Anda di halaman 1dari 16

I. Geldard, David and Geldard, Kathryn (2001). Basic Personal Counselling.

(Fourth edition). Australia: Prentice Hall.

Buku ini mendeskripsikan gaya konseling dengan pendekatan eklektik, yaitu


pendekatan yang memanfaatkan gagasan-gagasan dari sejumlah teori konseling termasuk
psychodynamic, Gestalt, rational emotive therapy, neuro-linguistic programming, solutionfocused therapy dan narrative therapy. Akan tetapi, pendekatan eklektik yang dipergunakan
oleh David dan Kathryn Geldard dipusatkan pada ajaran Rogers tentang pentingnya
membangun hubungan dengan klien Dan memfasilitasi klien untuk berbicara secara bebas.
the counselling style described in this book is eclectic, that is, it draws ideas from all the
counselling methods described in this chapter. Our eclectic approach relies on Rogerian ideas
for relationship building and enabling the client to talk freely. It recognises the importance of
understanding the psychodynamic approach . Additionally it draws on Gestalt therapy
philosophy and techniques, and uses ideas from rational emotive therapy, neuro-linguistic
programming, solution-focused therapy and narrative therapy. (halaman 109).
Geldard berkeyakinan bahwa semua konselor, terutama konselor baru, sebaiknya pada
awalnya mendasarkan prakteknya pada konsep-konsep Rogers, terutama konsep tentang
hubungan konseling. Many of Rogers' ideas are still relevant today and in particular his
concept of the counselling relationship is both powerful and useful, particularly for new
counsellors. If you initially adopt a Rogerian counselling, you can later learn skills from other
counselling approaches and integrate these into the Rogerian base so that you have a style
that suits you personally. (halaman 12).
I. Counselling An Overview

1. What Is Counselling?
Satu fitur sentral dari konseling adalah hubungan klien-konselor. Tujuan proses konseling
meliputi: bekerjasama dengan klien untuk membantu klien memahami masalah yang
dihadapinya dan menemukan solusinya sendiri, membantu klien untuk mengubah caranya
berpikir dan/atau berperilaku, memberdayakan klien untuk menjadi mandiri, dan membantu
klien untuk merasa lebih baik.

2. The Counselling Relationship


Keefektifan konseling sangat tergantung pada kualitas hubungan antara klien dan konselor.
Kualitas yang penting pada diri konselor adalah congruence, empathy, unconditional positive
regard, dan menghargai kompetensi klien.

II. Basic Principles and Skills

3. Learning the Necessary Skills


Untuk menjadi seorang konselor, orang harus memperoleh pelatihan praktis dan pengetahuan
teori konseling. Ini mencakup unsur-unsur perilaku spesifik konselor yang disebut microskills.

4. Joining and Listening


Menyimak merupakan proses yang berkesinambungan, yang dilakukan dengan
mendengarkan klien secara seksama, dengan sesekali memberikan respon minimal yang
berupa perkataan singkat untuk mempersilakan klien melanjutkan penuturannya, perilaku
non-verbal, ucapan-ucapan kecil atau berdiam diri untuk menciptakan hubungan empatik.

5. Reflection of Content (Paraphrasing)


Refleksi isi atau parafrase dimaksudkan untuk menunjukkan kepada klien bahwa konselor
benar-benar mendengarkan dan memahami apa yang dikemukakan oleh klien. Konselor
memilih rincian terpenting dari apa yang telah diucapkan oleh klien dan mengungkapkannya
kembali secara lebih jelas dengan kata-kata konselor sendiri.

6. Reflection of Feelings
Terdapat persamaan dan perbedaan antara parafrase dan refleksi perasaan. Persamaanya
adalah bahwa keduanya memantulkan kembali informasi dari klien. Akan tetapi, refleksi
perasaan terkait dengan aspek emosi, sedangkan paraphrase pada umumnya terkait dengan
informasi dan pikiran yang membentuk isi ucapan klien.

7. Reflection of Content and Feeling


Refleksi perasaan dan isi dapat digabungkan ke dalam satu pernyataan, meskipun kadangkadang lebih efektif jika merefleksikan hanya perasaan saja atau isi saja. Konselor yang
efektif berusaha melihat dunia sebagaimana yang terlihat oleh kliennya.

8. Use of Questions

Pertanyaan dapat tertutup ataupun terbuka. Pertanyaan tertutup mengarah pada jawaban
tertentu, membatasi respon klien pada topic tertentu, membantu klien agar lebih spesifik,
bermanfaat untuk menggali informasi tertentu.
Pertanyaan terbuka mendorong klien untuk berbagi informasi baru, berbicara secara bebas
dan terbuka, mengungkapkan hal-hal yang amat penting.
Konselor tidak dibenarkan bertanya sekedar untuk memenuhi rasa ingin tahunya sendiri.
Terlalu banyak bertanya dapat berbahaya: konseling dapat menjadi lebih seperti interogasi;
konselor dapat membelokkan klien dari persoalan yang sebenarnya; klien dapat berhenti
mengeksplorasi dunianya sendiri dan tidak berbicara kalau tidak ditanya.

9. Summarising
Merangkum dimaksudkan untuk menunjukkan hal-hal terpenting yang telah diungkapkan
oleh klien, meramunya menjadi satu kesatuan, dan menyajikannya kepada klien secara jelas
dan tepat.

10. Creating Comfortable Closure


Untuk dapat mengakhiri sesi konseling dengan nyaman, konselor harus:
Memberi tahu klien bahwa konselorlah yang menentukan lamanya sesi konseling.
Mengingatkan kepada klien bila sesi konseling sudah mendekati akhir.
Merundingkan kontrak dengan klien mengenai sesi-sesi selanjutnya.
Mengakhiri setiap sesi dengan menyajikan rangkuman, menggariskan tujuan-tujuan masa
depan jika dipandang tepat, dan memberi umpan balik positif jika memungkinkan.
Menentukan waktu berakhirnya satu sesi.
Dalam satu seri sesi konseling yang sedang berlangsung, reviu kemajuannya dan waspada
terhadap ketergantungan klien.
Mengatasi ketergantungan dengan mendiskusikannya secara terbuka.
Jika perlu, mengatasi kesedihan yang mungkin muncul sehubungan dengan berakhirnya sesi
konseling.
Pada sat mengakhiri sesi konseling, jangan mengajukan pertanyaan atau melakukan refleksi
isi ataupun perasaan.

III. Promoting Change

11. Various Approaches to Counselling


Teori psychodynamic dari Freud mendorong klien berbicara bebas sementara konselor
mendengarkan secara tidak memihak. Freud memberi tekanan besar pada pengalaman masa
lalu dan pada masa kanak-kanak. Konselor menempatkan dirinya sebagai pakar yang
menafsirkan cerita klien itu baginya agar klien dapat memahami dirinya dan melakukan
perubahan.
Konselor existentialist humanistic seperti Rogers dan Perls berkeyakinan bahwa klien
memiliki potensi untuk memecahkan permasalahanya sendiri. Konselor adalah fasilitator
untuk perubahan, dank lien adalah pakar untuk dirinya sendiri.
Rogers, dalam client-centred counselling, menempatkan tekanan pada hubungan klienkonselor dan memantulkan kembali kepada klien apa yang telah diucapkannya.
Tujuan Perls dalam Gestalt therapy adalah meningkatkan kesadaran klien dengan
membantunya mengintegrasikan informasi perasaan badaniah, pikiran dan emosinya. Dia
menekankan pentingnya klien memikul tanggung jawab pribadi dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan saya dan berada di sini pada saat ini.
Bandler dan Grinder dalam neuro-linguistic programming menekankan pentingnya seorang
konselor mencocokkan cara klien mengalami dunianya dengan menggunakan indera-indera
tertentu. Mereka juga memperkenalkan konsep reframing.
Konseling cognitive behavioural meyakini bahwa pikiran dan perilaku kita mengendalikan
emosi kita. Konsekuensinya, konselor berfokus pada upaya mengubah pikiran dan perilaku
klien guna membantu klien untuk merasa lebih baik dan berperilaku lebih adaptif.
Albert Eilis adalah pencetus teori rational emotive behaviour therapy. Dia meyakini bahwa
orang mengalami tekanan emosi karena keyakinannya yang tidak rasional dan bahwa
konselor harus berusaha menggantikan keyakinan yang irrasional itu dengan yang rasional.
Narrative therapy memberi tekanan pada upaya memisahkan masalah dari orangnya. Teori
ini mendorong orang untuk merekonstruksi kisahnya agar masalahnya itu tidak mendominasi
kehidupannya.
Solution-focused therapy adalah terapi singkat yang difokuskan pada kekuatan, sumber
daya dan kompetensi yang ada pada diri klien, bukan pada masalah, kekurangan dan
keterbatasannya.

12. Helping People Change


Klien pada umumnya akan merasa lebih baik jika mereka dapat berbicara bebas untuk
mengekspresikan emosinya.

Agar perubahan itu bertahan lama, ekspresi emosi harus disertai perubahan pikiran dan
perilaku.
Secara alami, manusia memiliki informasi tentang dirinya sendiri. Sebagian dari informasi
tersebut tersembunyi dari orang lain dan sebagian lainya tersembunyi dari dirinya sendiri.
Jika klien dapat menerima bagian dirinya yang tersembunyi itu, maka dia akan lebih mampu
mengatasi bagian tersebut, dan konsekuensinya dia akan dapat menjalani hidup secara lebih
adaptif dan lebih memuaskan.
Proses konseling dapat mengembangkan wawasan, meningkatkan kesadaran diri, atau
membantu klien menemukan kemungkinan-kemungkinan masa depan (tergantung pada
model konseling yang dipergunakan), menghasilkan pertumbuhan pribadi dan
memungkinkan klien untuk berubah dan merasa lebih baik.

13. Combining Skills to Facilitate the Change Process


Ekspektasi, agenda, dan perasaan pribadi klien dan konselor akan mempengaruhi
keefektifan intervensi konseling.
Kesan pertama klien itu penting.
Membangun hubungan khusus dibutuhkan dalam sesi pertama.
Konselor tidak boleh berpretensi memiliki tongkat ajaib.
Pada awalnya klien sering ingin berbicara tentang hal-hal yang berada di luar dirinya dan
tentang kejadian-kejadian di masa lalu.
Bila klien sudah siap, konselor harus mendorong mereka mengalihkan fokusnya pada
pikiran dan perasaannya saat ini.
Bila sudah dipandang tepat, beralihlah dari aktif mendengarkan ke identifikasi dan
klarifikasi masalah, memfasilitasi perubahan sikape, mengeksplorasi berbagai opsi,
mengambil tindakan, dan terminasi.

IV. Additional Skills for Promoting Change

14. Matching the Clients Language


Tiga cara terpenting mengalami dunia adalah dengan melihat, merasakan dan mendengar.
Seorang individu mungkin menggunakan satu dari ketiga cara tersebut secara lebih
dominant.

Menyesuaikan diri dengan cara yang paling dominant bagi klien dan menyesuaikan
metafora yang dipergunakan dapat membantu dalam proses penciptaan hubungan antara klien
dan konselor.

- 15. Reframing
- Reframing dimaksudkan untuk memperluas gambaran klien tentang dunianya untuk
memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda dan dengan cara yang lebih
konstruktif.
- Reframing perlu dilakukan secara sensitive dan berhati-hati.
- Reframing harus dilakukan sedemikian rupa sehingga klien dapat merasa nyaman dalam
menentukan pilihan untuk menerimanya ataupun menolaknya.

- 16. Confrontation
- Konfrontasi dimaksudkan untuk mengarahkan kesadaran klien terhadap informasi yang
mungkin tidak dapat diterimanya atau diabaikanya atau tidak terperhatikan olehnya, dan perlu
dipertimbangkan oleh klien kalau konseling ingin bermanfaat.
- Konfrontasi yang baik sering berupa pembuatan rangkuman diikuti dengan ungkapan
perasaan konselor dan pernyataan konkret yang dikemukakan tanpa interpretasi.
- Dengan konfrontasi yang baik, klien tetap merasa nyaman dan tidak merasa diserang.

- 17. Challenging Self-destructive Beliefs


- Keyakinan yang self-destructive mencakup segala keharusan yang irrasional.
- Sebagian besar keyakinan self-destructive berasal dari pesan-pesan yang diserap pada masa
kanak-kanak.
- Keyakinan self-destructive perlu ditantang agar dapat digantikan dengan keyakinan yang
konstruktif.

- 18. Normalising
- Normalisasi dilakukan dengan memberi tahu klien bahwa perasan emosinya merupakan
respon yang normal gterhadap krisis yang dihadapinya; atau menjelaskan kepada klien bahwa
dia sedang mengalami krisis perkembangan yang normal dan tak dapat dihindari.

- Normalisasi perlu dilakukan secara tepat dengan mempertimbangkan kemungkinan klien


perlu dirujuk lebih lanjut jika dia menghadapi resiko psikologis.
- Normalisasi yang tepat tidak mengecilkan arti masalah klien ataupun meremehkan
kepedihannya.
- Normalisasi yang tepat dapat membantu klien untuk merasa lebih baik dan merespon situasi
yang dihadapinya secara lebih konstruktif.

- 19. Exploring Polarities


- Manusia memiliki polaritas atau keberlawanan dalam kepribadiannya.
- Pada umumnya kita akan menampilkan polaritas yang lebih akseptabel, tetapi kadangkadang polaritas yang sebaliknya justru yang muncul.
- Jika kita dapat menerima bagian tersembunyi dari diri kita, maka kita akan lebih mampu
mengatasinya dan memperkuat lawannya jika kita menghendakinya.
- Metode experiential role-play dapat dipergunakan untuk memungkinkan klien menerima
dan mengintegrasikan polaritas sehingga mereka merasa lebih baik.

- 20. Using the Here and Now Experience


- Berbicara tentang masa lalu dan masa yang akan datang dan tentang orang lain itu tidak
konstruktif kecuali jika klien juga memfokuskan perhatiannya pada pengalamanya di sini
dan pada saat ini.
- Tinggal di sini dan pada saat ini, dan memfokuskan perhatian pada pengalaman, perasaan
emosi dan pikiran saat ini, memiliki khasiat terapi.

- 21. Exploring Options


- Akan lebih baik jika konselor meminta kliennya untuk mengemukakan opsi-opsinya sendiri
sebelum menyarankan opsi tambahan.
- Opsi baru mungkin dapat disarankan jika alternatif penting ternyata terlupakan (kalau-kalau
ada win-win options).
- Semua opsi perlu dirangkum dengan jelas sebelum dibahas satu demi satu.
- Mungkin baik untuk mulai dengan membahas opsi yang paling tidak ideal.
- Klien sebaiknya menelaah aspek positif dan negatif setiap opsi, mempertimbangkan
kemungkinan konsekuensinya secara berhati-hati.

- Dalam menentukan suatu pilihan selalu ada kerugian atau resiko yang harus ditanggung,
dan sering kali menerima kerugian yang tak dapat dihindari itu merupakan bagian tersulit dari
pembuatan keputusan.
- Sering kali keputusan yang harus dibuat itu bukan memilih antara hitam dan putih,
melainkan antara berbagai rona abu-abu.

- 22. Facilitating Action


- Langsung mendesakkan suatu pilihan atau tindakan cenderung akan gagal dan
meningkatkan tekanan emosi.
- Untuk memaksimalkan kemungkinan pilihan atau tindakan, tingkatkan standar pilihan atau
tindakan.
- Dilema besar seorang klien terkait dengan pilihan antara berbuat seperti sekarang atau
melakukan sesuatu yang berbeda.
- Berbuat seperti sekarang melibatkan kepedihan yang sudah dikenal.
- Melakukan sesuatu yang berbeda melibatkan kepedihan dan akibat yang belum diketahui.
Ini penuh resiko!
- Rencana aksi berguna bagi klien tertentu.
- Rencana aksi mencakup persiapan untuk aksi, menetapkan tujuan tertentu, dan memperoleh
imbalan untuk pengambilan langkah pertama.

V. Post-modern Approaches

23. Solution-focused Counselling


Konseling dengan pendekatan solution-focused menekankan: kemitraan yang saling
menghormati antara klien dan konselor; kekuatan dan sumber daya yang ada pada klien;
pandangan yang optimistic tentang masa depan.
Konseling solution-focused menekankan pentingnya proses percakapan yang secara sengaja
memanfaatkan bahasa.
Tugas konselor adalah menjaga alur percakapan, mengidentifikasi tujuan klien dan
mengidentifikasi kekecualian terhadap kesulitan saat ini, bukannya memfokuskan perhatian
pada problem.

Tujuan yang terumuskan dengan baik adalah: konkret dan berorientasi aksi; dapat tercapai
oleh klien, merupakan pilihan klien dan dalam bahasa klien; tujuan yang memanfaatkan
sumber daya klien.

24. Narrative Therapy


Narrative therapy mempunyai bahasanya sendiri.
Narrative therapist membantu klien untuk mendekonstruksi cerita yang problematic dan
tidak bermanfaat dan kemudian merekonstruksi cerita yang lebih bermanfaat tentang dirinya
dan kehidupannya.
Narrative therapist mendengarkan dan memahami cerita klien saat ini, mendekonstruksi
cerita masalah, menggunakan teknik penceritaan kembali untuk mengekalkan perubahan.
Dalam membantu klien menciptakan cerita alternatif, konselor mencari hasil yang unik ini
adalah saat ketika klien tidak dipengaruhi oleh cerita masalah.
Narrative therapist menggunakan proses eksternalisasi untuk memisahkan masalah dari
orangnya.
Perubahan dikekalkan dengan melibatkan saksi untuk cerita yang lebih disukai.

VI. Dealing with Particular Problems

25. Counselling the Angry Client


Mengatasi Klien yang Marah:
Merujuk klien yang berpotensi melakukan kekerasan kepada profesional yang
berpengalaman.
Mendorong klien untuk mengarahkan kemarahannya kepada target khayal yang sesuai di
kursi kosong.
Mendorong klien untuk mencurahkan kemarahanya secara verbal.
Mengajarkan relaksasi.
Mengajari klien cara menggantikan keyakinan irrasional dengan positive self-talk, cara
berbuat asertif, mendengarkan orang lain, dan cara mencari solusi.

- 26. Counselling the Depressed Client


- Orang yang normal pun mengalami depresi.
- Kadang-kadang depresi diakibatkan oleh blocked anger.
- Depresi perlu ditangani oleh spesialis bila sangat mendalam atau berkepanjangan.
- Untuk banyak klien yang mengalami depresi, direkomendasikan proses konseling biasa.
- Untuk klien yang mengalami depresi kronis: refleksi perasaan yang terus-menerus dapat
kontra-produktif; tetapkan tujuan sesi konseling dan kendalikan proses konseling; lakukan
konfrontasi; dorong klien melakukan kegiatan; dan sesi konseling sebaiknya berlangsung
singkat.

27. Grief and Loss Counselling


- Orang berduka cita karena hilang harapan, hubungan yang terputus, hilangnya fungsi
badaniah, kehilangan pekerjaan dan bermacam-macam kehilangan lainnya.
- Tahapan duka cita yang normal mencakup perasaan shok, penolakan, gejala-gejala
psikologis dan somatic, depresi, perasaan bersalah, marah, idealisasi, penerimaan realisme,
penyesuaian diri, pertumbuhan pribadi.
- Biasanya merupakan kesalahan bila mencoba menenangkan atau membujuk orang yang
tengah berduka. Mendorong ekspresi emosi bebas itu lebih terapeutik.

- 28. Counselling the Suicidal Client


- Orang yang berulang-ulang mencoba bunuh diri sering berhasil mengakhiri hidupnya
sendiri.
- Orang yang berkeinginan bunuh diri adalah mereka yang terkungkung dalam kesengsaraan,
mereka yang baru mengalami trauma, dan mereka yang berkeinginan memanipulasi orang
lain.
- Bila melakukan konseling terhadap klien yang mau bunuh diri, penting bagi anda untuk
mengatasi perasaan anda sendiri sebagai seorang konselor dan mampu menantang keyakinan
irrasional yang mungkin anda miliki.
- Fokuskanlah perhatian anda pada hubungan konseling dengan menggunakan micro-skill
yang normal: Temukan apa yang telah memicu keinginan bunuh diri itu; munculkan
kemarahan klien ke permukaan;; telusuri ambivalensi yang mungkin dimiliki klien;
eksplorasi opsi-opsi yang mungkin dimiliki klien terutama yang menyangkut penyebab dia
ingin mati; gunakanlah pendekatan konfrontasi langsung jika dipandang akan efektif;

tentukanlah tindakan langsung apa yang diperlukan untuk mencegah tindakan bunuh diri;
rujuklah ke professional spesialis masalah bunuh diri untuk mendapat bantuan selanjutnya.

