Skrizofernia
Skrizofernia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Skizofrenia
1. Pengertian
Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi,
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataaan terutama karena
waham
dan
halusinasi,
assosiasi
terbagi-bagi
sehingga
muncul
10
&
yanc,
merupakan
11
b. Faktor lingkungan
Penelitian menyatakan bahwa ibu yang terlalu melindungi,
hubungan perkawinan orang tua yang kurang sehat, kesalahan dalam
pola komunikasi diantara anggota keluarga dapat menimbulkan
skizofrenia. Skizofrenia tidak diduga sebagai suatu penyakit tunggal
tetapi sebagai sekelompok penyakit dengan ciri-ciri klinik umum.
Banyak teori penting telah diajukan mengenai etiologi dan ekspresi
gangguan ini, salah satunya yang diungkapkan oleh Residen Bagian
Psikiatri UCLA.
c. Teori biologik dan genetik
Penelitian keluarga (termasuk penelitian kembar dan adopsi) sangat
mendukung teori bahwa faktor genetik sangat penting dalam transmisi
mendukung skizofrenia atau paling tidak memberi suatu sifat
kerawanan dan juga dapat menjadi penyebab peningkatan insiden dari
sindrom, yang mirip dengan skizofrenia (gangguan kepribadian
skizoafektif, skizotipik dan lainnya) yang terjadi dalam keluarga.
d. Hipotesis neurotransmitter
Penelitian terakhir memperlihatkan adanya kelebihan reseptor
dopaminergik
dalam
susunan
syaraf
pusat
(SSP)
penderita
memblokir
reseptor
dopaminergik.
Penelitian
12
kekuatan
protektif
dengan
tetap
mempertahankan
lingkungan
adalah
model
diatesis-stress.
Model
ini
13
2. Faktor biologis
Semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofiologis
untuk daerah tertentu di otak termasuk sistem limbik, korteks
frontalis dan ganglia basalis. Ketiga daerah tersebut saling
berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu daerah tersebut
mungkin melibatkan patologi primer di daerah lainnya sehingga
menjadi suatu tempat potensial untuk patologi primer pasien
skizofrenik.
3. Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Adapun kriteria diagnostik skizofrenia meliputi (Maramis, 2009):
a. Gangguan pada isi pikiran
Delusi atau kepercayaan salah yang mendalam merupakan gangguan
pikiran yang paling umum dihubungkan dengan skizofrenia. Delusi
ini mencakup delusi rujukan, penyiksaan, kebesaran, cinta, kesalahan
diri, kontrol, nihil atau doss dan pengkhianatan. Delusi lain berkenan
dengan kepercayaan irasional mengenai suatu proses berpikir, seperti
percaya bahwa pikiran bisa disiarkan, dimasuki yang lain atau hilang
dari alam pikirannya karena paksaan dari orang lain atau objek dari
luar. Delusi somatik meliputi kepercayaan yang salah dan aneh
tentang kerja tubuh, misalnya pasien skizofrenia menganggap bahwa
otaknya sudah dimakan rayap.
14
15
e. Gangguan psikomotor
Pasien skizofrenia kadang akan terlihat aneh dan cara yang
berantakan, memakai pakaian aneh atau membuat mimik yang aneh
atau pasien skizofrenia akan memperlihatkan gangguan katatonik
stupor (suatu keadaan di mana pasien tidak lagi merespon stimulus
dari luar, mungkin tidak mengetahui bahwa ada orang di sekitarnya),
katatonik rigid (mempertahankan suatu posisi tubuh atau tidak
mengadakan gerakan) dan katatonik gerakan (selalu mengulang suatu
gerakan tubuh) menonjol adalah afek yang menumpul, hilangnya
dorongan kehendak dan bertambahnya kemunduran sosial.
Menurut Eugen Bleuler (1857-1938) dalam Kaplan & Sadock,
(2010) membagi gejala-gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok: gejala
positif dan negatif. Gejala positif antara lain thougt echo, delusi,
halusinasi. Gejala negatifnya seperti: sikap apatis, bicara jarang, efek
tumpul, menarik diri. Gejala lain dapat bersifat non-skizofrenia
meliputi kecemasan, depresi dan psikosomatik.
B.
Depresi
1.
Pengertian Depresi
Menurut sejarah psikiatri dapat dilihat bahwa pengertian depresi
sebagai gangguan tersendiri terpisah dari gangguan mental lain yang telah
16
lama ada sejak zaman Hipocrates (460-377 SM). Hipocrates inilah yang
berusaha mengklasifikasikan gangguan jiwa dalam beberapa penyakit
yang berdiri sendiri: epilepsi, mania (gaduh, gelisah, melankoli (depresi),
paranoid. Walaupun namanya berbeda, waktu itu diberi nama
melancholy, yang digambarkan sebagai kemurungan atau kesedihan yang
ditimbulkan oleh karena kelebihan cairan empedu yang berwarna hitam
(zwartgalligheid). Kemudian pada tahun 1905 istilah melancholy diganti
dengan depresi oleh Meyer dengan alasan etiologi yang luas. Depresi
merupakan kata Indonesia yang disadur dari bahasa Inggris yaitu
depression, sadness dan low spirit (Hornby et al., 1955 dalam.
Prawirohardjo, 2000).
Depresi adalah suatu penyakit jiwa yang gejala utamanya adalah
sedih, yang dapat disertai gejala-gejala psikologik lainnya, gangguan
somatik maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan
digolongkan kedalam penyakit jiwa afektif (Prawirohardjo, 2000). Stuart
(2006) berpendapat bahwa depresi atau melankolia adalah suatu
kesedihan dan perasaan yang berkepanjangan atau abnormal. Dapat
digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, seperti tanda, gejala,
sindrom, emosional, reaksi. Menurut Pedoman Penggolongan dan
Diagnostik Gangguan Jiwa III di Indonesia yang dimaksud depresi adalah
sekumpulan gejala dengan gambaran utama gangguan mood yang
17
disfungsi
otak,
aktivitas
kejang
limbik,
disfungsi
atau
kegagalan.
Rasa
marah
dipindahkan
dan
Teori kognitif: konsep negatif dari diri, pengalaman, orang lain dan
lingkungan merupakan kontribusi terjadinya depresi. Kepercayaan
bahwa seseorang tidak dapat mengontrol situasi memberikan
kontribusi terjadinya depresi.
18
f.
3.
Etiologi Depresi
Faktor penyebab terjadinya depresi menurut Kaplan dan Saddock
(2010) adalah:
a.
Faktor Biologi
Noreepinephrin dan serotonin adalah dua jenis neurotransmitter
yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi gangguan alam
perasaan pada manusia. Gangguan depresi melibatkan keadaan
patologi di limbic system, basal ganglia dan hypothalamus. Limbic
system dan basal ganglia berhubungan sangat erat, hipotesa sekarang
menyebutkan produksi alam perasaan berupa emosi, depresi dan
mania rupakan peranan utama limbic system. Disfungsi hypothalamus
berakibat perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual
dan memacu perubahan biologi dalam endokrin dan imunologik.
b. Faktor Genetika
Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja)
memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya. Gangguan
bipolar lebih kuat menurun daripada unipolar. Sebanyak 50 % pasien
bipolar memiliki satu orang tua dengan alam perasaan atau gangguan
afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika salah satu orang
tua mengidap gangguan bipolar maka 27 % anaknya memiliki resiko
19
20
a.
b.
c.
d.
5.
Gejala-gejala Depresi
Menurut Pedoman dan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ) III depresi ditandai dengan gejala, yaitu (Videbeck, 2008) :
a. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
1) Afek depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
21
Gejala fisik
Gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan
variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang
dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum
yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
1) Sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
22
sulit
memfokuskan
energi
pada
hal-hal
prioritas.
23
Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri
Penyebabnya,
orang
yang
mengalami
depresi
cenderung
24
25
Tingkatan Depresi
Menurut
PPDGJ-III,
depresi
dibagi
sesuai
dengan
tingkat
26
27
dengan
menggunakan
kombinasi
terapi
psikologis
dan
28
29
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan gangguan
depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien adalah
sangat penting. Tujuan dari terapi terhadap keluarga pasien yang
depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa,
merubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang
menghambat proses penyembuhan pasien.
4) Penanganan ansietas (relaksasi)
Macam relaksasi antara lain (Davis et.al., 1995): Relaksasi
progresif,
pernafasan
mendengarkan
musik,
dalam,
meditasi,
biofeedback,
guided
kesadaran
imagery,
tubuh,
dan
visualisasi.
8.
30
menyatakan
perasaan
yang
sesungguhnya
ini
dalam
31
c. Bunuh diri
merasa hidup tak ada gunanya, mengharapkan kematian atau pikiranpikiran lain kearah itu, ada ide-ide bunuh diri atau langkah-langkah ke
arah itu.
d. Gangguan pola tidur (initial insomnia)
Ada keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur misalnya, lebih dari
setengah jam baru masuk tidur; ada keluhan tiap malam sukar masuk
tidur.
e. Gangguan pola tidur (middle insomnia)
pasien mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam, terjadi
sepanjang malam (bangun dari tempat tidur kecuali buang air kecil).
f. Gangguan pola tidur (late insomnia)
bangun saat dini hari tetapi dapat tidur lagi, bangun saat dini hari
tetapi tidak dapat tidur lagi.
g. Kerja dan kegiatan-kegiatannya
pikiran perasaan ketidakmampuan keletihan atau kelemahan yang
berhubungan dengan kegiatan kerja atau hobi; hilangnya minat
terhadap pekerjaan atau hobi atau kegiatan lainnya baik langsung atau
tidak pasien menyatakan kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang;
berkurangnya waktu untuk aktivitas sehari-hari atau produktivitas
menurun. Bila pasien tidak sanggup beraktivitas, sekurang-kurangnya
3 jam sehari dalam kegiatan sehari-hari; tidak bekerja karena sakitnya
sekarang (dirumah sakit) bila pasien tidak bekerja sama sekali, kecuali
32
tugas-tugas di bangsal atau jika pasien gagal melaksanakan; kegiatankegiatan di bangsal tanpa bantuan.
