4. IPHP Perikanan, meliputi pengolahan dan penyimpanan ikan dan hasil laut
segar, pengalengan dan pengolahan, serta hasil samping ikan dan laut.
5. IPHP Peternakan, mencakup pengolahan daging segar, susu, kulit, dan
hasil samping lainnya.
Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP) dibagi menjadi dua kegiatan
sebagai berikut :
1. IPMP Budidaya Pertanian, yang mencakup alat dan mesin pengolahan
lahan (cangkul, bajak, traktor dan lain sebagainya).
2. IPMP Pengolahan, yang meliputi alat dan mesin pengolahan berbagai
komoditas pertanian, misalnya mesin perontok gabah, mesin penggilingan
padi, mesin pengering dan lain sebagainya.
Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP) dibagi menjadi tiga kegiatan sebagai
berikut :
1. IJSP Perdagangan, yang mencakup kegiatan pengangkutan, pengemasan
serta penyimpanan baik bahan baku maupun produk hasil industri
pengolahan pertanian.
2. IJSP Konsultasi, meliputi kegiatan perencanaan, pengelolaan, pengawasan
mutu serta evaluasi dan penilaian proyek.
3. IJSP Komunikasi, menyangkut teknologi perangkat lunak yang melibatkan
penggunaan komputer serta alat komunikasi modern lainya.
Dengan pertanian sebagai pusatnya, agroindustri merupakan sebuah sektor
ekonomi yang meliputi semua perusahaan, agen dan institusi yang menyediakan
segala kebutuhan pertanian dan mengambil komoditas dari pertanian untuk diolah
dan didistribusikan kepada konsumen. Nilai strategis agroindustri terletak pada
posisinya sebagai jembatan yang menghubungkan antar sektor pertanian pada
kegiatan hulu dan sektor industri pada kegiatan hilir. Dengan pengembangan
agroindustri secara cepat dan baik dapat meningkatkan, jumlah tenaga kerja,
pendapatan petani, volume ekspor dan devisa, pangsa pasar domestik dan
internasional, nilai tukar produk hasil pertanian dan penyediaan bahan baku
industri.
[6]
Produk
Pengeringan, penggilingan
Sortasi, pemarutan, ekstraksi,
Beras
pengeringan
Pengeringan,
pengempaan,
penyabunan,
pemucatan
nabati
Minyak
nilam
Ubi kayu
Onggok
Gula pasir
teh hitam
Minyak nilam
pengepresan, Karet
sit
asap
pembentukan, pengasapan
(RSS)
Netralisasi, esterifikasi
Oleokimia (ester)
Isolat
Tapioka
hidrolisis,
sulfitasi), kristalisasi
Daun teh Pelayuan, fermentesi, pengeringan
Daun
Penyulingan (distilasi)
nilam
Getah
Penggumpalan
(koagulan),
karet
Minyak
pengayakan,
Fermentasi,
pengeringan,
penggilingan,
Kulit
pengempaan, formulasi
Pengeringan, penggilingan, penghilangan protein,
udang
Rumput
laut
Kayu
Pulp
Pulp
Kertas
Pengembangan Agroindustri
Pabrik pembuatan biodisel jarak pagar sebagai pengembangan produk
agroindustri non pangan.
Pengembangan Agroidustri di Indonesia terbukti mampu membentuk
pertumbuhan ekonomi nasional. Di tengah krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada tahun 1997-1998, agroindustri ternyata menjadi sebuah aktivitas
ekonomi yang mampu berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi
nasional. Selama masa krisis, walaupun sektor lain mengalami kemunduran atau
pertumbuhan negatif, agroindustri mampu bertahan dalam jumlah unit usaha yang
beroperasi. Kelompok agroindustri yang tetap mengalami pertumbuhan antara lain
yang berbasis kelapa sawit, pengolahan ubi kayu dan industri pengolahan ikan.
Kelompok agroindustri ini dapat berkembang dalam keadaan krisis karena tidak
bergantung pada bahan baku dan bahan tambahan impor serta peluang pasar
ekspor yang besar. Sementara kelompok agroindustri yang tetap dapat bertahan
pada masa krisis adalah industri mie, pengolahan susu dan industri tembakau yang
disebabkan oleh peningkatan permintaan di dalam negeri dan sifat industri yang
padat karya. Kelompok agroindustri yang mengalami penurunan adalah industri
pakan ternak dan minuman ringan. Penurunan industri pakan ternak disebabkan
ketergantungan impor bahan baku (bungkil kedelai, tepung ikan dan obat-obatan).
