DISUSUN OLEH
Dika Muftia Patappa
NIM F05112072
SIKLUS REPRODUKSI
1. Pengamatan Siklus Estrus Hamster
A. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengamati siklus
estrus pada hamster.
B. Dasar Teori
Struktur reproduksi eksternal betina adalah klitoris, dan dua pasang labia
yang mengelilingi klitoris dan lubang vagina. Sedangkan organ reproduksi
internal terdiri dari sepasang gonad dan sebuah sistem yang terdiri dari duktus dan
ruangan untuk menghantarkan gamet dan menampung embrio dan fetus. Gonad
betina (ovarium) berada di dala rongga abdomen, dan bertautaut melalui
mesenterium ke uterus. Masing-masing ovarium terbungkus dalam kapsul
pelindung yang keras dan mengandung banyak folikel.Folikel terdiri atas satu sel
telur yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel-sel folikel. Sel-sel folkel juga
menghasilkan hormon seks utama betina, yaitu estrogen(Campbell,2004).
Siklus estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan, hamster jantan akan mendekati hamster betina dan
akan terjadi kopulasi. Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam
siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena
menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara
kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak
terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada
siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi
pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).
Mamalia betina memiliki dua jenis siklus yang berbeda. Manusia dan
banyak primata lain mempunyai siklus menstruasi, sementara mamalia lain
mempunyai siklus estrus. Siklus ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium,
yang terdiri dari 2 fase, yaitu folikel dan lutein. Fase folikel merupakan fase
pembentukan folikel sampai masak, sedangkan fase lutein adalah fase setelah
ovulasi sampai ulangan berikutnya dimulai (Yatim, 1994).
C. Metodologi
1. Waktu dan Tempat
Praktikum Pengamatan Siklus Estrus Hamster dilaksanakan pada
Hari / tanggal
Waktu
Tempat
Bahan :
Kaca Obyek
NaCl 0,9 %
Kaca Penutup
Metylen Blue 1 %
Cotton Bud
3. Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum pengamatan siklus estrus hamster adalah sebagai
berikut.
a) Hamster betina diambil kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu dan
telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal.
b) Badan dan ekor dipegang dengan jari tengah, jari manis, dan kelingking.
c) Bagian vagina disemprotkan NaCl 0,9% menggunakan pipet tumpul,
kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
d) Setelah itu diteteskan ke kaca objek dan dibiarkan sampai kering.
e) Kemudian ditetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1 % dan dibiarkan
5 sampai 10 menit.
f) Diamati di bawah mikroskop, bila zat warna berlebih dibilas dengan cara
meneteskan air.
g) Ditutup dengan gelas penutup.
D. Hasil Pengamatan
E. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati siklus estrus pada hamster.
Praktikum ini kita menggunakan hamster sebagai bahan untuk melakukan
percobaan tentang siklus estrus. Dimana kita akan melihat siklus reproduksi dari
hewan mamalia ini dengan cara mengamati sel-sel hasil apusan vagina pada
hamster betina. Dari apusan vagina hamster betina tadi, kita sudah dapat
menentukan tahap-tahap siklus reproduksi pada hewan betina terkhusus pada
hamster.
Siklus estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan
akan melakukan perkawinan, hamster jantan akan mendekati hamster betina dan
akan terjadi kopulasi. Pada kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam
siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena
menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara
kedua siklus itu melibatkan nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak
terjadi. Pada siklus mnestruasi endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Pada
siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi
pendarahan yang banyak (Campbell, 2004).
Struktur sel luteal dan fungsi dipelajari dengan mikroskop elektron dalam
hubungannya dengan pengukuran produksi progesteron oleh corpora lutea yang
diisolasi dan diinkubasi in vitro pada hari-hari berturut-turut hamster siklus estrus
empat hari. Sel Granulosal yang terutama bertanggung jawab untuk pembentukan
korpus luteum. (Leavitt, W.W dkk. 1973)
Siklus estrus hamster tergantung pada jam biologis dan memiliki jangka
waktu yang merupakan kelipatan empat kali lipat dari bersamaan direkam ritme
aktivitas lokomotor. (M. Fitzgerald, 1976)
Berikut adalah fase-fase dalam siklus estrus hamster :
1.
Fase proestrus
Proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat. Proestrus
berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan
mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial
mengalami hipertrofi.
2.
Fase estrus
Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus
tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel
meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal,
ovulasi
terjadi
dengan
cepat,
dan
sel-sel
epitelnya
mengalami
akhir
Fase metaestrus
Metaestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan
4.
Fase diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum
berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon
yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus
serta folikel-folikel kecil dengan korpora lutea pada vagina lebih besar dari
ovulasi sebelumnya.
Pada fase estrus, terlihat pengaruh estrogen dan dikarakteristikkan oleh sel
kornifikasi yang nyata (jelas) dan hilangnya leukosit. Pada akhir fase estrus,
lapisan kornifikasi tampak sloughed off dan invasi leukosit terjadi. Selama
diestrus, leukosit tampak berlimpah. Fase proestrus, tanpa leukosit dan
dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus terjadi dengan
pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen mempunyai pengaruh yang
besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun.
Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah
jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi
hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi, terjadinya
pubertas pada hewan betina termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi siklus
estrus serta proses pembentukan sel kelamin (gametogenesis). Selain itu terdapat
faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu hormone.
Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
F. Kesimpulan
Fase atau siklus estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap
jantan dan akan melakukan perkawinan, hamster jantan akan mendekati hamster
betina dan akan terjadi kopulasi. Fase ini terdapat dalam rangkaian siklus
reproduksi. Siklus reproduksi pada hamster sendiri terdiri dari fase proestrus,
metaestrus, diestrus, dan estrus. Ciri-ciri dari fase siklus estrus tersebut adalah
pada Proestrus : terdapat sel epitel biasa, pada Estrus : terdapat sel menanduk
(cornified), pada Diestrus : terdapat sel epitel biasa dan banyak lekosit, dan pada
Matestrus (kalau ada) : terdapat banyak sel epitel menanduk dan lekosit,
kemudian juga sel epitel biasa.
Daftar Pustaka
Berg, Mary Helen. 201 Do Hamster Have Menstrual Cycle?. Fast Review,
Publishing & Printing International Journal (US Published). (online)
(http://animals.pawnation.com/hamsters-menstrual-cycles-1772.html
diakses 31 Maret 2015)
Campbell, dkk. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Leavitt, W.W, dkk. 1973. Structure and function of the hamster corpus luteum
during the estrous cycle. Issue American Journal of Anatomy American
Journal of Anatomy. Volume 136, Issue 2, pages 235249.
M. Fitzgerald, Kathleen. 1976. Physiology. Circadian organization of the estrous
cycle of the golden hamster Proc. Natl. Acad. Sci. USA Vol. 73, No. 8,
pp.
2923-2927,
August
1976
(online)
(http://www.jstor.org/discover/10.2307/11298?
sid=21105837794381&uid=3738224&uid=4&uid=2 diakses 31 Maret
2015)
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito: Bandung.
Lampiran