Anda di halaman 1dari 14

Merumuskan Hipotesis

Ju

rusan Pendidikan
Bahasa Jerman

Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Negeri Yogyakarta

2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai
tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab
masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan
terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat
dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat
diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat
peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria
perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun
pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti
juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan
yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka makalah ini akan membahas mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang
mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja persyaratan untuk hipotesis?

3. Apa saja jenis-jenis hipotesis?


4. Apa saja kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis?
5. Bagaimana cara menguji hipotesis?
6. Apakah semua penelitian harus berhipotesis?

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Hipotesis
Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang pemecahan
masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan
sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian
yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan
taraf pencapaiannya yaitu:
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai
melalui membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai
setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, yaitu hypo
yang artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang
kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama
serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang
kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya
peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang
paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti
akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau
sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak
terbukti (pada akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang
terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:


1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel
penyebab dan variabel akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang
ditimbulkan oleh penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.
Namun tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun
hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian
eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak
berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi
mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya.
G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan
bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
Deobold Van Dalen mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies
yang termasuk penelitian hipotesis yaitu:
a. Case studies
b. Causal comparative studies
c. Correlations studies
ciri hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi
syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan
prosedur penelitian, melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus memiliki
beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1; Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau
dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
2; Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan secara operasional.
Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara
operasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel
independen dan variabel dependen.

3; Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan
gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis
secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya
yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
4; Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan preferensi
subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam
hipotesis.
5; Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan)
yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang diliputi. Kemudian,
hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan
spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk mengujinya. Oleh
sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk
mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun
generalisasi.
6; Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya.
Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam
istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y dapat positif atau
negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang, atau unit analisis yang
jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan
dengan hal tersebut, teori menjadi penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis
yang dapat diteliti karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan
dihipotesiskan.
7; Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara
eksplisit.
B. Syarat-syarat Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat
merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai
berikut:
1.
2.

Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.


Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel.

3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
atau hasil penelitian yang relevan.
C. Jenis-jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika... maka...
b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...
c. Ada pengaruh... terhadap...
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol
atau nihil.
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan
statistik.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...
b. Tidak ada pengaruh... terhadap...
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan
hipotesis.
D. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan
tidaknya hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin merumuskan hipotesis yang isinya
benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak,
atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis

yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut
terbukti.
Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan
dalam penarikan kesimpulan. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali
disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang
mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat
pengujian hipotesis ikut berperan.
Macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis:
Kesimpulan dan Keputusan

Keadaan Sebenarnya
Hipotesis benar

Hipotesis salah

Terima hipotesis

Tidak membuat kekeliruan

Kekeliruan macam II

Tolak hipotesis

Kekeliruan macam I

Tidak membuat kekeliruan

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I


dinyatakan dengan (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam II dinyatakan
dengan (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan.
Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya kesediaan yang
berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan
pada populasi. Besarnya taraf signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih
dahulu. Untuk penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan pada umumnya digunakan
taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan yang resikonya
menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bahkan mungkin 0,0001.
E. Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian
hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis
tersebut.
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis
alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
Misal dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika
kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat
dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2%.

Daerah pe
Ho 9 Daerah

nerimaan
5%

kritik

2%

Daerah
kritik

2%
0

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut
daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis, yang
diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi.
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari perhitungan
Z-score dengan rumus:
!!
!= !
"
Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan,
tidak diterima.
F. Penelitian Tanpa Hipotesis
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua
peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data
yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butirbutirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan
menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang
sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya
masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian,
banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian.
Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan
hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.

Contoh:Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan kantor A.
Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan kantor A?
(tidak dihipotesiskan).
Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
karyawan kantor A.

a; Fungsi hipotesis

2. Fungsi Hipotesis
Fungsi atau kegunaan hipotesis yang disusun dalam suatu rencana penelitian, setidaknya ada
empat yaitu:
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
Untuk dapat sampai pada pengetahuan yang dapat dipercaya mengenai masalah pendidikan,
peneliti harus melangkah lebih jauh dari pada sekedar mengumpukan fakta yang berserakan,
untuk mencari generalisasi dan antar hubungan yang ada diantara fakta-fakta tersebut. Antar
hubungan dan generalisasi ini akan memberikan gambaran pola, yang penting untuk memahami
persoalan. Pola semacam ini tidaklah menjadi jelas selama pengumpulan data dilakukan tanpa
arah. Hipotesis yang telah terencana dengan baik akan memberikan arah dan mengemukakan
penjelasan. Karena hipotesis tersebut dapat diuji dan divalidasi (pengujian kesahiannya) melalui
penyelidikan ilmiah, maka hipotesis dapat mebantu kita untuk memperluas pengetahuan.
b.

Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam

penelitian.
Pertanyaan tidak dapat diuji secara langsung. Penelitian memang dimulai dengan suatu
pertanyaan, akan tetapi hanya hubungan antara variabel yang akan dapat duji. Misalnya, peneliti
tidak akan menguji pertanyaan apakah komentar guru terhadap pekerjaan murid menyebabkan
peningkatan hasil belajar murid secara nyata? akan tetapi peneliti menguji hipotesis yang
tersirat dalam pertanyaan tersebut komentar guru terhadap hasil pekerjaan murid, menyebabkan
meningkatnya hasil belajar murid secara nyata atau yang lebih spesifik lagi skor hasil belajar
siswa yang menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya akan lebih tinggi dari
pada skor siswa yang tidak menerima komentar guru atas pekerjaan mereka sebelumnya.

Selanjutnya peneliti, dapat melanjutkan penelitiannya dengan meneliti hubngan antara kedua
vatiabel tersebut, yaitu komentar guru dan prestasi siswa.
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
Hipotesis merupakan tujuan khusus. Dengan demikian hipotesis juga menentukan sifat-sifat data
yang diperlukan untuk menguji pernyataan tersebut. Secara sangat sederhana, hipotesis
menunjukkan kepada para peneliti apa yang harus dilakukan. Fakta yang harus dipilih dan
diamati adalah fakta yang adahubungann nya dengan pertanyaan tertentu. Hipotesislah yang
mentukan relevansi fakta-fakta itu. Hipotesis ini dapat memberikan dasar dalam pemilihan
sampel serta prosedur penelitian yang harus dipakai. Hipotesis jufga dapat menunjukkan analisis
satatistik yang diperlukan dan hubungannya yang harus menunjukkan analisis statistik yang
diperlukan agar ruang lingkup studi tersebut tetap terbatas, dengan mencegahnya menjadi terlalu
sarat.
Sebagi contoh, lihatlah kembali hipotesis tentang, latihan pra sekolah bagi anak-anak kelas satu
yang mengalami hambatan kultural. Hipotesi ini menunjukkan metode penelitian yang
diperlukan serta sampel yang harus digunakan. Hipotesis inipun bahkan menuntun peneliti
kepada tes statistik yang mungkin diperlukan untuk menganalisis data. Dari pernyataan hipotesis
itu, jelas bahwa peneliti harus melakukan eksperimen yang membandingkan hasil eblajr dikelas
satu dari sampel siswa yang mengalami hambatan kultural dan telah mengalami program pra
sekolah dengan sekelompok anak serupa yang tidak mengalami progaram pra sekolah. Setiap
perbedaan hasil belajar rata-rat kedua kelompok tersebut dapat dianalaisis denga tes atai teknik
analis variansi, agar dapat diketahui signifikansinya menurut statistik.
d.

Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.

Akan sangat memudahkan peneliti jika mengambil setiap hipotesis secara terpisah dan
menyatakan kesimpulan yang relevan dengan hipotesis tersebut. Artinya, peneliti dapat
menyusun bagian laporan tertulis ini diseputar jawaban-jawaban terhadap hipotesis semula,
sehingga membuat penyajian ini lebih berarti dan mudah dibaca.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan arah
dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah data dan mengambil
kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah usaha untuk membuktikan
hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu bertujuan
untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Hipotesis berfungsi sebagai
kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan mempermudah dalam penyusunan
laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis alternatif
(Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis statistik.
Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita buat:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha ().
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta ().
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal. Apabila harga Z-score
terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan, tidak diterima.
B. Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan
yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian merupakan cara
primer manusia dalam mengembangkan kajian ilmu. Dengan berkembangnya ilmu
bimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah personal-personal dalam
menghadapi persoalan-persoalan hidup yang makin kompleks mengikuti perkembangan
masa.

KAJIAN PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai