Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN RESMI PRAKTIKUK IPA I

Kegiatan ke- 1

1. Observasi Benda Hidup Dan Tak Hidup


2. Melakukan Pengukuran Besaran Pokok Dan Turunan
Menggunakan Satuan Baku dan Tak Baku pada Objek Hidup dan
Hidup

Disusun Oleh :
1. Muhammad Irma Sunu Dwidjantoro (13312241042)/C
2. Tika Nurcahyani

(13312241047)/C

3. Masrifatul Ngaisah

(13312241050)/C

4. Eka Septiyaningrum

(13312241053)/C

5. Nugraha Febrianta

(13312241067)/C

6. Annisa Nur Afifah

(13312244033)/C

PRODI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam IPA pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak bleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagain fenomena yang sedang dipelajari. Mengapa demikian ?
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu
sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain. Mengukur
dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu permasalahan secara
kuantitatif, dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu
hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya.
Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan
pola-pola tertentu sebagai bentuk krakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut.
Dengan demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif
berdasarkan pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut. Serta dari data
tersebut dapat ddi klasifikasikan antara benda hidup dan tak hidup.
Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa penting dan
dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam IPA.
B. Tujuan Praktikum
1. Mengopservasi objek hidup dan tak hidup yang ada di kelas atau luar kelas.
2. Melakukan pengukuran yang melibatkan besaran pokok dan turunan baik
menggunakan satuan baku maupun tak baku.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan besaran sejenis (alat
ukur) yang ditetapkan sebagai satuan. Pengukuran adalah pembandingan suatu besaran
dengan besaran standard.
Yang Diutamakan Dalam Pengukuran adalah
1. Ketelitian (accuracy) adalah persesuaian antara hasil pengukuran dengan harga
sebenarnya. Perbedaan antara harga yang diukur dengan harga yang dianggap
benar disebut dengan kesalahan sistematis.
2. Ketepatan (precision, repeatability) adalah kemampuan proses pengukuran untuk
menunjukkan hasil yang sama dari pengukuran yang dilakukan berulang ulang
Ada Istilah Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dikenal oleh
instrumen/alat ukur.
Besaran dan Satuan
1. Besaran
Besaran Ukuran fisis suatu benda yg dinyatakan secara kuantitas dengan kata lain
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur atau dihitung dan dinyatakan dengan angka
dan satuan. Besaran ada dua macam yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
i.

Besaran pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu
dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok dalam sistem
Satuan Internasional yaitu Panjang, Massa, Waktu, Suhu, Kuat Arus, Jumlah
molekul, Intensitas Cahaya.
a. Panjang
Dalam IPA, panjang menyatakan jarak antara dua titik. Panjang adalah
dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar ujung. Panjang dapat
dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar, yaitu jarak dari satu
sisi ke sisi yang lain, diukur pada sudut tegak lurus terhadap panjang
benda. Misalnya, panjang papan tulis adalah jarak antara titik pada ujungujung papan tulis. Dalam ilmu fisika dan teknik, kata panjang biasanya
digunakan secara sinonim dengan jarak, dengan simbol l atau L

(singkatan dari bahasa Inggris length) . Panjang menggunakan satuan


dasar SI meter (m).
Alat ukur Panjang
1. Mistar
Mistar mempunyai tingkat ketelitian 1mm atau 0,1 cm

Sumber :
staff.uny.ac.id
2. Jangka Sorong
Mempunyai ketelitian 0,1 mm, memiliki dua skala yaitu skala
utama dan skala nonius. Jangka sorong adalah alat ukur yang
ketelitiannya dapat mencapai seperseratus millimeter. Terdiri dari dua
bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital.
Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05 mm untuk
jangka sorong dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30 cm.
Kegunaan jangka sorong ini adalah:
a.

Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.

b.

Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa


lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diukur.

c.

Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda


dengan cara menancapkan/menusukkan bagian pengukur tidak
terlihat pada gambar karena berada pada sisi pemegang. (Setya,
2009)

Sumber : staff.uny.ac.id
3. Mikrometer sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup 0,01 mm, memiliki dua skala yaitu skala
utama dan skala nonius.

Sumber : staff.uny.ac.id
ii.

Massa
Setiap benda tersusun dari materi. Jumlah materi yang terkandung
dalam suatu benda disebut massa benda. Dalam SI, massa diukur dalam satuan
kilogram (kg). Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara umum
dapat digunakan untuk mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam suatu
benda. Massa merupakan konsep utama dalam mekanika klasik dan subyek
lain yang berhubungan.
Alat ukur massa adalah neraca. Contohnya :
1. Neraca tiga Lengan (Ohauss-2610), dapat mengukur massa sampai 2610
kg dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Neraca empat lengan (Ohauss-311), dapat mengukur massa sampai 310
gram dengan ketelitian 0,01 gram. Dalam neraca tiga lengan terdapat 3
bagian yaitu lengan depan, lengantengah dan lengan belakang. Untuk
setiap lengan memiliki ukurannya masing-masing. Untuk lengan depan
memiliki ukuran satuan, lengan tengah puluhan dan lengan belakang
ratusan.

Sumber : staff.uny.ac.id
iii.

Waktu
Waktu adalah selang antara dua kejadian atau dua peristiwa. Misalnya,
waktu hidup seseorang dimulai sejak ia dilahirkan hingga meninggal, waktu
perjalanan diukur sejak mulai bergerak sampai dengan akhir gerak.
Contoh alat ukur waktu
a. Stopwacth
Stop watch mekanis memiliki ketelitian 0,1 sekon dan Stop watch
elektronik memiliki ketelitian 0,001 sekon

Sumber : staff.uny.ac.id
b. Arloji
Jam tangan atau arloji memiliki ketelitian 1 sekon .

Sumber : staff.uny.ac.id

iv.

Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin

tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda


tersebut.
Contoh dalam fisika
Besara Pokok

Nama Satuan

Lambang Satuan

Panjang

Meter

Massa

Kilogram

kg

Waktu

Sekon

Suhu

Kelvin

Kuat Arus

Ampere

Jumlah Zat

Mole

mol

Intensitas Cahaya

Kandela

cd

1. Besaran turunan
Besaran Turunan Adalah Besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Atau
bisa jadi besaran yang diperoleh dari 2 atau lebih besaran pokok.
a. Luas
Untuk benda yang berbentuk persegi, luas benda dapat ditentukan
dengan mengalikan hasil pengukuran panjang dengan lebarnya. Luas juga
dapat diukur secara langsung dengan menggunakan millimeter block.
b. Volume
Volume merupakan besaran turunan yang disusun dari besaran pokok
panjang. Volume benda padat yang bentuknya teratur, contohnya balok,
dapat ditentukan dengan mengukur terlebih dulu panjang, lebar, dan
tingginya, kemudian mengalikannya. Satuan volume adalah m3. Jika kita
akan mengukur volume benda yang tak teratur maka kita bisa
menggunakan gelas ukur untuk mengetahui berapa volume benda tersebut.
Sebagai contoh mengukur volume batu, maka batu tersebut dimasukan ke
dalam gelas ukur yang telah diisi air. Hitung perubahan ketinggian pada
air maka dengan kata lain (volume akhir- volume awal).
c. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan dapat digunakan untuk mengetahui banyaknya
gula dalam air.
K=
d. Laju pertumbuhan

Besaran panjang dan waktu dapat digunakan untuk menentukan


pertumbuhan tanaman. Kalian dapat menentukan berapa pertambahan
tinggi tiap harinya, yakni

Contoh
Besaran Turunan

Penjabaran

Satuan

Luas

panjang x panjang

m2

Volume

panjang x panjang x panjang

m3

Massa Jenis

massa/volume

kg/m3

2. Satuan
Suatu besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang dipakai . satuan ada dua
macam satuan baku dan tidak baku. Satuan yang disepakati ini disebut satuan baku. Contoh
satuan baku yaitu meter, sekon, kg, volume dsb. Satuan tidak baku memiliki selisih
pengukuran yang besar. Contohnya adalah depa, jengkal. Dan setiap menggunakan satuan
tidak baku kemungkinan diperoleh selisih perbedaannya sangat besar. Sebagai contoh ukuran
jengkal anak A akan berbeda dengan ukuran jengkal anak B saat mengukur panjang meja.
Misal anak A 4 jengkal sedangkan anak B 6 Jengkal.
3. Kesalahan Pengukuran
Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur. Hasil
pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan pengukuran dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kesalahan sistematis dan kesalahan acak.
i. Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi
dan secara prinsip dapat dieliminasi. Kesalahan sistematis akan menghasilkan
setiap bacaan yang diambil menjadi salah dalam satu arah.

Sumber kesalahan sistematis antaralain:


1. Kesalahan Alat
2. Kesalahan Pengamatan
3. Kesalahan Lingkungan
4. Kesalahan Teoretis
ii. Kesalahan acak menghasilkan hamburan data di sekitar nilai rata-rata. Sumber
kesalahan acak sering tidak dapt diidentifikasi.

Kesalahan acak sering dapat

dikuantitasi melalui analisis statistik, sehingga efek kesalahan acak terhadap


besaran atau hukum fisika dapat ditentukan. Kesalahan acak dihasilkan dari
ketidakmampuan pengamat untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada
metode statistik baku untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat memberikan
simpangan baku untuk serangkaian bacaan, tetapi ketika jumlah bacaan tidak
terlalu besar maka metode ini jadi bermanfaat untuk mendapatkan nilai pendekatan
dari kesalahan tanpa melakukan analisis statistik formal, yaitu perbedaan mutlak
antar nilai individual dan nilai rata-rata.
Mengklasifikasikan makhluk hidup
Manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan kelompok makhluk hidup. Makhluk hidup
dan benda tak hidup atau benda mati dibedakan dengan adanya gejala kehidupan. Makhluk
hidup menunjukkan adanya ciri-ciri atau gejala-gejala kehidupan, sedangkan benda mati
tidak menunjukkan gejala-gejala kehidupan.
a) Ciri-ciri Makhluk Hidup
Secara

umum,

ciri-ciri

yang

ditemukan

pada

makhluk

hidup

adalah

bernapas,bergerak, makan dan minum, tumbuh dan berkembang, berkembang biak,


mengeluarkan zat sisa, peka terhadap rangsang, dan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
1. Bernafas
Bernafas yaitu menghirup udara yang diantaranya mengandung oksigen (O2)
dan mengeluarkan udara dengan kandungan karbon dioksida (CO2) lebih besar
dari yang dihirup.
2. Makan dan Minum
Untuk beraktivitas, setiap makhluk hidup memerlukan energy Untuk
memperoleh energi, makhluk hidup memerlukan makanan dan minuman.
3. Bergerak

Berjalan, berlari, berenang, dan menggerakkan tangan merupakan ciri bergerak.


Tubuh dapat melakukan aktivitas karena memiliki system gerak. Sistem gerak
terdiri atas tulang, sendi, dan otot. Ketiganya bekerja sama membentuk sistem
gerak.
a) Tumbuh dan berkembang
Perubahan gejala fisik maupun non fisik pada makhluk hidup.
b) Berkembang Biak
Kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan

disebut

berkembang biak (reproduksi). Berkembang biak bertujuan untuk melestarikan


keturunan agar tidak punah.
c) Peka terhadap rangsang
Kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang
diterima. Kemampuan menanggapi rangsangan disebut iritabilitas
Zat padat

Cair

Gas

Mempunyai bentuk dan

Mempunyai volume

Tidak mempunyai

volume tertentu.

tertentu, tetapi tidak

volume dan bentuk

mempunyai bentuk

yang tertentu.

yang tetap, bergantung


Jarak antar-partikel zat

Jarak antar-partikel zat

Jarak antar-partikel gas

padat sangat rapat.

cair lebih renggang.

sangat renggang.

Partikel-pertikel zat

Partikel-pertikel zat cair

Partikel-partikel gas

padat tidak dapat

dapat bergerak bebas

dapat bergerak sangat

bergerak bebas.

namun terbatas.

bebas.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Tempat dan Waktu Praktikum:
Tempat
: Laboratorium IPA-2 FMIPA UNY

Waktu
: Rabu, 17 September 2014
Jam
: 11.00-12.40
2. Bentuk kegiatan
: Observasi dan Pengukuran
3. Obyek Pengamatan : Benda Hidup dan Tak Hidup
4. Alat dan Bahan
:
i.
Alat
: Penggaris, mikrometer, jangka sorong, roll meter, gelas ukur,
stopwatch, tangan, dan neraca.
ii.
Bahan : Batu, koin, pintu, tanaman kecambah, manusia, dan buku

5. Prosedur Kerja

Menentukan objek yang akan digunakan dalam kegiatan pengukuran dan


observasi

Menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam kegiatan pengukuran

Menentukan besaran yang digunakan dalam kegiatan pengukuran

Melakukan pengukuran terhadap besaran tersebut

Mengobservasi objek yang sudah ditentukan ( benda hidup dan


tak hidup)

Membuat tabel data hasil observasi dan pengukukuran

Memasukkan data tersebut kedalam tabel tersebut

Data hasil pengukuran dan observasi


Tabel I
1.

Massa Batu
No.
1.
2.
3.

Objek
Batu I
Batu II
Batu III

Alat Ukur
Neraca
Neraca
Neraca

Massa (kg)
20,9x10-2
31,9x10-2
35,9x10-2

2. Volume Batu
No.
1.
2.
3.

Objek

Alat Ukur
Gelas ukur
Gelas ukur
Gelas ukur

Batu I
Batu II
Batu III

Volume (l)
5x10-6
15x10-6
25x10-6

3. Panjang Pintu (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Meteran

Panjang (m)
2,1

Panjang (m)
0,83

Panjang Pintu (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
10,5

Panjang (jengkal)
4

4. Penjang Buku Cetak (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Mistar

Panjang (m)
0,245

Panjang (m)
0,175

Panjang Buku Cetak (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
1,2

Panjang (jengkal)
1

5. Koin
No.
1.
2.
3.

Objek
Koin dua ratus rupiah
Koin seratus rupiah
Koin sepuluh rupiah

Diameter/ Panjang (m)


2,49x10-2
2,29x10-2
1,75x10-2

6. Lari
No.
1.
2.

Objek
Sunu (Manusia)
Febri (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch

Jarak (m)
24
24

Waktu (s)
4,95
4,49

7. Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan 50 Denyut Nadi


No.
1.
2.
3.

Objek
Septi (Manusia)
Ifa (Manusia)
Tika (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch
Stopwatch

Waktu (s)
34,60
37,50
49,90

8. Pertumbuhan Kecambah
No.
1.
2.

1
5
5

Panjang pada Hari ke- ....... (cm)


2
3
4
6
8,4
9,5
6,3
7,9
8,8

5
9,8
9,4

9. Mengukur Luas Daun (Pengukuran Langsung)

Tabel II
No.
Objek
1.
Batu

Hasil Observasi
Ketiga batu berwarna hitam, tekstur kasar (ketiga batu memiliki
tekstur yang berbeda : batu II lebih kasar dari batu I, batu III lebih
kasar dari batu II), bentuknya tidak beraturan, diletakkan di lantai
selama lima menit tidak berpindah tempat (tetap diam), bila

2.

Pintu

ditekan tidak berubah bentuk.


Warna coklat muda, terbuat dari kayu, terasa halus ketika diraba,
berbentuk segi empat (beraturan), terdapat kaca, tidak berpindah
posisi (tetap diam) ketika diamati selama dua puluh menit, tidak
bergerak ketika dipukul, tidak berubah bentuk ketika ditekan

3.

Koin

menggunakan tangan.
Ketiga koin berwarna perak, bentuk lingkaran, terdapat gambar
timbul, bila diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam)
ketika diamati selama lima menit, tidak bergerak saat disentuh,
tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan, tidak
berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa

4.

Buku

menit.
Bentuk persegi, tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama

5.
6.
7.

Penggaris

lima menit.
Berwarna merah muda, bentuk persegi panjang, diam (tidak

Manusia

bergerak saat diletakkan di lantai selama lima menit).


Bernafas, matanya berkedip, peka terhadap sentuhan, melakukan

Kecambah

gerak aktif.
Mengalami perubahan bentuk setiap hari (bertambah panjang),
berwarna hijau dan putih, tumbuh serabut-serabut berwarna putih.
BAB IV
PEMBAHASAN

Benda Hidup dan Tak Hidup


Kegiatan yang berjudul Observasi Benda Hidup dan Tak Hidup dan Melakukan
Pengukuran Besaran Pokok dan Turunan Menggunakan Satuan Baku dan Tak Baku pada
Objek Hidup Dan Tak Hidup, memiliki tujuan untuk mengobservasi objek hidup dan tak
hidup yang ada di kelas atau luar kelas dan melakukan pengukuran yang melibatkan besaran
pokok dan turunan baik menggunakan satuan baku maupun tak baku. Percobaan ini
dilakukan di Laboratorium IPA 2 pada hari Rabu, 17 September 2014 pada pukul 13.00-14.00
WIB. Kegiatan ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut : jangka sorong, mikrometer
sekrup, mistar, meteran gulung, neraca lengan, stopwatch, gelas ukur, batu, koin, pintu, buku,
aqua gelas bekas, benang, kapas, air, tanaman kacang hijau, dan manusia.
Berdasarkan data hasil observasi diperoleh data sebagai berikut :
No.
Objek
1.
Batu

Hasil Observasi
Ketiga batu berwarna hitam, tekstur kasar (ketiga batu memiliki
tekstur yang berbeda : batu II lebih kasar dari batu I, batu III lebih
kasar dari batu II), bentuknya tidak beraturan, diletakkan di lantai
selama lima menit tidak berpindah tempat (tetap diam), bila

2.

Pintu

ditekan tidak berubah bentuk.


Warna coklat muda, terbuat dari kayu, terasa halus ketika diraba,
berbentuk segi empat (beraturan), terdapat kaca, tidak berpindah
posisi (tetap diam) ketika diamati selama dua puluh menit, tidak
bergerak ketika dipukul, tidak berubah bentuk ketika ditekan

3.

Koin

menggunakan tangan.
Ketiga koin berwarna perak, bentuk lingkaran, terdapat gambar
timbul, bila diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam)
ketika diamati selama lima menit, tidak bergerak saat disentuh,

tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan, tidak


berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa
4.

Buku

menit.
Bentuk persegi, tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama

5.

Penggaris

lima menit.
Berwarna merah muda, bentuk persegi panjang, diam (tidak

Manusia

bergerak saat diletakkan di lantai selama lima menit).


Bernafas, matanya berkedip, peka terhadap sentuhan, melakukan

Kecambah

gerak aktif.
Mengalami perubahan bentuk setiap hari (bertambah panjang),

6.
7.

berwarna hijau dan putih, tumbuh serabut-serabut berwarna putih.


Makhluk hidup dan benda tak hidup (benda mati) dibedakan dengan gejala kehidupan.
Makhluk hidup menunjukkan adanya ciri-ciri atau gejala-gejala kehidupan, sedangkan benda
mati tidak menunjukkan gejala-gejala kehidupan. Dari data di atas diperoleh hasil observasi
pada manusia berupa gejala-gejala kehidupan, yaitu bernapas, melakukan gerak aktif, dan
peka terhadap rangsang. Manusia menghirup udara yang diantaranya mengandung oksigen
(O2) dan mengeluarkan udara dengan kandungan karbondioksida (CO2) lebih besar dari yang
dihirup. Hal demikian sering disebut dengan bernapas. Selain bernapas manusia juga peka
terhadap rangsang, dalam percobaan praktikan mencoba membuktikannya dengan mencubit
objek (manusia), kemudian objek tersebut secara spotan berteriak kesakitan. Dari hal itu
menunjukkan bahwa manusia mempunyai kemampuan menanggapi rangsang yang sering
disebut dengan iritabilitas. Lalu pada objek (manusia) yang bergerak, dibuktikan dengan
aktivitas seperti berjalan , berlari, mengedipkan mata, serta menggerakkan tangannya.
Selain manusia, praktikan juga mengamati gejala yang terjadi pada tumbuhan. Dalam hal
ini, praktikan mengamati pertumbuhan pada tanaman kacang hijau (kecambah). Praktikan
menyiapkan aqua gelas bekas dan kapas yang dibasahi dengan air untuk menanam biji
kacang hijau. Setelah beberapa hari biji kacang hijau tumbuh dan berkembang menjadi
kecambah. Dari data di atas diperoleh hasil observasi pada tanaman kacang hijau berupa
gejala-gejala kehidupan, yaitu tumbuh dan berkembang. Pada tanaman kacang hijau setiap
harinya mengalami perubahan tinggi. Praktikan membuktikannya dengan mengukur tinggi
tanaman kacang hijau setiap harinya menggunakan benang. Seiring bertambahnya hari, tinggi
tanaman kacang hijau juga semakin tinggi dan berkembang lebih besar , yang diiringi dengan
tumbuhnya serabut-serabut berwarna putih.

Manusia dan tumbuhan memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu tumbuh dan berkembang serta
bergerak. Gerak pada manusia dan tumbuhan berbeda. Gerak pada tumbuhan tidak semua
dapat diamati dengan jelas. Semua tumbuhan melakukan gerak, yaitu gerak tumbuh akar dan
batang. Gerak lainnya, yaitu gerak reaksi terhadap rangsang, misalnya gerak batang dan daun
karena cahaya, mengikuti/mengarah ke matahari.
Dari hasil observasi di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dan tanaman kacang hijau
merupakan makhluk hidup karena dapat bernapas, bergerak, peka terhadap rangsang, tumbuh
dan berkembang. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang ada bahwa manusia dan tumbuhan
merupakan makhluk hidup. Adapun ciri-ciri makhluk hidup secara umum adalah bernapas,
bergerak, makan dan minum, tumbuh dan berkembang, berkembang biak, mengeluarkan zat
sisa, peka terhdap rangsang, dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Jadi secara umum, ciri-ciri yang ditemukan pada makhluk hidup adalah bernafas,
bergerak, tumbuh dan berkembang, berkembang biak, mengeluarkan zat sisa, peka terhadap
rangsang, dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan (Jenny, 1993: 4-7).
Bernafas adalah menghirup udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara
dengan kandungan karbondioksida lebih besar dari yang dihirup (Suryatin, 2008). Batu,
pintu, koin, buku, dan penggaris tidak bernafas karena walaupun mereka diletakkan didalam
air yang tidak terdapat udaranya dalam waktu yang lama tidak akan merasa sesak. Bernafas
dilakukan oleh manusia hal ini terbukti dengan merasa sengal dan sesak. Sengal terjadi
karena pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksida yang sangat cepat setelah
melakukan aktifitas. Sedangkan sesak terjadi ketika menahan untuk tidak menghirup udara
selama beberapa saat sebagai tanda kurangnya oksigen. Biji kacang hijau juga bernafas, hal
ini dibuktikan dengan biji yang diletakkan didalam air mengalami pembusukan.
Untuk beraktifitas makhluk hidup memerlukan energi. Untuk memperoleh energi
makluk hidup perlu makan dan minum (Allan, 2004). Batu, pintu, koin, buku, dan penggaris
tidak melakukan aktifitas, mereka hanya diam. Kegiatan lari memerlukan energi. Energi
kimia dari makanan dan minuman dirubah menjadi energi gerak yang menyebabkan kita bisa
melakukan aktifitas berupa lari. Selain lari kita juga bisa menggerakan tangan, berenang,
mengelengkan kepala, dan masih banyak lagi. Pada biji kacang hijau juga memerlukan
energi. Energi yang diperoleh oleh tumbuhan digunakan untuk tumbuh dan berkembang.
Seperti halnya biji kacang hijau yang memerlukan air untuk merangsang hormon
pertumbuhan untuk memjadi kecambah.

Makhluk hidup tidak hanya diam, dia juga bisa bergerak. Hewan dan manusia
memiliki sistem gerak yang kompleks karena dapat berpindah tempat, sedangkan untuk
tumbuhan sistem geraknya terbatas. Gerakan yang dapat dilakukan tumbuhan berupa gerak
tumbuh, gerak bunga mekar, gerak pemancaran biji, dan gerak tidur (Jenny, 1993: 6). Batu,
pintu, koin, buku, dan penggaris bergerak hanya jika ada gaya yang mengenainya. Manusia
melakukan gerakkan karena adanya sistem gerak yang berupa tulang, sendi, dan otot. Sistem
gerak manusia terbagi menjadi dua, yaitu sistem gerak yang disadari, dan sistem gerak
refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak sedangkan gerak refleks prosesnya
melalui sumsum tulang belakang. Gerak yang disadari contohnya makan, minum, belajar,
berjalan. Gerak refleks misalnya saat terkena duri. Pada observasi saat dicubit atau disentuh
secara tiba-tiba refleks menghindar, gerakan yang tiba-tiba itu merupakan gerakan refleks.
Makhluk hidup tumbuh dan berkembang. Tumbuh adalah perubahan ukuran
organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme. Contohnya batang
tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm. Berkembang merupakan salah satu perubahan
organism menuju kearah kedewasaan dan biasanya tidak bisa diukur oleh alat ukur.
Contohnya pematangan sel ovum (Jenny, 1993: 4). Batu, pintu, koin, buku, dan penggaris
tidak mengalami pertumbuhan karena dari 1 tahun yang lalu ukurannya tetap sama. Batu,
pintu, koin, buku, dan penggaris juga tidak mengalami perkembangan. Biji kacang hijau
mengalami pertumbuhan , hal ini dibuktikan dengan munculnya kecambah yang setiap
harinya bertambah panjang. Biji kacang hijau juga mengalami perkembangan, hal ini
dibuktikan dengan adanya hormone pertumbuhan yang menyebabkan dari biji kacang hijau
menjadi kecambah.
Kemampuan makhluk hidup untuk memperoleh keturunan disebut berkembang biak
(reproduksi). Berkembang biak bertujuan untuk melastarikan keturunan agar tidak punah
(Suryatin, 2008). Manusia disisni adalah praktikan. Praktikan merupakan seorang anak dari
orang tua praktikan. Hal ini menunjukan bahwa orang tua praktikan berkembang biak dan
menghasilkan praktikan. Biji kacang hijau didapat dari tanaman kacang hijau. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman kacang hijau berkembang biak membentuk bii kacang hijau
yang kemudian menjadi kecambah.
Iritabilitas adalah kemampuan untuk menanggapi rangsang. Hewan dan manusia
dilengkapi dengan alat indera untuk menanggapi rangsang, seperti hidung untuk mencium
bau, mata untuk melihat, dan telingan untuk mendengar. Hewan memiliki alat indera khusus,

seperti guratan sisi pada ikan yang berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air.
Tumbuhan juga mempunya kepekaan terhadap rangsang yang menghasilkan gerak pada
tumbuhan. Rangsangan tersebut dapat berupa sentuhan, cahaya matahari, air, zat kimia, suhu,
dan gravitasi bumi (Suryatin, 2008). Manusia apa bila terkena duri maka dia akan menjerit
kesakitan dan menghindar. Untuk biji kacang hijau yang sudah menjadi tanaman kacang hijau
akan memiliki akar yang menjalar mengikuti tempat terdapatnya air.
Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan disebut
adaptasi (Suryatin, 2008). Bila suhunya dingin, manusia cenderung menggunakan pakaian
yang tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Hal ini menunjukkan proses adaptasi yang
dilakukan manusia. Pada musim kering, tumbuhan akan menggugurkan daunnya untuk
mencegah penguapan terjadi. Tumbuhan saat musim kemarau akan menggugurkan daunnya
untuk mencegah penguapan. Hal ini menunjukkan proses adaptasi yang dilakukan tumbuhan.
Selanjutnya observasi dilakukan praktikan terhadap batu (batu I, II, III) , pintu, koin,
buku, dan penggaris. Pada batu I, II dan III memiliki warna yang sama yaitu berwarna hitam,
memiliki tekstur yang kasar (tetapi ketiga batu memiliki tekstur yang berbeda) : batu II lebih
kasar dari batu I, batu III lebih kasar dari batu II, memiliki bentuk yang tidak beraturan, tetap
diam ( tidak berpindah tempat) setelah dibiarkan lima menit di lantai, dan bila ditekan tidak
berubah bentuk. Selanjutnya pada pintu. Pintu berwarna coklat muda, terbuat dari kayu,
rerasa halus ketika diraba, berbentuk segi empat (beraturan), tidak berpindah posisi (tetap
diam) ketika diamati selama dua puluh menit, terdapat kaca, tidak bergerak ketika dipukul,
tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan. Koin berbentuk lingkaran, terdapat
gambar timbul, bila diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam) ketika diamati selama
lima menit, tidak bergerak saat disentuh, tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan
tangan, tidak berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa menit.
Penggaris berwarna merah muda, bentuk persegi panjang, diam (tidak bergerak saat
diletakkan di lantai selama lima menit) dan yang terakhir adalah buku. Buku memiliki bentuk
persegi, dan tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama lima menit.
Lalu pada batu, pintu, koin, buku, dan penggaris bukanlah makhluk hidup karena tidak
memiliki cirri-ciri makhluk hidup. Sedangkan manusia dan biji kacang hijau merupakan
makhluk hidup.

Besaran Pokok
Besaran adalah sesuatu yang memiliki besar dan dapat diukur. Oleh karena itu,
besaran tersebut diperoleh dari suatu pengukuran, di mana besaran tersebut dapat dituliskan
dengan angka. Untuk pembanding dalam pengukuran besaran, digunakan satuan. Akan tetapi,
satuan yang digunakan dalam suatu besaran dari satu daerah dengan daerah lain belum tentu
sama (tidak selalu sama). Sebagai contoh, di suatu daerah (di Yogyakarta), ada yang
mengatakan satuan dari besaran panjang adalah Seplintengan buto ngelih (Satu bidikan
raksasa lapar), yang berarti tidak terlalu jauh (panjang). Sedangkan di daerah lain tidak
mengenal/ tidak ada satuan seperti itu. Oleh karena itu, supaya terdapat kesamaan pada
berbagai daerah, bahkan berbagai negara, ditetapkanlah suatu satuan Internasional. Satuan
Internasional

itu

sendiri

pada

dasarnya

berguna

untuk

mempermudah

dalam

pengkomunikasian karena dari satuan tersebut tercipta sistem matriks.


Berikut gambaran sistem tangga (merupakan sistem matriks) :
I.
Gambar Tangga Konversi Panjang
km
= kilometer
hm
= hektometer
dam = dekameter
m
= meter
dm
= desimeter
cm
= centimeter
mm = milimeter
Keterangan : turun satu tangga dikali sepuluh, naik satu tangga dibagi sepuluh,
turun dua tangga dikali seratus, naik dua tangga dibagi seratus dan
seterusnya.
II.
Gambar Tangga Konversi Massa
kg
= kilogram
hg
= hektogram
dag
= dekagram
g
= gram
dg
= desigram
cg
= centigram
mg
= miligram
III.

Gambar Tangga Konversi Volum

IV.