Sementara penurunan pada industri makanan ringan lebih disebabkan oleh
penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi. Berdasarkan data
perkembangan ekspor tiga tahun setelah krisis moneter 1998-2000, terdapat
beberapa kecenderungan komoditas mengalami pertumbuhan yang positif antara
lain, minyak sawit dan turunannya, karet alam, hasil laut, bahan penyegar seperti
AGROINDUSTRI
GENERASI
1,
GENERASI
2,
DAN
GENERASI 3
Pertanian, khususnya di Indonesia, mulai berkembang sekitar tahun 1975.
Pertanian tersebut terbagi ke dalam tiga generasi. Generasi I yaitu generasi
pertanian yang menghasilkan bibit. Generasi II yaitu generasi penghasil
komoditas pertanian. Generasi III yaitu generasi yang meningkatkan nilai tambah
hasil pertanian atau dengan kata lain agroindustri. Ketiga generasi tersebut tidak
dapat berjalan sendiri-sendiri karena ketiganya saling mendukung. Generasi I
pertanian menghasilkan bibit bagi pertanian melalui pertanian bibit yang
merupakan input bagi generasi II pertanian sehingga menghasilkan suatu
komoditi. Kemudian komoditi yang dihasilkan generasi II pertanian yang meliputi
hewan, tumbuhan, dan mikroba dijadikan input bagi generasi III pertanian yaitu
agroindustri untuk diolah menjadi produk yang mempunyai nilai yang lebih tinggi
dari generasi-generasi sebelumnya baik dari segi fungsionalnya maupun nilai
ekonomisnya.
Pada generasi I, menghasilkan bibit pertanian dapat dilakukan dengan
berbagai metode dalam ilmu dan teknologi pertanian seperti penyeleksian,
persilangan, dan rekayasa genetika hanya agroindustri yang padat modal,
teknologi, dan karya yang mampu membuat bibit, contohnya : bibit jagung, kelapa
sawit, dan PT Bibit Baru. Pertanian generasi II menghasilkan komoditas
pertanian dengan melakukan budidaya yang menerapkan segenap ilmu dan
teknologi mulai dari penyiapan lahan hingga pemanenan. Untuk generasi
agroindustri, teknologi yang diterapkan lebih banyak lagi dan teknologi tersebut
saling terintegrasi untuk membangun suatu agroindustri yang baik. Teknologi
yang digunakan pada pertanian generasi III ini antara lain, bioteknologi, kimia
pangan, teknologi rekayasa proses, teknik dan sistem industri, pengemasan,
penyimpanan, distribusi dan transportasi, dan bahkan nanoteknologi.
Bukti kaitan ketiganya saling tidak dapat terlepas yaitu apabila salah satu
generasi tidak ada atau tidak berjalan akan mengkerdilkan fungsi generasi
lainnya. Misalnya, kegiatan agroindustri yang sangat buruk di suatu negara yang
tidak dapat mengangkat potensi komoditas-komoditas pertaniannya ke dalam
produk bernilai tinggi akan mematisurikan potensi komoditas yang dihasilkan
pertanian generasi II dan kegunaan pertanian generasi I tidak maksimal, dalam arti
hanya sebatas penggunaan bibit untuk menghasilkan komoditas, tidak
menghasilkan produk, padahal bibit yang dihasilkan (pada generasi I) juga dapat
dijadikan input untuk generasi agroindustri yaitu industri bibit yang tentunya
disandarkan pada teknologi pertanian bibit dalam pengembangannya. Begitu pula
apabila generasi II tidak menghasilkan komoditas pertanian yang berkualitas dan
berkuantitas baik, maka generasi agroindustri akan kesulitan mendapat bahan
baku industrinya. Hal ini bisa saja dikarenakan generasi I penghasil bibit
menghasilkan bibit yang kurang dalam segi kualitas. Terbukti bahwa ketiga
generasi tersebut saling mendukung. Ketiga generasi tersebut akan tetap berjalan
sejak dan selama pertanian dan ilmu pengetahuan dan teknologi ada di bumi ini.
Setelah merdeka, Indonesia mandiri mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi tak terkecuali teknologi pertanian. Kebijakan iptek telah ada sejak
Pelita I tahun 1970. Penyuluhan pun tetap menjadi suatu usaha perbaikan
pertanian. Pada saat itu juga telah ada lembaga yang bertugas dalam melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknik seperti lembaga penelitian
pemerintah non-departemen dibawah koordinasi kemenristek. Namun pada saat
itu, yang menjadi kendala dalam pengembangan teknologi pertanian yaitu kurang
terfokusnya penelitian, kurangnya dana, dan keterbatasan tenaga ahli yang secara
penuh konsentrasi pada penelitian tersebut. Padahal menurut Mangunwidjaja
(2009) terdapat empat gatra yang saling berkaitan dalam kebijakan penerapan dan
pengembangan teknologi, yaitu a) pentingnya pengetahuan dan teknik dasar bagi
teknologi, b) pengembangan sumberdaya manusia untuk pengembangan
teknologi, c) percepatan pengalihan hasil penelitian dan pengembangan untuk
diterapkan secara komersial, d) diperolehnya keuntungan dari penerapan teknologi
tersebut. Apabila keempat gatra tersebut tidak terlaksana, berarti kebijakan Pelita I
dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi belum dapat dikatakan berhasil
menggapai tujuan yang dicita-citakan.
Pada tahun 60-an, teknologi guna meningkatkan produksi pertanian
khususnya beras dikenalkan dalam beberapa program seperti Demonstrasi Massal
Swasembada Beras, Intensifikasi Khusus, Supra Insus dan sebagainya. Melalui
program tersebut dikenalkan beberapa teknologi modern seperti benih unggul,
pupuk buatan atau pupuk kimia, irigasi dan lain-lain. Selain itu ditumbuhkan
kesatuan petani untuk bercocok tanam secara baik dan bergabung dalam
kelompok tani untuk mempermudah komunikasi antar petani dan pembinaannya
Jenis-Jenis Pembibitan
Perkembangbiakan vegetatif buatan memerlukan bantuan manusia. Contoh
perkembangbiakan ini adalah mencangkok, setek, dan merunduk.
a) Mencangkok
Mencangkok adalah membuat cabang ba tang tanam an menjadi berakar.
Mencangkok dilakukan pada cabang yang dekat dengan batang. Caranya,
sebagian kulit cabang di buang. Cabang itu kemudian dibalut dengan tanah. Pada
cabang yang dicangkok akan tumbuh akar. Cabang ini siap ditanam menjadi
tanaman baru. Mencangkok biasanya dilakukan pada tanaman yang berkambium.
Contohnya, tanaman mangga, jambu air, dan rambutan.
b) Stek
Stek dapat dilakukan dengan menanam potongan bagian tumbuhan, bagian
yang dipotong dapat berupa batang, daun, atau akar. Oleh karena itu kita
mengenal tiga macam stek. Stek batang dapat kita lakukan pada tanaman
singkong dan tanaman sirih. Stek daun dapat kita lakukan dengan memotong
helaian daun, kemudian menenamnya. Stek daun dapat dilakukan pada tumbuhan
cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan dengan cara memotong
bagian akar. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun
c) Merunduk
Merunduk dilakukan pada cabang tanaman yang menjalar, cabang dirundukan dan
ditimbun tanah. Akar akan tumbuh dari bagian tanaman yang tertimbun tanah .
Apabila
akar
sudah
banyak,
cabang
dapat
dipotong
dari
induknya.
Menempel atau okulasi adalah menggabungkan mata tunas suatu tumbuhan pada
batang tumbuhan lain. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel
(okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya,
akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga
e) Sambung (Enten)
Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul
dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan
jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah
atau daun atau bunga yang banyak dibutuhkan tumbuhan yang memiliki
produktivitas tinggi. Tumbuhan yang dihasilkan memiliki akar kuat dan
produktivitas yang tinggi. Contoh tumbuhan yang bisa disambung adalah
tumbuhan yang sekeluarga. Contohnya, tomat dengan terung. Berikut ini adalah
gambar proses menyambung.
f) Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi
aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh
menjadi tanaman lengkap kembali.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan
secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional,
teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur
dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena
jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi
tertentu Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh
bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua
organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis
dengan induknya.
Prasyarat
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung
kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan
media tumbuh yang steril Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh
menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya.
Media
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat
pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada
agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat
tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi
media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya
Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.[5] Media Murashige dan
Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro
dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada
media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada
media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT
ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan
antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel
secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim
dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang
menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi
yang tidak semestinya. Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi.
Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran
sel, dan perkembangan jaringan.
Metode
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan
tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui
tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai
eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang
belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.[5] Jaringan tipe pertama ini biasa
ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun
kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu
jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan
menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah
berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat
cadangan makanan.
Serealia
Serealia (Bahasa Inggris: cereal), dikenal juga sebagai sereal atau biji-bijian
merupakan sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen biji/bulirnya
sebagai sumber karbohidrat/pati. Di Malaysia disebut sebagai bijirin.
Kebanyakan serealia merupakan anggota dari suku padi-padian dan disebut
sebagai serealia sejati. Anggota yang paling dikenal dan memiliki nilai ekonomi
tinggi, sehingga dikenal sebagai serealia utama adalah padi, jagung, gandum,
gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam. Beberapa tanaman penghasil
bijian yang bukan padi-padian juga sering disebut serealia semu (pseudocereals);
mencakup buckwheat, bayam biji (seed amaranth), dan kinoa. Beberapa serealia
juga dikenal sebagai pakan burung berkicau, seperti jewawut dan berbagai jenis
milet. Walaupun menghasilkan pati, tanaman seperti sagu, ketela pohon, atau
kentang tidak digolongkan sebagai serealia karena bukan dipanen bulir/bijinya.
Serealia dibudidayakan secara besar-besaran di seluruh dunia, melebihi semua
jenis tanaman lain dan menjadi sumber energi bagi manusia dan ternak. Di
Produksi
Tabel berikut menunjukan produksi tahunan serealia utama, pada tahun 1961 dan
2005, berdasarkan produksi tahun 2005. Semua, selain buckwheat dan kinoa,
adalah serealia sejati.
Biji-bijian
Jagung, gandum, dan padi secara bersama-sama memenuhi 87% seluruh produksi
biji-bijian dunia dan 43% dari kebutuhan kalori pada tahun 2003.
Beberapa serealia lain hanya penting di tempat-tempat tertentu, tetapi tidak
dikenal di tempat lain (seningga tidak dimasukkan dalam statistik FAO):
Bayam biji, serealia semu kuna, pernah digunakan sebagai makanan pokok
oleh Imperium Aztek
Beberapa macam gandum juga telah didomestikasi, bahkan lebih awal daripada
gandum biasa, seperti
Gandum
durum,
satu-satunya
jenis
gandum
tetraploid
yang
Pembudidayaan
Ladang gandum di Dorset, England.
Meskipun setiap spesies memiliki keistimewaan, pembudidayaan semua serealia
adalah sama. Semua adalah tanaman semusim; yang berarti satu kali tanam, satu
kali panen. Gandum (wheat), rye (gandum hitam, umumnya untuk makanan
ternak), triticale, havermut, dan jelai (yang digunakan untuk pembuatan bir), serta
spelt (gandum yang cocok untuk dijadikan tepung berkualitas tinggi) adalah
serealia musim dingin. Tanaman-tanaman serealia tersebut tumbuh baik di daerah
beriklim sedang dan tidak sanggup tumbuh di cuaca panas (kurang lebih 30 C
meskipun daya adaptasinya bervariasi tergantung spesies dan varietasnya. Serealia
musim tidak memerlukan perlakuan musim dingin (vernalisasi).
Jelai dan gandum hitam adalah tahan kondisi ekstrem dan mampu tumbuh di
daerah musim dingin yang panjang seperti di wilayah subarktik dan Siberia.
Gandum merupakan serealia yang paling populer di daerah iklim sedang dan padi
merupakan serealia yang paling populer di daerah tropika. Kebanyakan serealia
musim dingin tidak tumbuh di daerah tropis. Beberapa dapat tumbuh di dataran
tinggi yang lebih dingin, yang memungkinkan untuk melakukan beberapa kali
penanaman dalam setahun.
