Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK LIMBAH DAN BEKAS

TAMBANG TIMAH TERHADAP


LINGKUNGAN
Kasus Di Kecamatan Belinyu
Kabupaten Bangka Provinsi Bangka
Belitung

Rahmawaty Dukalang
(811412020)

PENDAHULUAN

Tambang Inkonvensional (TI) sudah sangat dikenal di kalangan


rakyat Bangka Belitung.
Pada mulanya pengelola TI melakukan kegiatan di dalam areal
kuasa penambangan (KP) PT. Tambang Timah dan kalau sudah
habis mereka bisa pindah ke tempat lain yang ditentukan oleh PT.
Tambang Timah. Akan tetapi, setelah masuk di era reformasi, dari
tahun 1998 ke atas, masyarakat mulai mencaricari lokasi di luar
KP PT. Tambang Timah sehingga jumlah TI berkembang pesat
menjadi ribuan. Mereka kini di luar kontrol karena menambang
kebanyakan di luar KP PT. Tambang Timah. Seiring dengan
pesatnya TI, pembangunaN smelter (pabrik peleburan atau
pengolahan bijih timah menjadi timah balok) juga mengalami
peningkatan sangat tajam, menjadi ancaman besar terjadinya
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan smeltersmelter baru
tersebut kurang mempertimbangkan sisi lingkungan.

Dampak bagi
Pembangunan

Kerusakan Lingkungan Abiotik


Kerusakan yang ditimbulkan TI tidak hanya terjadi di
lokasi penambangan. Kerusakan alam bahkan terjadi
hingga ke pantai, tempat bermuara sungai- sungai
yang membawa air dan lumpur dari lokasi TI. Di
kawasan pantai, hutan bakau di sejumlah lokasi rusak
akibat
limbah
penambangan
TI.
Bekas-bekas
penambangan
TI
umumnya
dibiarkan
saja
sebagaimana adanya, tanpa ada upaya mereklamasi.
Dengan luasan wilayah penambangan antara dua
sampai lima hektar, lubang-lubang besar pada
permukaan tanah yang mereka gali merupakan
pemandangan yang tampak mengenaskan.

Dampak bagi
Pembangunan

Kerusakan Lingkungan Biotik


Penambangan timah inkonvensional di Bangka
belitung kini masih terus berlangsung, termasuk
di kawasan hutan lindung. Salah satunya adalah
di kawasan hutan lindung Gunung Pelawan.
Penambang secara sembunyi-sembunyi tetap
menambang timah di kawasan terlarang
tersebut. TI juga merusak daerah aliran sungai,
kawasan sempadan pantai, hutan lindung, dan
hutan
produksi.
Lubang-lubang
bekas
penambangan tandus karena tidak direklamasi.

Dampak bagi
Pembangunan

Kerusakan Lingkungan Sosio-Kultural


TI juga dituding pemerintah sebagai biang
kekacauan pembayaran royalti dari pertambangan
timah.
Banyak
dan
tidak
terkendalinya
penambangan
inkonvensional
menyebabkan
sulitnya pemungutan royalti. Maraknya TI juga
dirasakan berdampak pada sulitnya bahan bakar
minyak, terutama solar. Di semua stasiun pengisian
bahan bakar untuk umum (SPBU) di pulau itu selalu
terjadi antrean jerigen penampung solar. Solar dari
SPBU itu digunakan untuk keperluan operasional TI.
Di sisi lain, tataniaga timah juga memunculkan
persoalan baru yaitu praktik penyelundupan pasir
timah ke luar negeri, khususnya ke Singapura.
Menurut aturan yang resmi, sebenarnya hanya

Kebijakan Pemerintah

Pengelolaan sumberdaya alam berupa pertambangan


umum di Kabupaten Bangka, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku merupakan kewenangan Kabupaten
Bangka. Sumberdaya alam berupa pertambangan agar
dapat dikelola secara efektif, efesien, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan serta berkeadilan
sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas
kepada masyarakat dan Daerah, maka dipandang
perlu diatur pengelolaannya dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bangka Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Pertambangan Umum, sambil menunggu
diberlakukannya Undangundang Pertambangan
Batubara dan Mineral

Dalam bab II pasal 2 Peraturan Daerah


tersebut dinyatakan bahwa : Setiap
pengelolaan
pengusahaan
pertambangan hanya dapat dilakukan
setelah mendapat IUP (Izin Usaha
Pertambangan), IUPR (Izin Usaha
Pertambangan
Rakyat)
dan/atau
Perjanjian Usaha Pertambangan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai