara
negara Barat (1 atas 2000 kahamilan). Tentang nasibnya
kehamilan tidak normal ini dapat dikatakan, bahwa mola keluar
sendiri atau dikeluarkan dengan suatu tindakan, pengeluaran
sendiri disertai dengan perdarahan yang banyak yang bisa
menyebabkan kematian.
Dari mola yang jinak, dapat tumbuh menjadi tumor
trofoblast yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang
kadang masih mengandung villus disamping trofoblast yang
berproliferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat
lokal, dan dinamakan moladestruens (invasive mole, penyakit
trofoblastganas jenis villosum).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari mola hidatidosa
2. Untuk mengetahui gejala gejala dan tanda dari mola hidatidosa
3.
Untuk mengetahui bagaimana mendiagnosis dari mola
hidatidosa
4. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan dari mola hidatidosa
5. Untuk mengetahui bagaimana prognosis dari mola hidatidosa
C. Manfaat

1.
2.
3.
4.
5.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :


Mengetahui pengertian dari mola hidatidosa
Mengetahui gejala gejala dan tanda dari mola hidatidosa
Mengetahui bagaimana mendiagnosis dari mola hidatidosa
Mengetahui bagaimana pengobatan dari mola hidatidosa
Mengetahui bagaimana prognosis dari mola hidatidosa

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian Mola Hidatidosa


Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang

tidak wajar dimana tidak ditemukan janain dan hampir seluruh


vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu
berupa gelembung- gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter
sampai 1 atau 2 cm ( Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi)
yang tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil

yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah


anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik
menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi
dengan

cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan

membesarnya uterus dan menghasilkan

sejumlah

cepat,

besar human

chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).


B.

Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor


penyebabnya adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik

sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.


2. Imunoselektif dari tropoblast.

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.

4. Paritas tinggi, Kekurangan protein, Infeksi virus

dan

faktor

kromosom

yang

(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)


C.

Gejala gejala dan tanda

belum

jelas.

Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa


berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing
dan lain lain,hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya
besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. Ada pula kasus
kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar walaupun
jaringan

belum

dikeluarkan.

Dalam

hal

ini

perkembangan

jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan


kemungkinan adanya jenis dying mole.
Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah
sakit.Gejala

perdarahan

ini

biasanya

terjadi

antara

bulan

pertama sampai ketujuh dengan rata rata 12 -14 minggu. Sifat


perdarahan biasa intermitten, sedikit sedikit atau sekaligus
banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. Karena
perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam
keadaan anemia.
Seperti juga pada kehamilan biasa, mola hidatidosa bisa
disertai oleh preeklamsia ( eklamsia ), hanya perbedaannya
adalah bahwa preeklamsia pada mola terjadinya lebih muda
daripada kehamilan biasa. Penyulit yang lain pada akhir akhir
ini

banyak

di

kasus

banyak

dipermasalahkan

adalah

tirotoksikosis. Maka, Martaadisoebrata menganjurkan agar tiap

kasus mola hidatidosa dicari tanda tanda tirotoksikosis secara


aktif seperti kita selalu mencari tanda tanda preeklamsia pada
tiap kehamilan biasa. Biasanya penderita meninggal karena krisis
tiroid.
Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli trofoblas ke
paru paru. Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi
seltrifoblas ke paru- paru tanpa memberikan gejal apa apa.
Akan tetapi, pada mola kadang kadang jumlah sel trofoblas ini
sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru
paru akut yang biasa menyebabkan kematian.
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein,baik
unilateral maupun bilateral. Umumnya kista ini menghilang
setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus kasus
dimana kista lutein baru ditemukan pada waktu follow up.
Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang
10,2 %, tetapi bila menggunakan USG angkanya meningkat
sampai 50 %. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai risiko 4
kali lebih besar untuk mendapat degenerasi keganasan di
kemudian hari daripada kasus kasus tanpa kista.
D.

Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan
amenorea, perdarahan per vaginam, uterus yang lebih besar dari
tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti

dan tidak terdapat tanda tanda adanya janin didalamnya


seperti

balottemen

pada

pada

palpasi,

gerak

janin

pada

auskultasi, kerangka janin pada pemeriksaan Roentgen, dan


denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan
gejala yang sering ditemukan. Untuk memperkuat diagnosis
dapat

dilakukan

pemeriksaan

kadar

Human

Chorionic

Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara biosay,


immunosay, maupun radioimmunosay. Peninggian hCG, terutama
dari hari ke 100, sangat sugestif.
1. Pemeriksaan palpasi :
a). Uterus
Lebih besar dari usia kehamilan ( 50% - 60%)
Besarnya sama dengan usia kehamilan ( 20% - 25% )
Lebih kecil dari usia kehamilan ( 5- 10%)
b). Palpasi lunak seluruhnya
Tidak teraba bagian janin
Terdapat bentuk asimetris,bagian menonjol agak padat
( mola destruen ).
2. Pemeriksaan MRI
a. Tidak tampak janian
b.Jaringan mola jelas terlihat.
Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana
kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa
badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang
lebah (honey comb).

Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat keluarnya


gelembung mola. Namun, bila kita menunggu sampai gelembung
mola

keluar

biasanyasudah

terlambat

karena

pengeluaran

umumnya disertai perdarahan yang banyak dan kaeadaan umum


pasien menurun. Terbaik ialah bila dapat mendiagnosa mola
sebelum keluar.
E.

Pengobatan
Berhubung dengan kemungkinan,bahwa mola hidatidosa
menjadi ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan
usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang
diingini, ialah histerektomi. Akan tetapi pada wanita yang masih
menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan,
dialkukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction
curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosinintravena.
Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk
mengeluarkan sisa konseptus, kerokan perlu dilakukan hati hati
berhubung dengan bahaya perforasi.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya itu dilakukan kerokan
ulangandengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus
betul betul kosong, dan untuk memeriksa tingkat proferasi sisa
trofoblast yang dapat ditemukan. Makin tinggi tingkat itu, makin
perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan.

Sebelum

mola

dikeluarakan,

sebaiknya

dilakukan

pemeriksaan Roentgen paru paru untuk menenetukan ada


tidaknya metastasis di tempat tersebut.
Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua
ovarium membesar menjadi kisat teka lutein. Kista kista ini
yang tumbuh karena pengaruh hormonal, kemudian mengecil
sendiri.
Terapi mola hidatidosa
Terapi mola hidatidosa dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.Terjadi perdarahan dan ekspulsi jaringan mola hidatidosa
a). Persiapan pemasangan infus dan rencanakan transfusi darah.
b). Lakukan curretage suction
1.
Lindungi dengan oksitosin drip, sehingga uterus segera
mengecil mengikuti di keluarkannya jaringan mola
2.
Ikuti dengan kuretase tajam sehingga sebagian besar
jaringan mola dapat dikeluarkan.
3.
Lakukan pemeriksaan PA pada kedua jaringan mola
hidatidosa :
Sampel yang berasal dari curretage suction
Sampel yang berasal dari kuretase tajam.
c). Observasi tinggi fundus uteri,kontraksi dan perdarahan.
d). Evaluasi laboratorium :
1.Darah lengkap
2. Urin lengkap
3. Fungsi liver dan ginjal
4. Faal hemostasis ( waktu perdarahan, jumlah trombosit ).
5. Jika mungkin, konsentasi beta hCG urin 24 jam atau serum.
6. Observasi faal paru( jumlah pernapasan permenitnya, dalamnya
pernapasan, jika mungkin jumlah elektolitnya).

F.

Prognosis
Kematian

pada

mola

hidatidosa

disebabkan

oleh

perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara


maju kematian karena mola hampir tidak ada lagi.akan tetapi, di
negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2
% dan 5,7%. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat
kembali

setelah

jaringannya

dikeluarkan,

tetapi

ada

seb\kelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi


keganasan menjadi kaziokarsinoma. Persentase keganasan yang
dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda beda, berkisar
antara 5,56%. Bila terjadi keganasan, maka pengelolaan secara
khusus pada divisi Onkologi Ginekologi.
G.

Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa
komplikasi sebagai berikut:
1. Anemia

2. Syok

3. Preeklampsi atau Eklampsia

4. Tirotoksikosis

5. Infeksi sekunder.

6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.

1. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira kira 18-

20% kasus, akan menjadi mola destruens


atau koriokarsinoma.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang
tidak wajar dimana tidak ditemukan janain dan hampir seluruh
vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.
Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa
berbeda dengan kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing
dan lain lain,hanya saja derajat keluhannya sering lebih hebat.
Kadar hCG pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
USG ( B - Scan) memberi gambaran yang khas mola hidatidosa.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan,
infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.

B.

Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan khususnya sebagai calon
perawat, kita harus mengerti dan memahami dan memberikan

penanganan jika kita mendapatkan pasien yang menderita mola


hidatidosa, dan mencegah terjadinya perdarahan sehingga tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan yang bisa berakibat fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Chandranita,dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri, edisi I.


EGC :

Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Pt. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat. Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
http://eviesetya.wordpress.com/2012/03/07/laporan-pendahuluandan-asuhan-keperawatan-mola-hidatidosa/
http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/11/askep-molahidatidosa.html

Anda mungkin juga menyukai