- 29. Teaching the Client to Relax


- Gunakanlah nada suara yang lembut, lambat dan monoton bila mengajarkan relaksasi.
- Untuk orang tertentu, latihan relaksasi dapat menegangkan.
- Pastikan klien memahami bahwa latihan ini dapat dihentikan bilamana mereka
menghendakinya.
- Perhatikan posisi tubuh klien untuk memastikan bahwa instruksi anda dipatuhi secara tepat.
- Peringatkan klien anda tentang bahayanya terlalu relax bila perhatian diperlukan.

- VII. Telephone Counselling and Crisis Intervention

- 30. Telephone Counselling


- Dalam hal tertentu, konseling melalui telepon lebih sulit daripada konseling tatap muka
karena konselor hanya memiliki sedikit saja informasi visual.
- Konselor telepon perlu mempersiapkan diri secara pribadi sebelum menerima telepon.
- Keterampilan dalam membangun hubungan itu penting jika konselor tidak ingin klien
memutuskan hubungan telepon.
- Klien memutuskan telepon itu tidak dapat dihindari dan belum berarti itu buruk.
- Semua keterampilan mikro penting di sini. Akan tetapi, respon minimal sangat penting demi
menjaga agar penelepon tetap merasa diperhatikan.
- Konselor telepon perlu memperhatikan proses setiap panggilan telepon dan jika perlu dapat
mempengaruhi proses itu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien.
- Masing-masing panggilan dapat dipandang sebagai satu langkah maju bagi klien.
- Pemanggil perlu diberdayakan untuk dapat membuat keputusan sendiri.
- Membuat catatan dan menggunakan imaginasi dapat membantu agar situasi klien menjadi
terfokus.
- Konselor telepon perlu menetapkan batasan yang jelas tentang hubungannya dengan klien.

- Sesudah menerima panggilan telepon yang berat, konselor perlu berbicara dengan
sejawatnya untuk melepaskan beban emosi yang ditimbulkannya.

- 31. Crisis Intervention


- Krisis dapat membahayakan dan juga memicu kesempatan untuk perubahan.
- Krisis dapat terjadi secara alami, karena kecelakaan, medis, akibat perkembangan, akibat
masalah emosional dan hubungan, dll.
- Dalam intervensi krisis, konselor harus mampu mengatasi panik, tenang, menggunakan
semua keterampilan konseling dan and kadang-kadang memberikan arahan tertentu kepada
klien.
- Konselor harus mengetahui batas-batas kemampuannya untuk melakukan intervensi praktis,
dan perlu mengkomunikasikan keterbatasannya itu kepada klien.
- Konselor harus siap menghadapi krisis dan memiliki akses ke informasi tentang sumbersumber daya yang tersedia untuk memperoleh bantuan praktis.
- Ada kalanya konselor boleh mengintervensi atas nama klien, dan ada kalanya tidak.
- Tindakan yang tepat diperlukan untuk mengatasi post-traumatic stress pada diri klien
maupun konselor sendiri.

- VIII. Practical Issues

- 32. The Counselling Environment


- Ruangan konseling sebaiknya bersahabat bagi klien.
- Demi mendukung terjalinnya hubungan empatik, kursi konselor dan klien sebaiknya serupa
dan tidak ada pembatas.
- Sebaiknya tidak menghadap ke jendela.
- Kursi konselor dan klien sebaiknya tidak terlalu rapat agar tidak mengganggu jarak pribadi.
- Ruangan konseling sebaiknya kedap suara, dan dilengkapi dengan papan tulis dan kertas
tisu.
- Sebaiknya sesi konseling tidak diinterupsi.

- 33. Keeping Records of Counselling Sessions


- Sebaiknya penulisan laporan dilakukan segera setelah satu sesi konseling berakhir.
- Laporan seyogyanya mencakup catatan tentang: tanggal; informasi factual dan rincian
tentang masalah klien; catatan tentang proses dan hasil sesi konseling; catatan tentang
intervensi yang dipergunakan, tujuan yang ditetapkan, kontrak yang disepakati dan hal-hal
yang perlu dipertimbangkan kemudian; dan catatan tentang perasaan konselor sendiri.

