KONJUNGTIVITIS VERNALIS
Pembimbing:
dr. Kuswaya, Sp.M
Disusun oleh :
Dian Mayapada
G1107070
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
KONJUNGTIVITIS VERNALIS dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih
mendalam mengenai salah satu penyakit mata, yaitu konjungtivitis vernal. Pada
referat ini akan dibahas berbagai segi mengenai konjungtivitis vernal mulai dari
definisi, etiologi, patogenesis, faktor resiko, epidemiologi, gejala klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, hingga pencegahan.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing referat
dr.Kuswaya, Sp.M atas bimbingan, waktu serta kesempatan yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan maupun dalam pembahasan materi. Penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jambi, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 5
I.1 LATAR BELAKANG .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI ...................................................... 6
II.2 KONJUNGTIVITIS VERNAL ..................................................... 9
II.2.1 PENDAHULUAN...................................................................... 9
II.2.2 DEFINISI ................................................................................... 10
II.2.3 KLASIFIKASI ...........................................................................12
II.2.4 ETIOLOGI ................................................................................. 12
II.2.5 PATOFISIOLOGI .......................................................................12
II.2.6 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK .......................................... 13
II.2.7 GEJALA ..................................................................................... 14
II.2.8 DIAGNOSTIK ........................................................................... 17
II.2.9 PENGOBATAN ......................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.
Sedangkan konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai konjungtivitis musiman
atau konjungtivits musim kemarau, yang merupakan penyakit bilateral yang
jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun
prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyebaran konjungtivitis vernal merata
di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan
permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam
kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus,
menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada
jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. 1
Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi
Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks
atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada
bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak.
Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal
menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu
basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme
atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu
keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease.
Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi
epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada
kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat
tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata. (1,2,3)
(misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir
hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada
pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai
10 tahun. Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya
kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi
utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis vernal (atau musim semi). Di
belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim
dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin
disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun. (1,2)
Allergen sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis vernalis kadang-kadang
menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas
tepung sari rumput. 4
2.2. DEFINISI
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas
(tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 5
2.3. KLASIFIKASI
Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat berjalan
bersamaan), yaitu:
1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr
et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan
kelainan
kornea
10
ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata
dan dengan kapiler ditengahnya.
degenarasi
epitel
11
2.4. ETIOLOGI
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada
musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya
dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2
2.5. PATOFISIOLOGI
Perubahan struktur konjungtiva
erat
kaitannya
dengan
timbulnya
warna
putih
susu
kebiruan
sehingga
konjungtiva
tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal,
oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada
konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus
yang
berat
akan
disertai
keratitis
serta
memperlihatkan perubahan
erosi
epitel
kornea.
hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada
limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam
kualitas maupun kuantitas stem cells
12
papil
ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan
sel mast.Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata
yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel
plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul
limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,
menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas.
Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada
beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular
dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase,
peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara
keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaanklinis.
Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai
dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan
mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel
yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil,
lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel
yang kemudian akan mengalami keratinisasi. 6,7
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel
(acanthosis). Horner-Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar
terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel
PMN dan limfosit. 6,7
13
2.7. GEJALA
Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata ber
serat, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya
terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan
terdapat
banyak
papilla
halus
di
konjungtiva
tarsalis
inferior.
Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali.
Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung
berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran
fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro
turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan
gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada
kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang
terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase
14
aktif dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal
palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul
parut
pada
konjungtiva
krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak
konjungtiva. (1,2)
Gambaran klinis konjungtivitis vernal:
yang
satu
lebih
ringan
dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam selsel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil,
sekret
yang
mukoid.
Papil
konjungtiva
palpebra
menjadi
15
ini
didapatkan
ulkus kornea
yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para
sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang
ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh
permukaan
kornea,
Kelainan
pengobatan
khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap
terapi standar.
2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan
laboratorium
yang
dilakukan
berupa
kerokan
konjungtiva
dan
16
1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu
mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis.
Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata
atau jari
tangan,
pembebasan
karena
telah
terbukti
mekanis
dengan tangan
dapat
merangsang
dari
mediator-
super
steril
tergantung
pada
kuantitas
10%
lebih
dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalinseperti 12% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau
mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal
prednisolone
fosfat
1%,
17
hal
yang
perlu
diingat
dalam
18
BAB III
KESIMPULAN
pada
umumnya
tidak
mengancam
penglihatan,
namun
dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi
obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan
menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat
diberikanmenghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata,
memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein,
19
antihistamin,
NSAID,
steroid,
stabilisator
sel mast,
dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6
20
DAFTAR PUSTAKA
dari
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
html. (Diakses 4 Mei 2012)
7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 4 Mei
2012)
21