h. Kelambanan (lambat dalam berpikir, berbicara gagal berkonsentrasi,
dan aktivitas motorik menurun) sedikit lamban dalam wawancara;
jelas lamban dalam wawancara; sukar diwawancarai; stupor (diam
sama sekali).
i. Kegelisahan (agitasi)
kegelisahan ringan; memainkan tangan jari-jari, rambut, dan lain-lain;
bergerak terus tidak dapat duduk dengan tenang; meremas-remas
tangan, menggigit-gigit kuku, menarik-narik rambut, menggigit-gigit
bibir.
j. Kecemasan (ansietas somatik)
sakit nyeri di otot-otot, kaku, dan keduten otot; gigi gemerutuk; suara
tidak stabil; tinitus (telinga berdenging); penglihatan kabur; muka
merah atau pucat, lemas; perasaan ditusuk-tusuk.
k. Kecemasan (ansietas psikis)
ketegangan subyektif dan mudah tersinggung; mengkhawatirkan halhal kecil; sikap kekhawatiaran yang tercermin di wajah atau
pembicaraannya; ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya.
l. Gejala somatik (pencernaan)
nafsu makan berkurang tetapi dapat makan tanpa dorongan teman,
merasa perutnya penuh; sukar makan tanpa dorongan teman,
membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk
saluran pencernaan.
33
badan
berkurang
berhubungan
sekarang,jelas
penurunan
berat
dengan
badan,tak
penyakitnya
terjelaskan
lagi
34
r. Variasi Harian
adakah perubahan atau keadaan yang memburuk pada waktu malam
atau pagi.
s. Depersonalisasi (perasaan diri berubah) dan derealisasi (perasaan
tidak nyata tidak realistis).
t. Gejala-gejala paranoid
Kecurigaan; pikiran dirinya menjadi pusat perhatian, atau peristiwa
kejadian diluar tertuju pada dirinya (ideas refence); waham kejaran.
C.
Terapi Senam
Pendekatan psikoterapi bagi pasien terdepresi adalah pendekatan
kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur. Walaupun
setelah periode depresif menghilang, intervensi keterampilan jangka panjang
masih diperlukan. Pada beberapa program terapi, modelling dan permainan
peran dapat membantu menegakkan keterampilan pemecahan masalah yang
baik. Beberapa pendekatan psikoterapi berbeda yang digunakan telah
menunjukkan hasil, yaitu psikoterapi perorangan, terapi berorientasi
kesadaran, terapi tingkah laku, terapi bermain, model stress hidup, psikoterapi
kognitif, terapi aktivitas kelompok, terapi kerja, pendidikan remedial,
penempatan di luar rumah serta ECT (Weller, 1990). Terapi aktivitas
kelompok merupakan suatu jenis terapi aktivitas yang dilaksanakan oleh
pasien dengan depresi secara bersama-sama dalam usaha penyaluran energi
secara benar dalam bentuk senam.
35
36
37
38
5.
39
40
41
42
43
kaki kanan ke posisi awal (3) dan bawa kaki kiri kembali ke posisi
awal (4)
e. Berjalan
Melangkah maju dan mundur. Hampir sama dengan double step,
hanya dalam penggunaan langkah kaki kiri tidak menutup langkah ke
kaki kanan (pada hitungan 1) melainkan bawa kaki kiri di sisi
belakang kaki kanan. Salah satu kaki menapak di lantai, kaki lainnya
di gunakan untuk mengangkat lutut.
44
D.
Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya dapat
dibuat kerangka teori sebagai berikut.
Jenis gangguan jiwa :
a. Skizofrenia
b. Depresi
c. Kecemasan
d. Gangguan Kepribadian
e. Gangguan Mental Organik
f. Gangguan Psikosomatik
g. Retardasi Mental
h. Gangguan Perilaku Masa
Anak dan Remaja
Depresi
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Status perkawinan
Tingkat Depresi
-
Ringan
Sedang
Berat
Penanganan :
a. ECT
b. Psikofarmaka atau
obat
c. Terapi psikologis:
- Psikoterapi
d. Terapi aktifitas
Kelompok :
- Berkomunikasi
- Menggambar
- Keluarga
e. Terapi fisik
- Senam
- Kerja bakti
45
E. Kerangka Konsep
Variabel terikat
Variabel bebas
Tingkat Depresi
sebelum diterapi
Terapi senam
aerobic low
impact
Variabel terikat
Tingkat Depresi
setelah diterapi
Keterangan :
:
: Diteliti
F. Hipotesis
Ho: Tidak ada pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat
depresi pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas tahun
2012.
Ha: Ada pengaruh terapi senam aerobik low impact terhadap tingkat depresi
pada pasien skizofrenia di Ruang Sadewa RSUD Banyumas tahun 2012.