Faisal - Diskusi Antihipertensi
Faisal - Diskusi Antihipertensi
Kaptopril
aptopril is a potent, competitive inhibitor of angiotensin-converting enzyme (ACE), the enzyme
responsible for the conversion of angiotensin I (ATI) to angiotensin II (ATII). ATII regulates blood
pressure and is a key component of the renin-angiotensin-aldosterone system (RAAS). Captopril may be
used in the treatment of hypertension.
Struktur kimia
C9H15NO3S
Nama IUPAC : (2S)-1-[(2S)-2-methyl-3-sulfanylpropanoyl]pyrrolidine-2-carboxylic acid
(http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov)
Farmakodinamik
Kaptopril, inhibitor ACE, antagonizes efek RAAS. Para RAAS adalah mekanisme homeostatis
untuk mengatur hemodinamik, air dan keseimbangan elektrolit. Selama stimulasi simpatik atau
ketika tekanan darah ginjal atau aliran darah berkurang, renin dilepaskan dari sel-sel granular
dari aparat juxtaglomerular di ginjal. Dalam aliran darah, memotong renin beredar
angiotensinogen ke ATI, yang kemudian dibelah untuk ATII oleh ACE. ATII meningkatkan
tekanan darah dengan menggunakan sejumlah mekanisme. Pertama, merangsang sekresi
aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron perjalanan ke tubulus distal berbelit-belit (DCT) dan
tubulus pengumpulan nefron mana meningkatkan reabsorpsi natrium dan air dengan
meningkatkan jumlah saluran natrium dan natrium-kalium ATPase pada membran sel. Kedua,
ATII merangsang sekresi vasopresin (juga dikenal sebagai hormon antidiuretik atau ADH) dari
kelenjar hipofisis posterior. ADH merangsang reabsorpsi air lebih lanjut dari ginjal melalui
penyisipan aquaporin-2 saluran pada permukaan apikal sel dari DCT dan tubulus
mengumpulkan. Ketiga, ATII meningkatkan tekanan darah melalui arteri vasokonstriksi
langsung. Stimulasi reseptor 1 Type ATII pada sel otot polos pembuluh darah menyebabkan
kaskade kejadian yang mengakibatkan kontraksi miosit dan vasokonstriksi. Di samping efek
utama, ATII menginduksi respon haus melalui stimulasi neuron hipotalamus. Inhibitor ACE
menghambat konversi yang cepat dari ATI untuk ATII dan memusuhi RAAS-diinduksi
peningkatan tekanan darah. ACE (juga dikenal sebagai kininase II) juga terlibat dalam
penonaktifan enzim bradikinin, vasodilator a. Menghambat deaktivasi meningkat bradikinin
tingkat bradikinin dan dapat mempertahankan efeknya dengan menyebabkan vasodilatasi
peningkatan dan penurunan tekanan darah. (DrugBank, 2005)
Farmakokinetik
Penyerapan 60-75% pada individu puasa, makanan mengurangi penyerapan oleh 25-40%
(beberapa bukti menunjukkan bahwa hal ini tidak signifikan secara klinis) Protein
mengikat 25-30% terikat pada protein plasma, terutama albumin. Metabolisme hepatik.
Metabolit utama adalah captopril-sistein disulfida dan dimer disulfida kaptopril.
Metabolit mungkin mengalami interkonversi reversibel. (DrugBank, 2005)
Mekanisme aksi
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung
dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang
dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I
yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah
angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor
endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan,
serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi
aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium.
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung,
baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung.
Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia. (DrugBank, 2005)
Efek samping
Umumnya kaptopril dapat ditoleransi dengan baik.
Efek samping yang dapat timbul adalah ruam kulit, gangguan pengecapan, neutropenia,
proteinuria, sakit kepala, lelah/letih dan hipotensi.
Efek samping ini bersifat dose related dengan pemberian dosis kaptopril kurang dari 150
mg per hari, efek samping ini dapat dikurangi tanpa mengurangi khasiatnya.
Efek samping lain yang pernah dilaporkan: umumnya asthenia, gynecomastia.
1. Kardiovaskular : cardiac arrest, cerebrovascular accident/insufficiency, rhythm
disturbances, orthostatic hipotension, syncope.
2. Dermatologi : bullous pemphigus, erythema multiforme exfoliative dermatitis.
3. Gastrointestinal : pankreatitis, glossitis, dispepsia.
4. Hepatobiliary : jaundice, hepatitis, kadang-kadang nekrosis, cholestasis.
5. Metabolit : symptomatic hyponatremia.
6. Musculoskeletal : myalgia, myasthenia.
7. Nervous/psychiatric : ataxia, confusion, depression, nervousness, somnolence.
Respiratory : bronchospasm, eosinophilic pneumonitis, rhinitis, blurred vision,
impotence.
Seperti ACE inhibitor lainnya dapat menyebabkan sindroma termasuk: myalgia,
arthralgia, interstitial nephritis, vasculitis, peningkatan ESR. (Katzung, B.G. 2007)
Indikasi
- Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan kombinasi lain.
- Kaptopril dapat dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat antihipertensi
lain terutama tiazid yang dapat memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan
beta bloker memberikan efek yang kurang aditif.
- Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik
dan digitalis. (Katzung, B.G. 2007)
Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE inhibitor lainnya..
(Katzung, B.G. 2007)
INTERAKSI OBAT :
- Pemberian obat diuretik hemat kalium (spironolakton-triamteren, anulona) dan
preparat kalium harus dilakukan dengan hati-hati karena adanya bahaya hiperkalemia.
- Penghambat enzim siklooksigenase sepeti indometasin, dapat menghambat efek
kaptopril.
- Disfungsi neurologik pernah dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi kaptopril dan
simetidin.
Kombinasi kaptopril dengan allopurinol tidak dianjurkan, terutama gagal ginjal
kronik.
(Anonim, 2000)
Dosis
1. Hipertensi ringan sampai sedang
Awal 12,5 mg 2x/hr. Pemeliharaan 25 mg 2x/hr.dapat ditingkatkan dengan
selang waktu 2-4 minggu. Maksimal 50 mg 2x/hr
2. Hipertensi berat
Awal 12,5 mg 2x/hr. dapat digunakan bertahap sampai maksimal 50 mg
3x/hr
3. Gagal Jantung
Awal 6,25 mg atau 12,5 mg.
Pemeliharaan 25 mg 2-3x/hr.dapat
Harga
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
(DrugBank, 2005)
2. Diltiazem
A benzothiazepine derivative with vasodilating action due to its antagonism of the actions
of the calcium ion in membrane functions. It is also teratogenic. Diltiazem is in a group of drugs
called calcium channel blockers. It works by relaxing the muscles of your heart and blood
vessels. Diltiazem is used to treat hypertension (high blood pressure), angina (chest pain), and
certain heart rhythm disorders. [PubChem]
Struktur kimia
C22H26N2O4S
Nama IUPAC : (2S,3S)-5-[2-(dimethylamino)ethyl]-2-(4-methoxyphenyl)-4-oxo-2,3,4,5-
tetrahydro-1,5-benzothiazepin-3-yl acetate
Farmakodinamik
Diltiazem, blocker saluran kalsium benzothiazepine, digunakan sendiri atau dengan
penghambat angiotensin-converting enzyme, untuk mengobati hipertensi, angina pektoris
kronis yang stabil, dan angina varian Prinzmetal itu. Diltiazem adalah non-dihidropiridin
(DHP) anggota kelas blocker saluran kalsium, bersama dengan Verapamil. Diltiazem
mirip dengan vasodilator perifer lainnya. Diltiazem menghambat masuknya kalsium
ekstra selular di seluruh membran miokard dan pembuluh darah sel otot polos mungkin
dengan deformasi saluran, menghambat ion-mekanisme kontrol gating, dan / atau
mengganggu pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma. Penurunan kalsium
intraseluler menghambat proses kontraktil sel otot miokard halus, menyebabkan
pelebaran arteri koroner dan sistemik, pengiriman oksigen meningkat ke jaringan
afterload. (DrugBank, 2005)
Farmakokinetik
Pada pemberian dengan oral diltiazem diabsorpsi kira-kira 80 - 90% dan berikatan dengan protein
plasma. Efek mulai tampak kurang dari 30 menit setelah pemberian dan konsentrasi puncak
dalam plasma tercapai setelah 2 jam dengan waktu paruh 4 jam. Senyawa ini diekskresi dalam
bentuk metabolit melaiui urin (35%) dan feses (60%). (DrugBank, 2005)
Mekanisme aksi
Diltiazem adalah derivate benzodiazepin yang merupakan prototip dari antagonis
kalsium. Mekanisme kerja senyawa ini adalah mendepresi fungsi nodus SA dan AV, juga
vasodilatasi arteri dan arteriol koroner serta perifer. Dengan demikian maka diltiazem
akan menurunkan denyut jantung dan kontraktiiitas otot jantung, sehingga terjadi
keseimbangan antara persediaan dan pemakaian oksigen pada iskhemik jantung.
Diltiazem efektif terhadap angina yang disebabkan oieh vasospasme koroner maupun
aterosklerosis koroner. Pemberian diltiazem akan mengurangi frekuensi serangan angina
dan menurunkan kebutuhan pemakaian obat nitrogliserin. (DrugBank, 2005)
Efek samping
-
Indikasi
Penderita angina pektoris, menurunkan serangan angina pada penderita variant angina.
Aritmia.
(Katzung, B.G. 2007)
Kontra indikasi
Diltiazem jangan diberikan kepada :
- Penderita blok AV tingkat 2 3, hipotensi (tekanan sistole kurang dari 90 mmHg) dan
syok kardiogenik.
- Pasien dengan gejala gangguan irama sinus, kecuali bila ada alat pacu jantung
ventikuler yang berfungsi.
- Wanita hamil, wanita yang diduga usia subur.
- Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap diltiazem.
- Penderita dengan infark miokardial akut dan kongesti paru-paru yang dibuktikan
dengan sinar X.
(Katzung, B.G. 2007)
INTERAKSI OBAT
-
Dengan obat penghambat beta : dapat terjadi bradikardia, sinus berat, hipotensi,
gagal jantung kongestif dan meningkatkan resiko penghambat A-V.
- Dosis
Dosis yang lazim untuk orang dewasa adalah 4 x 30 mg sehari, bila perlu dapat ditingkatkan
sampai 360 mg sehari.
Diltiazem sebaiknya diberikan sebelum makan dan waktu hendak tidur.
(DrugBank, 2005)
Harga
Diltiazem 30 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
(DrugBank, 2005)
Daftar Pustaka
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
Faramakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Katzung. Bertram G.2001.Farmakologi Dasar dan Klinik.Penerjemah dan Editor: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakata:Salemba Medika
Katzung, B.G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology (Tenth Edition). United States: The
McGraw Hill Companies, Inc.