ABSTRACT
Research to investigate the effects of agitation speed and cultivation time of marine
fungus Emericella nidulans on production of bioactive compound emestrin A dan B has been
done. The fungal was cultivated in four different agitation speeds, i.e. 0 rpm, 50 rpm, 100
rpm and 150 rpm for 1, 2, 3 and 4 weeks respectively. The concentration of emestrin A and
B was analyzed by using high perfomance liquid chromatography (HPLC). The result showed
that the highest concentration (3006.43 ppm) of emestrin A was recorded from mycelia in 1
week cultivation at 0 rpm agitation speed. The highest concentration of emestrin B (3467.82
ppm) was found from broth in 2 week of cultivation at 50 rpm agitation. The treatment based
on timing cultivation did not give significant result, meanwhile the speed of agitation
performed the significant differences.
Keywords : Emericella nidulans, emestrin, agitation speed, cultivation time
PENDAHULUAN
Laut menyimpan kekayaan berbagai sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bahan alami yang dikembangkan sebagai bahan obat. Bhadury et al, (2006)
mengatakan bahwa Kapang yang berasal dari lingkungan laut (marine derived fungi)
berpotensial sebagai sumber senyawa aktif.
kapang yang berasal dari lingkungan laut yang bersimbion pada karang jenis Ascidia.
Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh kapang laut E. nidulans adalah senyawa
bioaktif emestrin.
bioaktif emestrin A dan B dari ekstrak kasar miselium dan broth kapang laut E. nidulans
dilakukan dengan mempertimbangkan waktu kultivasi dan kecepatan agitasi sehingga dalam
memproduksi senyawa bioaktif emestrin (ETP) lebih optimal sehingga permasalahan
kecilnya nilai rendemen untuk uji praklinis dan klinis dapat terpencahkan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Kapang Laut E. nidulans media
kultivasi Malt Extract Agar (MEA) dengan komposisi 0,3% extract malt, 0,3 extract yeast,
0,5% pepton dan 1,5% agar, sedangkan medium yang digunakan untuk fermentasi (kultivasi)
adalah : Malt Extract Broth (MEB) dengan komposisi 0,3 % malt extract, 0,3 % yeast extract
dan 0,5 % pepton, pelarut acetonitril (Baker), etil asetat (Baker), diklorometan (Baker),
methanol (Baker), asetonitril HPLC grade (Baker), air HPLC grade (Baker).
Metode
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) Faktorial dengan dwifaktor dengan 4 taraf dengan tiga kali ulangan.
Media Kultivasi Kapang
Media yang digunakan pada kultivasi Kapang Laut (E. nidulans) adalah Malt Extract
Broth (MEB) sebanyak 100 ml dengan komposisi 0.3 gr malt extract, 0.3 gr yeast extract
dan 0.5 gr peptone untuk 1000 ml. Semua komposisi media MEB dilarutkan ke dalam klorida
100 ml dengan salinitas 10 ppt air laut buatan (artificial sea water/ASW) dengan komposisi
70 g Natrium klorida, 1,1 g Natrium sulfat, 3,0 g Kalium klorida, 20,4 g Magnesium klorida,
dan 0,6 g Kalsium. Salinitas 10 ppt merupakan salinitas yang paling optimum dalam
menghasilkan senyawa emestrin (Nursid et al., 2013) Kemudian media disterilisasi dengan
menggunakan autoclave pada suhu 1210C selanjutnya media disimpan pada suhu kamar.
73oC lalu didiamkan beberapa saat dalam suhu kamar 27 29oC hingga media dan gliserol
yang ada dalam tabung mencair. Spora yang terdapat dalam biakan dipindahkan secara
aseptis ke dalam cawan petri yang berisi media MEA dengan menggunakan jarum tanam
tajam. Cawan petri dibungkus dengan kertas parafilm kemudian diinkubasikan pada suhu 27
29oC selama 3 7 hari hingga biakan spora tumbuh dengan baik.
Kultivasi Kapang Laut E. nidulans
Kapang laut Emericella nidulans dari koloni yang ditumbuhkan dalam cawan petri
dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung 10 ml media MEB, kemudian
diinkubasi selama 24 jam.
Setiap biakan dalam tabung reaksi di pindah ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang
mengandung 100 ml media MEB Kultivasi selama 1, 2, 3, dan 4 minggu pada suhu ruang.
Pengukuran Biomassa
Biomassa E. nidulans yang dihasilkan dari setiap perlakuan dihitung berdasarkan
massa kering miselium. Miselium dipisahkan dengan media kultivasi (broth) melalui
penyaringan lalu dikeringbekukan dengan
Pengukuran Salinitas
Pengukuran salinitas dengan menggunakan Salinometer, pengukuran dilakukan pada
broth yang sudah dipisahkan dari miselium.
Ekstraksi metabolit
Ekstraksi metabolit yang terdapat dalam miselium dilakukan mengikuti metode
Nursid et al. (2010). Miselium kapang disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan miselium dari media kultivasi (broth). Miselium selanjutnya dikeringbekukan
dengan freezedryer (Labconco). Setelah kering miselium direndam ke dalam Erlenmeyer dan
ditambah campuran DCM : MeOH = 1 : 1 sebanyak 25 ml. Erlenmeyer disonikasi selama 2
jam, lalu filtrat yang didapat disaring dengan kertas saring whatman nomor 41.
Media kultivasi (broth) 100 ml disaring dalam corong pisah lalu ditambahkan etil
asetat 100 ml. Corong pisah dikocok selama 3 menit lalu didiamkan beberapa saat sampai
lapisan etil asetat (bagian atas) dan media kultivasi (broth) (bagian bawah) memisah dengan
jelas. Lapisan etil asetat dipisahkan dan ditampung dalam erlenmeyer.
Pelarut yang terdapat dalam ekstrak miselium dan ekstrak broth selanjutnya
dievaporasi dengan Buchi Rotavapor 512 hingga diperoleh ekstrak pekat miselium dan broth
.
Karakterisasi Senyawa Emestrin
Ekstrak miselium dan broth dikarakterisasi dengan menggunakan High Performance
Liquid Chromatography (HPLC).
Scanning Electron Microscope (SEM)
Sampel miselium yang sudah dikeringkan dengan frezee drier selanjutnya miselium
dipotong menjadi bagian yang sangat kecil. Sampel miselium diletakkan pada specimen
holder selanjutnya miselium dilapisi emas (coating gold). Visualisasi miselium secara
miskroskopis dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) JCM 6000.
Rendemen Ekstrak
Rendemen ekstrak digunakan untuk menentukan berapa persen kandungan bioaktif
yang terdapat pada suatu bahan. Persentase rendemen ekstrak dihitung dengan rumus berikut:
............ (1)
Keterangan:
Pr : Persen rendemen
Be : Bobot ekstrak
Bs : Bobot sampel awal
HASIL DAN BAHASAN
Biomassa Miselium Kapang Laut E. nidulans
Biomassa miselium kapang laut E. nidulans yang dikultivasi 1 minggu dengan agitasi
(shaking) 100 rpm memiliki massa paling besar sebesar 600.00 mg.
Perlakuan agitasi
(shaking) 100 rpm dengan waktu kultivasi 1 minggu memberikan pengaruh yang sangat nyata
(P<0,01) terhadap biomassa miselium kapang laut E. nidulans. Tingginya biomassa miselium
pada kultivasi minggu I disebabkan kandungan niutrien dalam medium MEB masih sangat
tercukupi sehingga kebutuhan nutrien kapang laut E. nidulans dapat terpenuhi. Agitasi
menstimulan kapang laut E. nidulans untuk menghasilkan hifa lebih banyak
agar
mendapatkan nutrien yang cukup dari medium. Menurut Madigan et al., (2008) bahwa hifa
merupakan serabut jala putih yang terbentuk dari spora yang berfungsi untuk mengabsopsi
nutrien dan tumbuh di dalam medium.
Gambar
1.
Profil
biomassa
miselium
kapang
laut
E.
nidulans
y = 18945x + 32698
R2 = 0.976
1000000
800000
600000
400000
200000
10
20
30
40
50
60
70
17.346
1.644
10000
27.772
m AU
11000
9000
48.025
8000
20.542
7000
6000
35.072
25.414
14.636
4.116
2000
10.418
3000
39.994
32.225
4000
45.046
5000
1000
0
10
20
30
40
50
m in
Gambar 2. Kromatogram dan Serapan UV dari ekstrak miselium kapang laut E. nidulans
Rerata Kadar Emestrin A
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
S1T1S1T2S1T3S1T4S2T1S2T2S2T3S2T4S3T1S3T2S3T3S3T4S4T1S4T2S4T3S4T4
Kombinasi Perlakuan
(2005) bahwa kadar senyawa bioaktif yang dihasilkan pada proses kultivasi statis akan
menghasilkan senyawa bioaktif yang optimal. Hal ini dikarenakan kapang laut pada habitat
aslinya bersifat statis.
mAU
mAU
19.06/ 1.00
203
1.704
35000
650
600
550
32500
500
450
30000
400
350
27500
250
237
251
300
25000
200
150
22500
100
441
424
460
463
0
200.0
225.0
250.0
275.0
300.0
325.0
350.0
375.0
400.0
425.0
450.0
482
485
50
20000
475.0
nm
4.258
17500
15000
48.735
54.822
44.810
40.242
41.302
42.090
27.705
35.312
2500
29.202
31.210
5000
23.932
7500
14.281
10.219
11.342
10000
16.943
19.076
21.115
12500
0
10
20
30
40
50
min
4000
3000
2000
1000
0
S1T1 S1T2 S1T3 S1T4 S2T1 S2T2 S2T3 S2T4 S3T1 S3T2 S3T3 S3T4 S4T1 S4T2 S4T3 S4T4
Kombinasi Perlakuan
Gambar
5.
Kadar
emestrin
dari
broth
kapang
laut
E.
nidulans
Berdasarkan Gambar 4. Bahwa senyawa emestrin terelusidasi pada menit 19. Kadar
emestrin B yang dihasilkan ekstrak media kultivasi (broth) E. nidulans tertinggi pada minggu
ke II dengan kecepatan agitasi 50 rpm sebesar 3467,82 ppm terelusidasi pada menit 19,55 .
Kadar emestrin B pada setiap minggu ke IV
mengalami kenaikan kadar emestrin yang signifikan. Nursid et al, (2011) berpendapat bahwa
tinggimya kadar emestrin B pada minggu II dikarenakan kebutuhan akan nutrisi dari media
pertumbuhan (MEB) masih tercukupi. Nutrisi merupakan prekursor dalam proses biosintesis
senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif emestrin B dijumpai pada ekstrak broth hal ini
menunjukkan bahwa senyawa emestrin B merupakan senyawa utama yang digunakan untuk
proses pertahanan diri dari serangan sesama mikroba. Menurut Nursid et al, (2013)
menyatakan bahwa senyawa-senyawa yang terdapat pada ekstrak broth merupakan senyawa
yang dilepas ke dalam broth selama proses kultivasi. Hal tersebut menunjukan bahwa
selama pertumbuhannya menghasilkan senyawa metabolit ekstraselular. Metabolit yang
terkandung dalam
broth
merupakan
Nursid, M., N.D. Fajarningsih., dan E. Chasanah. 2013. Isolasi, Identifikasi Dan Optimasi
Produksi Emestrin B dari Kapang
Laut Emericella nidulans. Prosidng Seminar Hasil Penelitian Terbaik. Balitbang
KKP.
Madigan, M.T., J.M. Martinko., and J. Parker. 2000. Brock Biology of
Microorganisms. 9th ed. Prentice Hall International, Inc., London.
Porcel, E.M.R., J.L.C. Lopez, J.A.S., Perez. 2005. Effects Of Pellet Morphology On Broth
Rheology In Fermentations Of Aspergillus
terreus. Biochemical Engineering Journal.