IX. Professional Issues

- 34. Cultural Issues


- Faktor terpenting yang menentukan keberhasilan konseling terhadap klien dari budaya lain
adalah kemampuan konselor untuk bergabung dengan klien sehingga terbina hubungan kerja
yang baik dan saling percaya.
- Konselor perlu menyadari warisan ras dan budayanya sendiri dan memahami pengaruh
warisan tersebut terhadap sikapnya, keyakinan, nilai-nilai, purbasangka dan biasnya.
- Respon emosional klien, pikirannya, keyakinan, sikap, bias, hubungan dan perilakunya akan
dipengaruhi oleh sejumlah factor termasuk masalah individual dan hubungannya dengan
orang lain, cara pembuatan keputusan, siapa yang dipandangnya sebagai pembantu alami,
sikapnya dalam keluarga besarnya, gender dan peranan gender, persepsi tentang waktu,
penggunaan bahasa, spiritualitas, masalah emosi atau fisik, dan pengalaman trauma.

- 35. Influence of the Counsellors Values and Beliefs


- Konselor perlu mengetahui keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya agar tidak terganggu
perhatiannya pada saat sedang melakukan konseling dengan mencoba memikirkannya dan
agar dia dapat menghargai system nilai kliennya.
- Konselor tidak berhak memaksakan nilai-nilainya sendiri kepada klien.
- Jika konflik nilai mengganggu pekerjaan anda, berkonsultasilah dengan atasan anda.

- 36. Confidentiality and Other Ethical Issues


- Agar konseling sangat efektif, dituntut adanya tingkat kerahasiaan yang tinggi.

- Kerahasiaan dibatasi oleh perlunya membuat catatan, supervisi professional, undangundang, perlindungan diri orang lain, partisipasi dalam seminar pelatihan dan kerjasama
dengan professional lain.
- Etika profesi terkait dengan hal-hal seperti penghargaan terhadap klien; pembatasan
hubungan dengan klien; tanggung jawab kepada klien, lembaga dan masyarakat; kompetensi;
rujukan ke professional lain; terminasi konseling; aturan perundang-undangan; dan promosi
diri.

- 37. The Need for Supervision


- Tidak etis bagi seorang konselor baru untuk menangani klien tanpa supervisi yang memadai.
- Permasalahan konselor yang belum terpecahkan akan sangat mempengaruhi proses
konseling.
- Metode supervisi yang umum mencakup observasi langsung, observasi menggunakan
CCTV, rekaman audio atau video beserta analisisnya, dan penggunaan laporan verbatim.

- 38. Looking after Yourself


- Semua konselor perlu supervisi berkala karena: konseling dapat menguras emosi konselor;
dan konselor memerlukan cara untuk memecahkan permasalahannya sendiri, dan tanpa
supervisi mereka mungkin akan mengalami burnout.
- Burnout mencakup gejala-gejala berikut: perasaan kecewa, merasa terkuras emosi maupun
fisik, gejala-gejala somatic, dan sikap negatif kepada klien.
- Burnout muncul dalam siklus tertentu, dan dengan kesadaran diri dan supervisi yang tepat,
etos kerja dapat pulih kembali.
- Metode untuk mengatasi burnout mencakup: mengenali gejalanya dan berbicara dengan
orang lain tentang gejala tersebut; mengubah jadwal atau beban kerja; beristirahat;
menggunakan relaksasi, meditasi atau positive self-talk; menurunkan tingkat ekspektasi;
mengurangi tingkat keseriusan dan memiliki rasa humor; menggunakan teknik berhenti
berpikir dan menggunakan keyakinan agama untuk memperoleh dukungan.

II. Cavanagh, Michael E. (1982). The Counseling Experience. Monterey: Brooks/Cole


Publishing Company.
Buku ini meliput tiga dimensi dalam konseling yaitu: (1) dinamika perilaku dasar
yang sangat relevan dengan konseling; (2) sejumlah teori dasar konseling; dan (3) pendekatan
yang mempraktekkan kombinasi kedua dimensi tersebut. Secara lebih spesifik, buku ini
menyajikan 14 isu yang merupakan bagian yang integral dari konseling, yaitu:
1. Hakikat konseling
2. Konseling sebagai pengalaman baru
3. Orang sebagai konseli
4. Orang sebagai konselor
5. Tahapan-tahapan konseling
6. Kognisi dalam konseling
7. Emosi dalam konseling
8. Komunikasi dalam konseling
9. Menghindari realita dalam konseling
10. Resistensi dalam konseling
11. Permasalahan yang dihadapi konselor
12. Perilaku abnormal dalam konseling
13. Intervensi krisis
14. Pertimbangan-pertimbangan etika.
Buku ini unik karena beberapa hal. Pertama, buku ini tidak hanya menyajikan
prinsip-prinsip konseling yang efektif, tetapi juga membahas secara mendalam mengapa
prinsip-prinsip itu penting, apa pengaruhnya terhadap hubungan konseling, dan apa
dampaknya terhadap konselor maupun konseli apabila prinsip-prinsip itu tidak diterapkan.
Misalnya, dalam buku ini dikemukakan bahwa kehangatan merupakan kualitas yang perlu
ada pada diri seorang konselor. Buku ini memaparkan mengapa kehangatan itu penting, apa
pengaruh kehangatan terhadap hubungan konseling, dan apa yang terjadi apabila konselor
tidak memiliki kehangatan. Warmth means being kind, caring, and compassionate. .
Warmth is important in counseling because it melts defenses. .
Warmth also invites sharing on an emotional level. . Warmth creates a nurturing
environment in which insights, feelings, and hope unfold and can become part of the person's
life outside of counseling. This is possible because warmth appeals directly to the heart, and
till the heart is involved, no changes of any substance will occur. .

When people receive warmth, it eventually allows them to be warm toward themselves.
(halaman 84).
Kedua, penyajian buku ini realistic. Buku ini membahas secara rinci potensi positif
konseling maupun potensi negatifnya. Buku ini memperlakukan konselor sebagai manusia
biasa yang memiliki keterbatasan dan kelemahan yang perlu diakui jika konselor ingin
berkembang terus menjadi petugas bantuan yang efektif. Each quality discussed in this
chapter is a necessary part of a helpful person and an effective counselor. Like vital signs in
medicine, it is not good enough that most of the qualities are present. The absence or
negligible presence of even one of the qualities could significantly interfere with the progress
of counseling and could even cause counseling to be a damaging experience. (halaman 102).
Ketiga, buku ini berfokus pada prinsip-prinsip konseling yang efektif tetapi juga
merinci dinamika perilaku konseli maupun dinamika konselor.
The counselor's personality is the fulcrum on which are balanced knowledge of behavior
dynamics and therapeutic skills. To the degree that the fulcrum is strong, knowledge and
skills will work in a balanced way to effect positive behavioral change in counseling. To the
extent that the fulcrum is weak - that is, the counselor's personality is not a helpful one - the
counselor's knowledge and skills will not be effectively used or will be used in a damaging
way. (halaman 71).
Keempat, topic-topik dalam buku ini disusun berdasarkan tingkat kompleksitasnya:
dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Cavanagh mengemukakan bahwa kedalaman
buku ini dapat disesuaikahn dengan wawasan dan pengalaman pembacanya. Buku ini cukup
sederhana untuk dipahami oleh pemula tetapi juga cukup menantang bagi konselor
profesional.
Kelima, buku ini praktis dan mengacu pada fenomena kehidupan yang realistic
(meskipun pada umumnya menggunakan setting budaya Barat), bukan sekedar kumpulan
teori dan prinsip yang abstrak. Cavanagh mengemukakan bahwa buku ini dimaksudkan untuk
membantu mahasiswa menghadapi tantangan sehari-hari, kebingungan, permasalahan,
keberhasilan, dan kegagalan yang timbul bila manusia mencoba untuk saling membantu.
Keenam, dasar teoretik buku ini eklektik. Buku ini tidak mengikuti satu aliran teori
tertentu, tetapi juga bukan sekedar kumpulan serpihan-serpihan berbagai macam teori.
Cavanagh mengemukakan bahwa konsistensi teoretik buku ini dibimbing oleh fragmatisme
yang bijaksana dan etis. Dengan kata lain, buku ini didasarkan atas prinsip bahwa konselor
seyogyanya menggunakan apa yang dipraktekkan dan membuang apa yang tidak dapat
dipraktekan, tidak berpegang teguh pada satu model teori tertentu.

Anda mungkin juga menyukai