Gambar Tangga Konversi Waktu


1 abad
1 dasawarsa
1 Winda/ Windu
1 tahun
1 bulan
1 minggu
1 hari
1 jam
1 menit

= 100 tahun
= 10 tahun
= 8 tahun
= 365 hari
= 4 minggu
= 7 hari
= 24 jam
= 60 menit
= 60 detik

Pada awalnya, sistem matriks tersebut terbentuk dari satu satuan. Satuan pertama
untuk panjang adalah meter (merupakan jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu 1/
299.792.458 detik. Kemudian untuk massa adalah 1 kilogram (massa sebuah silinder yang
terbuat dari campuran iridium-platinum). Sedangkan untuk waktu adalah 1 sekon ( waktu
yang dibutuhkan atom Cesium untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali).
Pada praktikum yang pertama ini, kami melakukan observasi dan pengukuran pada
berbagai macam benda. Pertama kali kami megukur massa batu. Dalam pengukuran tersebut
kami menggunakan tiga buah batu yang berbeda. Ketiga batu tersebut berwarna hitam,
memiliki bentuk yang tidak beraturan, dan memiliki relief yang tidak rata. Apabila diraba
dengan menggunakan kulit jari tangan terasa kasar (batu II lebih kasar dari batu I, batu III
lebih kasar dari batu II). Batu tersebut tidak berubah bentuk ketika ditekan dengan
menggunakan tangan. Ketika diletakkan di atas meja selama 5 menit, batu tersebut tidak
berubah dan berpindah posisi. Lalu ketika batu tersebut dipukul dan dijatuhkan dari
ketinggian tertentu tidak menunjukkan adanya tanggapan terhadap rangsangan dan perlakuan
yang diberikan. Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa batu termasuk dalam benda
tidak hidup karena tidak memiliki ciri-ciri hidup, seperti bernapas dan menanggapi rangsang.
Setelah melakukan observasi, kami melakukan pengukuran massa batu. Sebelumnya,
ketiga batu tersebut kami namai dengan nama yang berbeda (batu I, batu II, dan batu III).
Ukuran batu II lebih besar daripada batu I, dan lebih kecil daripada batu III. Adapun langkah
pengukurannya adalah :
1. Mengkalibrasi neraca lengan.
2. Meletakkan batu pada neraca.
3. Mengatur skala neraca dari yang terbesar hingga seimbang.
4. Mencatat skala yang ditunjukkan.
Ketika kami mengukur massa ketiga batu tersebut dengan menggunakan neraca lengan,
ternyata sebanding dengan ukurannya, batu I yang berukuran paling kecil memiliki massa

yang terkecil, yaitu 209 gram (20,9x10-2 kg). Kemudian batu III yang berukuran paling besar
juga memiliki massa yang terbesar, yaitu 359 gram (35,9x10 -2 kg). Sedangkan batu II
memiliki massa sebesar 319 gram (31,9x10 -2 kg). Dilihat dari tekstur dan warnanya, ketiga
batu tersebut terdapat dalam jenis yang sama. Karena besaran yang kami ukur dalam
percobaan ini (massa) tidak diturunkan atau dengan kata lain tidak diperoleh dari penurunan
besaran-besaran yang lain, maka massa batu termasuk ke dalam bersaran pokok (besaran
yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu). Dari percobaan pengukuran massa batu
dengan neraca lengan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar ukuran benda
sajenis, maka semakin besar massa benda tersebut, demikian pula sebaliknya.

Gambar Neraca Lengan


Selain mengukur massa dari ketiga batu tersebut, kami juga melakukan pengukuran
volum. Karena ketiga batu tersebut bentuknya tidak beraturan (bukan bangun ruang dengan
sisi beraturan), maka kami tidak menggunakan perumusan secara matematis dalam mengukur
volumnya. Dalam pengukuran batu yang bentuknya tidak beraturan tersebut, kami
menggunakan alat bantu berupa gelas beker (bukan gelas ukur karena batu tidak muat
dimasukkan) dan air kran. Langkah percobaan pengukuran volume batu (benda tidak
beraturan) ini, yaitu :
1. Mengisi gelas beker dengan air kran (pada skala tertentu).
2. Menempatkan gelas beker pada permukaan datar.
3. Mencatat volume air yang tertera pada gelas beker.
4. Memasukkan batu ke dalam gelas beker yang sudah diisi dengan air.
5. Mencatat volume akhir air yang ditunjukkan pada gelas beker.
6. Melakukan pengurangan (menghitung selisih volume awal ketika belum ada batu,
dan volume akhir ketika sudah ditambahkan batu).
7. Mencatat hasil pengukuran.
Dari hasil pengukuran ketiga batu tersebut, didapatkan hasil 5x10-6 m3 untuk batu I,
-6
15x10 m3 untuk batu II, dan 25x10-6 m3 untuk batu III. Sama seperti pada pengukuran massa
batu, pada pengukuran volume batu tersebut, ukuran batu yang paling besar memiliki volume
yang paling besar pula, sedangkan batu yang berukuran terkecil memiliki volum yang paling
kecil pula. Karena besaran yang kami ukur (volum) dalam percobaan ini tidak diturunkan

atau dengan kata lain tidak diperoleh dari penurunan besaran-besaran yang lain, maka volum
batu termasuk ke dalam bersaran pokok (besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu). Walaupun percobaan yang kami lakukan sama seperti teori, akan tetapi, apabila
pengukuran dilakukan dengan alat yang memiliki ketelitian lebih detail, maka dapat
dipastikan pengukuran kami salah. Hal tersebut disebabkan karena ada sebagian kecil air
yang masuk/ meresap ke dalam batu, mengisi ruang-ruang/ celah-celah batu, sehingga
volume awal yang menjadi salah satu patokan pengukuran menjadi berubah.

Gambaran Pengukuran Volume Batu dengan Gelas Beker


Selain melakukan observasi dan pengukuran pada batu, kami juga melakukan
observasi dan pengukuran pada objek lain berupa pintu. Pintu yang kami amati terbuat dari
kayu, bentuknya beraturan (berbentuk persegi panjang), dan berwarna coklat muda. Ketika
diraba menggunakan kulit jari tangan terasa halus. Pintu tersebut tidak berpindah posisi (tetap
diam) ketika diamati selama dua puluh menit, tidak bergerak ketika dipukul, dan tidak
berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan. Kami melakukan pengukuran panjang
pada pintu tersebut menggunakan rol meter. Karena panjang itu sendiri merupakan jarak dari
satu titik ke titik lain, maka langkah-langkah pengukuran yang kami lakukan adalah :
1. Menarik ujung rol meter.
2. Menempatkan ujung rol meter pada satu bagian (satu sisi pintu).
3. Menarik rol meter hingga di sisi lain.
4. Membuat rol meter dari satu sisi ke sisi yang lain lurus.
5. Membaca skala pada rol meter secara tegak lurus.
6. Mencatat hasil pengukuran.
Hasil pengukuran panjang pintu tersebut adalah 210 centimeter atau 2,1 meter dan 83
cemtimeter atau 0,83 meter. Pengukuran menggunakan rol meter tersebut merupakan
pengukuran baku karena satuan yang dihasilkan telah disepakati secara internasional. Selain
menggunakan rol meter, untuk mengukur panjang pintu, kami menggunakan jengkal tangan.
Hasil yang diperoleh adalah 10,5 jengkal dan 4 jengkal. Pengukuran panjang menggunakan
jengkal ini hanya diketahui oleh negara tertentu, dan belum atau tidak disepakati secara
internasional, sehingga termasuk ke dalam pengukuran tidak baku. Karena besaran yang kami
ukur (panjang sisi pintu) dalam percobaan ini tidak diturunkan atau dengan kata lain tidak
diperoleh dari penurunan besaran-besaran yang lain, maka panjang pintu termasuk ke dalam
bersaran pokok (besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu).

Gambar Pengukuran Menggunakan Jengkal


Gambar Rolmeter
Selain mengukur besaran pokok panjang dari sisi pintu, kami juga melakukan
observasi dan pengukuran terhadap panjang sisi buku. Hasil observasi kami terhadap buku
tersebut adalah : buku bentuk persegi dan tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama
kurang lebih lima menit. Cara/ langkah yang kami gunakan dalam melakukan pengukuran
hampir sama seperti pengukuran panjang sisi pada pintu. Hanya saja, dalam melakukan
pengukuran panjang sisi buku ini, kami menggunakan alat ukur berupa mistar. Kami
menggunakan mistar karena alat tersebut lebih efisien ketika digunakan untuk mengukur
besaran panjang yang tidak terlalu besar. Hasil pengukuran panjang yang kami peroleh
dengan menggunakan mistar adalah 24,5 cm atau 0,245 m dan 17,5 cm atau 0,175 m.
Sedangkan hasil pengukuran menggunakan jengkal tangan adalah 1,2 jengkal dan 1 jengkal.
Pengukuran panjang menggunakan jengkal tangan ini merupakan pengukuran yang tidak
baku karena jengkal setiap orang tidaklah sama. Sama seperti panjang pada pintu, panjang
pada buku termasuk ke dalam besaran pokok, karena satuannya telah ditetapkan terlebih
dahulu dan tidak diperoleh dari penurunan besaran lain.
Kemudian kami juga melakukan observasi dan pengukuran diameter tiga buah koin,
yaitu koin dua ratus rupiah, koin seratus rupiah, dan koin sepuluh rupiah. Hasil observasi dari
koin adalah : ketiga koin berwarna perak, bentuk lingkaran, terdapat gambar timbul, bila
diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam) ketika diamati selama lima menit, tidak
bergerak saat disentuh, tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan, tidak
berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa menit. Dari hasil observasi,
koin tidak mempunyai ciri hidup, sehingga termasuk ke dalam benda mati. Koin dua ratus
rupiah berukuran (memiliki luas penampang yang lebih besar dari koin seratus dan sepuluh
rupiah, koin seratus rupiah memiliki luas penampang yang lebih besar dari koin sepuluh
rupiah, sedangkan koin sepuluh rupiah memiliki luas penampang terkecil di antara ketiga
koin.
Diameter koin merupakan jarak dari satu titik di tepi koin ke titik tepi koin yang lain,
maka pada dasarnya diameter merupakan pajang. Dalam melakukan pengukuran panjang

(diameter koin) ini, kami menggunakan alat bantu (alat ukur berupa jangka sorong) yang
memiliki ketelitian hingga 0,1 mm. Dalam pengukuran ini digunakan sisi jangka sorong
bagian dalam hal ini dikarenakan jarak (diameter/ panjang) yang siukur merupakan dimensi
luar. Langkah yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
1. Membuka kunci jangka sorong (dengan cara diputar).
2. Menggeser rahang geser untuk memasukkan koin.
3. Memasukkan dan menjepit koin di antara rahang jangka sorong.
4. Mengunci jangka sorong agar benda tidak lepas/ jatuh.
5. Membaca skala yang ditunjukkan jangka sorong.
6. Mencatat hasil pengukuran.
Dari hasil pengukuran kami sendiri, diperoleh hasil 2,49 cm atau 2,49x10 -2 m untuk
koin dua ratus rupiah, 2,29 cm atau 2,29x10-2 m untuk koin seratus rupiah, dan 1,75 cm atau
1,75x10-2 m untuk koin sepuluh rupiah. Bila dihubungkan dengan besar kecilnya ukuran koin,
dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran sudah benar karena pada koin yang besar,
diameternya besar, lalu pada koin yang kecil, diameternya kecil. Akan tetapi, untuk kepastian
pengukuran belum tentu tepat 100% karena terkadang dalam menjepitkan benda ada yang
terlalu kencang, kencang, dan longgar.

Gambar Jangka Sorong


Sama seperti panjang pada pintu dan panjang sisi buku, diameter koin termasuk ke dalam
besaran pokok panjang, karena satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diperoleh
dari penurunan besaran lain
Besaran turunan
Untuk menentukan suatu besaran, kita perlu mengetahui pengertian dari besaran. Menurut
teori besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur, mempunyai nilai yang dapat
dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan tertentu. Dalam membahas mengenai besaran
turunan terlebih dahulu kita menentukan besaran pokoknya. Besaran pokok menurut dasar
teori adalah besaran yang dipandang berdiri sendiri dan tidak diturunkan dari besaran lain.
Sesuai dengan teori bahwa suatu besaran turunan ialah besaran yang diturunkan dan
diperoleh dari besaran-besaran pokok. Jadi besaran turunan dapat diperoleh atau dibentuk
dari dua atau lebih besaran pokok.

Macam-macam besaran turunan menurut teori adalah volume (m3, cm3, liter), massa
jenis (kg/m3), percepatan (m/s2), kecepatan (m/s), gaya (kg.m/s2 , newton), usaha dan energi
(kg.m2/s2, joule), daya (kg.m2/s3, watt), tekanan (kg/(m.s2), pascal), dan muatan listrik (A.s,
coulomb).
Percobaan pengukuran yang melibatkan besaran turunan dalam hal ini antara lain
menentukan luas, volume, massa jenis, kecepatan dan laju pertumbuhan tanaman. Luas yang
dihitung dalam percobaan ini adalah luas dari pintu dengan mengukur panjang dan lebar
pintu terlebih dahulu, kita dapat menentukan luas dari pintu yang diukur sebelumnya. Luas
dibentuk dari hasil kali dua besaran pokok (p x l). Jika satuan panjang dan lebar masingmasing adalah meter, maka besaran luas adalah besaran turunan yang mempunyai satuan
meter x meter atau m2. Jadi Luas merupakan besaran turunan karena dibentuk oleh dua
besaran pokok, hal ini sesuai dengan teori yang telah ada. Pengukuran matematisnya bahwa
praktikan melakukan pengukuran luas untuk 2 pintu yang berbeda dan sebuah buku,
diketahui panjang pintu pertama =2, 1 m dikali lebar pintu = 0,83 m diperoleh luas pintu
1,743 m2, dan panjang pintu kedua = 1,85 m, dikali lebar pintu = 0,8 m, diperoleh luas pintu
= 1,48 m2, serta panjang buku = 0,245 m, dikali lebar buku = 0,175 m, diperoleh luas buku =
0,0429 m2.
Volume yang dihitung adalah volume batu 1, batu 2, dan batu 3, karena batu
merupakan besaran tak beraturan maka pengukuran tidak dapat dilakukan dengan
menghitung panjang x lebar x tinggi (panjang x panjang x panjang), pengukuran panjang x
lebar x tinggi digunakan hanya untuk benda yang beraturan, untuk itu dalam percobaan ini
kami menentukan volume batu dengan mencelupkan batu ke dalam tabung reaksi berisi air,
perubahan ketinggian air yang terjadi merupakan hasil dari besar volume batu. Dalam hal ini
telah diketahui bahwa volume mempunyai satuan Liter, dengan persamaan 1dm3=1 liter
untuk (dm3 merupakan hasil kali besaran panjang dm x dm x dm) maka, volume batu
merupakan besaran turunan hal ini sesuai dengan teori bahwa besaran turunan diperoleh dari
dua atau lebih besaran pokok. Penghitungan matematis untuk batu 1, volume yang diperoleh
5x10-6 liter, batu 2 volume yang diperoleh sebesar 15x10-6 liter, dan batu 3 volume yang
diperoleh sebesar 25x10-6 liter.
Massa jenis yang dihitung dalam hal ini adalah massa jenis dari batu 1, batu 2, dan
batu 3. Massa jenis diperoleh dari hasil bagi antara massa dan volume. Hal yang dilakukan
dalam perhitungan massa jenis adalah menentukan dahulu massa dan volume kemudian
massa dibagi volume. Sesuai dengan dasar teori bahwa besaran turunan diperoleh dari dua
atau lebih besaran pokok, jadi massa jenis merupakan besaran turunan, yang melibatkan

maasa dibagi volume (kg/l). Perhitungan matematis dari massa jenis batu pertama adalah
massa/volume (20,9x10-2 kg / 5x10-6 liter) = 41800 kg/l. Maasa jenis batu kedua adalah
massa/volume (31,9x10-2 kg / 15x10-6 liter) = 21266,7 kg/l. Massa jenis batu ketiga adalah
massa/volume (35,9x10-2 kg / 25x10-6 liter) = 14360 kg/l. Dari perhitungan masa jenis ketika
batu diketahui bahwa semakin besar massa batu volume semakin besar dan massa jenis besar,
dan sebaliknya semakin kecil massa batu, volume yang dihasilkan juga sedikit massa
jenisnya juga sedikit.
Kecepatan dalam percobaan ini dihitung dengan percobaan lari yang menempuh 24
meter dengan waktu yang berbeda. Kecepatan merupakan besaran turunan, karena kecepatan
diperoleh dari dua atau lebih besaran pokok, kecepatan diperoleh dari hasil bagi jarak dengan
waktu. Jarak merupakan besaran panjang yang mempunyai satuan meter, sedangkan waktu
mempunyai satuan sekon. Hal ini sesuai dengan teori bahwa kecepatan merupakan besaran
turunan dengan satuan m/s. Percobaan kecepatan melibatkan 2 orang Sunu dan Febri. Sunu
dengan jarak tempuh 24 meter memerlukan waktu 4,95 sekon dan didapat kecepatan sebesar
4,84 m/s. Sedang Febri dengan menempuh jarak 24 m dan memerlukan waktu 4,49 sekon
diperoleh kecepatan sebesar 5,34 m/s.
Laju pertumbuhan tanaman dalam percobaan ini dihitung dari pertumbuhan 2 macam
tanaman kecambah selama 5 hari, yang pada awalnya tanaman kecambah telah diukur
panjangnya masing-masing 0,05 m. Laju pertumbuhan pada umumnya hampir sama
pengertiannya dengan kecepatan dan merupakan besaran turunan, karena dalam perhitungan
laju pertumbuhan melibatkan pengukuran pertambahan panjang kecambah dibagi selang
waktu. Dalam hal ini pertumbuhan panjang dapat diartikan sebagai pertambahan panjang
yang mempunyai satuan meter, dan selang waktu memiliki satuan hari. Seperti teori yang
telah dijelaskan bahwa laju pertumbuhan merupakan besaran turunan dengan satuan m/hari,
karena dibentuk oleh dua dari besaran pokok, yaitu panjang dan waktu. Hasil percobaan
secara matematis diketahui pertumbuhan kecambah pertama, hari pertama 0,05 m, hari ke
dua 0,06 m, hari ke tiga sebesar 0,084 m, hari keempat 0,095 m, dan hari ke lima 0,098 m.
Dari data diperoleh kelajuan pertumbuhan sebesar 0,098-0,05 / 5 hari = 0,0096 m/hari.
Pertumbuhan kecambah kedua hari pertama 0,05 m, hari kedua 0,063 m, hari ketiga 0,079 m,
hari keempat 0,088 m, dan hari kelima 0,094 m, dari data diperoleh laju pertumbuhan
kecambah kedua adalah 0,094-0,05 / 5 = 0,0088 m/hari.
Dari semua besaran seperti luas, volume, massa jenis, kecepatan dan laju
pertumbuhan merupakan salah satu contoh dari besaran turunan hal ini sesuai dengan satuan
yang terbentuk dan teori yang ada. Dalam suatu pengukuran biasanya menggunakan satuan

baku dan tak baku. Untuk besaran turunan satuan yang lebih sering digunakan untuk
pengukuran adalah satuan baku karena lebih akurat, namun praktikan juga mencoba
menggunakan ukuran tak baku seperti menggukur daun diatas mili meter blok yang setiap
kotaknya mewakili nilai luas daun, pengukuran ini melibatkan bentuk yang tak beraturan
karena susah dihitung menggunakan mistar atau jangka sorong maka pratikan menggunakan
milimeter blok (perhitungan yang belum tentu keakuratannya) dan mengukur buku dengan
jengkal. Untuk pengukuran luas daun menggunakan milimeter blok kami tinggal meletakkan
daun pada milimeter blok dan mengambarnya, setelah itu tiap kotak milimeter blok dihitung
untuk mengetahui luas daun yang tak beraturan. Dalam percobaan kami dihitung kotak
milimeter blok dalam daun yang memenuhi 1 kotak sebanyak 12 ml 2, dan yang lainnya
dikira-kira ada 9 ml, jika dijumlahkan luas daun dalam milimeter blok ada 21 ml 2. Dikatakan
pengukuran luas tak baku karena dalam hal ini pratikan menghitung kotak dan menambahan
kotak yang belum penuh ditutup daun dengan perkiraan. Selanjutnya menghitung luas buku
menggunakan jengkal juga perhitungan besaran luas yang tak baku karena setiap jengkal
manusia berbeda beda jadi perhitungan ini tidak sama dan tidak bisa sebagai patokan resmi.
Dalam perhitungan luas buku menggunakan jengkal febri diketahui panjang buku 1,2 jengkal,
dan lebar buku 1 jengkal maka luas = 1,2 jengkal.

BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hasil observasi terhadap objek hidup dan tak hidup yang ada di kelas maupun di luar
sebagai berikut :
No.
Objek
1.
Batu

Hasil Observasi
Ketiga batu berwarna hitam, tekstur kasar (ketiga batu memiliki
tekstur yang berbeda : batu II lebih kasar dari batu I, batu III lebih
kasar dari batu II), bentuknya tidak beraturan, diletakkan di lantai
selama lima menit tidak berpindah tempat (tetap diam), bila

2.

Pintu

ditekan tidak berubah bentuk.


Warna coklat muda, terbuat dari kayu, terasa halus ketika diraba,
berbentuk segi empat (beraturan), terdapat kaca, tidak berpindah
posisi (tetap diam) ketika diamati selama dua puluh menit, tidak
bergerak ketika dipukul, tidak berubah bentuk ketika ditekan

3.

Koin

menggunakan tangan.
Ketiga koin berwarna perak, bentuk lingkaran, terdapat gambar
timbul, bila diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam)
ketika diamati selama lima menit, tidak bergerak saat disentuh,
tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan, tidak
berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa

Buku

menit.
Bentuk persegi, tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama

Penggaris

lima menit.
Berwarna merah muda, bentuk persegi panjang, diam (tidak

6.

Manusia

bergerak saat diletakkan di lantai selama lima menit).


Bernafas, matanya berkedip, peka terhadap sentuhan, melakukan

7.

Kecambah

gerak aktif.
Mengalami perubahan bentuk setiap hari (bertambah panjang),

4.
5.

berwarna hijau dan putih, tumbuh serabut-serabut berwarna putih.

Batu, pintu, koin, buku, dan penggaris bukanlah makhluk hidup karena tidak memiliki cirriciri makhluk hidup. Sedangkan manusia dan biji kacang hijau merupakan makhluk hidup,
karena memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup
2. Hasil pengukuran yang melibatkan besaran pokok dan besaran turunan baik
menggunakan satuan baku maupun tidak baku adalah sebagai berikut :
1. Massa Batu
No.
1.
2.
3.

Objek
Batu I
Batu II
Batu III

Alat Ukur
Neraca
Neraca
Neraca

Massa (kg)
20,9x10-2
31,9x10-2
35,9x10-2

2. Volume Batu
No.
1.
2.
3.

Objek

Alat Ukur
Gelas ukur
Gelas ukur
Gelas ukur

Batu I
Batu II
Batu III

Volume (l)
5x10-6
15x10-6
25x10-6

3. Panjang Pintu (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Meteran

Panjang (m)
2,1

Panjang (m)
0,83

Panjang Pintu (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
10,5

Panjang (jengkal)
4

4. Penjang Buku Cetak (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Mistar

Panjang (m)
0,245

Panjang (m)
0,175

Panjang Buku Cetak (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
1,2

5. Koin
No.
1.
2.
3.
6. Lari

Objek
Koin dua ratus rupiah
Koin seratus rupiah
Koin sepuluh rupiah

Diameter/ Panjang (m)


2,49x10-2
2,29x10-2
1,75x10-2

Panjang (jengkal)
1

No.
1.
2.

Objek
Sunu (Manusia)
Febri (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch

Jarak (m)
24
24

Waktu (s)
4,95
4,49

7. Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan 50 Denyut Nadi


No.
1.
2.
3.

Objek
Septi (Manusia)
Ifa (Manusia)
Tika (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch
Stopwatch

Waktu (s)
34,60
37,50
49,90

8. Pertumbuhan Kecambah
No.
1.
2.

1
5
5

Panjang pada Hari ke- ....... (cm)


2
3
4
6
8,4
9,5
6,3
7,9
8,8

5
9,8
9,4

9. Mengukur Luas Daun (Pengukuran Langsung)

Jawaban Pertanyaan
1. Gejala yang teramati pada objek hidup dan tak hidup
No.
Objek
1.
Batu

Hasil Observasi
Ketiga batu berwarna hitam, tekstur kasar (ketiga batu memiliki
tekstur yang berbeda : batu II lebih kasar dari batu I, batu III lebih
kasar dari batu II), bentuknya tidak beraturan, diletakkan di lantai
selama lima menit tidak berpindah tempat (tetap diam), bila

2.

Pintu

ditekan tidak berubah bentuk.


Warna coklat muda, terbuat dari kayu, terasa halus ketika diraba,
berbentuk segi empat (beraturan), terdapat kaca, tidak berpindah
posisi (tetap diam) ketika diamati selama dua puluh menit, tidak
bergerak ketika dipukul, tidak berubah bentuk ketika ditekan

3.

Koin

menggunakan tangan.
Ketiga koin berwarna perak, bentuk lingkaran, terdapat gambar

timbul, bila diraba terasa kasar, tidak berpindah posisi (diam)


ketika diamati selama lima menit, tidak bergerak saat disentuh,
tidak berubah bentuk ketika ditekan menggunakan tangan, tidak
berpindah posisi ketika diletakkan di atas meja selama beberapa
4.

Buku

menit.
Bentuk persegi, tidak bergerak ketika diletakkan di lantai selama

5.

Penggaris

lima menit.
Berwarna merah muda, bentuk persegi panjang, diam (tidak

6.

Manusia

bergerak saat diletakkan di lantai selama lima menit).


Bernafas, matanya berkedip, peka terhadap sentuhan, melakukan

Kecambah

gerak aktif.
Mengalami perubahan bentuk setiap hari (bertambah panjang),

7.

berwarna hijau dan putih, tumbuh serabut-serabut berwarna putih.


2. Gejala pada objek hidup dan tak hidup :
Gejala pada manusia : manusia menunjukkan bahwa dia bernafas, melakukan
gerak aktif, tumbuh dan berkembang, berkembang biak, mengeluarkan zat sisa,
peka terhadap rangsang (sentuhan), dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Gejala pada kecambah : Mengalami perubahan bentuk setiap hari (bertambah
panjang), berwarna hijau dan putih, tumbuh serabut-serabut berwarna putih.
Sedangkan pada batu, pintu, koin, buku, dan penggaris tidak menunjukkan gejala
seperti yang ditunjukkan pada manusia dan biji kacang hijau. Itu karena batu,
pintu, koin, buku, dan penggaris termasuk dalam objek yang tak hidup, sehingga
tidak memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup.
3. Data hasil pengukuran
1.

Massa Batu
No.
1.
2.
3.

Objek
Batu I
Batu II
Batu III

Alat Ukur
Neraca
Neraca
Neraca

Massa (kg)
20,9x10-2
31,9x10-2
35,9x10-2

2. Volume Batu
No.
1.
2.
3.

Objek
Batu I
Batu II
Batu III

Alat Ukur
Gelas ukur
Gelas ukur
Gelas ukur

Volume (l)
5x10-6
15x10-6
25x10-6

3. Panjang Pintu (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Meteran

Panjang (m)
2,1

Panjang (m)
0,83

Panjang Pintu (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
10,5

Panjang (jengkal)
4

4. Panjang Buku Cetak (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Mistar

Panjang (m)
0,245

Panjang (m)
0,175

Panjang Buku Cetak (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
1,2

Panjang (jengkal)
1

5. Koin
No.
1.
2.
3.

Objek
Koin dua ratus rupiah
Koin seratus rupiah
Koin sepuluh rupiah

Diameter/ Panjang (m)


2,49x10-2
2,29x10-2
1,75x10-2

6. Lari
No.
1.
2.

Objek
Sunu (Manusia)
Febri (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch

Jarak (m)
24
24

Waktu (s)
4,95
4,49

7. Waktu yang Dibutuhkan untuk Menghasilkan 50 Denyut Nadi


No.
1.
2.
3.

Objek
Septi (Manusia)
Ifa (Manusia)
Tika (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch
Stopwatch

Waktu (s)
34,60
37,50
49,90

8. Pertumbuhan Kecambah
No.
1.
2.

1
5
5

Panjang pada Hari ke- ....... (cm)


2
3
4
6
8,4
9,5
6,3
7,9
8,8

5
9,8
9,4

9. Mengukur Luas Daun (Pengukuran Langsung)

4. Analisis hasil pengukuran pada objek hidup dan tak hidup :


Pada objek hidup antara lain :
Lari pada manusia
No.
1.
2.

Objek
Sunu (Manusia)
Febri (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch

Jarak (m)
24
24

Waktu (s)
4,95
4,49

Waktu yang dibutuhkan manusia untuk menghasilkan 50 denyut nadi


No.
1.
2.
3.

Objek
Septi (Manusia)
Ifa (Manusia)
Tika (Manusia)

Alat Ukur
Stopwatch
Stopwatch
Stopwatch

Waktu (s)
34,60
37,50
49,90

Pertumbuhan Kecambah
No.

1
5
5

1.
2.

Panjang pada Hari ke- ....... (cm)


2
3
4
6
8,4
9,5
6,3
7,9
8,8

Mengukur Luas Daun (Pengukuran Langsung)

Pada objek tak hidup antara lain :


Massa Batu
No.
1.
2.
3.

Objek
Batu I
Batu II
Batu III

Volume Batu

Alat Ukur
Neraca
Neraca
Neraca

Massa (kg)
20,9x10-2
31,9x10-2
35,9x10-2

5
9,8
9,4

No.
1.
2.
3.

Objek

Alat Ukur
Gelas ukur
Gelas ukur
Gelas ukur

Batu I
Batu II
Batu III

Volume (l)
5x10-6
15x10-6
25x10-6

Panjang Pintu (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Meteran

Panjang (m)
2,1

Panjang (m)
0,83

Panjang Pintu (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Pintu

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
10,5

Panjang (jengkal)
4

Panjang Buku Cetak (Pengukuran Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Mistar

Panjang (m)
0,245

Panjang (m)
0,175

Panjang Buku Cetak (Pengukuran Tidak Baku)


No.
1.

Objek
Buku

Alat Ukur
Jengkal Tangan

Panjang (jengkal)
1,2

Panjang (jengkal)
1

Koin
No.
1.
2.
3.

Objek
Koin dua ratus rupiah
Koin seratus rupiah
Koin sepuluh rupiah

Diameter/ Panjang (m)


2,49x10-2
2,29x10-2
1,75x10-2

5. Batu, pintu, koin, buku, dan penggaris bukan termasuk dalam makhluk hidup karena
tidak memiliki cirri-ciri sebagai makhluk hidup. Sedangkan manusia dan biji kacang
hijau merupakan makhluk hidup, karena memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup
( bernafas, tumbuh dan berkembang, peka terhadap rangsangan)
a. Yang termasuk dalam besaran pokok meliputi :
i. Massa batu I, II,III (massa)
ii. Panjang pintu dan buku cetak (panjang)
iii. Diameter/panjang koin (panjang)
iv. Jarak lari (panjang)
v. Waktu berlari dan waktu untuk menghasilkan 50 denyut nadi (waktu)
vi. Panjang/tinggi pertumbuhan kecambah (panjang/tinggi)
b. Yang temasuk dalam besaran turunan meliputi :
i. Volume batu

ii. Kecepatan berlari


iii. Massa jenis batu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2012.

Pengukuran

Dasar.

Diakses

dari:

http://nanoyuliadii.blogspot.com/2012/11/pengukuran-dasar.html pada Selasa, 23


September 2014
Jenny. 1993. Pendidikan IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Subiyanto. 1998. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Depdikbud
Suryatin. 2008. IPA Terpadu. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
____. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdikbud

Lampiran

Gambar 1.1 Penghitungan Volume batu

Gambar 1.2 Penghitungan diameter koin

Gambar 1.3 Perhitungan volume batu

Anda mungkin juga menyukai