Contoh Serealia
Contoh: Padi, Jagung, Gandum, Sorgum, Oat
Struktur biji serealia
Pericarp/Kulit biji (1-2%)
Endosperm/butir biji (89-94%)
Embryo/lembaga (2-3%)
Bagian2 biji
Pericarp: Pembungkus biji, dinding tebal panjang, terdiri atas epicarp (paling
luar), mesocarp (tengah) dan seed coat
Aleuron: penyelubung endosperm dan lembaga. Aleuron adalah bag terluar
dari endosperm. Di sini terdapat protein dan lipida
Embryo: bagian terkecil. Penentu pertumbuhan
Beras
Sumber karbohidrat utama selain gandum
Di Indonesia, beras adalah sumber kalori 60-80% dan sumber protein 4555%
Komposisi kimia beras
Karbohidrat
Bagian terbanyak dari serealia
Terdiri atas pati, pentosan*), selulosa, hemiselulosa dan gula
Pada beras pecah: pati 85-95%, pentosan 2-25% dan gula 0,6-1,1%
Amilosa**) penentu rasa dan mutu nasi
Kadar amilosa makin tinggi, makin pera
*)Any of a group of polysaccharides found with cellulose in many woody
plants and yielding pentoses on hydrolysis
**) Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari glukosa
sebagai monomernya. Tiap-tiap monomer terhubung dengan ikatan 1,6glikosidik. Amilosa merupakan polimer tidak bercabang yang bersama-
terbentuknya
bau
mikroorganisme
asam
dan
bau
apek
karena
kegiatan
Bisa digunakan untuk pembuatan produk yang serupa dengan dengan kedelai
kuning.
Kedelai hijau
pembuatan makanan kecil dalam bentuk direbus atau digoreng.
KACANG TANAH (Arachis hypogea)
Berasal dari Amerika Tengah
Varietas kacang tanah yang biasa di tanam di Indonesia adalah kacang
Hoole, varietas gajah, jepara, sidoarjo dan varietas kidang.
Kacang tanah dapat diolah menjadi kacang rebus, kacang goreng, saus,
jam, dll.
Gizi kacang tanah
Komposisi zat gizi meliputi protein berkisar 25-30%, lemak 40-50%,
karbohidrat 21% dan zat gizi lain yang terdapat dalam jumlah yang cukup
banyak yaitu Ca, P, Fe, Mg, Zn, vitamin A,C dan B(1,2,3,6,9).
Kacang tanah adalah sumber protein (30 gram per cangkir setelah
disangrai), tetapi protein yang dimiliki bukanlah protein komplit karena
kadar asam amino esensial lisin, sistein dan metioninnya rendah
aflatoxin
Kacang tanah (dan juga kedelai) dapat terkontaminasi oleh kapang/jamur
Aspergillus flavus yang dapat memproduksi zat karsinogenik aflatoxin. Zat
ini menyebabkan kanker hati pada tikus. Manusia lebih tahan daripada
tikus.
cation
and
the
hydrolytic
hydroxide
anion
\h-dr-li-tik\
of
water
adj
penggunaan biji
kadar air biji
jenis/macam biji
Penyimpanan
Penyimpanan harus mampu mempertahankan sifat-sifat baik bahan yang
disimpan.
Sifat-sifat baik seperti kualitas daya tumbuh selama penyimpanan dapat
mengalami kerusakan oleh karena kondisi penyimpanan yang tidak baik.
Kerusakan kondisi penyimpanan disebabkan oleh:
kapang
insekta
rodensia
respirasi
Faktor yang mempengaruhi penyimpanan
Faktor yang berpengaruh adalah :
suhu
kadar air
kelembaban
oksigen
Mencegah kerusakan
Padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis
tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari
marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga
berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek
moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah
jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk dunia.
GLUMIFLORAE).
Terna
semusim,berakar
serabut,batang
sangat
pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling
menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna
hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang
pendek dan jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan
bunga disebut FLORET yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada
panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan
bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup
oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur
dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis ENDUKeanekaragaman
budidaya
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi
lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di
Lombok
dikembangkan
sistem
padi
gogo
rancah,
yang
memberikan
Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti
perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
Keanekaragaman tipe beras/nasi
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada
berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera
adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan
berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen.
Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak
dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya
didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di
Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi
kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang
berumur panjang.
Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek
(short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah
satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan
'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil
tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi
berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.