Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KONJUNGTIVITIS VERNALIS

Pembimbing:
dr. Kuswaya, Sp.M
Disusun oleh :
Dian Mayapada
G1107070

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN MATA


RSUD RADEN MATTAHER/FKIK UNJA
2014

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
KONJUNGTIVITIS VERNALIS dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara lebih
mendalam mengenai salah satu penyakit mata, yaitu konjungtivitis vernal. Pada
referat ini akan dibahas berbagai segi mengenai konjungtivitis vernal mulai dari
definisi, etiologi, patogenesis, faktor resiko, epidemiologi, gejala klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, hingga pencegahan.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing referat
dr.Kuswaya, Sp.M atas bimbingan, waktu serta kesempatan yang diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan maupun dalam pembahasan materi. Penulis juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Jambi, Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 5
I.1 LATAR BELAKANG .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI ...................................................... 6
II.2 KONJUNGTIVITIS VERNAL ..................................................... 9
II.2.1 PENDAHULUAN...................................................................... 9
II.2.2 DEFINISI ................................................................................... 10
II.2.3 KLASIFIKASI ...........................................................................12
II.2.4 ETIOLOGI ................................................................................. 12
II.2.5 PATOFISIOLOGI .......................................................................12
II.2.6 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK .......................................... 13
II.2.7 GEJALA ..................................................................................... 14
II.2.8 DIAGNOSTIK ........................................................................... 17
II.2.9 PENGOBATAN ......................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


21DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva ..................................................................... 6


Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris ..................................... 7
Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone .......... 11
Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot ............. 12
Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang
Terutama Eosinofil
..........................................................................................................................
14

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Konjungtiva merupakan bagian dari mata yang berfungsi sebagai proteksi
bagi mata terhadap benda-benda asing yang masuk. Dimana konjungtiva adalah
mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata.
Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak
(margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak
menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik
melapisi bola mata hingga tepi kornea1.
Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau

radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab seperti, bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum.
Sedangkan konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai konjungtivitis musiman
atau konjungtivits musim kemarau, yang merupakan penyakit bilateral yang
jarang yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun
prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyebaran konjungtivitis vernal merata
di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas.2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan
permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam
kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus,
menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada
jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. 1
Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :
1. Konjungtiva palpebra
2. Konjungtiva forniks
3. Konjungtiva bulbi

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva

Yang melapisi bagian palpebra disebut konjungtiva palpebra, di forniks disebut


konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi.
Secara histologis lapisan konjuntiva dimulai dari epitel konjuntiva yang terdiri
atas epitel superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin dan epitel
basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat
stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan
limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat.
Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi atas
tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva berasal dari
a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal
dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera
dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang
mengelilingi kornea.

Gambar 2. Konjungtiva dengan Pelebaran A. Ciliaris


Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n.
trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian
palpebra. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe.

Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks
atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada
bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak.
Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal
menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu
basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme
atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu
keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease.
Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi
epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada
kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat
tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata. (1,2,3)

II.2. KONJUNGTIVITIS VERNALIS


2.1. PENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat
disebabkan

oleh bakteri, virus, klamidia, alergi

toksik seperti konjungtivitis

vernal, dan moluscum contangiosum.


Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai konjungtivitis musiman ata
u konjungtivits musim kemarau, yang merupakan penyakit bilateral yang jarang
yang disebabkan oleh alergi, biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas
dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal
ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan
demikian memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman.
Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1%
hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika
Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan
Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi pada pasien
usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus yang tercatat di
literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga 20 tahun.
Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan).
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita konjungtivitis vernal
memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki penyakit turunan
9

(misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir
hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada
pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai
10 tahun. Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya
kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi
utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis vernal (atau musim semi). Di
belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim
dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin
disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun. (1,2)
Allergen sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis vernalis kadang-kadang
menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas
tepung sari rumput. 4
2.2. DEFINISI
Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas
(tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 5
2.3. KLASIFIKASI
Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat berjalan
bersamaan), yaitu:
1. Bentuk palpebra terutama mengenai konjungtiva tarsal superior.
Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr
et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan
kelainan

kornea

lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar

10

ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata
dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone


2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat
membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang
merupakan

degenarasi

epitel

kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (2,4)

Gambar 4. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

11

2.4. ETIOLOGI
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada
musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya
dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2
2.5. PATOFISIOLOGI
Perubahan struktur konjungtiva

erat

kaitannya

dengan

timbulnya

radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I


dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang
dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi jaringan yang
menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan
diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga
terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan
memberikan

warna

putih

susu

kebiruan

sehingga

konjungtiva

tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal,
oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada
konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus
yang

berat

akan

Limbus konjungtiva juga

disertai

keratitis

serta

memperlihatkan perubahan

erosi

epitel

kornea.

akibat vasodilatasi dan

hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada
limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam
kualitas maupun kuantitas stem cells

limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin

berkaitan dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan dikem


udian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda.
Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami
degenerasi. 1,2,4
2.6. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

12

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam


kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil
yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di
antara

papil

serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil

ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan
sel mast.Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis mata
yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel
plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul
limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,
menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis.
Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas.
Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada
beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular
dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase,
peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang secara
keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan
terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaanklinis.
Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai
dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan
mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel
yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil,
lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel
yang kemudian akan mengalami keratinisasi. 6,7
Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa
pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel
(acanthosis). Horner-Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar
terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel
PMN dan limfosit. 6,7

13

Gambar 5. Histologi Konjungtivitis Vernal Terlihat Banyak Sel Radang Terutama


Eosinofil

2.7. GEJALA
Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata ber
serat, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya
terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan
terdapat

banyak

papilla

halus

di

konjungtiva

tarsalis

inferior.

Konjungtiva palpebra superior sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali.
Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung
berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran
fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro
turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan
gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada
kornea dekat papilla limbus. Bintik-bintik Tranta adalah bintik-bintik putih yang
terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase

14

aktif dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal
palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul
parut

pada

konjungtiva

kecuali jika pasien telah menjalani

krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak
konjungtiva. (1,2)
Gambaran klinis konjungtivitis vernal:

Keluhan utama: gatal


Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal
ini menurun pada musim dingin.
Ptosis
Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang

yang

satu

lebih

ringan

dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam selsel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil,

juga adanyadegenarasi hyalin pada stroma konjungtiva.


Getah mata
Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-

serat.Konsistensi getah mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).


Kelainan pada palpebra
Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva
tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil
raksasa). Inilah yang disebut cobble stone appearance. Susunan papil ini
rapat dari samping tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan
trakoma. Di permukaannya kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri
dari

sekret

yang

mukoid.

Papil

kapiler di tengahnya. Kadang-kadang

ini permukaannya rata dengan

konjungtiva

palpebra

menjadi

hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.


Horner Trantas dots

15

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi me


nebal, berwarna putih susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan
penumpukan eosinofil dan merupakan hal yang patognomosis pada

konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase aktif.


Kelainan di kornea
Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus
khas

ini

sering dijumpai. Kadang-kadang

didapatkan

ulkus kornea

yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para
sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang
ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh
permukaan

kornea,

sering berupa mikropanus, namun

panus besar jarang dijumpai. Penyakit ini


keratokonus.

Kelainan

mungkin juga disertai

di kornea ini tidak membutuhkan

pengobatan

khusus, karena tidak tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap
terapi standar.

2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pemeriksaan

laboratorium

yang

dilakukan

berupa

kerokan

konjungtiva

untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak


eosinofil

dan

granula-granula bebas eosinofilik.

Di samping itu, terdapat

basofil dan granula basofilik bebas. 6


2.9. PENGOBATAN
Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu
diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil
jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang. 1,2
Pilihan perawatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul
dan durasinya, yaitu:

16

1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu
mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis.
Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata
atau jari

tangan,

pembebasan

karena

telah

terbukti

mekanis

dengan tangan
dapat

merangsang

dari

mediator-

mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah


infeksi yang pada akhirnya

super

berpotensi ikut menunjang terjadinya

glaukoma sekunder dan katarak.


o Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga
membawa serbuk sari;
o Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi
kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak
justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi
allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata
juga berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen;
o Memindahkan pasien
ke daerah beriklim dingin
yang sering
juga disebutsebagai climato-therapy.
2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi
saline

steril

20% tetes mata.

dan mukolitik seperti asetil sistein 10%Dosisnya

tergantung

pada

eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,larutan

kuantitas
10%

lebih

dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalinseperti 12% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau
mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid
topikal

prednisolone

fosfat

1%,

6-8 kali sehari

selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis


sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut.

17

Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid


terbukti sangat efektif.
o Antibiotik broad-spectrum.
3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat,

prednisolone fosfat, atau

deksamethason fosfat 23 tablet 4 kali sehari selama 12 minggu.


Satu

hal

yang

perlu

diingat

dalam

kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah


gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa
gatal yang
vasokonstriktor, dapat

dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan


memberikan

kontrol yang memadai

pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.


4. Tindakan Bedah
Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa
konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek
samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh
lagi.

18

BAB III
KESIMPULAN

Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas


(tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal
terjadi akibatalergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis
vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan
berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret
mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang
spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari
konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebradan bentuk limbal. Konjungtivitis
vernalis

pada

umumnya

tidak

mengancam

penglihatan,

namun

dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi
obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan
menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat
diberikanmenghindari menggosok-gosok mata, kompres dingin di daerah mata,
memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein,

19

antihistamin,

NSAID,

steroid,

stabilisator

sel mast,

dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya


Medika,2000.Hal268, 274-287.
2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.
3. A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter
12-New Age International 2007. P 288-96.
4. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta
1993.Hall 332-342.
5. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29.
Jakarta : EGC
6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduh

dari

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.
html. (Diakses 4 Mei 2012)
7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 4 Mei
2012)

21

Anda mungkin juga menyukai