Pendahuluan
semangka baik untuk mendukung pertumbuhan maupun hasil tanaman. Untuk mencukupi
kebutuhan unsur hara tanaman dilakukan penambahan pupuk organik dan anorganik baik
berupa pupuk tunggal maupun pupuk majemuk, salah satu jenis pupuk majemuk adalah NPK
Mutiara (16:16:16).
Penelitian Sudjianto & Krestiani (2009), perlakuan pemupukan NPK pada dosis 80
g/tanaman, memberikan hasil terbaik pada tanaman melon terlihat dari berat buah per
tanaman, per petak dan kadar gula tertinggi. Hasil penelitian Ariani (2009), tentang uji NPK
(16:16:16) dan berbagai mulsa pada tanaman cabai menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman semakin meningkat dengan semakin
tingginya dosis pupuk NPK yang diberikan pada berbagai jenis mulsa.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk NPK yang terbaik
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan hasil semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas
baginda F1 di lahan gambut. Hipotesis penelitian adalah bahwa Pemberian beberapa dosis
pupuk NPK (16:16:16) memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil
semangka (Citrullus vulgaris L.) varietas baginda F1 di lahan gambut.
2.
Tinjauan Pustaka
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang tumbuh merambat. Semangka
berasal dari daerah kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang pesat ke
berbagai negara-negara seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia (Damayanti,
2009). Menurut Prajnanta (2003), klasifikasi tanaman semangka sebagai berikut:
Divisio: Spermatophyta, Sub-divisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Sub-kelas:
Sympetalae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae, Genus: Citrullus, Spesies: Citrullus
vulgaris L.
Duljapar & Setyowati (2000) menjelaskan bahwa secara umum semangka butuh tanah yang
gembur sedikit berpasir dan cukup tinggi mengandung bahan organik. Tanah yang cocok
untuk tanaman semangka adalah tanah porous (sarang) sehingga mudah membuang kelebihan
air. Kemasaman (pH) tanah optimal bagi semangka agar dapat tumbuh baik berkisar 6,5-7,2.
Agar diperoleh kondisi pH optimal tersebut, tanah yang bersifat masam (pH kurang dari 6)
perlu diberi kapur.
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan semangka adalah curah hujan yang ideal
untuk areal penanaman semangka adalah 40-50 mm/bulan. Seluruh areal pertanaman
semangka perlu sinar matahari sejak terbit sampai tenggelam. Tanaman semangka dapat
tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu kurang lebih 25 C pada
siang hari. Kelembaban udara cenderung rendah bila sinar matahari menyinari areal
penanaman. Kondisi demikian cocok untuk penanaman semangka. Ketinggian tempat yang
ideal untuk areal penanaman semangka adalah 100-300 m dpl, namun dapat juga ditanam
pada ketinggian di bawah 100 m dpl dan di atas 300 m dpl (Duljapar & Setyowati, 2000).
NPK Mutiara (16:16:16) adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan
dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk
setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan
teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran
pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai (Rukmi, 2010).
Darmawi, (1999) cit. Fauzi, (2010) menjelaskan tanah gambut merupakan akumulasi sisa-sisa
tanaman yang mengalami humifikasi lebih besar dari mineralisasi pada kadar air yang berlebihan
dan membentuk endapan-endapan yang mengandung bahan organik dalam persentase yang sangat
tinggi. Lahan gambut mempunyai kandungan bahan organik lebih besar dari 20% atau mempunyai
ketebalan bahan organik lebih besar dari 50 cm.
Lahan gambut yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman pangan disarankan pada gambut
dangkal (< 100 cm). Dasar pertimbangannya adalah gambut dangkal memiliki tingkat
kesuburan relatif lebih tinggi dan memiliki resiko lingkungan lebih rendah dibandingkan
gambut dalam. Secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik
yang merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman yang bersifat racun bagi tanaman,
sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang akan berakibat langsung terhadap
produktivitasnya. Sementara itu, secara fisik tanah gambut bersifat lebih berpori dibandingkan
tanah mineral. Hal ini akan mengakibatkan cepatnya pergerakan air pada gambut yang belum
terdekomposisi dengan sempurna, sehingga jumlah air bagi tanaman sangat terbatas (Agus &
Subiksa, 2008).
3.
Bahan yang digunakan adalah benih semangka varietas baginda F1, mulsa plastik hitam
perak, pupuk kandang ayam, polybag dan pupuk NPK (16:16:16). Sedangkan alat yang
digunakan adalah cangkul, meteran, parang, gembor, kamera digital dan alat tulis.
Metode penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu pemberian
pupuk NPK yang terdiri dari 5 taraf dengan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah perbedaan
NPK 16 : 16 : 16 dengan dosis M0= 0 g/tanaman; M1= 30 g/tanaman; M2 = 60 g/tanaman; M3
= 90 g/tanaman; M4 = 120 g/tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap setiap unit percobaan dengan sampel berjumlah sebanyak 3
tanaman. Parameter yang diamati adalah (1) panjang batang utama (cm); (2) jumlah daun
batang utama (helai); (3) umur berbunga (hari); (4) umur panen (hari); (5) bobot buah (kg);
dan (6) lingkar buah (cm).
Hasil pengamatan tiap perlakuan diolah secara statistik dengan menggunakan Sidik Ragam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagaimana tabel berikut.
Tabel 1.
Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
(SK)
Perlakuan
Kelompok
Galat
Total
Uji yang digunakan uji Jarak Duncan (UJD). Model matematis yang digunakan menurut
Mattjik & Sumertajaya (2006) sebagai berikut:
Yij = + + i + j + ij
Keterangan:
Yij : Hasil pengamatan pada perlakuan taraf kei dan ulangan ke j
: Nilai tengah
i : Pengaruh perlakuan ke i
j : Pengaruh ulangan ke j
ij : Pengaruh galat perlakuan kei dan ulangan kej
4.
4.1
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak berpengaruh
nyata terhadap panjang batang utama pada pengamatan minggu ke-6. Rerata pemberian NPK
terhadap panjang batang utama dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap panjang batang utama semangka. Hal ini diduga lahan yang digunakan selama
penelitian sudah pernah diolah, yaitu dengan melakukan pengapuran dan pemberian abu janjang
kelapa sawit.
4.2
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian NPK sangat berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun batang utama semangka pada pengamatan minggu ke-6. Rerata
pemberian NPK terhadap jumlah daun batang utama tanaman semangka dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3.
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut UJD
Tabel 3. menunjukkan bahwa pada umur 6 minggu setelah tanam pemberian NPK dengan
dosis 60 g/tanaman secara nyata mempunyai jumlah daun batang utama yang lebih banyak
dibandingkan tanpa NPK dan 30 g/tanaman. Pemberian NPK dengan dosis 60, 90 dan 120
g/tanaman menghasilkan jumlah daun batang utama yang tidak berbeda nyata. Pada dosis NPK
60, 90 g/tanaman jumlah daun yang dihasilkan meningkat seiring penambahan dosis NPK. Akan
tetapi ketika dosis pupuk NPK ditingkatkan menjadi 120 g/tanaman pertumbuhan rerata
jumlah daun mengalami penurunan yaitu: 69,00 helai.
4.3
Umur Berbunga
Hasil pengamatan umur mulai berbunga pada tanaman semangka tidak terdapat perbedaan
dari beberapa dosis pupuk NPK yang dicobakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan umur
berbunga semangka relatif sama yaitu 19 22 hari setelah tanam. Semakin besar dosis NPK
yang diberikan semakin cepat tanaman mengalami pembungaan. Hal ini memperlihatkan
bahwa pupuk NPK (16:16:16) dapat mempercepat proses pembungaan tanaman semangka.
4.4
Umur Panen
Hasil pengamatan umur panen tanaman semangka tidak terdapat perbedaan dari beberapa
dosis pupuk NPK yang dicobakan. Umur panen pada beberapa dosis pupuk NPK yaitu 51 hari
setelah bibit dipindahkan ke lahan. Pemanenan mulai dilakukan pada saat semangka telah
memenuhi kriteria panen yaitu saat buah dipukul dengan tangan berbunyi lenting dan berat,
tangkai buah berubah warna menjadi coklat, kulit buah di bawah putih berubah jadi kuning
dan sulur yang berada pada ketiak daun pada tangkai buah sudah mengering. Panen yang
terlalu awal akan menghasilkan semangka berkualitas rendah, seperti buahnya berwarna
pucat. Sebaliknya, menunda pemanenan akan menyebabkan buah busuk. Apabila
dibandingkan dengan deskripsinya, umur panen semangka varietas Baginda F1 adalah 55 60
hari, sedangkan berdasarkan hasil pengamatan adalah 51 hari artinya umur panen lebih cepat
dibandingkan deskripsinya. Perbedaan umur panen diduga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti suhu dan kondisi tanah. Berdasarkan hasil pantauan BMKG Pekanbaru
pada bulan Juni Agustus 2012 suhu untuk wilayah Pekanbaru berkisar 27,2 0C 28,1 0C.
4.5
Bobot Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap bobot buah per tanaman. Rerata bobot buah per tanaman beberapa dosis pupuk NPK
dapat dilihat pada Gambar 1 dan bobot buah per bedeng ditunjukkan pada Tabel 4.
NPK (16:16:16)
(g/tanaman)
0
30
60
90
120
Bobot buah per bedeng menunjukkan hasil berbanding lurus dengan bobot buah per tanaman.
Pemberian pupuk 60 g/tanaman menghasilkan bobot buah per bedeng lebih tinggi
dibandingkan dengan dosis yang lain akan tetapi tidak berbeda nyata.
4.6
Lingkar Buah
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk NPK tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap lingkar buah. Rerata lingkar buah semangka pada
beberapa dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5.
Lingkar
buah
tanaman
semangka
pada
pemberian
pupuk
NPK.
Tabel 5. menunjukkan bahwa pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap lingkar buah. Hal
ini diduga karena faktor genetik dan lingkungan. Salah satunya yaitu curah hujan. Pupuk
NPK yang telah diberikan diduga tercuci oleh air hujan sehingga tidak mampu memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Hal ini didukung oleh
Loveless (1988), menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman akan dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik akan lebih dominan apabila faktor-faktor
lingkungan masih dikendalikan oleh genetik tanaman, demikian juga sebaliknya faktor
genetik akan dipengaruhi oleh lingkungan apabila kondisi lingkungan tersebut lebih kuat
dominasinya.
5.
5.1
Kesimpulan
Pemberian NPK dengan dosis 55,93 g/tanaman merupakan dosis optimum untuk
meningkatkan berat buah per tanaman semangka.
Pemberian berbagai dosis NPK (16: 16: 16) pada dosis di atas 60 g/tanaman meningkatkan
jumlah daun batang utama.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis menyarankan semangka dapat ditanam di lahan
gambut menggunakan pupuk NPK (16: 16: 16) dengan dosis 55,93 g/tanaman.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Indah Permanasari, S.P., M.P. dan Aulia Rani
Annisava, S.P., M.Sc. yang selama ini telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Daftar Pustaka
Agus, F. Dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek
Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforesty Centre (ICRAF). Bogor. 36 hal.
Ariani, E. 2009. Uji Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 dan Berbagi Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman
Cabai (Capsicum annum L). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Pekanbaru. SAGU. 8(1) : 5-9.
Badan Pusat Statistik Riau. 2012. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Riau. Riau dalam Angka.
Badan Pusat Statistik. Pekanbaru. 518 hal.
Damayanti, M.N. 2009. Kajian keberhasilan pelaksanaan kemitraan dalam meningkatkan pendapatan
antara petani semangka di kabupaten kebumen Jawa Tengah dengan CV Bimandiri. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 hal.
Duljapar, K. dan R.N. Setyowati. 2000. Petunjuk Bertanam Semangka Sistem Turus. Penebar
Swadaya. Jakarta. 79 hal.
Fauzi. 2010. Uji Beberapa Jenis Mikroorganisme Selulolitik terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Pekanbaru. 35 Hal.
Kalie, M.B. 1991. Bertanam Semangka. Penebar Swadaya. Jakarta.77 hal.
Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Loveless, R.A. 1988. Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. PT. Gramedia. Jakarta. 86 hal.
Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Semangka Non-Biji. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Rukmi. 2010. Pengaruh Pemupukan Kalium dan Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muria, Kudus.
Sudjianto, U dan V. Krestiani. 2009. Studi pemulsaan dan dosis NPK pada hasil buah melon (Cucumis
melo L). Jurnal Sains dan Teknologi. 2 (2) : 7-18 .
Wihardjo, F.A.S. 1993. Bertanam Semangka. Kanisius. Yogyakarta. 107 hal.
Diposkan oleh Miswadi Muhammad Hasyim di 02.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: jurnal
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Mengenai Saya
Popular Posts
LAPORAN PESERTA
MAKALAH MAHASISWA
PERPADUAN TUJUAN KONSERVASI DAN EKONOMI DALAM UPAYA
PELESTARIAN HUTAN MANGROVE disusun oleh: MISWADI; Editor: Prof. Dr.
Adnan ...
Blog Archive
2013 (12)
o September (1)
o Juni (1)
o Mei (1)
o April (7)
o Maret (2)
2012 (6)
2011 (16)
Blogger templates
Blogger news
Blogroll
Labels
bds-p (2)
biodata (1)
biogas (4)
Ekonomi (1)
jurnal (2)
mangrove (2)
Pascasarjana (5)
Pesisir (3)
RTRW (1)