Anda di halaman 1dari 7

2015

TUGAS 1
MANAJEMEN PEMBANGUNAN

OLEH:
SARI WAHYUNI, ST
14/370961/PTK/9762

MAGISTER PERENCANAAN
KOTA DAN DAERAH
UNIVERSITAS GADJAH MADA

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI KOTA TERNATE.

Pendahuluan
Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan
sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarah pada pengambilan
inisiatif yang berasal dari daerah dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Mengapa kota Ternate?


Pembangunan daerah kota ternate lima tahun terakhir mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Ternate yang terdiri dari 8 buah pulau dan 3 diantaranya tidak
berpenghuni. Pusat kotanya terletak di kaki gunung Gamalama yang didalamnya
terdapat empat kecamatan yaitu kecamatan Ternate Utara, kecamatan Ternate
Tengah, kecamatan Ternate Selatan dan kecamatan pulau Ternate. Sedangkan untuk
kecamatan lainnya masing-masing terdapat di pulau yang berbeda yaitu kecamatan
pulau Hiri, kecamtan pulau Moti dan kecamatan pulau Batang Dua. Pusat
pemerintahan, perdagangan dan jasa berpusat di pulau Ternate.
Dibawah kepemimpinan walikota Burhan Abdurrahman, pemerintah kota berupaya
keras menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat kota Ternate. Untuk
penyediaan sarana dan prasarana. Sebagai kota pulau yang sarat akan nilai historis
serta banyaknya spot-spot wisata pantai yang berpotensi untuk dikembangkan, maka
pengembangan sektor pariwisata diharapkan menjadi salah satu sektor yang mampu
memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat maupun pendapatan
daerah. Pada tugas kali ini, saya akan membahas secara ringkas upaya dan kebijakan
apa yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam upaya pengembangan
potensi pariwisata ditinjau dari sudut manajemen pembangunannya.

Page 1 of 6

Perencanaan pariwisata sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan.


Dengan potensi pengembangan pariwisata yang dimilik, tugas pemerintah meliputi tiga
hal penting, yaitu pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan harus direncanakan
secara detail. Tugas pelayanan (services) adalah upaya untuk memberikan keadilan
kepada masyarakat; tugas pemberdayaan (empowerment) adalah upaya untuk
memandirikan masyarakat; tugas pembangunan (development) adalah upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menetapkan perencanaan dengan baik sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan menjadi sebuah kebutuhan
mutlak pada era berbasis data saat ini. Sebuah rencana yang baik menuntut keterkaitan
antara program yang direncanakan dengan permasalahan aktual yang ingin dipecahkan
oleh program tersebut. Konsep perencanaan yang baik seyogyanya dihasilkan dari
suatu proses yang baik pula, yaitu melibatkan semua pihak dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Ternate tahun 2011-2015, misi
pembangunan ke lima adalah Mewujudkan Ternate sebagai kota pariwisata berciri
budaya dan bahari . Lebih lanjut misi tersebut kemudian di tuang kedalam beberapa
program yaitu: (1) program pengembangan pemasaran pariwisata; (2) program
pengembangan destinasi pariwisata; dan (3) program pengembangan kemitraan.

Implementasi program pariwisata


Destinasi wisata alam dan wisata budaya yang terdapat di Ternate dapat dilihat pada
tabel dibawah ini

Wisata Alam

Wisata Budaya

Danau Ngade/Laguna

Kawasan Batu Angus

Danau Tolire

Pantai Sulamadaha

Pantai Kastela

Permandian Air Panas Ake Rica

Benteng Oranje

Page 2 of 6

Kegiatan tahunan yang diagendakan


Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Benteng Tolukko

Benteng Kalamata

Benteng Kota Janji

Mesjid Sultan Ternate

Keraton Kesultanan Ternate

Benteng Kastela

Festival Legu Gam (Festival hari jadi


Sultan Ternate)

Kreatif
Sumber: Dari berbagai sumber
Pada tahun 2013, sebuah tempat wisata baru bertajuk Ternate Wonder Island Water
Boom diresmikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Wisata keluarga
berupa wahana permandian air ini adalah satu-satunya yang berada di Maluku Utara.
Pembangunan waterboom ini diharapkan bisa mendongkrak minat wisatawan lokal
maupun manca negara. Dengan alokasi anggaran sebesar 3.3 milyar rupiah,
pembangunan

waterboom

ini belum

berhasil

secara

signifikan

meningkatkan

perekonomian daerah. Pilihan pemerintah setempat untuk menginvestasikan uang 3.3


milyar rupiah untuk membuat suatu kawasan wisata air di daerah yang memiliki banyak
pantai-pantai indah juga kurang tepat. Mengapa pemerintah setempat tidak
memaksimalkan pengelolaan wisata pantai yang telah ada, seperti pantai Sulamadaha
yang terkenal pemandangan bawah airnya. Dengan adanya waterboom, memang dapat
menciptakan lapangan pekerjaan baru tetapi jumlah nya tidak signifikan karena
pengelolaannya juga oleh pihak swasta. Kehadiran waterboom juga tidak terlalu
berpengaruh pada kawasan di sekitarnya. Tidak ada pengaruh berarti terhadap
munculnya kegiatan perekonomian baru di sekitarnya. Sepanjang yang saya amati,
setiap akhir pekan belum pernah saya jumpai banyak masyarakat yang antri untuk
masuk ke wisata waterboom tersebut. Daripada mengeluarkan uang Rp.50.000/orang
setiap kali masuk, masyarakat sekitar lebih memilih untuk berenang dilaut tanpa harus
mengeluarkan uang.

Page 3 of 6

Tinjauan pembangunan waterboom dari kacamata manajemen pembangunan


1. Kejelasan kebijakan/rencana. Rencana pembangunan waterboom sebagai
bagian dari tindakan riil pemerintah mendorong berkembangnya sektor
pariwisata tidak cukup jelas dan menyentuh hingga ke level impact. Wujud
bangunan fisik nya ada namun outcome nya untuk nilai tambah pariwisata tidak
maksimal dan terlebih impact nya untuk peningkatan ekonomi lokal di
masyarakat belum terwujud.
2. Kejelasan pelaku, waktu dan dana. Perhitungan investasi hingga menghasilkan
profit buat daerah tidak terealisasi di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah
pengunjung yang tidak terlalu banyak.
3. Kasus kemampuan dan pendanaan. Implementasi suatu kebijakan harus
mempertimbangkan dengan matang kemampuan dan pendanaan. Defisit daerah
selama dua tahun terakhir dan keberanian pemerintah membiayai programprogram yang hanya sebatas menghabiskan anggaran namun dampaknya
langsung ke masyarakat tidak merata dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk kebijakan yang berikutnya.
4. Dimensi manusia dan implementasi Pembangunan memerlukan perubahanperubahan tatanan nilai tradisional meskipun hal ini seringkali dilihat secara
ambigu. Pada satu sisi, pembangunan berarti perubahan-perubahan nilai,
transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern sebagaimana
banyak dipahami. Namun, pembangunan yang baik acapkali mensyaratkan
ketidakmutlakan

adopsi

nilai-nilai

modern

Barat

tersebut.

Sebaliknya,

pembangunan harus berakar dan mempertimbangkan dengan sesama nilai-nilai


lokal. Dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki tahun 1972,
Soedjatmoko mengemukakan bahwa pada hakikatnya ciri pokok usaha
pembangunan bukan proyek-proyek bantuan luar negeri dan bukan investasi
modal asing; hakikat pembangunan ialah gerak majunya suatu sistem sosial
menghadapi

tantangan-tantangan

Soejatmoko,

jika

ada

baru.

Ini

perubahan-perubahan

hanya
dan

mungkin,

menurut

perkembangan

dalam

masyarakat itu sendiri dan dalam sistem nilai tradisionalnya. Oleh karena itu,

Page 4 of 6

pembangunan bukan merupakan perpecahan dengan tradisi atau dengan


sejarah, melainkan kontinuitas (Soedjatmoko, 1993: 53).

Penutup
Perencanaan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan.
Penentuan program yang tepat sasaran adalah kunci utama suksesnya pembangunan.
Proyek dalam arti positif adalah ujung tombak pembangunan, sisi tajam pembangunan
(the cutting edge of development). Untuk kedepannya, pemerintah kota Ternate perlu
lebih bijak lagi dalam menentukan arah kebijakan. Tahun ini, kota Ternate tengah
diusulkan oleh pemerintah pusat sebagai kota pusaka dunia yang akan di daftarkan di
UNESCO. Kebanggaan buat pemerintah dan masyarakat adalah pasti. Tapi sudah
siapkah masyarakatnya menjaga gelar kota pusaka itu? Melalui tulisan ini saya
berharap bahwa pemerintah kota Ternate tidak di ibaratkan sebagai penghuni rumah
yang atapnya bocor. Penghuni rumah sibuk berbenah membeli perabotan mahal untuk
mempercantik isi rumah, namun di salah satu sudut rumah ada atap bocor yang setiap
hujan airnya menetes. Jika atap bocor tak segera diperbaiki, pelan tapi plafon akan
lembab, yang lama kelamaan akan merusak rumah dan isinya. Padahal rumah itu tidak
hanya dihuni oleh si pemilik tetapi oleh banyak anggota keluarga.
Tahun 2015 adalah tahun politik. Dengan mengangkat jargon LANJUTKAN
PEMBANGUNAN, walikota Burhan Abdurrahman harus banyak berbenah. Harus lebih
peka terhadap esensi pembangunan tak tak hanya diukur melalui deretan angka dalam
LPJ tahunan yang mengalami kenaikan namun jauh lebih dari itu. Bagaimana dengan
masyarakat diluar pulau? Sejahterakah mereka? Sehatkah mereka? Sudah bersekolah
semua kah anak-anak kita?. Ya, mari LANJUTKAN PEMBANGUNAN.

Daftar bacaan
Badan Pusat Statistik (2014). Ternate Dalam Angka 2013, Ternate: BPS
Bahan kuliah Ir. Leksono Subanu, MURP, Ph.D.
Bahan kuliah Ir. Sutrisno, MES.

Page 5 of 6

Keban, Yeremias T (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori
dan Isu, Yogyakarta: Gava Media.
Kuncoro, Mudrajad (2012). Perencanaan Daerah: Bagaimana Membangun Ekonomi
Lokal, Kota, dan Kawasan, Jakarta: Salemba Empat.
Rukmana, Nana et al. Eds (1993). Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan.
Jakarta: LP3ES.
Winarno, Budi (2013). Etika Pembangunan, Pringwulung: Center For Academic
Publishing Service.

Page 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai